Krisis Hipertensi
Krisis Hipertensi
KRISIS HIPERTENSI
Disusun oleh:
Ayu Paramitha
030.09.035
Pembimbing:
dr. Nurul Rahayu N., Sp.JP
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun oleh :
Ayu Paramitha
030.09.035
Telah diterima dan disetujui oleh dr. Nurul Rahayu N., Sp.JP selaku dokter
pembimbing Ilmu Penyakit Dalam sub bagian Jantung RSUD Bekasi pada tanggal
Januari 2014.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena dengan
rahmatNya, saya dapat menyelesaikan penyusunan referat dan case yang berjudul
Krisis Hipertensi tepat pada waktunya. Penyusunan referat ini dimaksudkan
untuk melengkapi tugas di Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam di Rumah
Sakit Umum Daerah Bekasi.
Pada kesempatan ini saya mengucapkan banyak terima kasih kepada
berbagai pihak yang telah membantu dan membimbing saya dalam penyusunan
referat ini, terutama kepada :
1.
2.
3.
4.
Ayu Paramitha
030.09.035
DAFTAR ISI
3
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN..............................................................................i
KATA PENGANTAR.......................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................1
BAB II KRISIS HIPERTENSI.........................................................................3
Definisi...............................................................................................3
Epidemiologi......................................................................................3
Klasifikasi...........................................................................................4
Patofisiologi........................................................................................7
Faktor Resiko......................................................................................9
Manifestasi klinis................................................................................9
Diagnosis............................................................................................10
Diagnosis Banding..............................................................................13
Penatalaksanaan Krisis Hipertensi......................................................13
Prognosis............................................................................................30
BAB III KESIMPULAN..................................................................................31
BAB IV LAPORAN KASUS...........................................................................33
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................42
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
KRISIS HIPERTENSI
DEFENISI
Krisis hipertensi adalah suatu keadaan peningkatan tekanan darah yang
mendadak (sistole 180mmHg dan/atau diastole 120 mmHg), pada penderita
hipertensi, yang membutuhkan penanggulangan segera.
EPIDEMIOLOGI
Dari populasi Hipertensi (HT), ditaksir 70% menderita HT ringan, 20%
HT sedang dan 10% HT berat. Pada setiap jenis HT ini dapat timbul krisis
hipertensi dimana tekanan darah (TD) diastolik sangat meningkat sampai 120
130 mmHg yang merupakan suatu kegawatan medik dan memerlukan pengelolaan
yang cepat dan tepat untuk menyelamatkan jiwa penderita. Angka kejadian krisis
HT menurut laporan dari hasil penelitian dekade lalu di negara maju berkisar 2
7% dari populasi HT, terutama pada usia 40 60 tahun dengan pengobatan yang
tidak teratur selama 2 10 tahun. Angka ini menjadi lebih rendah lagi dalam 10
tahun belakangan ini karena kemajuan dalam pengobatan HT, seperti di Amerika
hanya lebih kurang 1% dari 60 juta penduduk yang menderita hipertensi. Di
Indonesia belum ada laporan tentang angka kejadian ini.3,4
Kedua jenis krisis hipertensi ini perlu dibedakan dengan cara anamnesis
dan pemeriksaan fisik, karena baik faktor resiko dan penanggulannya berbeda.
10
PATOFISIOLOGI
Patofisiologi terjadinya krisis hipertensi tidaklah begitu jelas, namun
demikian ada dua peran penting yang menjelaskan patofisiologi tersebut yaitu :
1.
11
12
FAKTOR RESIKO
Krisis hipertensi bisa terjadi pada keadaan-keadaan sebagai berikut :1,2
Penderita hipertensi yang tidak meminum obat atau minum obat anti
kepala.
Penderita hipertensi dengan penyakit parenkim ginjal.
MANIFESTASI KLINIS
Bidang Neurologi :
o Sakit kepala, hilang/kabur penglihatan, kejang, gangguan
kesadaran (somnolen, sopor, coma).
Bidang Mata :
o Funduskopi berupa perdarahan retina, eksudat retina, edema papil.
Bidang kardiovaskular :
o Nyeri dada, edema paru.
Bidang Ginjal :
o Azotemia, proteinuria, oliguria.
