Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIOLOGI TUMBUHAN
Osmosis

Disusun oleh:
Nama

: Tyas Ana Cahyanti

NIM

: K4312066

Kelas

:B

PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2014

I.

Judul
Pengaruh Membran pada Jaringan Apel Manalagi terhadap Proses Osmosis

II.

Rumusan masalah
Bagaimanakah pengaruh membran pada jaringan apel manalagi terhadap
proses osmosis?

III.

Tujuan
Mengetahui pengaruh membran pada jaringan apel manalagi terhadap proses
osmosis.

IV.

Dasar teori
Menurut (Sudjadi, 2007), osmosis merupakan proses perpindahan

molekul-molekul pelarut (air) dari konsentrasi pelarut tinggi ke konsentrasi


pelarut rendah melalui membran diferensial permeabel. Osmosis disebut juga
sebagai difusi dengan kategori khusus. Adapun yang dimaksud air dalam proses
osmosis tersebut adalah air dalam keadaan bebas yang tidak terikat dengan jenis
molekul-molekul seperti gula, protein , atau larutan yang lain. Oleh karena itu,
konsentrasi terlarut dalam suatu larutan merupakan faktor utama yang
menentukan kelangsungan osmosis.
Sedangkan dalam jurnal (Andrea, 2010) dijelaskan bahwa proses osmosis
merupakan bagian dari transportasi difusi air melalui membran selektif permeabel
dari larutan yang memiliki konsentrasi

zat terlarut rendah (rendah tekanan

osmotik) ke dalam larutan yang memiliki konsentrasi zat terlarut tinggi (tekanan
osmotik tinggi). Dalam osmosis, membran memungkinkan dilalui oleh air, tetapi
menolak hampir semua molekul zat terlarut dan ion.
Membran sel atau membran plasma adalah bagian terluar dari sel.
Membran sel disebut juga plasmalema. Membran sel memiliki ketebalan berkisar
70 A-100 A (1A=10 m).

Membran sel terdiri atas dua lapis lipid sehingga

struktur membran disebut juga lipid bilayer. Selain itu, membran sel juga
mengandung molekul protein. Membran sel memiliki protein ekstrinsik (protein
perifer) dan protein intrinsik (protein integral). Protein integral mencapai jumlah
sekitar

70%.

Protein

integral

yang

berikatan

dengan

karbohidrat

membentuk glikoprotein.

Protein

perifer

berikatan

dengan

fosfolipid

sifat semipermeabel dan selektif

permeabel.

membentuk lipoprotein.
Membran

sel

memiliki

Semipermeabel artinya mudah dilewati oleh molekul air. sementara itu, selektif
permeabel memiliki arti bahwa membran hanya dapat dilewati oleh ion dan
molekul polar tertentu.
Membran semipermeabel harus dapat ditembus oleh pelarut, tapi tidak
oleh zat terlarut, yang mengakibatkan gradien tekanan sepanjang membran.
Osmosis merupakan suatu fenomena alami, tapi dapat dihambat secara buatan
dengan meningkatkan tekanan pada bagian dengan konsentrasi pekat menjadi
melebihi bagian dengan konsentrasi yang lebih encer.
Sebagai komponen membran sel, molekul fosfolipid terdiri atas molekul
fosfat dan molekul lemak. molekul fosfat bersifat hidrofilik (dapat mengikat air),
sedangkan molekul lemak bersifat hidrofobik (tidak mengikat air).
Membran sel memiliki fungsi dalam pergerakan ion atau molekul dari
dalam ataupun dari luar sel. Menurut Campbell (2008), bagian tengah membran
yang bersifat hidrofobik merintangi pengangkutan ion dan molekul polar yang
keduanya bersifat hidrofilik. Molekul hidrofobik, seperti senyawa hidrokarbon
dan oksigen, dapat larut dalam membran dan melaluinya dengan mudah. Molekul
yang sangat kecil, bersifat polar, tetapi tidak bermuatan dapat menembus
membran dengan cepat.
Dalam jurnal Harnish (2012) dijelaskan bahwa sifat permeabilitas
membran merupakan karakteristik penting dalam penentuan membran semi
permeabel. Membran tersebut harus memenuhi beberapa kriteria, meliputi
memiliki ketebalan yang cukup untuk menahan tekanan, memiliki tingkat
kelembaban dan permeabilitas air yang cukup, harus kompatibel dan harus
kaku(tidak lembek) dan tidak mengembang.
Faktor-faktor yang mempengaruhi Osmosis :
o Ukuran molekul yang meresap
Molekul yang lebih kecil daripada garis pusat lubang membran akan meresap
dengan lebih mudah.

o Keterlarutan lipid
Molekul yang mempunyai keterlarutan yang tinggi meresap lebih cepat
daripada molekul yang kelarutan yang rendah seperti lipid.
o Luas permukaan membran
Kadar resapan menjadi lebih cepat jika luas permukaan membran yang
disediakan untuk resapan adalah lebih besar.
o Ketebalan membran
Berbanding dengan satu membran yang tebal, kadar resapan melalui satu
membran yang tipis adalah lebih cepat.
o Suhu
Pergerakan molekul dipengaruhi oleh suhu. Kadar resapan akan menjadi lebih
cepat pada suhu yang tinggi dibandingkan dengan suhu yang rendah.
Osmosis sangat ditentukan oleh potensial kimia air atau potensial air ,
yang menggambarkan kemampuan molekul air untuk dapat melakukan difusi.
Sejumlah besar volume air akan memiliki kelebihan energi bebas daripada volume
yang sedikit, di bawah kondisi yang sama. Energi bebas zuatu zat per unit jumlah,
terutama per berat gram molekul (energi bebas mol-1) disebut potensial kimia.
Potensial kimia zat terlarut kurang lebih sebanding dengan konsentrasi zat
terlarutnya. Zat terlarut yang berdifusi cenderung untuk bergerak dari daerah yang
berpotensi kimia lebih tinggi menuju daerah yang berpotensial kimia lebih kecil
(Ismail, 2006).
Osmosis adalah difusi melalui membran semipermeabel. Masuknya
larutan kedalam sel-sel endodermis merupakan contoh proses osmosis. Dalam
tubuh organisme multiseluler, air bergerak dari satu sel ke sel lainnya dengan
leluasa. Selain air,molekul-molekul yang berukuran kecil seperti O2 dan CO2
juga mudah melewati membran sel. Molekul-molekul tersebut akan berdifusi dari
daerah dengan konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah. Proses Osmosis akan
berhenti jika konsentrasi zat di kedua sisi membran tersebut telah mencapai
keseimbangan
Struktur dinding sel dan membran sel berbeda. Membran memungkinkan
molekul air melintas lebih cepat daripada unsur terlarut; dinding sel primer

