SKSN FINAL-Sksn (Rev)
SKSN FINAL-Sksn (Rev)
dan Kakao
1 (1) 2013,
63-80
PotensiKopi
dan teknologi
diversifikasi
limbah kopi
menjadi produk bermutu dan bernilai tambah
Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman No. 90, Jember, Indonesia
*)
Alamat penulis (Corresponding Author): swidyotomo@gmail.com
Naskah diterima (received) 29 Oktober 2012, disetujui (accepted) 21 Nopember 2012
Abstrak
Kopi merupakan salah satu komoditas penyegar utama yang sangat
potensial di Indonesia. Salah satu permalasahan utama dalam proses pengolahan
kopi adalah penanganan limbah padat dan cair. Dalam setiap ton buah basah
akan diperoleh 200 kg kulit kopi kering, dan diperlukan air untuk pengolahan
sebanyak 20 l/kg kopi pasar. Hal tersebut menunjukkan bahwa pengolahan kopi
primer cara basah akan menghasilkan limbah padat maupun cair yang sangat besar.
Kulit kopi memiliki kandungan nutrisi dan senyawa yang potensial untuk dapat
diubah menjadi produk bernilai tambah. Tulisan ini bertujuan mengulas potensi
dan teknologi diversifikasi limbah kopi menjadi produk bermutu dan bernilai tambah.
Beberapa penelitian telah dilakukan untuk menghasilkan suatu teknologi yang
dapat mengubah limbah pengolahan menjadi produk pangan dan non pangan
dengan mutu serta nilai yang lebih baik. Bentuk diversifikasi produk yang dapat
dihasilkan antara lain papan partikel, amelioran tanah, media tanam, kompos organik,
minuman ringan beralkohol, minuman dengan kadar gula tinggi, media produksi
protein sel tunggal C. utilis, pakan ternak, bioetanol, biodiesel, biogas, bahan
bakar sumber panas proses pengeringan dan lain-lain. Teknologi diversifikasi
tersebut sudah dapat diterapkan, namun masih ada beberapa teknologi yang perlu
dikaji lebih mendalam untuk memperoleh kondisi optimum proses.
Abstract
Coffee is one of main beverage comodities that very potential in
Indonesia. One of main problems in coffee processing is to handle liquid and
solid waste accuratly. In one ton of wet coffee cherries will be produce 200 kg
of dried coffee pulp, and need water supply for primery processing about
20 liters per a kilogram green beans. Its indicated that primery coffee processing using fully wet method will be produce high waste, i.e. solid and liquid.
Coffee pulp has nutrition content and potential chemical compound to convert as adde value product. The aims of this paper is to give an explanation of
coffee waste potency and diversification technology that produce high quality
and give more added value. Several research programs to develop technology
that converted primery processing waste as diversification product (food and
non food product) with high quality and added value have be done.
Deversification products such as particleboard, soil amelioran, artificial soil
of plant, organic compost, soft drink by low alcohol, water with high sugar
63
Widyotomo
content, production media for C. utilis single cell, feed for animal, bioethanol,
biodiesel, biogas, energy source for drying process, etc. Its diversification technology have been applied, but few of technologies should be continouing by
complete analysis to determine optimum process condition.
Key words: coffee, waste, technology, diversification, quality, added value.
PENDAHULUAN
Kopi merupakan salah satu penghasil
sumber devisa Indonesia, dan memegang
peranan penting dalam pengembangan
industri perkebunan. Dalam kurun waktu
20 tahun luas areal dan produksi perkebunan
kopi di Indonesia, khususnya perkebunan
kopi rakyat mengalami perkembangan yang
sangat signifikan. Pada tahun 1980, luas areal
dan produksi perkebunan kopi rakyat
masing-masing sebesar 663 ribu hektar dan
276 ribu ton, dan pada tahun 2009 terjadi
peningkatan luas areal dan produksi yang
masing-masing sebesar 1.241 juta hektar dan
676 ribu ton (Ditjenbun, 2010). Tahun 2010
luas areal kopi di Indonesia mencapai
1.210.000 ha dengan produksi 686.920 ton,
ekspor 433.600 ton dengan nilai USD 814,3
juta. Sedangkan pada tahun 2011 angka
sementara luas areal kopi 1.677.000 ha
dengan produksi 633.990 ton, ekspor
387.870 ton dengan nilai USD 1.198,9 juta.