13
Bidang obstetri :
o Preklampsia dengan gejala berupa gangguan penglihatan, sakit
kepala hebat, kejang, jantung kongestif dan oliguri, serta gangguan
kesadaran/gangguan serebrovaskuler.
Ginjal
Gastrointestin
al
Mual, muntah
darah
> 220/140
Perdarahan,
neurologi
Sakit kepala,
Denyut jelas,
Uremia,
mmHg
eksudat,
kacau,
membesar,
proteinuria
edema
gangguan
dekompensas
papilla
kesadaran,
i, oliguria
kejang.
DIAGNOSA
Diagnosa krisis hipertensi harus ditegakkan sedini mungkin, karena hasil
terapi tergantung kepada tindakan yang cepat dan tepat. Tidak perlu menunggu
hasil pemeriksaan yang menyeluruh walaupun dengan data-data yang minimal
kita sudah dapat mendiagnosa suatu krisis hipertensi.1,2,3
1. Anamnesis :
2. Pemeriksaan fisik :
Pada pemeriksaan fisik dilakukan pengukuran TD mencari kerusakan
organ sasaran ( retinopati, gangguan neurologi, payah jantung kongestif,
altadiseksi). Perlu dibedakan komplikasi krisis hipertensi dengan kegawatan
neurologi ataupun payah jantung, kongestif dan oedema paru. Perlu dicari
penyakit penyerta lain seperti penyakit jantung koroner.
15
3. Pemeriksaan penunjang :
Pemeriksaan penunjang dilakukan dua cara yaitu :
1) Pemeriksaan yang segera/awal seperti :
o Darah : Hb, hematokrit, kreatinin, gula darah dan elektrolit.
o Urinalisa
o EKG : 12 Lead, melihat tanda iskemi.
o Foto thorax : apakah ada oedema paru ( dapat ditunggu setelah
pengobatan terlaksana ).
2)
CT scan kepala
Echocardiografi
Ultrasinigrafi
Penetapan diagnostik
Walau biasanya pada krisis hipertensi ditemukan tekanan darah
180/120mmHg perlu diperhatikan kecepatan kenaikan tekanan darah tersebut dan
derajat gangguan organ target yang terjadi.1,2,3
DIAGNOSIS BANDING
Krisis hipertensi harus dibedakan dari keadaan yang menyerupai krisis
hipertensi seperti :
16
- Hipertensi berat
- Emergensi neurologi yang dapat dikoreksi dengan pembedahan.
- Ansietas dengan hipertensi labil.
- Oedema paru dengan payah jantung kiri.
langkah sebagaiberikut:
5 menit s/d 120 menit pertama tekanan darah rata-rata (mean arterial blood
17
tercapai target pengobatan awal dan tekanan darah stabil maka pengobatan untuk
menurunkan tekanan darah lebih lanjut dapat dimulai dalam 24-48 jam
kemudian.6,7,8
Obat yang dipergunakan untuk menurunkan tekanan darah pada hipertensi
emergensi diberikan secara parentral. Pengobatan hipertensi krisis secara spesifik
tergantung dari kerusakan target organ yang terjadi. Obat-obat yang biasanya
dipergunakan dalam penanganan penderita dengan hipertensi emergensi adalah
seperti berikut.
19
20
21
Kerugian obat ini adalah efek samping yang sering timbul seperti mulut
kering, mengantuk dan depresi. Pada hipertensi dengan tand iskemi cerebral
ataupun stroke, obat ini akan memperberat gejala.10
Pilihan obat-obatan pada hipertensi emergensi:
Dari berbagai jenis hipertensi emergensi, obat pilihan yang dianjurkan
maupun yang sebaiknya dihindari adalah sbb :
1. Hipertensi ensenpalopati
Anjuran : Sodium nitroprusside, Labetalol, diazoxide.
Hindarkan : B-antagonist, Methyidopa, Clonidine.
2. Cerebral infark
Anjuran : Sodium nitropsside, Labetalol,
Hindarkan : B-antagonist, Methydopa, Clonidine.
3. Perdarahan intacerebral, perdarahan subarakhnoid :
Anjuran : Sodiun nitroprusside Labetalol,.
Hindarkan : B-antagonist, Methydopa, Clonodine.
4. Miokard iskemi, miokrad infark :
Anjuran : Nitroglycerine, Labetalol, Caantagonist, Sodium
Nitroprusside dan loopdiuretuk.