biasanya sangat permeable terhadap keduanya. Memang membran sel tumbuhan


memungkinkan berlangsungnya osmosis, tapi dinding sel yang tegar itulah yang
menimbulkan tekanan. Sel hewan tidak mempunyai dinding, sehingga bila timbul
tekanan didalamnya, sel tersebut sering pecah, seperti yang terjadi saat sel darah
merah dimasukkan dalam air. Sel yang turgid banyak berperan dalam
menegakkan tumbuhan yang tidak berkayu (Salisbury, 1995).
Prinsip osmosis yaitu transfer molekul solvent dari lokasi hypotonic
(potensi rendah) solution menuju hypertonic solution, melewati membran. Jika
lokasi hypertonic solution diberikan tekanan tertentu, osmosis dapat berhenti, atau
malah berbalik arah (reversed osmosis). Besarnya tekanan yang dibutuhkan untuk
menghentikan osmosis disebut sebagai osmotic press. Jika dijelaskan sebagai
konsep termodinamika, osmosis dapat dianalogikan sebagai proses perubahan
entrropi. Komponen solvent murni memiliki entropi rendah, sedangkan komponen
berkandunagn solut tinggi memiliki entropi yang tinggi juga. Mengikuti Hukum
Termodinamika II: setiap perubahan yang terjadi selalu menuju kondisi entropi
maksimum, maka solvent akan mengalir menuju tempat yang mengandung solut
lebih banyak, sehingga total entropi akhir yang diperoleh akan maksimum.
Solvent akan kehilangan entropi,dan solut akan menyerap entropi. "Orang miskin
akan semakin miskin, sedang yangkaya akan semakin kaya". Saat kesetimbangan
tercapai, entropi akan maksimum, atau gradien (perubahan entropi terhadap
waktu) = 0. Pada titik ekstrim, dS/dt = 0(Wibosono, 2009)
Buah merupakan hasil perkembangan dari fertilisasi sel gamet jantan dan
sel gamet betina. Secara normal perkembangan buah terjadi setelah pembuahan.
Bakal buah meluas ke arah plassenta dan ovarium. Bertambahnya ukuran buah
disebabkan oleh adanya dua proses, yaitu pembelahan sel (yang diawakili dengan
membesarnya, sebelum pembelahan mitosis) dan pembesaran sel selanjutnya.
Biasanya awal terjadinya pembesaran sel tergantung pada pembelahan sel, dan
dimulai sebelum antesis, kemudian berlanjut sampai buah nyata. Tingkat ini
kemudian secara berangsur diganti dengan perkembangan sel dan diikuti oleh
pertumbuhan memanjang (Sumardi, 1993).

Perkembangan selanjutnya, dinding ovarium akan menjadi dinding buah


dan bakal buah akan menjadi buah. Buah dapat dibedakan menjadi dua golongan,
yaitu buah sejati dan buah semu. Berdasarkan asalnya, buah diklasifikasikan
menjadi

tiga,

yaitu

buah

sejati tunggal,

buah sejati ganda,

dan

buah sejati majemuk.


Buah memiliki dinding yang terdiri dari dua lapis atau tiga lapis. Dinding
buah disebut perikarpium. Buah yang memiliki dua lapis dinding bagian terluar
dinamakan eksokarpium dan didalamnya disebut endokarpium.
Eksokarpium biasanya terdiri dari satu lapis sel dengan susunan rapat dan
ada yang memiliki kutikula seperti epidermis. Mesokarpium terdiri dari beberapa
lapis jaringan parenkimatis yang di dalamnya dapat ditemukan berkas
pengangkut, idioblas minyak, amilum, lendir, dan kristal kalium oksalat.
Endokarpium biasanya terdiri dari satu lapis sel yang berkembang dari epidermis
dalam daun buah. Eksokarpium dan endokarpium buah yang masak terdiri dari
satu lapis epidermis atau beberapa lapis sel yang masing-masing dapat dibedakan
dengan jelas dengan mesokarpium. Jaringan yang menyusun perikarpium saling
berlekatan sehingga tidak dapat dipisahkan satu persatu.
Buah Apel tergolong buah sejati tunggal yang masuk dalam kategori buah
buni.

Buah buni memiliki perikarpium yang tebal dan berair. Perikarpium

berdiferensiasi

menjadi

eksokarpium,

mesokarpium,

dan

endokarpium.

