Tak bisa dipungkiri, masalah menjadi bagian dari kehidupan manusia. Berbagai masalah yang
terjadi menuntut manusia untuk menyelesaikannya dengan berbagai macam cara hingga masalah itu
terselesaikan. Cara yang satu gagal, dicoba dengan cara yang lainnya. Diperlukan proses berfikir
dalam rangka pemecahan masalah. Dalam ilmu psikologi, pemecahan masalah merupakan tingkat
kapabilitas tertinggi dalam keterampilan berfikir dan kecerdasan intelektual seseorang, sehingga
kemampuan pemecahan masalah seharusnya menjadi tujuan dalam proses pembelajaran atau
pendidikan, bukan hanya semata menekankan belajar pengetahuan, menghafal sejumlah fakta dan
konsep, melainkan dapat meningkatkan hasil belajar dalam pemecahan masalah (Purba). Sebelum
memahami pemecahan masalah, terlebih dahulu kita pahami mengenai hakikat sebuah masalah.
Definisi Masalah
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, masalah didefinisikan sebagai sesuatu yang harus
diselesaikan. Jika menurut para ahli psikologi, masalah berarti suatu kesenjangan antara situasi
sekarang dengan situasi yang akan datang atau tujuan yang diinginkan. Jika apa yang terjadi tidak
sesuai dengan apa yang seharusnya terjadi itu menjadi masalah. Namun, bukan menjadi masalah
jika apa yang dipersoalkan, kita langsung memiliki jawabannya (Suharnan, 2005). Ibarat ada
pertanyaan 2 x 3 = ?, dalam benak kita langsung menjawab 6. Lain halnya dengan pertanyaan 47 x 5 :
8 + 234 = ?, maka kita perlu berfikir lebih keras untuk menyelesaikan pertanyaan itu, atau mencari
solusi yang termudah, memakai kalkulator. Sehingwga, disebut masalah jika dalam proses
pemecahannya memerlukan usaha dengan melibatkan proses berfikir. Jadi, masalah adalah suatu
kesenjangan antara situasi yang terjadi dengan situasi yang diinginkan yang membutuhkan usaha
untuk menyelesaikannya. Suatu masalah melibatkan paling sedikit tiga komponen, yaitu keadaan
sekarang atau tengah dihadapi, keadaan atau tujuan yang diinginkan, dan prosedur atau aturan yang
akan ditempuh.
Jenis Masalah
Menurut Ellen Gagne (1985) masalah dapat dikelompokkan menjadi empat jenis, yaitu :
a. Masalah satu tujuan dengan dua cara pemecahan yang sama
b. Satu tujuan dengan dua cara pemecahan yang sama
c. Satu tujuan dengan beberapa cara yang belum diketahui
d. Beberapa tujuan yang belum pasti apalagi cara mencapainya,
Pemecahan Masalah
Pemecahan masalah oleh Evans (1991) didefinisikan sebagai suatu aktivitas yang
berhubungan dengan pemilihan jalan keluar atau cara yang cocok bagi tindakan dan pengubahan
kondisi sekarang menuju kepada situasi yang diharapkan. Pada umumnya proses pemecahan
masalah memiliki tahapan sebagai berikut :
1
Identifikasi Masalah
7
Mengevaluasi
pemecahan masalah
6
Memonitor
pemecahan masalah
2
Pendefinisian
Masalah
3
Mengontruksikan
strategi bagi
pemecahan masalah
5
Mengalokasikan
berbagai sumber daya
4
Mengorganisasikan
informasi tentang
masalah
Dalam lingkaran pemecahan masalah di atas, bukan berarti kita harus mutlak mengikuti
urutan dalam proses pemecahan masalah tersebut. Dalam pemecahan masalah juga penting
menggunakan aspek fleksibilitas. Kita bisa mundur atau maju lagi dalam langkah-langkah tersebut,
kita bisa mengubah urutan seperlunya, atau bahkan menunda atau menambahkan langkah-langkah
ketika tampak kurang tepat. Menurut Whitten dan Graesser (2003), bagaimana manusia
memecahkan persoalan, sebagian tergantung kepada bagaimana manusia memahami duduk
perkaranya.
1. Identifikasi Masalah
Kembali kepada definisi masalah, bahwa kita perlu mengidentifikasi sesuatu yang kita hadapi
itu, apakah memang suatu masalah yang memang butuh dipersoalkan atau sesuatu yang bukan
masalah malah yang terkadang kita persoalkan. Seringkali energi kita dihabiskan untuk
menyelesaikan masalah yang sesungguhnya itu tidak perlu dipermasalahkan. Masalah timbul
karena adanya berbagai hal, antara lain :
a. Tantangan
b. Kesangsian atau kebingungan terhadap suatu hal atau fenomena
c. Kemenduaan arti
d. Halangan dan rintangan
e. Celah (gap) antara kegiatan atau antar fenomena (Pramudia, 2004).
2. Pendefinisian dan Representasi masalah
Setelah kita mengidentifikasi masalah, kita masih harus mendefiniskan permasalahan itu,
mampu mengenali masalah yang terjadi, komponen-komponen yang terkait dengan masalah,
dan mampu menggambarkan dengan cukup baik apa yang menjadi masalahnya.
Jika orang-orang merepresentasikan suatu masalah secara salah atau menyimpang, akan
menghasilkan pemecahan yang tidak tepat pula, artinya masalah yang sebenarnya tidak akan
terpecahkan meski mereka telah menemukan pemecahan yang benar. Hal ini disebut fenomena
menemukan pemecahan yang benar atas permasalahan yang salah.
