Anda di halaman 1dari 32

TRANSFORMATOR LANJUT

MERANCANG TRANSFORMATOR 20 KVA

OLEH :
KELOMPOK II
RAINAL AKBAR

PANJI MAHENDRA

WIDYA RAHAYU UTOMO

AUDREY FUADI

M. YUNGKI PIRANDA

FIKKY SOFYAN

REZA NOVIARDI

PRIANDIKA

OGI SEPTIAN

ATTAQI YURRAHMAN

RAHMAD RIFWANDI

YOGA TRI WARMEN

Dosen :
ANDI PAWAWOI, M.T.

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ANDALAS
2014

TEORI RANCANGAN
1.1. Keluaran Transformator
1.1.1. Simbol-simbol dan Satuan-satuan
m

= fluks utama [Wb]

Bm

= kerapatan fluks maksimum [Wb/m2]

Agi

= luas inti kotor

Ai

= luas inti bersih [m2] = stacking factor x luas inti kotor

Ac

= luas tembaga pada jendela [m2]

Aw

= luas jendela [m2]

Kw

= faktor ruang jendela

= jarak antara pusat-pusat inti [m]

= diameter lingkaran into [m]

Np

= jumlah lilitan primer [lilitan]

Ns

= jumlah lilitan sekunder [lilitan]

= frekuensi [Hz]

Ei

= gaya gerak listrik (ggl) per lilitan [V]

Vp

= tegangan terminal belitan primer [V]

Vs

= tegangan belitan sekunder [V]

= kerapatan arus [A/m2]

Ip

= arus pada belitan primer [A]

Is

= arus pada belitan sekunder [A]

ap

= luas penghantar pada belitan primer [m2]

as

= luas penghantar pada belitan sekunder [m2]

Li

= panjang rata-rata lintasan fluks pada besi [m]

Lmt

= panjang rata-rata lilitan dari belitan tranformator [m]

Gi

= berat besi aktif [kg]

Gc

= berat tembaga [kg]

gi

= berat besi per m3 [kg]

gc

= berta tembaga per m3 [kg]

pi

= rugi pada setiap kg besi [W]

pc

= rugi pada setiap kg tembaga [W]

1.1.2. Transformator Satu Fasa


Tegangan yang diindikasikan pada suatu belitan tranformator dengan
N lilitan dan diikuti oleh suatu sumber yang frekuensi f Hz diberikan
oleh
Tegangan perlilitan E i

E
4,44 fm
T

(1-1)

Dengan E adalah ggl induksi pada belitan


Jendela pada transformator satu fasa mengandung satu belitan primer
dan satu belitan sekunder. Jadi luas tembaga total pada jendela adalah:
Ac = luas tembaga belitan primer + luas tembaga belitan sekunder
= (jumlah lilitan primer x luas penampang penghantar primer) +
(jumlah lilitan sekunder x luas penampang penghantar sekunder)
= (Npap) + (Nsas)
Diambil rapat arus sama pada belitan primer dan sekunder,
sehingga
Ac

Ip

dan a st

Is

Jadi luas penghantar total pada jendela adalah


Ac

N pI p

N s I s N p I p N s I s 2 AT

(1-2)

Karena N p I p N s I s AT bila ggm magnetisasi diabaikan.


Faktor ruang jendela Kw didefinisikan sebagai perbandingan antara
luas tembaga pada jendela dengan luas jendela seluruhnya, atau:
Kw

luas penghantar pada jendela Ac

luas jendela total

Jadi luas penghantar di jendela


Ac K w Aw

(1-3)

Dari persamaan-persamaan diatas didapat:


2 AT
K w Aw

Atau
AT

K w Aw
2

(1-4)

Daya transformator satu fasa dalam KVA

( 1-5 )

Tetapi m = rapat fluks maksimum x luas inti bersih = BmAi


Jadi
( 1-6 )
1.1.3. Transformator Tiga Fasa
Pada transformator tiga fasa terdapat dua jendela yang masingmasingnya diisi oleh dua belitan primer dan dua belitan sekunder.
Luas penghantar total pada tiap jendela adalah:

Atau
( 1-7 )
Luas penghantar total juga sama dengan

Atau

. Jadi

( 1-8 )
Daya transformator tiga fasa dalam kVA adalah

( 1-9 )
( 1-10 )

1.2. PERSAMAAN KELUARAN PERLILITAN


Yang diperhatikan adalah keluaran satu fasa. Daya dalam kVA pada keluaran
satu fasa adalah:

[ k VA ]

( 1- 11)

Reluktansi merupakan perbandingan antara tegangan magnetisasinya dan


fluks, yang nilainya constant, dengan demikian:

Dimana: r = reluktansi magnet dalam henry.


Dari persamaan (1-11) didapat:

Sehingga:
m 4,44. f

r.10 3
Q
4,44 f

Tegangan per lilitan adalah


E t 4,44. f . m 4,44. f

r.10 3
Q
4,44 f

( 1-12 )
Dengan
( 1-13 )
Karena perbandingan

tergantung pada jenis transformator dan oleh karena

itu K juga merupakan konstanta yang nilainya tergantung pada jenis, kondisi
pelayanan dan metode pembuatan.
Besar harga K untuk berbagai jenis inti transformator adalah seperti pada
table 1.1 dibawah ini.
Table 1.1 Harta konstanta K untuk berbagai jenis inti transformator
Jenis
a. Trafo 1 fasa jenis cangkang

K
1 1,2

b.
c.
d.
e.