Eksokarpium dapat mengandung pigmen. Mesokarpium terdiri dari sel-sel


parenkim yang berlapis-lapis dan kebanyakan dapat dimakan, endokarpium
merupakan lapisan yang tipis atau keras.
Jaringan parenkim adalah jaringan dasar yang dapat ditemukan di semua
bagian pada semua organ. Pada tubuh primer, parenkim berasal dari meristem
dasar. Pada pembuluh primer, parenkim berasal dari prokambium sedangkan pada
tubuh sekunder berasal dari kambium pembuluh dan kambium gabus Parenkim
merupakan sel hidup dengan berbagai bentuk dan terlibat dalam berbagai fungsi.
Bentuk bervariasi sesuai fungsi. Sel parenkim masih bersifat meristematis,
sehingga dapat berfungsi sebagai penyembuh luka, regenerasi, dan dapat berubah
fungsi menjadi jaringan lain.(Hidayat, 1995)

Bentuk sel parenkim polihedral (memiliki 14 sisi) / isodiametris,


membulat , memanjang seperti bintang atau berlipat. Dinding sel biasanya berupa
dinding primer yang tipis dengan ketebalan rata disekeliling dinding tetapi ada
pula yang berdinding tebal. Sel parenkim juga banyak memiliki vakuola dan selselnya masih dapat membelah.(Fahn, 1991)
Sel parenkim dapat tersusun rapat seperti pada endosperm tetapi dapat
pula dengan ruang antar sel yang besar seperti pada tanaman air . Ruang antar sel
terbentuk dari 2 atau 3 sel yang berdekatan. Ruang antar sel dapat terbentuk
dengan cara skizogen, lisigen, sisolisigen, dan reksigen Isi sel parenkim bervariasi
sesuai dengan fungsinya. Sel parenkim yang berisi kloroplas disebut klorenkim
berfungsi untuk fotosintesis, contoh pada daun dan batang. Sel yang berisi amilum
atau butir pati disebut leukoplas berfungsi untuk menyimpan cadangan makanan,
contoh pada umbi. Sel dapat juga berisi larutan (gula, Nitrogen, protein) atau
padat (amilum, protein, lemak) sebagai cadangan makanan misalnya pada umbi,
biji, atau rhizoma. Banyak sel parenkim berisi tanin dan garam mineral, dapat
pula berisi bermacam-macam kristal, contoh kristal druze. Jaringan parenkim
ditemukan pada semua organ dan disemua bagian, yaitu pada korteks, empulur,
jari-jari empulur, perisikel, endosperm, floem dan xylem.(Kartasapoetra, 1991)
Apel manalagi banyak disukai karena rasa daging buahnya manis dan
aromanya kuat. Teksturnya sedikit liat dan kurang kandungan airnya. Warna
daging buahnya putih kekuningan. Buahnya berbentuk agak bulat dengan ujung
dan pangkal berlekuk dangkal. Diameter buah antara 4-7 cm dan berat 75-160 g
per buah. Kulit buah berwarna hijau muda kekuningan saat matang. Produksi ratarata per pohon 75 kg. (Soelarso,1996)
Larutan merupakan campuran homogen antara molekul, atau maupun ion
dari dua zat atau lebih. Wujud dari larutan bisa berupa padatan, cair ataupun gas
yang terdiri dari pelarut (solvent) dan zat terlarut (solute). Zat yang jumlahnya
lebih sedikit di dalam larutan disebut zat terlarut atau solute sedangkan zat yang
jumlahnya lebih banyak dari pada zat-zat lain dalam larutan disebut pelarut atau
solvent. Proses pencampuran zat terlarut dan pelarut berbentuk larutan disebut
pelarut.

Pada proses pelarutan, tarikan antar partikel komponen murni terpecah dan
tergantikan dengan tarikan antara pelarut dan zat terlarut. Bila komponen zat
terlarut di tambahkan terus menerus kedalam pelarut, pada suatu titik komponen
yang di tambahkan tidak akan dapat larut lagi. Misalnya, jika zat terlarutnya
berupa padatan dan pelarutnya berupa cairan, pada suatu titik padatan tersebut
tidak dapat larut lagi dan terbentuklah endapan. Jumlah zat terlarut dalam larutan
tersebut adalah maksimal dan larutannya disebut sebagai larutan jenuh.
Air merupakan pelarut yang tidak asing dalam kehidupan. Sifat-sifat air
seperti mudah di peroleh, mudah digunakan dan kemampuan untuk melarutkan
berbagai zat adalah sifat-sifat yang tidak dimiliki pelarut lain. Sifat ini
menempatkan air sebagai pelarut universal.
Proses terjadinya suatu larutan dapat mengikuti proses berikut (Mulyano,
2005) :
-

Zat terlarut bereaksi secara kimia dengan pelarut dan membentuk zat yang
baru.

Zat terlarut membentuk zat tersolvasi dengan pelarut.

Terbentuknya larutan berdasarkan disperse


Larutan terdiri atas pelarut dan zat terlarut. Pasangan zat tertentu dapat

saling melarutkan dalam semua perbandingan, hal ini biasanya terjadi pada
larutan gas-gas dan larutan cair-cair seperti air-etanol. Akan tetapi untuk larutan
yang wujudnya berbeda (cair-gas, cair-padat, padat-padat) ada batas keduanya
dalam membentuk larutan homogen. Nilai batas jumlah zat terlarut dalam jumlah
pelarut tertentu pada suhu dan tekanan tertentu untuk membentuk larutan
homogen disebut kelarutan. Dengan demikian, kelarutan adalah nilai batas
kemampuan pelarut dalam volume tertentu untuk melarutkan zat terlarut pada
suhu 25o C, tekanan 1 atau yang menghasilkan larutan homogen.
Jumlah zat terlarut dalam larutan atau dalam pelarut dalam volume/berat
tertentu disebut konsentrasi. Berdasarkan nilain konsentrasi itu, larutan dapat di
bedakan menjadi larutan encer dan larutan pekat. Larutan encer jika
konsentrasinya zat terlarutnya lebih kecil dari setengah nilai kelarutannya

sedangkan larutan dikatakan pekat jika konsentrasi zat terlarutnya sama atau lebih
besar dari pada setengah nilai kelarutannya.
Dalam keadaan demikian, konsentrasi zat terlarut yang telah larut adalah
tetap sehingga disebut larutan jenuh, di mana larutannya di katakan sebagai
larutan jenuh pada suhu dan tekanan tertentu. Larutan tak jenuh adalah larutan
yang konsentrasinya masih lebih kecil dari nilai batas kelarutan zat terlarut dalam
pelarut tertentu. Sifat-sifat larutan misalnya warna dari larutan zat warna atau
manisnya larutan gula, tergantung pada konsentrasi larutan. (Usman, 2005)
Jenis-jenis kelarutan antara lain :
a.

