Kedokteran Komunitas Prof Bhisma Murti
Kedokteran Komunitas Prof Bhisma Murti
KEDOKTERAN KOMUNITAS
SAINS BIOMEDIS DAN KEDOKTERAN KLINIS
Disiplin sains kedokteran (medical science) bisa dibagi menjadi 3 kategori: (1) Ilmu-ilmu Biomedis; (2)
Kedokteran Klinis; dan (3) Kedokteran Komunitas. Ilmu biomedis merupakan cabang sains
kedokteran yang menerapkan prinsip biologi dan fisiologi dalam praktik kedokteran klinis. Termasuk
dalam sains biomedis adalah anatomi, fisiologi, genetika, patologi, kimia, biokimia, biologi,
mikrobiologi, fisika medis, dan sebagainya. Ilmuwan biomedis mempelajari dan mengembangkan
teori kedokteran pada level struktur, organ, jaringan, sel, gen, molekul, pada manusia. Ilmuwan
biomedis juga mempelajari substansi kimia, biologi (misalnya, mikroba), dan fisika lainnya yang
berasal dari agen penyakit dan lingkungan (Wikipedia, 2010a dan b).
Sebagai contoh, anatomi merupakan cabang kedokteran yang mempelajari struktur manusia
sebagai organisme. Anatomi dibagi dua bagian: (1) gross anatomy; dan (2) microspcopic anatomy.
Gross anatomy mempelajari struktur anatomi yang dapat dilihat tanpa alat bantu penglihatan.
Microscopic anatomy mempelajari struktur anatomi mikro dengan bantuan mikroskop, mencakup
histologi (ilmu yang mempelajari organisasi jaringan) dan sitologi (ilmu tentang sel). Riset biomedis
merupakan riset dasar yang bertujuan untuk menemukan kandidat yang bisa dikembangkan untuk
menemukan teknologi kedokteran (misalnya, tes diagnostik) dan pengobatan baru (misalnya,
antibiotika baru). Melalui riset dasar biomedis dapat ditemukan terobosan baru yang dapat
memberikaan kontribusi signifikan untuk memecahkan masalah kesehatan pasien, keluarga, dan
komunitas.
Kedokteran klinis merupakan cabang sains kedokteran yang mempelajari dan
mempraktikkan berbagai pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk memulihkan kesehatan dengan
cara mencegah dan mengobati penyakit pada individu pasien (Wikipedia, 2010c). Berbeda dengan
ilmuwan biomedis, klien seorang dokter/ klinisi adalah individu manusia yang sedang mengalami
masalah kesehatan. Dalam praktik klinis, dokter melakukan penilaian pasien dalam rangka untuk
mendiagnosis, mengobati, dan mencegah penyakit, dengan melakukan pertimbangan dan
keputusan klinis (clinical judgment). Hubungan dokter-pasien dimulai dengan interaksi dokter-pasien,
melalukan wawancara (anamnesis) untuk menemukan riwayat keluhan (symptoms) pasien,
melakukan pemeriksaan riwayat medis dalam rekam medis, dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik
klasik kedokteran, meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi.
Dalam pemeriksaan fisik, dokter mencari tanda-tanda (sign) penyakit. Dengan berbagai
pemeriksaan klinis tersebut dokter bisa membuat diagnosis banding (differential diagnosis), yaitu
sejumlah kecil diagnosis masalah pasien yang paling mungkin. Untuk menentukan diagnosis yang
paling benar, seorang dokter mungkin perlu meminta pemeriksaan diagnostik tambahan, misalnya
tes darah atau prosedur diaagnostik penunjang lainnya yang memang benar-benar perlu. Akhirnya
dokter dapat menentukan diagnosis dan memberikan terapi yang tepat, sesuai dengan diagnosis
masalah pasien. Selama interaksi, dokter memberikan informasi kepada pasien tentang semua fakta
yang relevan yang ditemukan dari pemeriksaan. Pemberian informasi kepada pasien penting, untuk
memelihara hubungan baik dokter-pasien dan membangun kepercayaan (trust) di antara mereka.
Dalam hubungan dokter-pasien dan pengambilan keputusan klinis, para dokter dituntut untuk
senantiasa menggunakan prinsip-prinsip bioetika (Wikipedia, 2010c).
