Anda di halaman 1dari 9

BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Matakuliah Agama merupakan salah satu matakuliah penunjang
kepribadian mahasiswa polman agar menjadi insinyur yang tetap
memegang teguh pada agama yang dianutnya, dalam hal ini adalah
agama islam. Dalam matakuliah itu sendiri ada materi yang menugaskan
kita untuk mempelajari lebih jauh tentang ghozwul fikri. Penulis memilih
ghozwul fikri di bidang media massa, karena perkembangan perangkat
digital maupun tulis saat ini sedang berkembang sangat cepat, tak pelak
membawa tujuan-tujuan tersendiri dibalik pemberitaan serta dakwahdakwah yang ada pada media massa itu sendiri. Perlu diketahui
bagaimana semuanya itu berkembang dan apa sajakah yang harus kita
waspadai ketika menghadapinya.
B. Tujuan Penulisan
Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas matakuliah
Agama Islam semester 4 jurusan Teknik Manufaktur program studi
Maintenance Machine. Disamping itu sekaligus juga memberi wawasan
kepada kita semua tentang salah satu perang pemikiran di bidang media
massa. Agar semua informasi yang kita terima dari media massa tidak
hanya kita filter akan tetapi kita telaah lebih dalam maksud dari
pemberitaan yang ada.

BAB II
PENGENALAN GHOZWUL FIKRI

A. Pengertian Ghozwul Fikri


Ghazwul Fikri terdiri dari dua suku kata yaitu Ghazwah dan Fikr.
Ghazwah berarti serangan, serbuan atau invansi. Sedangkan Fikr berarti
pemikiran. Jadi, menurut bahasa Ghazwul Fikri adalah serangan atau
serbuan didalam qital (perang) atau Ghazwul Fikri secara bahasa diartikan
sebagai invansi pemikiran.
Secara istilah, Ghazwul Fikri adalah penyerangan dengan berbagai
cara terhadap pemikiran umat islam guna merubah apa yang ada
didalamnya sehingga tidak lagi bisa mengeluarkan darinya hal hal yang
benar karena telah tercampur aduk dengan hal hal yang tidak islami.
Dengan demikian bisa disimpulkan bahwa ghozwul fikri itu upayaupaya gencar pihak musuh-musuh Allah subhanahu wataala untuk
meracuni pikiran umat Islam agar umat Islam jauh dari Islam, lalu akhirnya
membenci Islam, dan pada tingkat akhir Islam diharapkan habis sampai ke
akar-akarnya. Upaya ini telah berlangsung sejak lama dan terus berlanjut
hingga kini.

B. Sejarah Ghozwul Fikri


Secara singkat Sejarah Ghazwul Fikri sudah ada setua umur
manusia, makhluk yang pertama kali melakukannya adalah iblis
laknatullah ketika berkata kepada Adam as., Sesungguhnya Allah

melarang kalian memakan buah ini supaya kalian berdua tidak menjadi
malaikat dan tidak dapat hidup abadi. (Q.S.Al ARaaf:20)
Dalam perkataannya ini iblis tidak menyatakan bahwa Allah tidak
melarang kaliankarena itu akan bertentangan dengan informasi yang
telah diterima oleh Adam as., tetapi iblis mengemas dan menyimpangkan
makna perintah Allah SWT. Sesuai dengan keinginannya, yaitu dengan
menambahkan alas an pelarangan Allah yang dibuat sendiri. Iblis tahu
bahwa Adam as tidak punya pengetahuan tentang sebab tersebut.
Demikianlah para murid murid iblis dimasa kini selalu berusaha
melakukan ghazwul fikri dengan menyimpangkan fakta dan informasi yang
ada sesuai dengan maksud jahatnya. Setan melakukannya dengan cara
yang sangat halus dan licin. Akibatnya, hanya orang orang yang
dirahmati Allah SWT yang mampu mengetahuinya.

BAB III
GHOZWUL FIKRI DI BIDANG MEDIA MASSA

Setan yang merupakan musuh umat Islam itu, menurut ayat 112
surat al-An'aam bukan hanya dari kalangan jin dan Iblis saja, tetapi juga
dari kalangan manusia. Setan-setan manusia itu dahulu menghina dan
memojokkan serta melecehkan Islam melalui lisan mereka dengan cara
sederhana

tanpa

dukungan

hasil

teknologi

canggih.