Larutan jenuh adalah larutan yang mengandung jumlah maksimum zat


terlarut di dalam pelarut pada suhu tertentu.

b.

Larutan tak jenuh adalah larutan yang mengandung zat terlarut lebih sedikit di
bandingkan kemampuannya untu melarutkan. Larutan ini terjadi sebelum titik
jenuh tercapai.

c.

Larutan lewat jenuh adalah larutan yang mengandung lebih banyak zat
terlarut di bandingkan yang terdapat dalam larutan jenuh.
Dalam cairan atau padatan , molekul-molekul saling terikat akibat adanya

tarik menarik antara molekul. Gaya ini juga memainkan peran dalam
pembentukan larutan (Chang , 2003).
Zat-zat dengan struktur kimia yang mirip umumnya dapat saling
bercampur dengan baik. Sedangkan zat-zat yang struktur kimianya berbeda
umumnya kurang dapat saling bercampur sempurna (like dissolve like). Menurut
(Sukardjo, 1977) kelajuan di mana zat padat terlarut di pengaruhi oleh ukuran
partikel, temperatur solvent, pengadukan dari larutan, konsentrasi larutan,
pengaruh pH, dan pengaruh proses hidrolisis.
Rhodamin B adalah salah satu pewarna sintetik yang memiliki rumus
molekul C28H31N2O3Cl, dengan berat molekul sebesar 479.000. Rhodamin B ini
biasanya dipakai dalam pewarnaan kertas, di dalam laboratorium digunakan
sebagai pereaksi untuk identifikasi Pb, Bi, Co, Au, Mg, dan Th. Beberapa sifat
fisik rhodamin B yaitu berupa kristal hijau atau serbuk-unggu kemerah-merahan,

mudah larut dalam air yang akan menghasilkan warna merah kebiru-biruan dan
berflourensi kuat, dan larut dalam alkohol, HCl dan NaOH.
Tartrazin (dikenal juga sebagai E102 atau FD&C Yellow 5) adalah
pewarna kuning lemon sintetis yang umum digunakan sebagai pewarna makanan.
Tartrazin merupakan turunan dari coal tar, yang merupakan campuran dari
senyawa fenol, hidrokarbon polisiklik dan heterosklik. Karena kelarutannya dalam
air, tartrazin umum digunakan sebagai bahan pewarna minuman. Absorbansi
maksimal senyawa ini dalam air jatuh pada panjang gelombang 4272 nm.

V.

Hipotesis
Membran pada jaringan apel manalagi berpengaruh terhadap proses osmosis.

VI.

Alat dan Bahan


Alat:
-

Neraca analitis

1 buah

Alat pelubang

1 buah

Gelas plastik

4 buah

Stopwatch

4 buah

Kertas label

secukupnya

Spatula

1 buah

Pipet tetes

1 buah

Kaca arloji

1 buah

Gelas ukur 10 ml

1 buah

Gelas ukur 100 ml

1 buah

Labu ukur 1000 ml

2 buah

Botol semprot

1 buah

Corong

1 buah

Cutter

1 buah

Pinset

2 buah

Gelasbeker 600 ml

2 buah

Magnetic stirer

1 buah

Bahan:

VII.

Buah Apel Manalagi

4 buah

Air keran

244 ml

Bubuk teres (kuning)

5 gram

Bubukteres (merah)

0.1 gram

Cara Kerja

1. Membuat larutan teres


Menghitung banyaknya bubuk teres yang dibutuhkan untuk membuat
larutan teres dengan konsentrasi 0,1 %(teres merah) dan 5% (teres kuning)
untuk satu angkatan.
Konsentrasi % =
a) Konsentrasi 0,1%

x 1000 ml

0,1

x 1000 ml

= 1 gram

o Individu = 50 ml x 3 = 150 ml
o 1 kelompok (6 orang)= 150ml x 6 = 900ml x 8 kelompok = 3150ml
o 1 kelompok(7 orang)= 150ml x 7= 1050ml x 3kelompok =7200ml
o 1 angkatan= 3150ml+7200ml =10.350ml (~11.000ml)
Jadi pembuatan larutan teres dengan konsentrasi 0,1% dilakukan
dengan 11 kali pengulangan dengan labu ukur 1000ml.
b) Konsentrasi 5%

= x 500 ml
5

x 500 ml

= 25 gram

o Individu = 1 ml x 3 = 3 ml
o 1 kelompok (6 orang)= 3ml x 6 = 18ml x 8 kelompok = 144ml
o 1 kelompok(7 orang)= 3ml x 7= 21ml x 3 kelompok =63ml
o 1 angkatan= 144ml+63ml =207ml (~500ml)
Jadi pembuatan larutan teres dengan konsentrasi 0,5% dilakukan
dengan 1 kali pengulangan dengan labu ukur 500ml.
Menimbang bubuk teres sesuai hasil perhitungan dari tiap-tiap konsentrasi
dengan menggunakan neraca analitis.
Memasukkan bubuk teres ke dalam 2 gelas bekker berukuran 100 ml yang
berbeda sesuai dengan konsentrasi yang akan dibuat.
Memberi label pada masing-masing gelas bekker sesuai dengan konsentrasi.
Menuangkan air kran sebanyak 20 ml pada masing-masing gelas bekker.
Menghomogenkan masing-masing konsentrasi

larutan teres

dengan

menggunakan magnetic stirer.