Trafo 1 fasa jenis inti


Trafo 3 fasa jenis cangkang
Trafo 3 fasa jenis inti (distribusi)
Trafo 1 fasa jenis inti (inti)

0,75 0,85
1,3
0,45
0,67 0,7

1.3. PERBANDINGAN ANTARA RUGI BESI DAN RUGI TEMBAGA


Rugi tembaga per m3 adalah = 2

( 1-14 )

Bila diambil hambatan tembaga = 2,1 x 10 -3 m pada temperature 75oC dan


kerapatannya = 8,9 x 10-3 kg/m3 maka rugi tembaga tiap kg-nya pada
temperature 75oC (specific copper losses):

[watt/kg]
( 1-15 )
Dengan = kerapatan arus (A/m2)
Selain hal-hal yang sudah diperhatikan diatas, harus juga dipertimbangkan
rugi beban menyimpang (stray load loss) yang berkisar antara 5% sampai
dengan 25% dari rugi tembaga. Rugi tembaga total:
Wc = PcGc [W]

( 1-16 )

Rugi besi total per kg yuitu rugi specific Pi bias didapat dari kurva-kurva
rugi. Rugi besi total adalah
Wi = PiGi [W]

( 1-17 )

Jadi perbandingan antara rugi besi dan rugi tembaga adalah

Perbandingan antara besi dan tembaga umumnya berkisar antara 1,5 sampai
dengan 3,0 untuk transformator distribusi. Untuk transformator-transformator
jenis satu fasa kapasitas kecil, perbandingan antara berat-beratnya biasanya
kurang dari 1,5. Untuk transformator-transformator daya tegangan tinggi,
bias dua kali nilai-nilai yang diberikan di atas.
1.4. HUBUNGAN ANTARA LUAS INTI DENGAN BERAT BESI DAN
TEMBAGA

Dari persamaan (1-6) keluaran KVA dari transformator satu fasa adalah
Sekarang berat besi adalah
Dan berat tembaga adalah

Perbandingan berat inti dan berat tembaga adalah

Karena

Jika perbandingan panjang rata-rata rangkaian magnet dan panjang rata-rata


lilitan belitan dianggap constant, maka:

Atau

Dimana

Dengan memasukkan nilai

ke persamaan (1-6) maka didapat

Atau luas inti

( 1-18 )
Dengan

( 1-19 )

Dengan mengambil

dan

didapat

( 1-20 )
Umumnya besarnya harga perbandingan panjang rata-rata belitan dan
panjang rata-rata rangkaian medan magnet sudah tertentu untuk jenis tertentu,
sesuai dengan tabel 1.2 dibawah ini:
Tabel 1.2
Jenis
1-Phasa jenis inti

LLmt/li
0,3 0,55

3-Phasa jenis inti

0,17 0,5

1-Phasa jenis cangkang

1,2 2

1.5. DESAIN OPTIMUM


Transformator bias dirancang agar salah satu dari hal-hal dibawah ini menjadi
minimum, yaitu: (i) volume total, (ii) berat total, (iii) biaya total, (iv) rugirugi total.
Semua besaran ini bervariasi dengan perbandingan (rasio)

. Bila

dipilih nilai r yang tinggi dengan cara memperkecil nilai AT maka volume,
berat dan biaya tembaga akan berkurang dan rugi-rugi I 2R juga berkurang.
Jadi nilai r merupakan faktor pengontrol (controlling factor) untuk besaran
yang disebut di atas.
1.5.1.

Disain untuk biaya, volume dan berat minimum

Perhatikan transformator satu fasa. Keluaran KVA nya adalah


Dengan menganggap bahwa rapat fluks dan arus adalah konstan maka
perkalian antara Ac dan Ai adalah konstan. Misalkan:
( 1-21 )

Oleh karena itu masalah desain optimum adalah penentuan nilai minimum
dari biaya total. Karena

, sedangkan m = BmAi dan

maka
( 1-22 )
Dengan hanya merupakan fungsi r karena Bm dan konstan.
Dari (i) dan (ii) didapat:

Bila
Ct = biaya total bahan aktif transformator
Ci = biaya total besi
Cc = biaya total penghantar
Maka
Ct = Ci + Cc = ciGi + ccGc
= cigiliAi + ccgiliAi + ccgcLmtAc
Dengan ci dan cc adalah biaya spesifik besi dan tembaga. Dengan
memasukkan nilai-nilai Ai dan Ac pada persamaan (iii) maka persamaan (iv)
menjadi

Diferensiasi Ct terhadap menghasilkan

Untuk biaya minimum maka

1.5.2.

Disain untuk rugi minimum dan efisiensi maksimum

Rugi total pada beban penuh = pi + Pc


Pada tiap bagian x dari beban penuh, rugi total adalah P1+ x2 Pc

Jika Q ialah keluaran pada beban penuh maka keluaran pada bagian x dari
beban penuh adalah xQ. Sehingga:
Efisiensi pada keluaran xQ, x

xQ
xQ Pi x 2 Pc

Diferensiasi x terhadap x menghasilkan

d x xQ Pi x 2 Pc Q xQ Q 2 xPc

dx
xQ Pi x 2 Pc 2
Efisiensi ini akan maksimum bila

d x
0,
dx

xQ P x P Q xQ Q 2 xP 0
2

Dengan demikian untuk rugi minimum atau efisiensi maksimum


P i = x2 P c
Dari persamaan diatas terlihat bahwa efisiensi maksimum didapat bila rugirugi variabel sama denga rugi-rugi konstan.
1.6. PERENCANAAN INTI TRANSFORMATOR
Penampang inti untuk transformator tipe inti (core type transformator) bisa
berbentuk segi empat (rectangular) bujursangkar (square) atau bertingkat
(stepped). Untuk transformator tipe cangkang (shell type transformer)
menggunakan inti-inti dengan penampang segi empat.
1.6.1.

