Proposal PTK Hukum Newton
Proposal PTK Hukum Newton
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pelaksanaan pembelajaran Fisika , saat ini masih mengalami banyak
kendala. Baik ditinjau dari individual peserta didik yang notabene kurang
berminat dalam belajar fisika, guru yang kurang professional maupun perangkat
pembelajaran yang kurang memadai, yang kesemuanya itu menyebabkan
turunnya hasil belajar fisika.
Dalam upaya menciptakan proses belajar mengajar yang efektif dan
efisien, maka guru perlu memperhatikan prinsip-prinsip mengajar diantaranya
menggunakan alat bantu mengajar atau alat peraga. Bahwa dalam prinsip
mengajar yaitu sebagai guru, diharapkan mampu memperhatikan perbedaan
individual siswa, menggunakan variasi metode mengajar; menggunakan alat bantu
mengajar; melibatkan siswa secara aktif; menumbuhkan minat belajar siswa, dan
menciptakan situasi belajar mengajar yang kondusif.
Melihat dari kenyataan yang ada, maka mata pelajaran FISIKA seharusnya
merupakan suatu pelajaran yang ditunggu-tunggu, disenangi, menantang dan
bermakna bagi peserta didik ,Disisi lain sebenarnya mereka telah memiliki
kemampuan dasar yang tinggi dan dengan kemajuan teknologi mereka mampu
menyerap berbagai informasi yang ada, terutama sekali pemahaman konsep
FISIKA , dikarenakan media pembelajaran yang cukup memadai seperti LCD
Proyektor, Laboratorium , dimana mereka dapat dengan mudah mempraktekkan ,
dan menambah wawasan materi - materi yang diberikan oleh guru.
Namun,kenyataan dilapangan tidaklah demikian. Hal ini dapat dilihat dari hasil
evaluasi siswa yang telah dilaksanakan, selalu rendah.
Berdasarkan data dari SMAN 98 Jakarta diperoleh gambaran bahwa ,
walaupun media pembelajaran cukup memadai, namun ternyata masih kurang
meningkatkan hasil evaluasi FISIKA yang baik, terutama siswa kelas X yang
masih dalam proses pemilihan jurusan, sehingga peran guru dalam menerapkan
berbagai model pembelajaran sangat diharapkan dapat memberi angin segar bagi
peningkatan kualitas dan kuantitas siswa untuk masuk jurusan IPA.
Dari uraian di atas bahwa mata pelajaran FISIKA mempunyai nilai yang
strategis dan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang unggul,
handal, dan bermoral semenjak dini,. Hal yang menjadi hambatan selama ini
dalam pembelajaran FISIKA adalah disebabkan kurang dikemasnya pembelajaran
FISIKA
dengan
metode
pembelajaran
yang menarik,
menantang,
dan
menyenangkan.
Supaya pembelajaran FISIKA menjadi pembelajaran yang aktif, inovatif,
kreatif, efektif dan menyenangkan (PAIKEM), dapat dilakukan melalui berbagai
macam cara. Salah satu caranya yaitu melalui penerapan model pembelajaran
kooperatif dengan tipe Jigsaw. Namun seberapa jauh keefektifitasannya model
pembelajaran tersebut dalam meningkatkan hasil belajar siswa, akan dilakukan
penelitian yang salah satunya dengan menggunakan penelitian tindakan kelas
(PTK).
B. Perumusan Masalah
Adapun rumusan masalahnya adalah :
a. Bagaimana perkembangan hasil belajar FISIKA siswa kelas X dengan
menggunakan model pembelajaran koopertif tipe Jigsaw pada materi Hukum
newton?
b. Bagaimana keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar menggunakan
model pembelajaran koopertif tipe Jigsaw?
c. Bagaimana tanggapan siswa tentang model pembelajaran FISIKA dengan
metode pembelajaran kooperartif tipe Jigsaw?