Menuangkan masing-masing larutan teres yang telah homogen ke dalam
labu ukur 1000 ml (untuk teres merah) dan menuang kedalam labu ukur 500
ml (untuk teres kuning) dengan menggunakan corong.
Melabeli masing-masing labu ukur sesuai dengan konsentrasi.
Menambahkan air kran ke dalam masing-masing labu ukur hingga volume
1000 ml (teres merah) dan 500ml (teres kuning).
Menghomogenkan masing-masing larutan teres dalam labu ukur dengan
cara menggoyang-goyangkan.
Membagi masing-masing larutan teres ke masing-masing praktikan dengan
rincian :
o 1 anak = 150ml larutan teres merah (untuk 3 pengulangan) dan 3 ml
larutan teres kuning (untuk 3 pengulangan)
2. Membuat bahan

Menyiapkan alat dan bahan

Memotong bahan (masing-masing) berukuran silinder dengan diameter 1,5


cm dan tinggi 4 cm dengan alat pencetak

Melubangi bahan dengan alat pelubang dengan diameter 1 cm dan


kedalaman 3 cm sehingga terbentuk bahan dengan ketebalan tepi 0,25 cm

1cm

0,25
ccm
cm

4cm

1cm

3. Pengamatan Osmosis

Menyiapkan larutan teres dengan konsentrasi 0,1 %(larutan teres merah)


dan 5 %(larutan teres kuning)

Meletakkan bahan yang telah dipotong dan dilubangi ke dalam aqua gelas

Menuangkan larutan teres kuning konsentrasi 5 % ke dalam lubang bahan


apel manalagi sebanyak 1 ml

Menuangkan larutan teres merah konsentrasi 0,1 % sebanyak (50 ml) ke


dalam aqua gelas

Mengamati proses osmosis yang terjadi selama 2 jam dengan


menggunakan stopwatch

Menghitung pertambahan volume yang terdapat dalam lubang bahan


dengan menggunakan pipet tetes dan gelas ukur

Mengulangi percobaan hingga 3x pengulangan

Melakukan langkah yang sama dalam pengamatan osmosis kontrol(larutan


kontrol adalah air kran)

Mencatat hasil dalam tabel pengamatan

Data Pengamatan

Larutan

Pertambahan volume didalam rongga membran

Rata- Rata

Apel Manalagi (ml)

pertambahan

Pengulangan 1

Pengulangan 2

Pengulangan 3

volume (ml)

0,1

0,1

0,2

0,13

teres
Kontrol

GRAFIK HASIL PERCOBAAN OSMOSIS


PADA JARINGAN APEL MANALAGI
0.25
Pertambahan Volume

VIII.

0.2
0.15
LARUTAN TERES
0.1

LARUTAN KONTROL

0.05
0
Pengulangan 1

Pengulangan 2

Pengulangan 3

IX. PEMBAHASAN
Osmosis merupakan proses perpindahan molekul-molekul pelarut (air) dari
konsentrasi pelarut tinggi ke konsentrasi pelarut rendah melalui membran
diferensial permeabel. Osmosis disebut juga sebagai difusi dengan kategori
khusus. Adapun yang dimaksud air dalam proses osmosis tersebut adalah air
dalam keadaan bebas yang tidak terikat dengan jenis molekul-molekul seperti
gula, protein , atau larutan yang lain. Oleh karena itu, konsentrasi terlarut dalam
suatu larutan merupakan faktor utama yang menentukan kelangsungan osmosis.
Contoh nyata proses osmosis yaitu proses air dari dalam tanah masuk selsel akar. Air dalam sel-sel akar mengandung garam-garam dan gula yang terlarut
di dalamnya.Tetapi air dalam tanah mengandung lebih sedikit garam dan tidak
mengandung gula. Oleh karena itu larutan dalam sel lebih pekat daripada larutan
dalam tanah. Kedua larutan itu dipisahkan oleh dinding sel akar yang sangat tipis,
disebut membran.
Osmosis adalah proses mengalirnya air melalui sebuah membran, karena
perbedaan konsentrasi antara dua larutan. Proses osmosis ini, akan menyamakan
konsentrasi larutan-larutan tersebut. Dengan demikian air mengalir dari tanah
kedalam sel akar. Dengan proses yang sama, air yang telah masuk kedalam sel
akar kemudian mengalir dari satu sel kesel yang lain hingga mencapai pembuluh
khusus yang disebut xilem. Xilem mengalirkan air ke atas menuju organ
fotosintesis.
Selama masih ada air di dalam tanah, air akan terus masuk ke sel
tumbuhan melalui rambut-rambut akar secara osmosis. Hal ini mengakibatkan sel
mengembang dan tidak dapat dimasuki air lagi. Sel-sel akan tegang oleh air.
Tekanan air di dalam sel disebut tekanan turgor. Adanya tekanan turgor
menyebabkan batang yang lunak akan menjadi keras dan daun menjadi kaku.
Tanpa air yang cukup, sel-sel akan mengempes dan tumbuhan lambat laun akan
menjadi layu.

Pada praktikum osmosis ini, saya menggunakan jaringan pada buah apel
varietas

apel

manalagi.

Bagian

buah

yang

digunakan

yaitu

bagian

mesokarpium(daging buah). Mesokarpium terdiri dari jaringan parenkimatis.