Penampang Segi Empat

Untuk transormator-transformator distribusi tipe inti dan transformator


berdaya kecil dengan tegangan rendah dan menengah biasa digunakan inti
berpenampang segi empat. Perbandingan panjang dan lebar inti berkisar
antara 1,4 s/d 2. kumparan-kumparan berbentuk segi empat dipakai untuk
inti-inti segi empat.
Untuk transformator tipe cangkang (shell type transformer), lebar limb tengah
adalah 2 s/d kali panjang inti.
1.6.2.

Penampang Bujur Sangkar dan Bertingkat

Bila kumparan-kumparan bulat diperlukan untuk tranformator-transformator


daya dan distribusi tegangan tinggi maka inti-inti bujur sangkar dan

bertingkat. Kumparan-kumparan bulat lebih disukai karena karakteristik


mekanisnya yang sangat baik.
a.

Inti bujur sangkar


Lihat gambar 1.1 dibawah ini.

Gmbar 1.1 Penampang inti bujur sangkar


Luas kotor inti: Agi = a2 = (0,71d)2 = 0,5d2
Luas inti bersih: Ai = factor penumpukan (stacking factor) x luas inti kotor
Bila diambil stacking factor = 0,9 maka Ai = 0,9 x 0,5d2 = 0,45d2
Perbandingan-perbandingan:

luas int i bersih


0,45d 2

0,58
luas lingkaran luar 2
4d
luas int i kotor
0,5d 2

0,64
luas lingkaran luar 2
4d
b.

Inti bertingkat
Gambar 1.2 memperlihatkan 2 inti bertingkat atau cruciform.

Gambar 1.2 inti berbentuk salib


Dimensi-dimensi dari dua tahap (step), agar didapat luas maksimum untuk
diameter yang diberikan, ditentukan dengan cara berikut.
Agi = ab + b (a b) = 2ab b2

Luas inti kotor:


Karena

a = d cos dan b = d sin, maka

Agi = 2 d sin cos d2sin2 = d2 (sin2 sin2)


Diferensiasi terhadap didapat,
dAgi
d

Bila

dAgi
d

d 2 d cos 2 2 sin cos d 2 d cos 2 sin 2

0 akan didapat nilai yang menghasilkan luas maksimum,

Atau d 2 d cos 2 sin 2 0 atau tan2 atau = 31o45.


Oleh karena itu a = d cos 31o45 = 0,85d; b = d sin31o45 = 0,53d
Luas inti kotor: Agi = 2ab b2 = 0,618d2
Luas inti bersih: Agi = 0,9 Agi = 0,56d2
Perbandingan-perbandingan:

luas int i bersih


0,56d 2

0,71
luas lingkaran luar 2
4d
luas int i kotor
0,61d 2

0,79
luas lingkaran luar 2
4d

Gambar 1.3 penampang inti-inti bertingkat


Dengan menambah jumlah tingkat maka luas lingkaran yang membatasi
terpakai lebih efektif. Dimensi-dimensi yang paling ekonomis dari berbagai

tingkat untuk ini banyak tingkat (multi steps) bisa dihitung. Hasil-hasilnya
dicantumkan dalam table 1.3.
Table 1.3
Persentase luas lingkaran
Penampang Inti
Luas inti kotor Agi

Bujur

Bentuk

Tiga

Empat

Sangkar
64

Salib
79

Tingkat
84

Tingkat
87

58

71

75

78

0,49

0,56

0,60

0,62

Luas inti bersih


(Ai = kc.d2)
Nilai faktor kc

Laminasi diberikan dalam ukuran lebih standar, biasanya 0,75 m atau 1 m. ini
dilakukan untuk menghindari ukuran laminasi yang terlalu banyak variasi dan
untuk meminimalkan terbuangnya baja selama pelubangan laminasi. Oleh
karena itu, inti harus hanya terdiri dari laminasi-laminasi ukuran standar (dan
tidak persis sama dengan ukuran yang diberikan oleh perbandinganperbandingan seperti yang terlihat pada gambar 1.3).
1.7. PENGHITUNGAN LUAS INTI
Tegangan perlilitan dihitung dari persamaan (1-12)
Et K Q

Nilai K yang sesuai bisa dipilih dari table 2 dan dengan demikian nilai E t bisa
diperoleh dan fluks adalah:
m

Em
44. f

Oleh Karena itu nilai fluks pada inti bisa dihitung. Luas inti bisa didapat
dengan menganggap/ mengambil suatu nilai. Luas inti bisa didapat dengan
menganggap/ mengambil suatu niali rapat fluks maksimum Bm. Dengan
demikian luas inti bersih yang diperlukan:
dengan Ki adalah factor penumpukan (stacking factor )
1.8. PEMILIHAN RAPAT FLUKS

dan luas inti kotor :

Nilai rapat fluks yang dipilih tergantung pada kondisi pelayanan transfomator.
Karena transfomator pembangkit (Daya) harus dirancang untuk efisiensi
tinggi maka nilai rapat fluks harus rendah agar rugi_rugi besi tetap rendah.
Nilai rapat fluks maksimum