Hindarkan : Hyralazine, Diazoxide, Minoxidil.
5. Oedem paru akut :
Anjuran : Sodium nitroroprusside dan loopdiuretik.
Hindarkan : Hydralacine, Diazoxide, B-antagonist, Labeta Lol.
6. Aorta disseksi :
Anjuran :Sodium nitroprussidedan B-antagonist, Trimethaohaan dan Bantagonist, labetalol.
Hindarkan : Hydralazine, Diaozoxide, Minoxidil
7. Eklampsi :
22
Anjuran
Hydralazine,
Diazoxxide,
labetalol,cantagonist,
sodium
nitroprusside.
Hindarkan: Trimethaphan, Diuretik, B-antagonist
8. Renal insufisiensi akut :
Anjuran : Sodium nitroprusside, labetalol, Ca-antagonist
Hindarkan : B- antagonist, Trimethaphan
9. KW III-IV :
Anjuran : Sodium nitroprusside, Labetalol, Ca antagonist.
Hindarkan : B-antagonist, Clonidine, Methyldopa.
10. Mikroaangiopati hemolitik anemia :
Anjuran : Sodium nitroprosside, Labetalol, Caantagonist.
Hindarkan : B-antagonist.
Dari berbagai sediaan obat anti hipertensi parenteral yang tersedia, Sodium
nitroprusside merupakan drug of choice pada kebanyakan hipertensi emergensi.
Karena pemakaian obat ini haruslah dengan cara tetesan intravena dan harus
dengan monitoring ketat, penderita harus dirawat di ICU karena dapat
menimbulkan hipotensi berat. Alternatif obat lain yang cukup efektif adalah
Labetalol, Diazoxide yang dapat memberikan bolus intravena. Phentolamine,
Nitroglycerine Hidralazine diindikasikanpada kondisi tertentu.
Nicardipine suatu calsium channel antagonist merupakan obat baru yang
diperukan secara intravena, telah diteliti untuk kasus hipertensi emergensi (dalam
jumlah kecil) dan tampaknya memberikan harapan yang baik.10,11
Obat oral untuk hipertensi emergensi
Dari berbagai penelitian akhir-akhir ini ada kecenderungan untuk
menggunakan obat oral seperti Nifedipine ( Ca antagonist ) Captopril dalam
penanganan hipertensi emergensi.
23
Bertel dkk 1983 mengemukakan hal yang baik pada 25 penderita dengan
dengan pemakaian dosis 10mg yang dapat ditambah 10mg lagi menit. Yang
menarik adalah bahwa 4 dari 5 penderita yang diperiksa, aliran darah cerebral
meningkat, sedang dengan clonidine yang diselidiki menurun, walaupun tidak
mencapai tahap bermakna secara statistik.
Di Medan dibagian penyakit dalam FK USU pada 1991, telah diteliti efek
akut obat oral anti hipertensi terhadap hipertensi sedang dan berat pada 60
penderita. Efek akut nifedipine dalam waktu 5-15 menit. Demikian juga dengan
clonidine dalam waktu 5-35 menit. Dari hasil ini diharapkan kemungkinan
penggunaan obat oral anti hipertensi untuk krisis hipertensi.
Pada tahun 1993 telah diteliti penggunaan obat oral nifedipine sublingual
dan captoprial pada penderita hipertensi krisis memberikan hasil yang cukup
memuaskan setelah menit ke 20. Captoprial dan Nifedipine sublingual tidak
berbeda bermakna dam Menurunkan TD.
Captoprial 25mg atau Nifedipine 10mg digerus dan diberikan secara
sublingual kepada pasien. TD dan tanda Vital dicatat tiap lima menit sampai 60
menit dan juga dicatat tanda-tanda efek samping yang timbul. Pasien digolongkan
nonrespons bila penurunan TD diastolik <10mmHg setelah 20 menit pemberian
obat. Respons bila TD diastolik mencapai <120mmHg atau MAP <150mmHg dan
adanya perbaikan simptom dan sign dari gangguan organ sasaran yang dinilai
secara klinis setelah 60 menit pemberian obat. Inkomplit respons bila setelah 60
menit pemberian obat. Inkomplit respons bila setelah 60 menit TD masih
24
>120mmHg atau MAP masih >150mmHg, tetapi jelas terjadi perbaikan dari
simptom dan sign dari organ sasaran.8,9,10,11,12
Neurologic emergency.