4.
5.
6.
7.
Cara ini hampir sama dengan metode kedekatan. Seseorang memahami situasi yang
tengah dihadapi dengan tujuan yang diinginkan. Lalu ia membandingkan dengan
pengetahuan yang ada diingatannya. Misalnya, seseorang mencari penggati penutup botol
yang hilang agar ia di dalamnya tidak tumpah ketika dibawa. Lalu ia mencari benda yang
kira-kira coccok kalau dimasukkan atau diletakkan di permukaan botol (misalnya, selembar
plastik diikat dengan karet, kain dimasukkan, atau mengambil tutup botol lain yang
serupa).
f. Means-Ends analysis
Strategi ini ialah, orang yang menghadapi masalah mencoba membagi permasalahan
menjadi bagian-bagian tertentu dari permasalahan tersebut. Jadi, jika menghadapi
persoalan yang cukup besar atau kompleks, orang dapat membagi menjadi persoalanpersoalan yang lebih kecil.
g. Backward search
Strategi ini dilakukan dengan berjalan mundur. Maksudnya, memintan orang memulai
pada tujuan yang diinginkan dan bergerak mundur ke belakang menuju pada keadaan yang
dihadapi semula.
h. Forward search
Strategi berjalan ke depan, sebagai kebalikan dari strategi berjalan mundur. Seseorang
memulai dari kenyataan yang dihadapi, kemudian secara bertahap bergerak menuju pada
tujuan akhir yang diinginkan.
Pengorganisasian informasi
Kita berusaha mengintegrasikan semua informasi yang dianggap perlu untuk mengerjakan tugas
secara efektif. Tahap ini melibatkan pengumpulan acuan-acuan atau bahkan pengumpulan ideide kita sendiri. Tahap ini sangat kritis bagi pemecahan masalah yang baik. Kadang-kadang
manusia gagal menyelesaikan masalah bukan karena tidak bisa menyelesaikannya, namun
karena tidak menyadari informasi apa yang mereka miliki, atau apakah solusinya cocok.
Pengalokasian sumber daya
Sebagai tambahan bagi masalah-masalah lain, kebanyakan dari kita menghadapi suatu masalah
dengan sumber daya yang terbatas. Sumber daya ini mencakup waktu, uang, peralatan, dan
ruang. Sejumlah masalah menghabiskan banyak waktu dan sumber daya lain. Sementara
masalah yang lain sedikit saja menghabiskan sumber daya. Selain itu, kita perlu tahu kapan
mengalokasikan sumber daya yang mana.
Pemonitoran
Pengalokasian waktu yang bijak mencakup juga pemonitoran proses-proses pemecahan
masalah. Pemecahan masalah yang efektif tidak merangcang jalan menuju solusi dan kemudian
menunggu sampai meraih tujuan akhir jalan untuk mengecek dimana mereka berada.
Sebaliknya, pemecah masalah yang efektif sering memeriksa langkah-langkahnya untuk
memastikan semakin dekat dengan tujuan. Jika tidak, mereka akan menilai kembali apa yang
sedang mereka kerjakan. Mereka mungkin menyimpulkan sudah membuat langkah awal yang
keluri atau melenceng di langkah sebelumnya atau melihat langkah baru yang cukup
menjanjikan. Jika sedang menulis makalah, kita mungkin akan memonitor apakah sedang
membuat kemajuan yang berarti. Jika tidak, mungkin kita akan mencari sebab-musababnya.
Pengevaluasian
Kita perlu mengevaluasi solusi setelah menyelesaikan semua tahapan tersebut. Beberapa
pengevaluasian bisa langsung dilakukan. Sisanya bisa menyusul entah dalam waktu singkat atau
lama.
Menurut Greeno (1993) berdasarkan proses kognitif yang terlibat dalam pemecahan masalah dibagi
menjadi tiga, yaitu :
1. Inducing Structured Problem
Meminta seseorang untuk menemukan pola yang akan menghubungkan elemen-elemen
masalah, antara satu elemen dengan elemen yang lain. Contoh : Garam : asin; gula : ..?
2. Transformation Problem
Seseorang harus memanipulasi atau mengubah objek objek dan simbol-simbol menurut
aturan tertentu agar diperoleh suatu pemecahan. Misal pada aljabar.
3. Arrangement Problem
Seseorang harus mengatur atau menyusun ulang elemen-elemen suatu tugas agar diperoleh
pemecahan.
John D. Bransford dan Barry S. Stein (1984) mengajukan suatu model yang disebut IDEAL approach
untuk meningkatkan keterampilan pemecahan masalah dan pengambilan keputusan.
I
: Identifikasi Masalah
Pustaka :
Suharnan. 2005. Psikologi Kognitif. Surabaya : Srikandi
Robert J. Sternberg. Psikologi Kognitif. 2008. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Purba Janulis. Pemecahan Masalah dan Penggunaaan Strategi Pemecahan Masalah.
Gagne, E. D. 1985. The Cognitive Psichology of School Learning. Toronto : Little Brown & Company
(Canada) Limited.
Pramudia. 2004. Buku Bahan Perkuliahan Penelitian Pendidikan : Masalah dan Hipotesis Penelitian.
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_SEKOLAH/197106141998031JONI_RAHMAT_PRAMUDIA/MASALAH_DAN_HIPOTESIS.pdf