(Bm) yang bisa untuk trasfomator yang

memakai hot rolled silicon steel adalah :


Transfomator distribusi :1,2 1,35 Wb/m2
Transfomator distribusi :1,25 1,45 Wb/m2
Nilai nilai yang lebih rendah dipakai untuk trasfomator denag rating kecil.
Untuk transfomator transfomator yang memakai cold rolled grain maka niali
nilai berikut ini bisa dipakai:
Untuk transfomator s/d 132 kV

:1,55 WB/m2

Untuk transfomator 275 kV

:1,6 WB/m2

Untuk transfomator generator 400 kV

:1,7 WB/m2

1.9. DISAIN BELITAN


Jumlah lilitan pada belitan primer :
Np

tegangan beli tan primer V p

tegangan per lili tan


Et

Jumlah lilitan pada belitan sekunder:


Ns

tegangan beli tan sekunder Vs

tegangan per lili tan


Et

Jumlah lilitan pada belitan tegangan rendah biasanya ditentukan pada disain
permulaan dengan mengatur tegangan per lilitan untuk mendapatkan jumlah
lilitan belitan tegangan rendah per fasa sebagai bilangan bulat.
N T .R

VT . R
bilangan bulat
Et

Oleh karena itu jumlah liliatan pada belitan tegangan tinggi per fasa adalah
N T .T

Arus pada belitan primer: I p

VT .T
N T .R
VT . R

kVA per fasa x 10 2


Vp

Dan arus pada belitan sekunder: I s I p

Vp
Vs

Luas penghantar-penghantar pada belitan-belitan primer dan sekunder


ditentukan setelah pemilihan rapat arus yang layak digunakan pada belitan.
Pemilihan arus adalah penting karena rugi-rugi I2R dan dengan demikian
beban dimana terjadi efisiensi maksimum tergantung padanya. Level rugirugi besi dan I2R yang diperlukan adalah berbeda antara transformator dan
dan transformator distribusi. Dengan demikian nilai rapat arus juga berbeda
untuk tipe transformator yang berbeda (daya dan distribusi).
Untuk transformator distribusi dan transformator daya kecil, jenis pendingin
minyak sendiri s/d 50 kVA: = 1,1 s/d 2,3 A/mm2.
Untuk transformator-transformator daya besar jenis pendingin minyak sendiri
atau tiupan udara (air blast) : = 2,2 s/d 3,2 A/mm2.
Untuk transformator daya besar dengan pendingin minyak sirkulasi paksa
atau dengan kumparan-kumparan pendingin air: = 5,4 s/d 6,2 A/mm2.
Luas tiap penghantar primer:

ap

Ip

Dan luas tiap penghantar sekunder: a s

Is

Rapat arus pada kedua belitan harus diambil sama untuk mendapatkan rugi
tembaga minimu. Jadi bila
Up dan Us = volume penghantar pada belitan primer dan sekunder,
Uc = volume penghantar total = Up + Us = Konstan,
Maka
Rugi I2R pada primer = 2pUp rugi I2R pada sekunder = 2sUs , sehingga
rugi I2R total Pc = [2pUp + 2(Uc Up)]
Diferensiasi Pc terhadap Up :

dPc
p2 s2
dU p

Untuk rugi minimum:

1.9.1.

dPc
p2 s2 0 atau p s
dU p

Pemilihan jenis belitan

Jenis-jenis belitan tegangan tinggi adalah:

(i) Belitan silinder (cylindrical winding) dengan penghantar-penghantar bulat.


(ii) Belitan bersilang (cross-over winding) dengan penghantar-penghantar
bulat atau segi empat kecil.
(iii) Belitan jenis cangkram kontinyu (continuous disk type winding) dengan
penghantar-penghantar segi empat.
Jenis (i) dan (ii) dipakai untuk transformator sampai dengan 1000 kVA dan 33
kV. Jenis ketiga dipakai untuk transformator dari 200 kVA s/d puluhan MVA
dan tegangan tinggi dari 11 kV ke atas.
Jenis-jenis belitan tegangan rendah adalah:
(i) dan (ii) belitan berbentuk spiral (helical winding), biasanya double helical.
Kedua jenis belitan ini menggunakan penghantar segi empat. Jenis pertama
digunakan untuk transformator s/d 800 kVA dan tegangan s/d 433 kV. Jenis
kedua dipakai untuk transformator dengan daya s/d puluhan MVA dan
tegangan s/d 15 kV, bahkan kadang kala s/d 33 kV. Belitan yang digunakan
bisa dipilih dengan referensi pada table 1.4 dibawah ini
Table 1.4 rentang jenis belitan yang berbeda.
No

Jenis

Daya

Tegangan

Belitan

(kVA)

(kV)

Arus maks. Penampang

Jumlah

Per

Penghantar

penghantar

Penghantar

(mm2)

(strip)

(A)
1.

Dalam

s/d 13

s/d 80

s/d 30

parallel
1 s/d 2

s/d 6

10 100

5 200

1 s/d 4

0,413)

s/d 40

s/d 15

s/d 1000

s/d 33

dari 300

75 s/d 100 4 s/d 16

dari 160

s/d 15

keatas

dan keatas

s/d

tetapi

puluhan

kadang

ribu

kala s/d 33

200

dari 200

3,3 220

keatas

Silinder

5000

(penghantar

10000

bulat) silinder
(penghantar segi

5000

empat)

8000

Bersilang
berbentuk spiral

Cakram kontinu

(biasanya

(kadangkadang

12 keatas

Dari 4 s/d lebih)


dan 1

s/d

(kadang-

s/d

kadang

puluhan

lebih

ribu
1.9.2.