Rata-rata laju pertumbuhan luas areal kopi,
jumlah produksi, volume ekspor dan nilai
ekspor selama 2007-2010 masing-masing
sebesar 0,25%; 0,2%; 13,31% dan 12,61%.
Intensifikasi kopi Arabika dan Robusta tahun
2012 mencapai 13.510 ha yang tersebar di
provinsi NAD, Sumatera Utara, Bali, Nusa
Tenggara Timur dan Sulawesi Selatan. Selain
program tersebut, pada tahun yang sama
dilakukan perluasan areal kopi Arabika
sebesar 1.650 ha dan peremajaan kopi
Robusta sebesar 2.950 ha. Tahun 2012
luas areal kopi ditarget kan mencapai
1.354.000 ha dengan nilai produksi dan
produktivitas masing-masing 733.000 ton dan
743 kg/ha (Azwar, 2012).
64
Potensi dan teknologi diversifikasi limbah kopi menjadi produk bermutu dan bernilai tambah
Panen
buahkopi
kopi
Panen buah
Penerimaan
Penerimaan
Tangki Shipon
Shipon
Pulping
Buahkopi
kopihijau
hijau
Buah
Kotoran
Kotoran
Pulp
Pulp
Fermentasi
Fermentasi
Pencucian
Pencucian
Pengeringan
Pengeringan
Pengeringan
Pengeringan
Gelondong
kering
Gelondong kering
Kulit berkulit
berkulitcangkang
cangkang (HS)
Kopi
(HS) kering
kering
Lendir
Lendir
Pembersihan
Pembersihan
Pengupasan
kulit
Pengupasan kulit
kering
kering
Kulitgelondong
gelondong
Kulit
kering/kulit
kering/kulit
cangkang
cangkangkering
kering
Grading ukuran
ukuran
Grading
Sortasi
Sortasi
(densitas/warna)
(densitas/warna)
Kopi
beans)
Kopipasar
pasar (green
(green beans)
Penyimpanan
Penyimpanan
Gambar 1. Tahapan pengolahan kopi cara kering dan basah serta produk limbah yang dihasilkan
Figure. 1.
65
Widyotomo
Pengolahan Kopi
Saat ini dikenal dua cara pengolahan
kopi dari bentuk buah segar sampai siap untuk
dikonsumsi, yaitu cara basah (fully wet process) dan cara kering (dry process) dengan
tahapan proses pengolahan sebagaimana
ditampilkan pada Gambar 1 (Clarke &
Macrae, 1989).
Pada jaman kolonial Belanda, cara
pengolahan kering dikenal dengan istilah
Gewone Bereiding (GB), Droge Bereiding
(DB), atau Oost Indische Bereiding (OIB)
(Ismayadi, 2000). Pengolahan cara kering
masih banyak diterapkan oleh petani kopi
Robusta, dan perusahaan perkebunan besar
untuk buah kopi inferior, yaitu buah muda,
kering dan mengapung. Pengolahan kopi
cara kering relatif lebih sederhana jika
dibandingkan dengan pengolahan cara basah.
66
Potensi dan teknologi diversifikasi limbah kopi menjadi produk bermutu dan bernilai tambah
Kulit
luarluar
Kulit
Kulit
buah
Kulit
buah
BijiBiji
Biji
Biji
Tangkai
Tangkai
Kulit ariari
Kulit
67
Widyotomo
Papan Partikel
Papan partikel merupakan salah satu
produk komposit yang sangat diperlukan
dalam industri furniture dan bahan bangunan
yang dibuat dengan cara diikat dengan
perekat sintetis dan dikempa panas (Maloney,
1993). Pada umumnya papan partikel dibuat
dengan bahan dasar kayu, dan dengan
persediaan kayu dari hutan alam yang
semakin berkurang, maka diperlukan inovasi
teknologi produksi papan partikel dengan
bahan dasar yang potensial dan ramah
lingkungan. Braham & Bressani (1979)
melaporkan bahwa buah kopi tersusun atas
55,4% biji kopi pasar, 28,7% kulit buah
kering, dan 11,8% kulit cangkang. Penelitian
pemanfaatan kulit buah kopi menjadi salah
satu bahan baku pembuatan papan partikel
telah dilakukan oleh Yusianto et al. (1999).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa papan
partikel yang dibuat dari kulit cangkang kopi
memiliki kualitas yang lebih baik jika
dibandingkan dengan papan partikel yang
dibuat dari kulit buah kopi. Komposisi
68
Amelioran Tanah
Amelioran tanah merupakan suatu materi
atau bahan yang mampu memperbaiki atau
membenahi kondisi fisik dan kesuburan tanah.