Tetapi

kini,

penghinaan dan pemojokan serta pelecehan itu dilakukan dengan pers


yang mempergunakan sarana modern yang super canggih. Di sisi lain,
musuh-musuh Islam berupa setan manusia itu hebat dan licik. Strukturstruktur dan lembaga-lembaga Internasional, baik politik, mau pun
ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, militer dan bidang-bidang penting
lainnya hampir seluruhnya berada dalam genggaman mereka. Makanya
perputaran roda organisasi dan lembaga-lembaga dunia itu sepenuhnya
dapat mereka kendalikan secara sangat sistematis dan akurat tanpa
disadari oleh mayoritas umat Islam, yang sebagiannya masih sangat lugu
dan belum tersentuh oleh da'wah. Dalam bidang komunikasi, khususnya
pers, misalnya, hampir seluruh sumber berita berada dalam 'tangan'
mereka, baik yang berskala internasional maupun nasional.

Maka tak dapat dibantah bahwa media massa yang didominasi


atau dikuasai oleh kalangan yang anti Islam, yang melihat Islam sebagai
ancaman bagi kepentingan politik dan ekonomi mereka, missi yang
mereka emban tentu merugikan dan memojok kan Islam. Misalnya
berupaya agar masyarakat dunia (terutama kalangan elitnya) membenci
Islam dan menjauhinya, serta menanamkan keraguan dalam dada kaum
muslimin akan kebenaran dan urgensi Islam di dalam hidup.

Keadaan ini diperburuk lagi oleh kenyataan bahwa di kalangan


umat Islam, penguasaan terhadap ilmu komunikasi dan jurnalistik hingga
saat ini masih jauh dari memadai. 'Ulama dan orang-orang yang betul
betul faham akan Islam secara benar dan kaffah, pada umumnya jarang
yang menjadi jurnalis atau penulis. Apa lagi menerbitkan koran atau
majalah yang benar-benar membawa misi dakwah dan perjuangan Islam.
Sebaliknya wartawan dan penulis yang beragama Islam, termasuk yang
berkaliber internasional yang mempunyai semangat sekali pun, banyak
yang belum atau tidak memahami Islam secara benar dan kaaffah
(totalitas). Artinya, upaya umat Islam meng-counter serangan musuhmusuh Allah itu nyaris tak ada.
Di sisi lain, pers yang diterbitkan orang Islam banyak yang tidak
memperjuangkan dan membela Islam, bahkan terkadang menurunkan
berita yang memojokkan Islam. Sebab masih tergantung kepada kantorkantor berita barat/kafir, yang memang selalu memburu berita yang
sifatnya merugikan Islam. Padahal berita dari mereka menurut cara yang
islami, harus terlebih dahulu ditabayyun (diseleksi), kalau tidak, bisa
berbahaya bagi umat Islam. Namun untuk melakukan tabayyun,
diperlukan pemahaman Islam yang benar dan universal serta penguasaan
jurnalistik yang akurat dengan peralatan canggih. Sementara terhadap
kedua hal itu para penulis Muslim belum betul-betul menguasainya secara
baik. Ini salah satu di antara kelemahan-kelemahan dan keterbelakangan
kita, umat Islam.

Al-Qur'an memberitahukan bahwa Nabi Sulaiman alaihis salam


pernah menda'wahi ratu negeri Saba' melalui tulisan (berupa sepucuk
surat khusus), yang akhirnya ternyata berhasil gemilang dengan masuk
Islamnya sang ratu. Kalau korespondensi da'wah sederhana antara Nabi

Sulaiman 'alaihis salam dengan ratu Saba' ini boleh dikatakan termasuk
bagian dari pers secara sederhana, maka pers dalam arti yang sempit
berarti telah eksis pada zaman Nabi-nabi dahulu. Bukan hanya Nabi
Sulaiman alaihis salam, Nabi Muhammad shallallahu alaihi wassallam
pun dalam menda'wahkan Islam kepada raja-raja dan para penguasa
suatu negeri pada zamannya, di antaranya mempergunakan tulisan
berupa surat yang sederhana, tanpa dukungan hasil teknologi canggih
seperti yang dikenal dunia pers kini.