Kedokteran berbasis bukti (evidence-based medicine) merupakan gerakan kontemporer
dalam praktik kedokteran yang bertujuan untuk memperbaiki kualitas pelayanan dokter, sehingga
setiap keputusan klinis yang diambil dapat memaksimalkan manfaat dan meminimalkan kerugian
bagi pasien. Tiga pilar utama kedokteran berbasis bukti mencakup: (1) penggunaan secara sadar
bukti-bukti ilmiah terbaik dan terbaru, (2) penggunaan keahlian klinis (clinical expertise), dan (3)
memperhatikan nilai-nilai dan ekspektasi pasien. Penerapan kedokteran berbasis bukti dan bioetika
akan meningkatkan kualitas pelayanan dokter, meningkatkan manfaat bagi pasien, meminimalkan
kerugian bagi pasien (misalnya, malpraktik), dan meningkatkan keselamatan pasien. Gerakan
kedokteran berbasis bukti difasilitasi oleh perkembangan pesat sains dan teknologi informasi, yang
memungkinkan penyebaran (diseminasi) bukti-bukti ilmiah terbaik untuk digunakan oleh para
dokter.
APAKAH KOMUNITAS?
Komunitas berasal dari kata Inggris community yang artinya A group of people living in a
particular local area sekelompok orang yang tinggal di suatu area lokal tertentu. Komunitas
(community) merupakan bagian dari masyarakat (society) yang memiliki persamaan karakteristik
tertentu dan biasanya bertempat tinggal di suatu area geografis yang bisa didefinisikan dengan jelas.
Sebagai contoh, pusat kesehatan masyarakat dalam bahasa Inggris disebut community health center,
bukan societal health center atau public health center, karena memang didirikan dengan tujuan
untuk melindungi dan meningkatkan kesehatan komunitas tertentu, yaitu masyarakat yang tinggal di
suatu wilayah kecamatan. Para pekerja di suatu pertambangan minyak lepas pantai juga merupakan
contoh komunitas lainnya, yaitu komunitas pekerja yang memiliki sejumlah persamaan karakteristik,
yakni jenis pekerjaan, tempat bekerja, dan tempat tinggal (meskipun sementara). Sivitas akademika
yang terdiri atas mahasiswa, dosen, dan karyawan administrasi, membentuk suatu komunitas
akademik di suatu area yang disebut kampus. Gambar 3.1 menyajikan prototipe sebuah komunitas
yang tinggal di area geografis yang terbatas, yang dilayani dengan sejumlah fasilitas pelayanan publik,
misalnya puskesmas, pasar, restoran, bioskop, jalan mobil, tempat pejalan kaki yang aman, telepon
umum, dan sebagainya.
Perspektif biomedis
Lingkungan
Sosial
Agen infeksi
Gen
Toksin
Perilaku
Akibat paparan
terhadap distribusi
penyakit pada
populasi
Akibat biologis
paparan terhadap
terjadinya penyakit
pada individu
Kultural
Ekonomi
Politik
memberikan pelayanan kuratif dasar tetapi juga upaya pencegahan primer, sekunder, dan tersier.
Tingkat upaya pencegahan penyakit, terdiri atas primer, sekunder, tersier, merupakan konsep
epidemiologi, merujuk kepada upaya pencegahan yang bisa dilakukan pada berbagai fase dalam
kontinum perjalanan penyakit yang disebut Riwayat Alamiah Penyakit (Natural History of Disease).
Tabel 3.1 Perbedaan pendekatan kedokteran komunitas dan kedokteran klinis
No
1
Variabel
Klien
Kedokteran Klinis
Individu sakit (pasien)
Konsep kausasi
(peneybab) masalah
kesehatan dan penyakit
Level kausa masalah
kesehatan dan penyakit
Jenis pelayanan kesehatan
Tingkat kecanggihan
pelayanan kesehatan
Level intervensi
(pelayanan kesehatan)
Tujuan pelayanan
kesehatan
Dampak kesehatan yang
ingin dicapai
Tanggungjawab kesehatan
3
4
5
6
7
8
Individu
Kuratif
Kedokteran Komunitas
Individu sakit dan sehat, dan anggota
komunitas
Kausasi majemuk (multikausal); prioritas
kepada faktor risiko perilaku, sosial, dan
lingkungan
Individu, keluarga, komunitas, dan
lingkungannya
Komprehensif (preventif, promotif,
kuratif, rehabilitatif); penekanan pada
pelayanan kesehatan preventif dan
promotif
Pelayanan kesehatan esensial (=dasar,
primer)
Individu (UKP) dan komunitas (upaya
kesehatan masyarakat, UKM)
Ketiadaan penyakit dan perbaikan
kualitas hidup
Kesehatan semua anggota komunitas
(Health for All), produktivitas dan
pembangunan sosial-ekonomi
Dokter, tenaga kesehatan profesional,
dan komunitas
Pelayanan kesehatan dapat dilakukan pada level individu (upaya kesehatan perorangan/
UKP) maupun level populasi (upaya kesehatan masyarakat, UKM). Upaya pencegahan primer
mencakup promosi kesehatan (misalnya, pendidikan kesehatan, pemberian makanan tambahan dan
mikronutrien) dan perlindungan spesifik (misalnya, imunisasi untuk mencegah berbagai penyakit
yang dapat dicegah dengan imunisasi, penggunaan helm dan kacamata pengaman oleh pekerja
untuk mencegah cedera, pengabutan untuk membunuh Aedes aegypti sebagai vektor Demam
Berdarah Dengue).