Posisi Penghantar Relative Terhadap Inti

Posisi penghantar relative terhadap inti adalah seperti yang tampak pada
gambar 1.4

Gambar 1.4 posisi belitan-belitan relative terhadap inti


1.10.

DESAIN ISOLASI
Selama proses transfer (pemindahan) daya dari satu rangkaian listrik ke
rangkaian listrik terjadi gejala termis dan mekanis pada transformator.
Tegangan-tegangan belitan menghasilkan suatu medan elektrostatik pada
dielektrik dan dengan demikian mengakibatkan stress (ketegangan) pada
isolasi. Arus-arus pada belitan-belitan membangkitkan medan-medan
magnet yang mengakibatkan kenaikan gaya-gaya elektromagnetika di
belitan-belitan dan kenaikan tegangan-tegangan mekanis pada isolasi.
Akhirnya

rugi-rugi

pada

transformator

mengakibatkan

kenaikan

temperature yang pada akhirnya menghasilkan tegangan termal pada


isolasi. Karena itu pertimbangan-pertimbangan dasar dalam merancang
isolasi haruslah mencakup pertimbangan listrik (rugi arus eddy dan
reaktansi bocor), pertimbangan mekanis dan pertimbangan termis.
Isolasi transformator terbagi dalam empat jenis:
(i) isolasi utama (major insulation)
(ii) isolasi Bantu (minor insulation)
(iii)

isolasi relative terhadap tanki dan

(iv)isolasi antar fasa

Isolasi utama untuk belitan sampai dengan 33 kV secara skematis


diperlihatkan pada gambar 1.5. kebetulan silinder yang diisolasi, saluran
minyak dan isolasi antara ujung-ujung belitan dengan yoke ditunjukkan
oleh table 1.5 dan 1.6

Gambar 1.5 isolasi utama pada transformator s/d 33 kV


w-ketebalan isolasi pejal horizontal antar ujung-ujung belitan dan yoke
Table 1.5 Ketebalan isolasi utama (major insulation) belitan tegangan
tinggi s/d 33 kV (semua ukuran)
Daya [kVA]

Tagangan

Antara T.T dan Dari

[kV]

T.R
A2
8,5

C2
2,5

belitan ke yoke
H
W
20

A3
10

C3
2

125 630

12,0

2,5

20-30

10

800 keatas

17,0

17,0

20-50

10

12,0

30

30

14

17,0

50

30-

14

15,0

3,5

50
40

17

17,0

5,0

40-

17

27,0

5,0

50
60

30

27,0

5,0

75

30

25 100

25 630

3,3 dan 6,6

11

800 keatas
25 630

15

800 keatas
10-800
1000 keatas

33

ujung

Tabel 1.6 ketebalan isolasi utama belitan T.T s/d 33 kV (semua ukuran)
Daya [kVA]

Tegangan [kV]

Dari belitan ke inti


Al

Cl

25-630
25-630
800 keatas
25-630

s/d 1
3,3 dan 6;6
s/d 1, 3,3 dan 6,6
11

5
12
15
18

2,5
50
3,0

800 keatas
25-630

15

18
21

5,0
4,0

33

23
27

5,0
5,0

800 keatas
Berbagai kVA
1.11.

FAKTOR RUANG JENDELA


Faktor ruanfg jendela didefinisikan sebagai perbandingan antara luas
tembaga pada jendela dan luas total jendela. Ini tergantung pada jumlah
relative isolasi dan penghantar yang tersedia yang selanjutnya (pada
gilirannya) tergantung pada tegangan dan daya keluaran transformator.
Rumus empiris untuk transformator dengan sekitar 20 kVA adalah
Kw

30 kV

Rumus empiris untuk transformator dengan sekitar 20 kVA adalah


Kw

10
30 kV

Rumus empiris untuk transformator dengan sekitar 20 kVA adalah


Kw

12
30 kV

Nilai-nilai factor ruang jendela untuk daya-daya diantara nilai-nilai yang


dicantumkan diatas bisa diperoleh dengan interpolasi.
1.12.

DIMENSI JENDELA
Tinggi dan lebar jendela bisa diatur untuk mendapatkan susunan belitan
yang pantas dan juga untuk mendapatkan nilai reaktansi bocor yang
diinginkan.
Luas jendela tergantung pada luas penghantar total dan factor ruang
jendela.
luas penghantar total

Luas jendela: Aw faktor ruang jendela

Untuk transformator 1 phasa: A w


Untuk transformator 3 phasa: A w

2 apN p
Kw
2 apN p
Kw

Luas jendela = (tinggi jendela) x (lebar jendela)


Aw = Hw . Ww
Perbandingan antara tinggi dan lebar jendela: Hw/Ww adalah antar 24
Dengan mengambil nilai yang pantas untuk perbandingan H w/Ww maka
tinggi dan lebar jendela bisa dihitung.
1.13.