C. Batasan Masalah
Batasan masalah penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran
koopertif tipe Jigsaw pada materi Hukum Newton untuk meningkatkan haisl
belajar Fisika di kelas X semester 1 tahun pelajaran 2011/2012 SMA Negeri 98
Jakarta.
D. Pemecahkan Masalah
Metode pemecahan masalah yang akan digunakan dalam Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) ini, yaitu model pembelajaran kooperatif dengan tipe
JIGSAW. Dengan model pembelajaran ini, diharapkan hasil belajar siswa kelas X
semester 1, tahun pelajaran 2011/2012 SMAN 98 Jakarta dalam pelajaran FISIKA
meningkat.
E. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian tindakan kelas (PTK) ini adalah :\
1. Guru dapat menerapkan strategi pembelajaran kooperatif tipe JIGSAW
sehingga mampu meningkatkan kualitas pembelajaran FISIKA
2. Melalui model pembelajaran kooperatif tipe JIGSAW, siswa mampu
meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran FISIKA kelas X
semester 1 tahun pelajaran 2011/2012 SMAN 98 Jakarta
F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari PTK antara lain :
1.
2.
3.
4.
5.
BAB II
KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
A. KAJIAN TEORI
A.1.Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang
berdasarkan faham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi
belajar enggan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat
kemampuanya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa
anggota kelompok harus saling bekerja sama saling membantu untuk memahami
materi pelajaran. Dalam pembelajan kooperatif, belajar dikatakan belum selesai
jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.
a) Unsur-unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif adalah sebagai
berikut : (Lungdren, 1994).
1. Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka tenggelam atau
berenang bersama.
2. Para siswa harus memiliki tanggung jawab terhadap siswa atau peserta
didik lain dalam kelompoknya, selain tanggung jawab terhadap diri
sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi.
3. Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semua memiliki tujuan
yang sama.
4. Para siswa membagi tugas dan berbagi tanggung jawab di antara para
anggota kelompok.
5. Para siswa diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut
berpengaruh terhadap evaluasi kelompok.
6. Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh
keterampilan bekerja sama selama belajar.
7. Setiap siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual
materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Menurut Thompson, et al. (1995), pembelajaran kooperatif turut
menambah unsur-unsur interaksi sosial dalam pembelajaran TIK. Pembelajaran
kooperatif bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang saling membantu satu
sama lain. Kelas disusun dalam kelompok yang terdiri dari 4 atau 6 orang siswa,
dengan kemampuan yang heterogen. Maksud kelompok heterogen adalah terdiri
dari campuran kemampuan siswa, jenis kelamin, dan suku. Hal ini bermanfaat
untuk melatih siswa menerima perbedaan dan bekerja dengan teman yang berbeda
latar belakangnya.
Pada pembelajaran kooperatif diajarkan keterampilan-keterampilan khusus
agar dapat bekerja sama dengan baik di dalam kelompoknya, seperti menjadi
pendengar yang baik, siswa diberi lembar kegiatan yang berisi pertanyaan atau
tugas yang direncanakan untuk diajarkan. Selama kerja kelompok, tugas anggota
kelompok adalah mencapai ketuntasan (Slavin, 1995).
b) Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif
Beberapa ciri dari pembelajaran kooperatif adalah; (a) setiap anggota
memiki peran, (b) terjadi hubungan interaksi langsung di antara siswa, (c) setiap
angota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga teman-teman
sekelompoknya (d) guru membantu mengembangkan keterampilan-keterampilan
intersonal kelompok, (e) guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat
diperlukan(Carin, 1993).
kooperatif
menggunakan
tujuan-tujuan
kelompok
untuk
kelompok
yang
saling
membantu
dalam
belajar.
Adanya
situasi
di
mana
keberhasilan
individu
ditentukan
atau
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidaktidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yang dirangkum oleh Ibrahim, et al.
(2000), yaitu:
a. Hasil belajar akademik
Dalam belajar kooperatif meskipun mencakup beragam tujuan sosial, juga
memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis penting lainnya.
Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu
siswa. Para pengembang model ini telah menunjukkan bahwa model
struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan nilai siswa pada
belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil
belajar. Di samping mengubah norma yangberhubungan dengan hasil
belajar, pembelajaran kooperatif dapat memberi keuntungan baik pada
siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yangbekerja bersama
menyelesaikan tugas-tugas akademik.
b.
Keterampilan Kooperatif
pembelajaran
kooperatif
tipe
Jigsaw
merupakan
model
pembelajaran kooperatif, dengan siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri
dari 46 orang secara heterogen dan bekerjasama saling ketergantungan yang
positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus
dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain
(Arends,1997).
Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap
pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya
mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan
dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain. Dengan
demikian, siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja sama
secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan (Lie, A., 1994).
Para anggota dari tim-tim yang berbeda dengan topik yang sama bertemu
untuk diskusi (tim ahli) saling membantu satu sama lain tentang topik
pembelajaran yang ditugaskan kepada mereka. Kemudian siswa-siswa itu kembali
pada tim/kelompok asal untuk menjelaskan kepada anggota kelompok yang lain
tentang apa yang telah mereka pelajari sebelumnya pada pertemuan tim ahli.
Pada model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, terdapat kelompok asal
dan kelompok ahli. Kelompok asal, yaitu kelompok induk siswa yang
beranggotakan siswa dengan kemampuan, asal, dan latar belakang keluarga yang
beragam. Kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa ahli. Kelompok ahli,
yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda yang
ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik tertentu dan menyelesaikan
tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya untuk kemudian dijelaskan
kepada anggota kelompok asal. Hubungan antara kelompok asal dan kelompok
ahli digambarkan sebagai berikut (Arends, 2001).
Para anggota dari kelompok asal yang berbeda, bertemu dengan topik
yang sama dalam kelompok ahli untuk berdiskusi dan membahas materi yang
ditugaskan pada masing-masing anggota kelompok serta membantu satu sama lain
untuk mempelajari topik mereka tersebut. Setelah pembahasan selesai, para
anggota kelompok kemudian kembali pada kelompok asal dan mengajarkan pada
teman sekelompoknya apa yang telah mereka dapatkan pada saat pertemuan di
kelompok ahli. Jigsaw didesain selain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab
siswa secara mandiri juga dituntut saling ketergantungan yang positif (saling
memberi
tahu)
terhadap
teman
sekelompoknya.
Selanjutnya
di
akhir
pembelajaran, siswa diberi kuis secara individu yang mencakup topik materi yang
telah dibahas. Kunci tipe Jigsaw ini adalah interdependensi setiap siswa terhadap
anggota tim yang memberikan informasi yang diperlukan dengan tujuan agar
dapat mengerjakan kuis dengan baik. Untuk pelaksanaan pembelajaran kooperatif
tipe Jigsaw, disusun langkahlangkah pokok sebagai berikut; (1) pembagian tugas,
(2) pemberian lembar ahli, (3) mengadakan diskusi, (4) mengadakan kuis. Adapun
Tahap 2:
Tahap 3:
10
Evaluasi
Siswa mengerjakan beberapa soal yang mewakili keseluruhan materi
yang diajarkan.
Tahap 5:
Penghargaan kelompok
Dalam hal ini, penghargaan kelompok diambil dari nilai-nilai anggota
kelompok, kemudian siswa-siswi pada kelompok yang memperoleh
nilai tertinggi mendapatkan penghargaan yang diumumkan di depan
kelas.
11
12
tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antar individu, serta
individu dengan lingkungannya sehingga mereka lebih mampu berinteraksi
dengan lingkungannya.
Hasil belajar adalah pengukuran secara keseluruhan kegiatan yang
dicapai oleh siswa setelah mengikuti kegiatan belajar dalam upaya mencapai
tujuan yang ditetapkan.