Keadaan neurologic emergency yang
25
Cardiac emergency
26
27
28
jam.
Beta blocker (Labetalol), non selektif beta blocker, dosis oral awal 200
mg, dan diulang 3-4 jam. Onset kerja dimulai pada 12 jam.
Simpatolitik (Clonidine), dengan dosis oral awal 0.10.2 mg dosis loading
dilanjutkan 0.05-0.1 mg setiap jam sampai target tekanan darah tercapai.
Dosismaksimum 0.7 mg.
Dosis
Efek
Lama
Efek samping
29
5-10mg
(Calcium
Diulang
Channel
15 menit
Blocker)
Captopril
angio
(ACE
Diulang
10-15 menit
Inhibitor)
30 menit
Oral : 15-30
penderita
75-150 ug
menit
30-60 menit
arteri sinosis
sedasi,mulut kering. Hindari
Clonidin
5-15 menit
kerja
2-6 jam
Nifedipin
sakit
kepala,
takhikardi,
hipotensi, flushing.
8-16 jam
neurotik
oedema,
bilateral
renal
agonist)
jam
brakardi,sick
sinus
10-40mg
(beta blocker)
Diulang /
15-30 menit
3-6 jam
30menit
pada
penderita
hipertensi
urgensi
akibat
dari
peningkatan
katekholamine.
30
Parameter
Tekanan
darah
(mmHg)
Gejala
Hipertensi Mendesak
Biasa
> 180/110
Mendesak
> 180/110
Sakit kepala,
kecemasan;
sering kali tanpa
gejala
Hipertensi Darurat
> 220/140
31
Pemeriksaan
Terapi
Tidak ada
kerusakan organ
target, tidak ada
penyakit
kardiovaskular
Awasi 1-3 jam;
memulai/teruskan
obat oral,
naikkan dosis
Kerusakan organ
target; muncul
klinis penyakit
kardiovaskuler,
stabil
Awasi 3-6 jam;
obat oral
berjangka kerja
pendek
Ensefalopati, edema
paru, insufisiensi ginjal,
iskemia jantung
Periksa ulang
dalam 3 hari
Periksa ulang
dalam 24 jam
Rawat ruangan/ICU
Rencana
Obat Pilihan
Diseksi aorta
Nitroprusside + esmolol
AMI, iskemia
Nitrogliserin, nitroprusside,
mungkin
Sekunder untuk bantuan
Edema paru
nicardipine
Nitroprusside, nitrogliserin,
iskemia
10% -15% dalam 1-2
Gangguan Ginjal
labetalol
Fenoldopam, nitroprusside,
jam
20% -25% dalam 2-3
Kelebihan
labetalol
Phentolamine, labetalol
jam
10% -15% dalam 1-2
Nitroprusside
jam
20% -25% dalam 2-3
ensefalopati
Subarachnoid
Nitroprusside, nimodipine,
jam
20% -25% dalam 2-3
hemorrhage
Stroke Iskemik
nicardipine
Nicardipine
jam
0% -20% dalam 6-12
katekolamin
Hipertensi
jam
32
PROGNOSIS
Sebelum ditemukannya obat anti hipertensi yang efektif survival penderita
hanyalah 20% dalam 1 tahun. Kematian sebabkan oleh uremia (19%), payah
jantung kongestif (13%), cerebro vascular accident (20%),payah jantung kongestif
disertai uremia (48%), infrak Mio Card (1%), diseksi aorta (1%).
Prognosis menjadi lebih baik berkat ditemukannya obat yang efektif dan
penaggulangan penderita gagal ginjal dengan analysis dan transplantasi ginjal.
Whitworth melaporkan dari penelitiannya sejak tahun 1980, survival
dalam 1 tahun berkisar 94% dan survival 5 tahun sebesar 75%. Tidak dijumpai
hasil perbedaan diantara retionopati KWIII dan IV. Serum creatine merupakan
prognostik marker yang paling baik dan dalam studinya didapatkan bahwa 85%
dari penderita dengan creatinite <300 umol/l memberikan hasil yang baik
dibandingkan dengan penderita yang mempunyai fungsi ginjal yang jelek yaitu 9
% .10,16
BAB III
KESIMPULAN
33
diturunkan.
Faktor klinis lain : obat lain yan gdiberikan , status volum dll.