LEBAR JENDELA UNTUK KELUARAN OPTIMUM


Misalkan D adalah jarak kaki yang berdekatan seperti yang tampak pada
gambar 1.6. Selanjutnya:
D = lebar besi + lebar penghantar batang + lebar isolasi dan ruang main
(clearance)
M adalah ruang yang ditempati isolasi dan ruang main sepanjang lebar.
Jadi lebar yang ditempati oleh tembaga + besi: D = D m
Lebar penghantar-lebar penghantar batang pada besi jendela = lebar yang
ditempati oleh besi = D d.
Jika s adalah keluaran transformator dalam VA per satuan tinggi jendela,
maka:
S = EtNhI
Dengan Th = lilitan per satuan tinggi
Et 4,44 f m 4,44 fBm Ai 4,44 fBm k c d 2

Jadi untuk

suatu

nilai rapat fluks dan frekuensi yang tetap, E t = sebanding

dengan d2.
ITh = ggm per satuan tinggi = .a.Th
Dengan a = luas tiap penghantar dan = rapat arus.
aTh = tinggi penghantar x lebar penghantar.
= lebar penghantar (bila tingginya adalah 1)
Jadi ITh sebanding dengan ( x lebar tembaga pada jendela) atau IT h
sebanding dengan (D-d) untuk nilai rapat arus yang konstan.
Dengan demikian S = Ad2 (D-d) = Ad2 d3 dengan A adalah konstan.

Untuk

menentukan

keluaran

dideferensiasi terhadap d, atau:


Untuk keluaran maksimum:

maksimum

pada

suatu

nilai

D:S

ds
2 AD ' d 3 Ad 2 0 . Jadi D = 1,5d.
dd

ds
0 atau 2 AD' d 3 Ad 2 0 . Jadi D =
dd

1,5d.
Untuk disain normal, nilai m diambil 0,2d. karena D = D + d maka D =
1,7d. jadi lebar jendela yang memberikan keluaran maksimum adalah W w
= D d = 0,7d.
1.14.

PERENCANAAN YOKE
Luas yoke diambil 15 s/d 25 persen lebih besar dari inti transformatortransformator yang menggunakan hot rolled silicon steel. Ini mengurangi
nilai rapat fluks pada yoke dan dengan demikian mengurangi rugi besai
serta

arus

magnetisasi.

Untuk

transformator-transformator

yang

menggunakan cold rolled grain oriented steel maka luas yoke diambil
sama dengan luas inti.
Penampang yoke bisa berbentuk segi empat atau bertingkat. Pada
penampang segi empat, didalamnya yoke sama dengan dalamnya inti.
Dalamnya inti ini sama dengan jarak terbesar ketika menggunakan inti
bujur sangkar atau bertingkat.
Untuk penampang yoke segi empat:
Luas yoke Ay = dalam yoke x tinggi yoke = Dy x Hy
Dengan Dy = lebar jarak inti terbesar = a
Ay

= (1,15 s/d 1,25) Agi untuk transformator-transformator yang


menggunakan hot rolled steel.
= Agi untuk transformator-transformator yang menggunakan grain
oriented steel.

1.15.

DIMENSI KESELURUHAN
Untuk menentukan dimensi keseluruhan maka perlu memperhatikan
rincian-rincian dan diagram pada gambar 1.6

a = lebar jarak
d = diameter keliling luar
d = jarak antara pusat dari kaki-kaki yang berdekatan
Ww = lebar jendela
Hw = tinggi jendela
= panjang kaki
Hy = tinggi yoke
W = panjang yoke = panjang keseluruhan dari bingkai
Persamaan-persamaan untuk transformator tipe inti satu fasa (gambar 1.6):
D = d + Ww
Dy = a
H = Hw + 2Hy
W=D+a
Lebar total dua kaki = D + diameter luar tegangan belitan tegangan tinggi
Lebar total satu kaki = diameter luar belitan tegangan tinggi
Untuk transformator tipe inti 3 fasa (gambar 1.7)

Gambar 1.7 transformator tiga fasa tipe inti


PERANCANGAN DIMENSI TRANSFORMATOR
Transformator tiga fasa jenis trafo distribusi yang dirancang mempunyai data
sebagai berikut:
Daya

: 20 kVA

Tegangan (HV)

: 20 kV

(LV)

: 380 V

Frekuensi

: 50 Hz

Hubungan belitan

: DYn-5

PERENCANAAN BENTUK DAN UKURAN INTI


Penampang inti transformator yang dirancang adalah tipe inti (core type) dengan
bentuk penampang bertingkat/ bertingkat/ berbentuk salib (cruciform).
Penentuan rapat fluks dan rapat arus
Untuk inti besi digunakan lempengan besi yang dibuat dari bahan
amorphous metal. Berat jenis metal ini adalah : 7,6 x 103 kg/m2.

Rapat fluks yang dipakai untuk transformer distribusi: B m = 1,1s/d


1,35 Wb/m2
Karena transformator yang dirancang memiliki daya 20 KVA maka
rapat arusnya () dipilih antara 2,2 s/d 3,2 A/mm 2. nilai yang
digunakan adalah 2,5 A/mm2
Penentuan Tegangan Perlilitan
Harga konstanta K untuk transformator tiga fasa jenis inti, dari tabel 1.1
adalah 0,45. nilai tegangan per lilitan bisa didapat dengan menggunakan
persamaan (1-12)
Et K Q 0,45 20 2,01V lili tan

Penentuan luas penampang inti


Rapat fluks yang dipakai untuk transformer distribusi: B m = 1,1s/d 1,35
Wb/m2. Rapat fluks di ambil sebesar 1,35 Wb/m2
Besar fluks magnet:
m

Et
2,01

0,009Wb
4,44 f 4,44 50

Luas penampang inti bersih : Ai


Ai

m
Bm

0,009
0,007 m 2 7 10 3 mm 2
1,35

Luas penampang inti kotor:


Agi

Ai
7 10 3

mm 2 7,5 10 3 mm 2
stacking / factor
0,9

Diameter lingkaran luar inti: d

Ai

0,56

7,5 10 3
114,01mm
0,56

Panjang penampang inti: a = 0,85 d = 0,85 x 114,01 mm = 96,91


mm
Lebar penampang inti: b = 0,53 d = 0,53 x 114,01 mm = 60,42 mm
PERENCANAAN JENDELA
Penentuan koefisien jendela
Koefisien jendela yang dipakai untuk trafo distribusi 20 kVA didapat
dengan cara interpolasi.
Bila

nilai

pembilang

pada persamaan

transformator berdaya 20 kVA adalah x, maka:

factor

jendela

untuk

X 10

Jadi factor ruang dari transformator yang dirancang adalah:


Kw

10
10

0,2
30 kV 30 20

Penentuan Luas Jendela


Untuk menentukan besar luas jendela digunakan persamaan (1-10),
yaitu:
Q 3,33 f Bm Ai Aw K w 10 3

Dengan demikian didapat luas jendela:


Aw

Q
m2
3,33 f Bm Ai K w 10 3
20000
mm 2
3,33 50 1,35. 0,007 0,2 2,5

Aw 0,025422m 2 25.422mm 2

Penentuan Tinggi dan Lebar Jendela


Biasanya perbandingan antara tinggi dan lebar jendela adalah 2 s/d 4.
diambil H w Ww 2 , maka
H w 2Ww

Karena Aw H w Ww , maka
Aw 2Ww Ww 2Ww

Demikian:
Lebar jendela: Ww

Aw

25422
112 ,74mm ,
2

Dan
Tinggi jendela: H w 2Ww 2 112,74,3mm 225,48mm
PERENCANAAN YOKE
Luas penampang bersih yoke diambil 1,20 x penampang kaki.
Ai yoke 1,15 16,67 10 3 mm 2 9 10 3 mm 2

Luas penampang kotor yoke adalah:


Ag yoke

9 10 3
mm 2 10 10 3 mm 2
0,9

Karena lebar yoke (Dy) = a = 96,91 mm, maka didapat tinggi yoke:

Agy

Hy

Dy

10 10 3
mm 103,18mm
96,91

DIMENSI KESELURUHAN
Berdasarkan hasil perhitungan diatas, maka dimensi utama dari trafo adalah:

Tinggi keseluruhan:
H H w 2H y

225,48 2 103,18
431,84mm

Lebar keseluruhan
W 2D a
2 W w d a

2 112,74 114,01 96,91 mm


550,41mm

PERANCANGAN BELITAN SISI TEGANGAN RENDAH


Pada sisi tegangan rendah direancanakan mempunyai hubungan bintang
dengan tegangan antar saluran 380 V.
Besar tegangan per fasa:
Vs

380
220 Volt
3

Jumlah lilitan per fasa:


Ns

Vs
220

110 lilitan
Et 2,01

Arus pada sisi tegangan rendah:


Is

Q
20 10 3 VA

Ampere 52,48 Ampere


3 Vs
3 220

Luas penampang tiap penghantar yang digunakan:


as

Is
52,48

20,992mm 2

2,5

Dengan menggunakan isolasi setebal 0,5 mm2, maka ukuran setiap strip
penghantarnya menjadi 8,2 x 2,7 mm2. dimensi penampang penghantarnya
78,2 x 20,5 mm2.
Jumlah lilitan belitan sekunder adalah 110 lilitan maka kedalaman poros (L cs)
adalah:

Lcs 110 tinggi penghantar


110 78,2mm 8602mm

Dengan menggunakan sekat silinder diantara lapisan setebal 0,5 mm, maka
akan didapat kedalam radial:
bs 5 2,5 110 0,5 67,5mm

Dengan menggunakan sekat pembungkus setebal 1,5 mm sebagai isolasi


antara belitan sekunder dan inti, didapat:

Diameter dalam d si =d + 2(1,5) = 114,01 + 2(1,5) = 117,01 mm

Diameter luar (dso) = dsi + 2bs = 114,01 + 2(67,5) = 249,01 mm

PERANCANGAN BELITAN SISI TEGANGAN TINGGI


Pada sisi tegangan tinggi direncanakan mempunyai hubungan delta dengan
tegangan antar saluran = 20.000 V.
Tegangan per fasa : Vp = 20.000 V
Jumlah lilitan per fasa:
Np

Vp
Vs

Ns

20.000
110 10.000 lilitan
220

As5% daerah tapping setiap periode, karena itu kumparan N p harus dikalikan
lagi dengan 1,05.
N p 1,05 N p 1,05 10.000 10.500 lilitan

Karena tegangan per kumparan tidak boleh melebihi 1500 volt, maka kita
menggunakan 14 kumparan.
Jadi tegangan per kumparan:
Vc

20000
1428,6 volt
14

Dengan menggunakan 12 kumparan normal dengan 500 lilitan dan 8


kumparan penguat (reinforced) dengan 500 lilitan, maka jumlah lilitan total
adalah:
Np = (12500) + (8 500 ) = 10.000 lilitan
Dengan 10 lapisan per kumparan, didapat lilitan per lapisan:
Nc

500
50 lilitan
10

Tegangan maksimum diantara lapisan:

Vm 2 N c E t 2 50 2,01 201 volt

Arus primer:
Ip

Q
3V p

20 10 3

3 20000

0,58A.