Pada saat praktikum dengan bahan jaringan Apel manalagi. Bahan yang
digunakan sebanyak 6 potong, 3 untuk larutan teres dan 3 untuk larutan kontrol
(air kran). Setelah 2 jam pengamatan, didapatkan hasil bahwa pada volume larutan
teres 5% di dalam rongga bahan apel mengalami penambahan volume. Pada
pengulangan 1 terjadi penambahan volume sebanyak 0,1 ml, pengulangan 2
terjadi penambahan volume sebanyak 0,1 ml, dan pengulangan 3 terjadi
penambahan volume sebanyak 0,2 ml. Sehingga untuk bahan dengan larutan uji
teres didapatkan rata-rata penambahan sebanyak 0,13 ml. Sedangkan pada bahan
dengan larutan uji kontrol air kran tidak terjadi penambahan volume di dalam
rongga pada ketiga pengulangan.
Analisis Data
H0

: Tidak ada pengaruh jenis larutan terhadap pertambahan volume pada

rongga jaringan buah apel manalagi


H1

: Ada pengaruh jenis larutan terhadap pertambahan volume pada rongga

jaringan buah apel manalagi


= 5%
Jenis larutan
Pertambahan
volume

Larutan

teres

(Ada Larutan kontrol (tidak ada

perbedaan konsentrasi)

perbedaan konsentrasi)

Pengulangan 1

0,1

Pengulangan 2

0,1

Pengulangan 3

0,2

Anova: Single Factor


SUMMARY
Groups
larutan teres(ada perb. Konsentrasi)
larutan kontrol(konsentrasi sama)

Count
3
3

Sum
Average Variance
0,4 0,133333 0,003333
0
0
0

ANOVA
Source of Variation
Between Groups
Within Groups

SS
0,0267
0,0067

Total

0,0333

df

MS
1 0,026667
4 0,001667

F
16

P-value
F crit
0,01613 7,708647

Dari hasil analisis data tersebut, didapatkan bahwa nilai p value sebesar
0,01613 lebih kecil dari nilai alpha 0,05 dan nilai F hitung (16) lebih besar dari F
critical (7,708647).
P Value
16

<

alpha

<

0,05

(H0 Ditolak, H1 Diterima)

F hitung
16

>

F critical

>

7,708647

(H0 Ditolak, H1 Diterima)

Maka keputusan yang diambil yaitu menolak H0 dan menerima H1,


artinya ada pengaruh jenis larutan terhadap pertambahan volume pada rongga
jaringan buah apel manalagi. Sehingga kesimpulan yang diperoleh yaitu pada
larutan yang memiliki perbedaan konsentrasi (larutan teres 0,1% dan 5%) terjadi
proses osmosis yang dibuktikan dengan adanya pertambahan volume di dalam
rongga jaringan buah apel manalagi. Sedangkan pada larutan kontrol (air kran
dengan tanpa konsentrasi/ konsentrasi sama) tidak terjadi proses osmosis yang
dibuktikan dengan tidak adanya pertambahan volume di dalam rongga jaringan
buah apel manalagi.
Dari hasil tersebut terlihat bahwa terjadi proses osmosis pada percobaan
yang dilakukan karena terjadi penambahan volume di dalam rongga bahan.
Terjadinya proses osmosis ini disebabkan karena adanya perbedaan konsentrasi
pada larutan teres di luar bahan sebesar 1%, konsentrasi sel bahan sebesar 0,9%,
dan konsentrasi larutan di dalam rongga bahan sebesar 5%. Sesuai dengan konsep
osmosis menurut Sudjadi (2007), yaitu berpindahnya molekul-molekul pelarut
(air) dari konsentrasi pelarut tinggi(konsentrasi larutan rendah=larutan lebih
encer) ke konsentrasi pelarut rendah(konsentrasi larutan tinggi=larutan lebih

pekat) melalui membran diferensial permeabel. Sehingga, dalam percobaan ini


air(zat pelarut) akan berpindah dari larutan teres 1% masuk ke dalam sel melalui
membran sel buah apel, kemudian air di dalam sel tersebut akan keluar ke rongga
berisi larutan teres 5% melalui membran buah apel.
Sedangkan untuk larutan kontrol tidak terjadi penambahan volume pada
rongga dalam bahan buah apel manalagi. Hal ini telah sesuai dengan teori bahwa
air hanya akan bergerak apabila terjadi perubahan konsentrasi dari kedua larutan
tersebut. Jadi apabila dibandingkan dengan uji pada larutan kontrol, uji
menggunakan larutan teres pada jaringan buah apel manalagi tergolong berhasil
berosmosis dan telah sesuai dengan konsep osmosis.
Membran buah Apel manalagi

Larutan teres
1%

Jaringan buah
apel manalagi

Larutan teres
5%

Skema pergerakan zat pelarut (air) dari konsentrasi larutan rendah menuju larutan
konsentrasi tinggi.

Selain adanya perbedaan konsentrasi antara larutan-larutan tersebut proses


osmosis juga dipengaruhi oleh beberapa faktor lainnya, yaitu jenis membran yang
digunakan; ukuran molekul yang meresap, molekul yang lebih kecil daripada
garis pusat lubang membran akan meresap dengan lebih mudah ; luas permukaan
membran, kadar resapan menjadi lebih cepat jika luas permukaan membran yang
disediakan untuk resapan adalah lebih besar; ketebalan membran, berbanding
dengan satu membran yang tebal, kadar resapan melalui satu membran yang tipis
adalah lebih cepat; dan jenis larutan yang digunakan.

