Anda di halaman 1dari 5

3.

Spondilosis Lumbalis
Spondilosis lumbalis adalah perubahan pada sendi tulang belakang dengan degenerasi
diskus intervertebralis yang diikuti perubahan pada tulang dan jaringan lunak.
Definisi lain menyatakan pertumbuhan berlebihan dari tulang (osteofit), yang
terutama terletak secara anterior, lateral, dan kadang-kadang posterior dari tepi
superior dan inferior vertebrae sentralis (corpus).
Etiologi dan faktor resiko
Spondilosis lumbal terjadi akibat proses penuaan atau proses degeneratif. Spondilosis
lumbal banyak terjadi pada usia 30-45 tahun dan paling banyak pada usia 45 tahun.
Kondisi ini lebih banyak menyerang wanita daripada laki-laki. Faktor-faktor
resikonya adalah :

Kebiasaan postur tubuh yang buruk

Stress mekanikal yang melibatkan gerakan mengangkat, twisting, dan


membawa/memindahkan barang akibat pekeraan.

Tipe tubuh
Ada beberapa factor yang memudahkan terjadinya proses degenerasi pada
vertebra lumbar, yaitu :

Faktor usia
Proses penuaan merupakan faktor resiko yang kuat untuk degenerasi
tulang, khususnya pada tulang vertebrae. Suatu penelitian otopsi
menunjukkan bahwa spondilitis deformans atau spondilitis meningkat
secara linier sekitar 0%-72% antara usia 39-70 tahun. Begitu pula,
degenerasi diskus terjadi sekitar 16% pada usia 20 tahun dan sekitar
98% pada usia 70 tahun.

Stres akibat aktivitas dan pekerjaan


Degenerasi diskus berkaitan dengan aktivita-aktivitas tertentu.
Penelitian retrospektif menunjukkan bahwa insiden trauma pada
lumbar, indeks massa tubuh, beban pada lumbal setiap hari (twisting,
mengangkat, membungkuk, postur tubuh yang buruk terus menerus),
dan vibrasi seluruh tubuh (seperti berkendara) dapat memungkinkan
spondlosis dan memperparah spondilosis.

Faktor keturunan

Faktor genetic dapat mempengaruhi pertumbuhan osteofit dan


degenerasi diskus. Penelitian Spector dan MacGregor menjelaskan
bahwa 50% variabilitas yang ditemukan pada osteoarthritis berkaitan
dengan faktor herediter. Penelitian tersebut juga telah mengevaluasi
progresi dari perubahan degeneratif yang menunjukkan bahwa sekitar
47-66% spondilosis berkaitan dengan faktor genetic dan lingkungan,
sedangkan hanya 2%-10% yang berkaitan dengan beban fisik dan
resistance training.

Adaptasi fungsional
Penelitian Humzah dan Soames menjelaskan bahwa perubahan
degeneratif pada diskus berkaitan dengan beban mekanikal dan
kinematik vertebrae. Osteofit mungkin terbentuk dalam proses
degenerasi

dan

kerusakan

cartilaginous

dapat

terjadi

tanpa

pertumbuhan osteofit. Osteofit dapat terbentuk akibat adanaya adaptasi


fungsional terhadap instabilitas atau perubahan tuntutan pada vertebra
lumbar.
Patofisiologi
Perubahan yang terjadi pada diskus intervertebralis antara lain :

Annulus fibrosus menjadi kasar, serat-serat kolagen cenderung melonggar dan


muncul retak pada berbagai sisi.

Hilangnya cairan pada nucleus pulposus

Tinggi diskus berkurang

Dapat disebabkan oleh perubahan degenerasi pada diskus

Perubahan yang terjadi pada korpus vertebrae berupa adanya lipping yang disebabkan
oleh adanya perubahan mekanisme diskus yang menghasilkan penarikan dari
periosteum dari annulus fibrosus. Korpus dapat terjadi dekalsifikasi yang dapat
menjadi faktor predisposisi crush fracture.
Pada ligamentum intervertebralis dapat memendek dan menebal terutama pada daerah
yang sangat mengalami perubahan. Pada selaput meningeal, duramater dari spinal
cord membentuk suatu selongsong yang mengelilingi akar saraf dan dapat
menimbulkan inflamasikarena jarak diskus membatasi kanalis intervertebralis.
Perubahan patologis juga terjadi pada sendi apophysial yang terkait dengan perubahan
pada osteoarthritis. Osteofit terbentuk pada margin permukaan articular dan bersama-

sama dengan penebalan kapsular.hal ini dapat menyebabkan penekanan pada akar
saraf dan mengurangi lumen pada foremaen intervertebralis.
Gejala klinis
Gejala klinis yang terjadi tergantung pada lokasi yang terjadi, baik itu servikal,
lumbal, dan thorakal. Pada spondilosis daerah lumbal dapat memberikan gambaran
klinis sebagai berikut :