Dalam dunia modern kini, pers ternyata menempati posisi sangat


penting, antara lain, dapat membentuk opini umat. Bahkan sering
dikatakan bahwa siapa menguasai pers, berarti dapat menguasai dunia.
Kalau yang menguasai pers itu orang mukmin, yang benar-benar faham
akan dakwah dan memang merupakan Da'i (dalam arti luas), maka pers
yang diterbitkannya tentu tidak akan menurunkan tulisan-tulisan yang
merugikan Islam, memojokkan kaum Muslim atau menyakitkan umat Nabi
Muhammad shallallahu alaihi wassallam. Tetapi kenyataan membuktikan,
di dunia ini, tak sedikit pers yang menurunkan aneka bentuk tulisan yang
substansi isinya bukan hanya memojokkan Islam dan menyakitkan hati
kaum mu'min serta melecehkan al-Qur'an, tetapi lebih lagi dari hanya
sekedar itu. Dan keadaan bisa bertambah buruk lagi, kalau para pemimpin
umat Islam bukannya memihak Islam, tetapi justru memihak dan membela
musuh-musuh Allah subhanahu wataala. Na'udzu billaah min dzaalik!

Dahulu, para penjajah menyerang kaum Muslimin dengan senjata


bom, meriam dan peluru, dan serangan itu hingga kini sebetulnya masih
tetap berlangsung. Hanya yang dijadikan sasaran bukan lagi jasmani,
tetapi aqidah ummat Islam. Salah satu tujuannya ialah bagaimana agar
fikrah (ideologi) atau 'aqidah umat Islam rusak. Tujuan paling akhir ialah
bagaimana agar Islam dan umat Islam berhasil dihabisi riwayatnya dari

bumi Allah subhanahu wataala ini. Serangan inilah yang disebut ghazwul
fikr. Dan senjata yang dipergunakan bukan lagi bom atau peluru tetapi
surat kabar, majalah, radio, televisi dan media-media massa lainnya, baik
cetak mau pun elektronik, baik yang sederhana, mau pun yang super
canggih. Untuk mengantisipasi atau mengimbangi serbuan ghazwul fikr
(perang ideologi) itu, umat Islam antara lain harus mempunyai pers yang
tangguh, yang dikelola oleh para Ulama dan jurnalis Muslim yang betulbetul faham Islam secara benar; dengan peralatan dan sarana teknologi
yang memadai dan mampu menampilkan tulisan dan berita yang benar
serta baik secara menarik dan bijaksana.

Tulisan-tulisan yang diturunkan atau diproduksinya tentu harus


menarik dan akurat bermisi Islam, agar dapat memberikan pemahaman
tentang al-Islam yang benar kepada pembacanya, dan sekaligus
diharapkan

dapat

meredam

dan

mengantisipasi

serbuan

pers

sekuler,terutama yang tak henti-hentinya menyerang Islam dengan


berbagai cara.

BAB IV
PENUTUP
A. SIMPULAN
Dengan adanya teknologi bertujuan untuk mempermudahkan kita
dalam berdakwah, bukan malah sebaliknya dibuktikan dengan dakwah
para

beberapa nabi yang hanya menggunakan sepucuk surat namun

dapat tersampaikan isi dan maksud dari dakwah tersebut. Perlu diingat
bahwa yang menggunakan teknologi media tidak hanya umat islam saja
atau bukan hanya orang non-muslim saja akan tetapi oknum-oknum yang
ingin menjatuhkan islam pun menggunakan sarana ini sebagai jalan
menghancurkan keteguhan kaum muslim dalam memegang agama.

B. SARAN
Mudah-mudahan Allah memberi kita kemampuan untuk menyeleksi
bahan bacaan serta memilih media informasi yang kita dengar dan
saksikan setiap hari. Dan yang tak kalah penting, semoga Allah
subhanahu wataala menjadikan hati kita cinta terhadap Islam dan selalu
menda'wahkan dan memperjuangkannya, sampai akhirnya Dia memanggil
kita ke sisi-Nya selama-lamanya.

DAFTAR PUSTAKA
Maksum,M. Hanafi."Ghazwul
Fikri".http://www.alsofwah.or.id/index.php?pilih=lihatannur&id=290(diakses
tanggal 27 Agustus 2013).
Nurdin,Mukhlis." Ghazwul Fikri | OASIS 26 Maret
2013".http://fsifeui.com/ghazwul-fikri-oasis-26-maret-2013/(diakses
tanggal 27 Agustus 2013).

Anda mungkin juga menyukai