Jenis membran pada praktikum saya yaitu buah Apel manalagi, yaitu pada
bagian mesokarpium. Mesokarpium tersusun atan jaringan parenkimatis yang
bersifat meristematis (aktif membelah) serta berlapis-lapis. Bentuk sel parenkim
polihedral (memiliki 14 sisi) / isodiametris, membulat , memanjang seperti
bintang atau berlipat. Sel parenkim dapat tersusun rapat seperti pada endosperm
tetapi dapat pula dengan ruang antar sel yang besar seperti pada tanaman air .
Ruang antar sel terbentuk dari 2 atau 3 sel yang berdekatan. Dinding sel biasanya
berupa dinding primer yang tipis dengan ketebalan rata disekeliling dinding,
sehingga memungkinkan air melawati jaringan ini. Tidak bertambahnya volume
di dalam rongga jaringan buah apel manalagi pada larutan kontrol (air kran) juga
disebabkan karena rapatnya jaringan yang terdapat pada buah apel manalagi,
sehingga apabila dalam kondisi yang netral, maka tidak akan terjadi perubahan
volume yang signifikan, kalaupun ada sangat sedikit sekali dan tidak dapat terukur
dengan jelas.
Jenis membran bahan berpengaruh terhadap proses osmosis karena pada
setiap bahan tertentu memiliki komposisi jaringan yang berbeda-beda, sehingga
proses perjalanan zat pelarut juga bergantung pada besar kecilnya pori-pori
jaringan buah. Semakin besar pori-pori jaringan bahan, semakin cepat pelarut
berpindah sehingga semakin besar pertambahaan volume yang ada di dalam
rongga jaringan buah.
Bentuk, ukuran dan ketebalan potongan buah berpengaruh terhadap
kehilangan air, kehilangan air meningkat dengan peningkatan luas permukaan
potongan buah. Panagiotou et al., 1998 menyatakan bahwa ukuran sampel buah
memiliki pengaruh negatif pada kehilangan air selama perlakuan osmosis.
Rahman, 1992 dalam Chavan dan Amarowicz, 2012 mengamati bahwa koefisien
distribusi air menurun dengan meningkatnya suhu dan luas permukaan dan
meningkat dengan bertambahnya konsentrasi larutan dan ketebalan dimensi
geometris minimum.(Malyan,2013)
Ali dan Bhattacharya (1980) dalam jurnal Malyan (2013), menyatakan
bahwa perendaman dapat menyebabkan perubahan-perubahan enzimatis dalam
gula dan komposisi asam amino bahan sehingga kandungan nutrisinya berubah.

Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap besarnya serapan air ke dalam bahan
adalah luas permukaan, kandungan amilosa dan protein, dan suhu yang digunakan
dalam perendaman. (Bett Garber et all 2007)
Namun jenis bahan apel manalagi merupakan bahan yang mudah
teroksidasi (browning/pencoklatan) sehingga menyebabkan proses osmosis tidak
bisa berjalan secara maksimal. Hal ini terlihat dari data yang didapatkan bahwa
penambahan volume di dalam rongga bahan rata-rata hanya 0,13 ml selama 2 jam.
Pencoklatan pada buah apel ini tergolong pada pencoklatan enzimatis, hal ini
dikarenakan buah apel banyak mengandung substrat senyawa fenolik ( Cheng,
2005). Penyebab pencoklatan pada buah apel saat dipotong/diiris adalah karena
adanya aktivitas molekul, molekul tersebut sering disebut dengan fenol dan enzim
yang bernama fenolase. Ketika sel dipotong molekul oksigen yang ada di udara
dapat bereaksi dengan fenol dan fenolase, dimana dengan bantuan oksigen akan
mengubah gugus monofenol menjadi O-hidroksi fenol, yang selanjutnya diubah
lagi menjadi O-kuinon. Gugus O-kuinon inilah yang membentuk pigmen melanin
yang berwarna coklat. (Buta et al., 1999).
Ukuran molekul air yang meresap dalam jaringan buah apel manalagi
tergolong kecil. Air merupakan pelarut yang tidak asing dalam kehidupan. Sifatsifat air seperti mudah di peroleh, mudah digunakan dan kemampuan untuk
melarutkan berbagai zat adalah sifat-sifat yang tidak dimiliki pelarut lain. Sifat ini
menempatkan air sebagai pelarut universal. Oleh sebab itu, kami memilih air
sebagai pelarut yang digunakan dalam praktikum ini.
Larutan yang digunakan yaitu larutan teres. Larutan merupakan larutan
yang sempurna. Dalam cairan atau padatan , molekul-molekul saling terikat akibat
adanya tarik menarik antara molekul. Gaya ini juga memainkan peran dalam
pembentukan larutan (Chang , 2003).
Teres yang digunakan dalam praktikum ini yaitu jenis rhodamin B dan
tatrazine. Rhodamin B adalah salah satu pewarna sintetik yang memiliki rumus
molekul C28H31N2O3Cl, dengan berat molekul sebesar 479.000. Beberapa sifat
fisik rhodamin B yaitu berupa kristal hijau atau serbuk-unggu kemerah-merahan,

mudah larut dalam air yang akan menghasilkan warna merah kebiru-biruan dan
berflourensi kuat, dan larut dalam alkohol, HCl dan NaOH.
Tartrazin (dikenal juga sebagai E102 atau FD&C Yellow 5) adalah
pewarna kuning lemon sintetis yang umum digunakan sebagai pewarna makanan.
Tartrazin merupakan turunan dari coal tar, yang merupakan campuran dari
senyawa fenol, hidrokarbon polisiklik dan heterosklik.

Karena kelarutannya

dalam air, tartrazin umum digunakan sebagai bahan pewarna minuman.