Efek sqamping obat
Besarnya penurunan TD umumnya kira-kira 25% dari MAP ataupun tidak
lebih rendah dari 170-180/100mmHg.
Pemakaian obat parenteral untuk hipertensi emergensi lebih aman karena
34
Beta Blocker tidak dianjurkan pada krisis hipertensi kecuali pada aorta disekasi
akut.
BAB IV
LAPORAN KASUS
IDENTITAS
Nama
: Ny. Uminah
: 49 tahun
Alamat
Suku
: Jawa
Bangsa
: Indonesia
Agama
: Islam
I. ANAMNESIS
Telah dilakukan autoanamnesis pada tanggal 7 Januari 2014 di bangsal Wijaya
Kusuma.
Keluhan Utama
Keluhan Tambahan
36
37
Antropometri
o
o
o
o
BB
: 60 kg
TB
: 165 cm
BMI : 22,03
Status gizi : Gizi baik
STATUS GENERALIS
Kepala
: normocephali
Mata
: conjungtiva anemis -/- sklera ikterik -/reflex cahaya Langsung (+/+), reflex cahaya tidak langsung (+/+)
Hidung
Telinga
: Normotia, nyeri tekan tragus (-), nyeri tarik (-), serumen (-)
Mulut
Thorax
Paru :
Inspeksi
Palpasi
38
Perkusi
Auskultasi
(-/-)
Jantung :
Inspeksi : pulsasi iktus kordis tidak tampak jelas
Palpasi
Perkusi
Batas kanan jantung: setinggi ICS III ICS V linea sternalis kanan
Batas atas jantung : setinggi ICS III linea parasternalis kiri
Batas
midclavicularis sinistra
Auskultasi : BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Palpasi
: supel, nyeri tekan (-), turgor kulit baik, hepar dan lien
tidak teraba
Perkusi
39
Ekstremitas
Ekstremitas atas
Ekstremitas bawah
III.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
EKG
40
Interpretasi EKG :
QRS rate :
o R-R = 18 kotak kecil
o
1500
Aksis :
o Lead I dominan positif
o aVF dominan positif
Gelombang P :
o Dominan positif di lead II
o Dominan negatif di aVR
41
PR Interval :
o 5 kotak kecil = 0,20 detik
QRS kompleks :
o Lebar 2 kotak kecil = 0,04 detik
IV.
ST segmen : Isoelektris
RESUME
Seorang perempuan berusia 49 tahun datang ke Poliklinik Jantung
RSUD Bekasi dengan keluhan utama sering sakit kepala sejak 3 hari yang lalu.
Sakit kepala dirasakan tiba-tiba, terus menerus dan menyeluruh di bagian
kepala dan menjalar ke leher, sehingga leher dan punggung belakang terasa
tegang. Keluhannya sering dirasakan baik bila melakukan aktivitas maupun
istirahat, sehingga pasien merasa sulit tidur beberapa hari ini dan badannya
terasa pegal-pegal. Terdapat batuk namun tidak berdahak dan sesak nafas,
terutama bila di ruangan dingin. Riwayat hipertensi dan asma (+). Pasien
jarang berolahraga, minum air putih cukup, gemar makan ikan asin serta
makanan yang berminyak/goreng-gorengan dan bersantan.
42
PENATALAKSANAAN
Rawat Inap
Tirah baring
Drip Ceremax (Nimodipine)
Santesar 2 x 5
HCT (Hidroclorotiazid) 2 x 25 mg
Astika 100 mg
Clopidogrel 1x75 mg
Alprazolam 2x0,5 mg
PROGNOSIS
Ad vitam
: ad bonam
43
DAFTAR PUSTAKA
1. Kaplan Norman M. Hypertensive Crises. In: Kaplans Clinical
Hypertension 8th editions. Lippincott William & Wilkins, Philadelphia
2002.p. 339-356.
2. Izzo Jr GJ L, et.al. Seventh Report of JNC on Prevention, Detection,
Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure. Hypertension
2003;42:1206-1252.
3. Ram S CV. Management of hypertensive emergencies:Changing
therapeautic options. Am Heart J 1991;122:356-363.
4. Ram S CV. Current Consepts in the Diagnosis and Management of
Hypertensive Urgencies and Emergencies. Keio J Med 1990; 4:225-236.
44
45
46