Limbah kulit buah kopi dapat dimanfaatkan
sebagai sumber bahan baku amelioran tanah
alami yang berfungsi untuk meningkatkan
daya dukung tanah bagi pertumbuhan dan
produksi tanaman. Pujiyanto (2007) melaporkan bahwa amelioran tanah dapat dibuat dari
kulit buah kopi segar (90% b/b) yang telah
dicampur dengan 10% (b/b) bubuk bahan
mineral berupa 50% zeolit dan 50% fosfat
alam, diproses dengan cara penghalusan
sampai membentuk pasta. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa limbah kulit buah kopi
dapat dimanfaatkan sebagai amelioran tanah
alami untuk meningkatkan daya dukung tanah
bagi pertumbuhan dan produksi tanaman.
Komposisi amelioran 90% pasta kulit buah
kopi dengan 10% mineral memiliki karakter
fisik dan kimia yang baik, yaitu memiliki
kapasitas retensi air, kapasitas tukar kation,
kadar C-organik, dan kadar P yang tinggi
sehingga dapat digunakan untuk memperbaiki
tanah. Amelioran kulit buah kopi dengan
pupuk buatan bekerja secara sinergis dalam
Potensi dan teknologi diversifikasi limbah kopi menjadi produk bermutu dan bernilai tambah
Media Tanam
Media tanam merupakan tempat hidup
tanaman yang sesuai dengan persyaratan
hidupnya. Menentukan media tanam yang
tepat untuk suatu jenis tanaman merupakan
hal yang sulit sehingga media tanam yang
akan digunakan harus disesuaikan dengan
jenis tanaman yang akan ditanam. Secara
umum, media tanam harus dapat menjaga
kelembaban daerah sekitar akar, menyediakan
cukup udara, dan dapat menahan ketersediaan
unsur hara. Limbah kulit buah kopi
mengandung bahan organik dan unsur hara
yang potensial untuk digunakan sebagai media
tanam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kadar C-organik kulit buah kopi adalah
45,3%, kadar nitrogen 2,98%, fosfor 0,18%
dan kalium 2,26% (Ditjenbun, 2006).
Wibowo (2010) telah melakukan penelitian
pemanfaatan limbah padat kopi sebagai media
tanam Anthurium plowmanii Scoat, dan hasil
penelitian menunjukkan bahwa komposisi
media tanam kompos kulit buah kopi dan
kulit buah kopi kering dengan perbandingan
1 : 1 dapat digunakan sebagai media tanam
alternatif dan memberikan pertumbuhan
yang baik.