Absorbansi maksimal senyawa ini dalam air jatuh pada panjang gelombang 4272
nm.
Zat-zat dengan struktur kimia yang mirip umumnya dapat saling
bercampur dengan baik. Sedangkan zat-zat yang struktur kimianya berbeda
umumnya kurang dapat saling bercampur sempurna (like dissolve like). Menurut
(Sukardjo, 1977) kelajuan di mana zat padat terlarut di pengaruhi oleh ukuran
partikel, temperatur solvent, pengadukan dari larutan, konsentrasi larutan,
pengaruh pH, dan pengaruh proses hidrolisis.
Ketebalan membran pada tepi rongga bahan yaitu sebesar 0,25cm. Hal ini
sebenarnya masih tergolong tebal, sehingga air yang berosmosis juga hanya
sedikit(rata-rata 0,13ml selama 2 jam). Ini dikarenakan faktor pembuatan bahan
yang sulit untuk membuat membran yang lebih tipis, karena apabila lebih tipis,
proses pelubangan selalu gagal karena mudah pecah.

X. Kesimpulan

Osmosis merupakan proses perpindahan molekul-molekul pelarut (air)


dari konsentrasi pelarut tinggi ke konsentrasi pelarut rendah melalui
membran diferensial permeabel.

Faktor-faktor yang mempengaruhi Osmosis :


o Jenis membran
o Ukuran molekul yang meresap
o Keterlarutan lipid
o Luas permukaan membran
o Ketebalan membran
o Suhu

Hasil praktikum yaitu pada volume larutan teres 5% di dalam rongga


bahan apel mengalami penambahan volume. Pada pengulangan 1 terjadi
penambahan volume sebanyak 0,1 ml, pengulangan 2 terjadi penambahan
volume sebanyak 0,1 ml, dan pengulangan 3 terjadi penambahan volume
sebanyak 0,2 ml. Sehingga untuk bahan dengan larutan uji teres
didapatkan rata-rata penambahan sebanyak 0,13 ml. Sedangkan pada
bahan dengan larutan uji kontrol air kran tidak terjadi penambahan volume
di dalam rongga pada ketiga pengulangan.

Jenis membran bahan berpengaruh terhadap proses osmosis karena pada


setiap bahan tertentu memiliki komposisi jaringan yang berbeda-beda,
sehingga proses perjalanan zat pelarut juga bergantung pada besar kecilnya
pori-pori jaringan buah. Semakin besar pori-pori jaringan bahan, semakin
cepat pelarut berpindah sehingga semakin besar pertambahaan volume
yang ada di dalam rongga jaringan buah.

Setelah diuji dengan anava satu arah, jenis larutan yang digunakan dalam
proses osmosis berpengaruh terhadap terjadinya proses difusi. Yaitu bahan
dengan larutan yang memiliki perbedaan konsentrasi dapat berlangsusng
proses osmosis, sedangkan larutan dengan konsentrasi yang sama tidak
akan terjadi proses osmosis.

XI.

Referensi

Achilli, Andrea, Tzahi Y. Cath., and Amy E. Childress.2010. Selection of


Inorganic-Based Draw Solutions for Forward Osmosis Applications.
Journal of Membrane Science. 364, 233241
Arlita1, Malyan Afri, Sri Waluyo, dan Warji.2013. Pengaruh suhu dan
konsentrasi terhadap penyerapan Larutan gula pada bengkuang
(Pachyrrhizus erosus). Jurnal teknik pertanian lampung vol. 2, no. 1: 8594
Bett-Garber, K. L., Champagne, E. T., Ingram,D. A., and McClung, A. M.
2007.Influence of Water-To-Rice Ratio on Cooked Rice Flavor and
Texture. Cereal Chem. 84, 614-619.
Buta, G. J., Moline, H. E., Spaulding, D. W., & Wang, C. Y. (1999). Extending
storage life of fresh-cut apples using natural products and their
derivatives. Journal of Agricultural and Food Chemistry, 47, 16.
Champbell, Neil A.,2008. Biologi Edisi kedelpan Jilid 2. Jakarta: Erlangga
Cheng GW, Crisosto CG. 2005. Browning potential, phenolic composition, and
polyphenoloxidase activity of buffer extracts of peach and nectarine skin
tissue. J. Amer. Soc. Horts. Sct. 120 (5):835-838.
Ismail. 2006. Fisiologi Tanaman. Makassar: Jurusan Biologi FMIPA UNM
Makassar.
Fahn, A. 1991. Anatomi Tumbuhan edisi ke tiga. Yogyakarta : UGM Press.
*Garud R. M., Kore S. V., Kore V. S., Kulkarni G. S.2011.A Short Review on
Process and Applications of Reverse Osmosis. Journal of Environmental
Research and Technology. 1(3): 233-238
Hidayat, Estiti B. 1995. Anatomi Tumbuhan Berbiji. Bandung : Penerbit ITB.
Kartasapoetra, Ir. A.G. 1991. Pengantar Anatomi Tumbuh-tumbuhan (tentang
Sel dan Jaringan). Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Patel, Harnish., Upendra Patel, et al. 2012. A Review on Osmotic Drug Delivery
System. International Research Journal of Pharmacy. 3(4), 88-94

Oxtoby, D.W., Gillis, H.P., Nachtrieb, N.H. (2001) Prinsip-prinsip Kimia


Modern. Edisi ke-4. Jilid 1. Diterjemahkan oleh S.S. Achmadi. Jakarta:
Erlangga.
Salisbury, Frank B. dan Clean W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Bandung:
ITB
Soelarso, R. Bambang. 1996. Budidaya Apel. Yogyakarta : Kanisius
Sudjadi, B dan Laila, S. 2007. Biologi Sains dalam Kehidupan 2A Semester
Pertama. Surabaya : Yudhistira

XII.

Lampiran
Laporan perencanaan
Lembar laporan sementara

Anda mungkin juga menyukai