Upaya pencegahan sekunder meliputi deteksi dini penyakit (misalnya, skrining hapusan Pap
untuk kanker leher rahim, pemeriksaan tekanan darah untuk mendeteksi hipertensi) dan
pengobatan segera. Upaya pencegahan tersier meliputi rehabilitasi, pemulihan fungsi dan anatomi,
pembatasan kecacatan, pencegahan komplikasi dan rekurensi, dan pencegahan kematian dini
(misalnya, pemberian aspirin pasca infark myokard akut untuk mencegah rekurensi dan kematian,
fisioterapi dan rehabilitasi pasien pasca stroke untuk mengembalikan semaksimal mungkin fungsi
kognitif, afektif dan psikomotor).
KEDOKTERAN KOMUNITAS DAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
Jelas bahwa konsep kedokteran komunitas merupakan perluasan dari konsep kedokteran klinis,
karena fokusnya tetap pada pelayanan kesehatan primer, tetapi masalah (concern) yang
diperhatikan tidak hanya kesehatan pasien an sich, tetapi juga kesehatan keluarga dan anggota
komunitas lainnya. Di sisi lain, kedokteran komunitas perlu dibedakan dengan ilmu kesehatan
masyarakat. Upaya kesehatan masyarakat (UKM) yang dilakukan dokter yang berorientasi
kedokteran komunitas adalah UKM yang dilakukan sesuai dengan peran dan kapasitasnya sebagai
seorang dokter, bukan sebagai ahli kesehatan masyaarakat (public health specialist) (Wikipedia,
2010d). Sebagai contoh, telah banyak bukti kuat dari studi epidemiologi, biomedis, dan klinis, yang
menunjukkan bahwa merokok aktif maupun pasif merupakan kausa berbagai penyakit kronis utama,
seperti hipertensi, penjakit jantung koroner, diabetes melitus, dan stroke. Tetapi kedokteran
komunitas tidak menuntut seorang dokter untuk memiliki kompetensi membuat rancangan undangundang maupun melakukan advokasi terbentuknya undang-undang, peraturan, atau kebijakan yang
melarang merokok di tempat-tempat umum. Intervensi tersebut dapat dirancang dan
diimplementasikan oleh ahli kesehatan masyarakat.
KEDOKTERAN KELUARGA
Cabang kedokteran komunitas yang memberikan perhatian khusus kepada kesehatan keluarga
sebagai sebuah unit adalah kedokteran keluarga. Kedokteran keluarga (family medicine) adalah
disiplin ilmu yang menekankan pentingnya pemberian pelayanan kesehatan yang personal, primer,
komprehensif, dan berkelanjutan (continuing) kepada individu dalam hubungannnya dengan
keluarga, komunitas, dan lingkungannya. Disiplin kedokteran keluarga juga dikenal dengan nama lain,
misalnya praktik umum (gerenal practice) atau kedokteran pelayanan primer (primary care
medicine). Tetapi terma kedokteran keluarga lebih disukai untuk menekankan keluarga sebagai unit
sosial yang memberikan dukungan kepada individu. Keluarga merupakan sebab dan akibat
kesehatan dan penyakit pada individu. Masalah kesehatan pasien sering kali disebabkan oleh
masalah yang terdapat pada keluarga. Sebaliknya, masalah kesehatan pasien dapat menyebabkan
masalah kesehatan keluarga (National University of Singapore, 2004; Wikipedia, 2010e).
Terdapat beberapa nilai-nilai utama yang dianut dalam kedokteran keluarga (National University of
Singapore, 2004, Wikipedia, 2010e):
1. Pelayanan berpusat pada pasien (patient-centered care) dan perhatian khsus kepada hubungan
dokter-asien
2. Pendekatan holistik kepada pasien dan masalahnya masalah penyakit pasien tidak hanya
disebabkan oleh dimensi fisik tetapi juga sosial dan psikologi (model bio-pskio-sosial penyakit)
dari pasien, keluarga, dan komunitasnya. Memberikan perhtaian kepada aspek sosial dan
psikologi pasien sering kali efektif dalam memecahkan masalah fisik pasien. Pendekatan holistik
pada pasien sangat penting pada zaman sekarang ketika teknologi tinggi kedokteran telah
menyebabkan dehumanisasi pasien dan fragmentasi pelayanan kesehatan.