Kompos Organik
Kompos adalah hasil penguraian parsial/
tidak lengkap dari campuran bahan-bahan
organik yang dapat dipercepat secara artifisial
oleh populasi berbagai macam mikroba dalam
kondisi lingkungan yang hangat, lembab, dan
aerobik atau anaerobik (Isroi, 2007). Bahan
baku untuk pembuatan kompos banyak
tersedia di perkebunan kopi, diantaranya
limbah kulit buah kopi, dan kulit cangkang/
tanduk yang dapat digunakan langsung
69
Widyotomo
70
Potensi dan teknologi diversifikasi limbah kopi menjadi produk bermutu dan bernilai tambah
Pakan Ternak
Beberapa penelitian menyebutkan bahwa
limbah kulit buah kopi dapat menggantikan
20% kebutuhan konsentrat komersial yang
digunakan sebagai pakan ternak, dan
menekan biaya pakan hingga 30% (Rathinavelu & Graziosi, 2005). Dengan kandungan nutrisi yang cukup baik, maka kulit buah
kopi berpotensi untuk dikonversi menjadi
sumber bahan baku pakan ternak (Braham
& Bressani, 1979). Beberapa hasil penelitian
pemanfaatan kulit buah kopi untuk dikonversi
menjadi pakan ternak ruminansia (kambing
dan sapi) dan unggas (ayam) adalah sebagai
berikut :
a. Pakan kambing
Zainuddin & Murtisari (1995) melaporkan bahwa kulit buah kopi ini cukup potensial
untuk digunakan sebagai bahan pakan ternak
ruminansia termasuk kambing. Kandungan
zat nutrisi yang terdapat pada kulit buah kopi
seperti; protein kasar sebesar 10,4%, serat
kasar sebesar 17,2% dan energi metabolis
14,34 MJ/kg relatif sebanding dengan zat
nutrisi rumput. Hasil penelitian lain
melaporkan bahwa penggunaan limbah kopi
sebanyak 200 g/ekor/hari dan enzym philazim
sebanyak 2,5 g/ekor/hari dapat meningkatnya
produksi susu kambing Peranakan Etawah
(PE atau Etawah grade goats). Penggunaan
limbah kopi terfermentasi untuk pakan
penguat mampu memberikan peningkatan
berat badan dari rata-rata 68,41 g/ekor/hari
menjadi 102.92 g/ekor/hari (Guntoro et al.,
2002). Lebih lanjut Guntoro et al. (2004)
melaporkan bahwa fermentasi limbah kopi
dengan Aspergillus niger dapat meningkatkan kandungan gizi limbah kopi. Penggunaan
tepung limbah kopi terfermentasi sebanyak
100 g/ekor/hari prasapih dan 200 g/ekor/hari
pasca sapih dapat meningkatkan pertumbuhan anak kambing dari rata-rata 65 g/ekor/
hari (tanpa limbah kopi) menjadi 98 g/ekor/
hari.
Perlakuan fermentasi limbah kulit kopi
dengan Aspergillus niger mampu meningkatkan nilai gizi limbah kopi yang ditunjukkan
dengan meningkatnya protein dari 6,67%
menjadi 12,43% dan menurunkan kadar serat
kasar dari 21,4% menjadi 11,05%. Pengamatan di lapangan menunjukkan tidak ada
satupun ternak yang diberi asupan limbah
hasil fermentasi menunjukkan gejala sakit
ataupun mati; sehingga limbah kopi terfermentasi aman digunakan untuk pakan
kambing (Guntoro et al., 2002). Kulit kopi
baik dalam kondisi tanpa diproses ataupun
yang telah difermentasi layak untuk
dimanfaatkan sebagai komponen pakan
penggemukan ternak domba (Prawirodigdo
et al., 2005). Hasil penelitian menunjukkan
bahwa penambahan 200 g limbah kulit kopi
kering dalam susunan pakan tidak berpengaruh negatif terhadap pertambahan
bobot hidup ternak domba. Hal tersebut
menunjukkan bahwa limbah kulit kopi kering
dapat digunakan untuk membantu mengatasi
kesulitan pakan ternak domba. Untuk dapat
menghasilkan tingkat pertumbuhan ternak
domba yang lebih baik, maka diperlukan
proses pengolahan lebih lanjut terhadap
kulit kopi sebelum diberikan kepada
ternak (64 g/hari kulit kopi tanpa proses dan
101 g/hari kulit kopi yang difermentasi)
(Prawirodigdo et al., 2007). Londra & Andri
(2009) melaporkan bahwa pemberian limbah
kopi terfermentasi dapat meningkatkan nilai
keuntungan sebesar Rp. 244.620/ekor untuk
pemeliharaan ternak kambing PE selama
150 hari.