Dengan rapat arus (p)2,5 A/mm2. didapat luas penampang penghantar primer.
Luas penampang primer:
ap

Ip

0,58
0,232mm 2
2,5

Digunakan penghantar bulat. Diameter penghantar adalah:


4
4
0,232 0,55mm
ap

3,14

dp

Kedalaman poros tiap satu kumparan:


Lkump N c d p 50 0,55 27,5mm

Dengan ruang yang digunakan antara perbatasan kumparan = 5 mm maka


panjang poros sisi tegangan tinggi adalah:
Lep 14 27,5 13 5 450mm

Tinggi dari jendela adalah 225,48 mm. jadi ruang yang tersisa diantara lilitan
dengan jendela adalah:
H w Lep 225,48 450 224,52mm

Tebal isolasi diantara lilitan adalah 0,5 mm, sehingga kedalaman radikal
kumpalan:
b p 10 1,05 58 0,5 39,5mm

Tebal isolasi antara lilitan primer dengan sekunder:


Tis 5 0,9 kV 5 0,9 20 23mm

Diameter dalam belitan tegangan tinggi:

d d
pi

so

2 23 249,01 2 23 295,01mm

Diameter luar belitan tinggi:

d PO d PI

2 b p d pi 2b p 295,01 2 39,5 374,01mm

PERHITUNGAN RESISTENSI
Diameter rata-rata belitan primer:
Dmp

d pi d po
2

295,01 374,01
334,51mm
2

Panjang rata-rata lilitan dari belitan primer (Lmtp):


Lmtp Dmp 10 3 3,14 334,51 1,05m

Resistensi lilitan primer pada suhun 75oC:


N p 0,021 Lmtp

rp

ap

10.000 0,0211,05
95ohm
0,232

Diameter rata-rata belitan sekunder:


Dms

d si d so 117 ,01 249,01

183,01mm
2
2

Panjang rata-rata lilitan dari belitan sekunder (Lmts):


Lmts Dms 10 3 3,14 183,01 10 3 m 0,57 m

Resistensi lilitan sekunder pada suhu 75oC:


rs

N s 0,021 Lmts 110 0,021 0,57

0,06ohm
as
20,992

Total resistensi pada sisi sekunder:


Np
10.000

rs 95
R p rp
0,06 393,5ohm
2,01

Et

Total resistensi transformator:


t

I p Rp
Vp

0,58 393,5
0,011ohm
20000

PERHITUNGAN REAKTANSI
Diameter rata-rata lilitan:
Dmt

d si d so 117 ,01 249,01

183,01mm
2
2

Panjang rata-rata lilitan:


Lmt Dmt 10 3 3,14 183,01m 0,57 m

Tinggi lilitan :
Lc

Les Lep
2

8602 450
4526mm
2

Reaktansi bocor transformator pada sisi primer:


o 4 10 7
Tis a d pi d so 46

X p 2 f o N p2

Lmt
Lc

b p bs
10 3
3
39,5 67,5
0,57
3
46
10 405,61ohm
4
,
526
3

2 3,14 50 4 3,14 10 7 10000


2

Reaksi bocor [ada p.u:


x

Ip Xp
20000

0,58 405,6
0,012 p.u
20000

Impedansi dalam p.u:


z

t 2 x 2

2,01 2 0,012 2

2,01 p.u

Pengaturan pada beban penuh:


t cos z sin (2,01) 0,85 ( 2,01) 0,52 2,75

PERHITUNGAN RUGI-RUGI
Perhitungan Rugi-rugi Tembaga
Wc 3 I p2 R p
3 0,58 2 393,5
397,12Watt

Jika rugi-rugi beban tambahan (stray load losses) sebesar 5% maka:


Wct 0,05 397,12 19,86Watt

Perhitungan Rugi Inti Besi Dari Kaki (Wik)


3
Rugi besi per kg mempunyai kerapatan besi, B j 7,6 10

Wik G k Pk
G k 3 berat kaki 3 Ai H w B j
3 0,009 0,22452 7,6 10 3 46,07 kg

Rugi-rugi spesifik = 1,2 watt/kg


Wik 1,2 46,07 55,28Watt

Perhitungan Rugi Inti Besi Yoke (Wiy)

kg

m3

Wiy Gk Bm
G k 2 Aiy W B j 2 0,009 0,55 7,6 10 3 75,29kg
Bm yoke 0,833Wb

m2

Rugi-rugi spesifik = 0,85 watt/kg


Wiy 0,85 75,29 64 watt

Rugi Total Inti Besi


Wit Wik Wiy 55,28 64 119,28Watt

Rugi total pada beban penuh


Wtot Wct Wit 397,12 19,86 119, 28 536, 26Watt
Perhitungan efisiensi
Efisiensi maksimum tercapai apabila:
X 2 Wct Wit
X

Wit
119, 28

0.53
Wct
397.12 19,86

Efisiensi pada beban 70% dengan cos 0,85


P0 kVA cos 10
3 20 0,85 10
3 17 10
3

P0
17000

100% 96%
P0 Wtot 17000 536, 26

*Ditulis merah hasil revisi

DAFTAR PUSTAKA
Parker smith, Elektrical Engineering Design Manual, 2nd Edition Reversed,
Chapman And Hall Ltd, London, 1950.
Shanmugasundaram. A, Gangdaran. G,Palni.R, Elektrical Machine Design Data
Book, Wliley East Tern Limited, New Delhi.
Sumanto, Drs.MA,Teori Transformator ,Andi Offset Yogyakarta, 1991.

Anda mungkin juga menyukai