Onset
Biasanya pada fase awal, nyeri dirasakan tidak mengganggu dan bukanlah
suatu masalah, hingga beberapa bulan kemudian.

Nyeri
Nyeri terasa disepanjang sacrum dan sendi sacroiliac. Nyeri dapat menjalar ke
bawah (gluteus) dan aspek lateral dari satu atau kedua pinggul. Pusat nyeri
berasal dari tingkat L4, L5, dan S1.

Referred pain
o Nyeri dapat menhalar kea rah tungkai karena adanya iritasi pada akar
persafan. Tergantung pada area dermatomnya.
o Paha (L1)
o Anterior tungkai (L2)
o Anterior dari lutut (L3)
o Medial kaki dan jempol kaki (L4)
o Lateral kaki dan tiga jari kaki bagian medial (L5)
o Jari kaki kecil, sisi lateral kaki, dan sisi lateral bagian posterior kaki
(S1)
o Tumit, sisi medial bagian posterior kaki (S2)

Paresthesia
Tergantung oleh daerah dermatomnya. Terasa terjepit, tertusuk, suatu sensasi
kesemutan atau rasa kebas (mati rasa).

Spasme otot
Peningkatan tonus erector spinae dan otot quadratus lumborum. Seringkali
terdapat tonus yang berbeda antara abductor hip dan juga adductor hip.
Kadang-kadang salah satu otot hamstring lebih ketat dibanding yang lainnya.

Keterbatasan gerakan

Semua gerakan lumbar cenderung terbatas. Faktor limitasi pada umumnya


disebabkan oleh keketatan jaringan lunak.

Kelemahan otot
Biasa terjadi pada otot abdominal dan otot gluteal. Kelemahan dapat terjadi
karena adanya penekanan pada akar saraf miotomnya. Otot-otot pada tungkai
yang mengalami nyeri menjalar biasanya lebih lemah dibandingkan dengan
tungkai satunya.

Gambaran radiografi
Penyempitan jarak diskus dan beberapa lipping pada korpus vertebrae.

Pemeriksaan pencitraan
X-ray, CT scan, dan MRI digunakan hanya pada keadaan dengan komplikasi.
Pemeriksaan densitas tulang memastikan ada atau tidaknya osteofit yang terdapat di
daerah yang digunakan untuk pengukuran densitas tulang belakang.
X-ray polos dengan arah anteroposterior, lateral, dan oblique berguna untuk
menunjukkan
intervertebralis

lumbalisasi
dan sendi

atau
faset,

sakralisasi,

menentukan

menunjukkan spondilosis,

bentuk

foramina

spondiloartrosis,

retrolistesis, spondilolisis, dan spondilolitesis.


CT scan adalah metode yang terbaik untuk mengevaluasi penekanan osseus
,ukuran dan bentuk kanalis spinalis, ressesus lateralis, sendi faset, lamina dan juga
morfologi diskus intervertebralis.
MRI merupakan metode terbaik untuk mengevaluasi isi kanalis spinalis.
Komplikasi
Skoliosis merupakan komplikasi yang paling sering ditemukan. Hal ini dapat
terjadi karena pasien selalu memposisikan tubuhnya kea rah yang lebih nyaman tanpa
mempedulikan posisi tubuh yang normal.
Penatalaksanaan
a. Medikamentosa
a. Konservatif
i. Analgesik
ii. Korset lumbal
b. Pembedahan

Dilakukan jika terapi konservatif gagal dan timbul gejala permanen,


khususnya defisit motorik. Terapi pembedahan tergantung pada tanda
dan gejala klinis.
Terdapat tiga kelompok prosedur operasi, yaitu operasi dekompresi,
operasi stabilisasi, dan kombinasi.
b. Fisioterapi
Bertujuan untuk meredakan nyeri, mengembalikan gerakan, penguatan otot,
dan edukasi postur.

Anda mungkin juga menyukai