71
Widyotomo
b. Pakan sapi
Pakan ternak ruminansia terdiri dari
komponen hijauan yang yang identik dengan
sumber serat mencapai 60-70%. Teknologi
pakan murah lengkap telah dikembangkan
oleh indutri pakan komersial sejak 2002
karena semakin terbatasnya ketersediaan
hijauan alami di lapangan. Pakan murah
lengkap dikembangkan dalam bentuk
konsentrat dengan kandungan air maksimum
13%, protein kasar minimum 12%, lemak
kasar maksimum 5%, serat kasar maksimum
15%, kadar abu maksimum 10%, Total
Digestible Nutrient (TDN) minimum 63%,
Ca 0,9% dan P 0,5%. Konsentrat merupakan
suatu bahan pakan dengan nilai gizi tinggi
yang dipergunakan bersama bahan pakan lain
72
c. Pakan ayam
Usaha tani ayam buras memiliki prospek
masa depan yang cukup baik dengan
semakin meningkatnya permintaan daging
dan telur karena peningkatan pendapatan dan
pengetahuan tentang pemenuhan gizi
keluarga. Salah satu komponen terbesar
dalam usaha tani ternak ayam buras adalah
pakan yang mencapai 60-80% dari total
biaya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kebutuhan zat gizi ayam buras lebih rendah
dibandingkan dengan kebutuhan ayam ras
karena sifat genetik dan pola pertumbuhannya
berbeda. Berdasarkan hal tersebut, maka perlu
diberikan formula ransum khusus ayam buras
agar diperoleh tingkat pertumbuhan dan
Potensi dan teknologi diversifikasi limbah kopi menjadi produk bermutu dan bernilai tambah
73
Widyotomo
74
Potensi dan teknologi diversifikasi limbah kopi menjadi produk bermutu dan bernilai tambah
PENUTUP
Limbah padat dan cair pengolahan kopi
memiliki potensi untuk dapat diolah lanjut
menjadi produk pangan dan non pangan
dengan mutu serta nilai tambah yang lebih
baik. Bentuk diversifikasi produk yang dapat
dihasilkan antara lain papan partikel,
amelioran tanah, media tanam, kompos
organik, minuman ringan beralkohol,
minuman dengan kadar gula tinggi, media
produksi protein sel tunggal C. utilis, pakan
ternak, bioetanol, biodiesel, biogas, bahan
bakar sumber panas proses pengeringan dan
lain-lain. Beberapa teknologi diversifikasi
produk dapat diaplikasikan di lapangan
disesuaikan dengan skala produksi dan
prioritas fungsionalnya. Namun beberapa
teknologi diversifikasi masih perlu dikaji lebih
mendalam, terutama kajian awal skala
laboratorium untuk memperoleh kondisi
75
Widyotomo
DAFTAR PUSTAKA
Akasaka, H.; T. Takahata; I. Toda; H. Ono;
S. Ohshio; S. Himeno; T. Kokubu &
H. Saitoh (2011). Hydrogen storage
ability of porous carbon material fabricated from coffee bean wastes. International Journal of Hydrogen Energy,
36, 580585.
Al-Hamamre, Z.; S. Foerster; F. Hartmann;
M. Krger & M. Kaltschmitt (2012).
Oil extracted from spent coffee
grounds as a renewable source for
fatty acid methyl ester manufacturing.
J. of Fuel, 96, 7076.
Azwar A.B. (2012). Intensifikasi kopi jadi
program unggulan baru. Media Perkebunan, 99, 16-17.
Baon, J.B.; R. Sukasih; Nurkholis & S.
Abdoellah (2000). Role of inorganic
and bio-activators and raw material
composition in the rate of decomposition and quality of coffee shell composts. Paper presented at The International Congress and Symposiumon
Southeast Asian Agricultural Science.
Bogor. Indonesia.
Baon, J.B.; R. Sukasih & Nurkholis (2005). Laju
dekomposisi dan kualitas kompos
limbah padat kopi: pengaruh aktivator
dan bahan baku kompos. Pelita
Perkebunan, 21, 31-42.
Baon, J.B.; S. Abdoellah; Pujiyanto; A. Wibawa;
R. Erwiyono; Zaenudin; A.M. Nur;
E. Mardiono & S. Wiryadiputra (2003).
Pengelolaan kesuburan tanah perkebunan kopi untuk mewujudkan
76
Potensi dan teknologi diversifikasi limbah kopi menjadi produk bermutu dan bernilai tambah
77
Widyotomo
78
Potensi dan teknologi diversifikasi limbah kopi menjadi produk bermutu dan bernilai tambah
79
Widyotomo
80