Hasil belajar pada hakekatnya menuju pada prestasi belajar , yaitu untuk
mengukur penguasaan materi penguasaan pengetahuan dan ketrampilan yang
mempertimbangkan oleh mata pelajaran yang lazimnya ditujukan dengan nilai
13
Hukum gerak Newton adalah tiga hukum fisika yang menjadi dasar
mekanika klasik. Hukum ini menggambarkan hubungan antara gaya yang
bekerja pada suatu benda dan gerak yang disebabkannya. Hukum ini telah
dituliskan dengan pembahasaan yang berbeda-beda selama hampir 3 abad dan
dapat dirangkum sebagai berikut:
1. Hukum Pertama: setiap benda akan memiliki kecepatan yang konstan
kecuali ada gaya yang resultannya tidak nol bekerja pada benda tersebut.
Berarti jika resultan gaya nol, maka pusat massa dari suatu benda tetap
diam, atau bergerak dengan kecepatan konstan (tidak mengalami
percepatan).
2. Hukum Kedua: sebuah benda dengan massa M mengalami gaya resultan
sebesar F akan mengalami percepatan a yang arahnya sama dengan arah
gaya, dan besarnya berbanding lurus terhadap F dan berbanding terbalik
terhadap M. atau F=Ma. Bisa juga diartikan resultan gaya yang bekerja
pada suatu benda sama dengan turunan dari momentum linear benda
tersebut terhadap waktu.
3. Hukum Ketiga: gaya aksi dan reaksi dari dua benda memiliki besar yang
sama, dengan arah terbalik, dan segaris. Artinya jika ada benda A yang
memberi gaya sebesar F pada benda B, maka benda B akan memberi gaya
sebesar F kepada benda A. F dan F memiliki besar yang sama namun
arahnya berbeda. Hukum ini juga terkenal sebagai hukum aksi-reaksi,
dengan F disebut sebagai aksi dan F adalah reaksinya.
Ketiga hukum gerak ini pertama dirangkum oleh Isaac Newton dalam
karyanya Philosophi Naturalis Principia Mathematica, pertama kali
diterbitkan pada 5 Juli 1687. Newton menggunakan karyanya untuk
menjelaskan dan meniliti gerak dari bermacam-macam benda fisik maupun
sistem. Contohnya dalam jilid tiga dari naskah tersebut, Newton menunjukkan
bahwa dengan menggabungkan antara hukum gerak dengan hukum gravitasi
umum, ia dapat menjelaskan hukum pergerakan planet milik Kepler.
14
Hukum Newton diterapkan pada benda yang dianggap sebagai partikel dalam
evaluasi pergerakan misalnya, panjang benda tidak dihiraukan, karena obyek yang
dihitung dapat dianggap kecil, relatif terhadap jarak yang ditempuh. Perubahan
bentuk (deformasi) dan rotasi dari suatu obyek juga tidak diperhitungkan dalam
analisisnya. Maka sebuah planet dapat dianggap sebagai suatu titik atau partikel
untuk dianalisa gerakan orbitnya mengelilingi sebuah bintang.
Dalam bentuk aslinya, hukum gerak Newton tidaklah cukup untuk menghitung
gerakan dari obyek yang bisa berubah bentuk (benda tidak padat). Leonard Euler
pada tahun 1750 memperkenalkan generalisasi hukum gerak Newton untuk benda
padat yang disebut hukum gerak Euler, yang dalam perkembangannya juga dapat
digunakan untuk benda tidak padat. Jika setiap benda dapat direpresentasikan
sebagai sekumpulan partikel-partikel yang berbeda, dan tiap-tiap partikel
mengikuti hukum gerak Newton, maka hukum-hukum Euler dapat diturunkan dari
hukum-hukum Newton. Hukum Euler dapat dianggap sebagai aksioma dalam
menjelaskan gerakan dari benda yang memiliki dimensi
B. HIPOTESIS TINDAKAN
Dengan diterapkannya model pembelajaran kooperatif dengan tipe Jigsaw
dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran FISIKA kelas X di
SMAN 98 Jakarta
15
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Seting Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini direncanakan akan dilakukan di SMAN
98 Jakarta, yang beralamat di Jl. Jaha Kalisari Pasar Rebo Jakarta Timur untuk
mata pelajaran Fisika. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X tahun
pelajaran 2011/2012 dengan jumlah siswa sebanyak 40 orang, terdiri dari 19
siswa laki laki 21 siswa perempuan.