3. Kedokteran pencegahan memberikan dampak kepada status kesehatan yang lebih panjang
daripada kedokteran kuratif
4. Semua usia dokter keluarga melayani orang dari segala usia, sehingga dokter keluarga disebut
sebagai specialist in breadth, berbeda dengan spesialis di rumah sakit yang specialist in
depth.
5. Dokter keluarga bersedia memberikan pelayanan tidak hanya di ruang konsultasi klinik tetapi
juga di rumah dan setting pelayanan lainnya.
KEDOKTERAN OKUPASI
Cabang kedokteran komunitas yang memberikan perhatian khusus kepada komunitas pekerja adalah
kedokteran okupasi. Kedokteran okupasi (occupational medicine) merupakan sebuah disiplin ilmu
yang mempelajari pengaruh pekerjaan terhadap kesehatan pekerja dan pengaruh kesehatan pekerja
terhadap pekerjaan. Kedokteran okupasi melakukan intervensi kesehatan yang ditujukan kepada
para pekerja dan lingkungan kerjanya, yang bersifat pencegahan primer (health promotion, specific
protection), sekunder (early detection and prompt treatment), dan tersier (disability limitation,
rehabilitation, prevention of premature death).
Kedokteran okupasi melakukan penilaian tentang berbagai risiko dan bahaya (hazard) di
tempat kerja bagi kesehatan pekerja, dan menerapkan upaya pencegahan penyakit dan cedera,
serta meningkatkan kesehatan populasi pekerja. Dokter okupasi melakukan upaya menurunkan
risiko, mencegah terjadinya penyakit dan cedera akibat kerja, dengan menerapkan ventilasi
setempat, penggunaan peralatan protektif perorangan, perubahan cara bekerja, dan vaksinasi.
Dokter okupasi melakukan surveilans kesehatan melalui skrining/ pemeriksaan kesehatan secara
berkala (Agius dan Seaton, 2005).
Dokter okupasi juga melakukan pencegahan tersier, yakni melakukan upaya pelayanan
medis perorangan pasca penyakit untuk membatasi kecacatan, disfungsi sisa, dan kematian,
melakukan rehabilitasi, dan mencegah rekurensi penyakit, untuk memulihkan dan meningkatkan
derajat kesehatan masing-masing pekerja.
Tetapi dokter okupasi juga memberikan pelayanan medis langsung kepada pekerja yang
sakit. Dokter okupasi menaksir besarnya masalah dan memberikan pelayanan kuratif untuk
mengatasi masalah penyakit yang dialami pekerja. Dokter okupasi melakukan penatalaksanaan
medis terhadap gangguan-gangguan penyakit penting yang berhubungan dengan pekerjaan,
mencakup pernapasan, kulit, luka bakar, kontak dengan agen fisik atau kimia, keracunan, dan
sebagainya. Dokter okupasi menganalisis absensi pekerja, dan menghubungkannya dengan faktorfaktor penyebab (Agius dan Seaton, 2005).
Semua kegiatan kedokteran okupasi tersebut ditujukan untuk melindungi, memelihara, dan
meningkatkan derajat kesehatan pekerja. Derajat kesehatan yang optimal memberikan kontribusi
bagi kinerja perusahaan, seperti produktivitas, laba (profitability), dan kelangsungan hidup (survival)
(Segal, 1999). Peningkatan derajat kesehatan pekerja akan meningkatkan produktivitas laba, dan
kelangsungan hidup perusahaan.
REFERENCE:
Agius R , Seaton A (2005). Practical occupational medicine. UK: Hodder Headline/ Arnold Publishers
National University of Singapore (2004). Family medicine posting. Family medicine primer 2004.
Singapore: Department of Community, Occupation and Family Medicine. National University of
Singapore.
Segal L (1999). Issues in the economic evaluation of health promotion in the workplace. Research
Report 3. Centre for Health Program Evaluation, Health Economics Unit, Monash University.
The Free Dictionary (2010). Community medicine. medical-dictionary.thefreedictionary.com/
community+medicine. Diakses 20 Agustus 2010.
Wikipedia (2010a). Biomedicine. en.wikipedia.org/wiki/Biomedicine. Diakses 24 Agustus 2010.
________ (2010b). Health sciences. en.wikipedia.org/wiki/Health_science Diakses 24 Agustus 2010.
________ (2010c). Medicine. en.wikipedia.org/wiki/Medicine Diakses 24 Agustus 2010.
________ (2010d). Medicine. en.wikipedia.org/wiki/Public Health Diakses 24 Agustus 2010.
________ (2010e). Family medicine en.wikipedia.org Health science Medicine. Diakses 24 Agustus
2010.