2. Waktu Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini direncanakan akan dilakukan selama satu
bulan yakni pada bulan November 2011 .
3.Siklus Penelitian
PTK ini dilaksanakan melalui tiga siklus untuk melihat peningkatan hasil
belajar dan aktivitas siswa dalam mengikuti mata pelajaran kooperatif tipe
Jigsaw
B. Subyek Penelitian
16
Dalam penelitian tindakan kelas ini yang menjadi subyek penelitian adalah
siswa kelas X yang terdiri dari 40 siswa dengan komposisi perempuan 21
orang dan laki laki 19 orang
C. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang akan digunakan adalah penelitian tindakan kelas
D. Prosedur Penelitian
Siklus 1
Siklus pertama dalam PTK ini perencanaan, pelaksanaan, pengamatan,
dan refleksi, sebagai berikut:
1. Perencanaan
a. Peneliti
melakukan
analisis
kurikulum
untuk
mengetahui
17
terhadap
Siklus 2
Pada siklus kedua, peneliti mencoba melakukan observasi, untuk
menerapkan hal yang sama. Peneliti mengarahkan siswa ahli untuk
lebih menguasai konsep fisika dan menerangkan ke kelompoknya
dengan cara yang lebih mudah.
Guru kembali mengamati aktivitas siswa, untuk merencanakan langkah
selanjutnya.
Siklus 3
Siklus ketiga merupakan putaran ketiga dari pembelajaran koopertif
Tipe Jigsaw dengan tahapan yang sama seperti pada pada siklus
pertama dan kedua
E. Rincian Pembiayaan
No
Jenis Penggunaan
Jumlah ( Rp)
ATK
Rp. 500.000,-
Transportasi
Rp. 145.000,-
Foto Copy
Rp. 465.000,-
Pengumpulan data
Rp. 200,000,-
Analisis data
Rp. 100.000,-
Rp. 50.000,-
Keterangan
5hari x 4minggu
18
Perbaikan laporan
Rp. 115.000,-
Penggandaan laporan
Rp. 625.000,-
F. Jadual Penelitian
Jadwal pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dapat dilihat pada Tabel
3.1. berikut ini :
Waktu (Minggu Ke)
NO
Rencana Kegiatan
1
Persiapan
Menyusun konsep
pelaksanaan
Menyusun instrument
Menyusun LKS
Menyusun strategi
penelitian
2
Pelaksanaan
Menyiapkan kelas dan
alat
Melakukan tindakan
Siklus I
Melakukan tindakan
siklus II
19
Penyusunan laporan
Menyusun konsep
laporan
mendiskusikan hasil
penelitian
Perbaikan laporan
Penggandaan
DAFTAR PUSTAKA
Arends, Richard I.1997. Classroom instructional and management. New York :
McGraw-Hill
Carin, A.1993. Teaching Modern Science. New York : Macmillan Publishing
Company.
Dahar, Ratna Wilis. (1989). Teori-teori Belajar. Bandung : Erlangga.
Hamalik, O. (2002). Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung : Sinar Baru
Algensindo.
Ibrahim, H. Muslimin, 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya : University
Press.
Lie, Anita 2002. Cooperative Learning, Mempraktikkan Cooperative learning
di ruang-ruang kelas. Jakarta : PT. Grasindo.
Lundgren, Linda. 1994. Cooperative learning in the science classroom. Glencoe :
MacMillan/McGraw-Hill.
Mawani Sri, Rahmiati. (2011). Modul FISIKA. Jakarta: PLPG Rayon 137 Universitas
Muhammadiyah Prof.DR.Hamka
20
21