Anda di halaman 1dari 12

MENYIBAK TABIR FILSAFAT KLASIK: PEMIKIRAN DAN KONTRIBUSI

SOCRATES, PLATO, DAN ARISTOTELES DALAM BIDANG KEILMUAN


EKONOMI

Eja Sabina Yukonin1, Eva Kurnia Sholehah2, Viki Mustofa3

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kediri, Kediri

vikimustofa234@gmail.com

ABSTRAK: Dalam perkembangan sejarah, ilmu-ilmu filsafat yang melandasi konsep


dalam ekonomi silih berganti. Terjadinya perkembangan konsep baru menggantikan
konsep lama karena seringnya masa transisi yang terjadi. Tujuan dari penulisan ini
adalah untuk menemukan perbedaan dan kontribusi tokoh ilmu filsafat klasik yaitu:
Socrates, Plato, dan Aristoteles dalam bidang keilmuan ekonomi. Metode yang
digunakan merupakan metode studi literatur dengan fokus pada analisis pemikir
tokoh tokoh filsafat klasik yang diimplementasikan dalam konteks perekonomian.
Berdasarkan data dan renferensi yang telah didapatkan, kemudian akan dijabarkan
dan diulas mengenai penginterpretasian pada ekonomi modern. Socrates mendesign
metode kebidanan (maieutika) dalam kerangka pemikiran filsafatnya yang seringkali
diterapkan pada kontrak investasi dan untuk melakukan studi kelayakan dalam
sebuah bisnis. Implementasi dari konsep idea Plato sering digunakan oleh pelaku
bisnis dalam menerapkan spiritual company di perusahaan. Plato juga mengamati
bahwa naluri manusia untuk memperoleh barang-barang dan jasa sangat besar jauh
melebihi kebutuhan sewajarnya. Oleh sebab itu, nafsu ini harus di kekang. Sedangkan
konsep pemikiran ekonomi menurut Aristoteles didasarkan pada konsep pengelolaan
rumah tangga yang baik, melalui tukar-menukar (barang dan jasa). Aristoteles adalah
orang yang meletakkan pemikiran dasar tentang teori nilai (nilai) & harga (price).

Kata Kunci: Filsafat Klasik, Ekonomi Modern, Pemikiran


A. PENDAHULUAN

Ilmu ekonomi sebagai ilmu positif dan empiris telah berkembang sangat
pesat. Tidak diragukan bahwa ilmu ekonomi telah banyak memberikan
sumbangan bagi perkembangan perekonomian individu, masyarakat, bangsa
maupun negara. Safri (2018: 3) berpendapat bahwa ekonomi berkenaan dengan
setiap tindakan atau proses yang harus dilaksanakan untuk menciptakan barang-
barang dan jasa yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan atau keinginan
manusia. Ilmu ekonomi dengan segala percabangannya telah dapat memberikan
eksplanasi terhadap fenomena ekonomi yang terjadi di dalam kehidupan konkret.
Lebih dari itu, ilmu ekonomi dapat memberikan prediksi atas aktivitas/realitas
kehidupan perekonomian yang mendekati kebenaran. Pemikiran-pemikiran tokoh
filsafat klasik memiliki peran aktif dalam perkembangan ilmu ekonomi.

Banyak filsuf handal yang lahir di Yunani, salah satunya adalah Aristoteles
(384-322 SM), Aristoteles dilahirkan di Stagyra di Thrace, pada tahun 384 SM.
Ayahnya mewarisi kedudukan sebagai dokter pribadi raja Makedonia. Diumur
tujuh belas tahun Aristoteles belajar di akademi yang didirikan oleh Plato. Plato
sendiri dilahirkan di Athena tahun 427 SM. Ia adalah murit sekaligus sahabat
diskusi Socrates. Sedangkan Socrates lahir di Athena sekitar 470-399 SM
(Maksum. 2012).

Menurut Komara (2011: 1) Filsafat terekam sejarahnya pertama kali pada era
Yunani kuno sekitar abad keenam sebelum masehi (SM). Namun, masa keemasan
dinilai lahir dua abad kemudian. Masa ini ditandai dengan munculnya Socrates.
Socrates banyak terdokumentasi pemikiran filsafatnya melalui tulisan dari
muridnya yaitu Plato. Disamping itu, ada Aristoteles yang memberikan kontribusi
pemikiran filsafat yang juga dipengaruhi oleh gurunya Plato, maupun Socrates.
Ketiga tokoh ini, menjadi terkenal dalam perkembangan sejarah filsafat. Maka
dari itu, ketiga tokoh ini dipandang sebagai tokoh pemikir filsafat yang sangat
berpengaruh pada era klasik.
Telah diuraikan bahwa pemikir filsafat adalah pemilik karakter berfikir yang
rasionalis. Tiga tokoh filsafat klasik (Socrates, Plato, dan Aristotetles) memiliki
corak pemikiran yang hampir seragam meskipun di antara ketiganya memiliki
perbedaan tersendiri. Socrates memiliki metode yang disebut dengan metode
kebidanan (maieutika). Idea menjadi ciri khas pemikiran Plato. Sementara,
Aristoteles dianggap sebagai bapak logika karena memproduksi teori-teori
saintifik logis yang memiliki manfaat luar biasa dalam berbagai bidang yang
dampaknya terasa hinggga kini.

Lebih spesifik, contoh implementatif rasionalisme yang menjadi objek


penulisan artikel ini memfokuskan pada bidang ekonomi. Ismail, dkk (2020)
berpendapat dalam bidang ekonomi bahwa tidak dapat dipungkiri membutuhkan
pemikiran rasional untuk mendapatkan manfaat ekonomi terbaik. Penghitungan
mengenai potensi keuntungan dan ancaman risiko perlu dilakukan dengan teliti
agar mendapatkan keputusan investasi yang memberikan keuntungan optimal.
Namun, beberapa pelaku ekonomi terkadang melakukan tindakan spekulatif
dalam berinvestasi sehingga harus berhadapan dengan risiko yang cukup tinggi.
Tindakan seperti ini sangat tidak disarankan dalam pandangan ekonomi yang
rasional. Banyak alat yang digunakan untuk mendeteksi tingkat rasionalitas suatu
pilihan investasi. Matematika dan statistika ekonomi merupakan diantara contoh
alat analisis untuk mengidentifikasi tingkat rasionalitas dalam melakukan
kegiatan ekonomi.

Pada penulisan artikel ini proses analisa data secara umum berfokus pada tiga
tahap yaitu pengumpulan informasi melalui dokumentasi teks-teks yang tersedia.
Dalam hal ini teks-teks yang dikumpulkan fokus pada teks yang mengkaji
pemikiran filsafat Socrates, Plato, dan Aristoteles. Pemikiran ini kemudian
dianalisis poin rasionalisnya. Pemikiran rasionalis inilah yang kemudian
diterapkan atau diimplementasikan dalam bidang ekonomi. pada kerangka
pemikiran tiga tokoh filsafat klasik (Socrates, Plato, dan Aristoteles), penulisan
artikel ini mengkaji tentang pemikiran tokoh filsafat klasik pada bidang ekonomi.
B. METODELOGI

Studi literatur menjadi metode yang digunakan dalam studi ini. Data-data
studi bersumber dari teks-teks ilmiah yang dipustakakan (Supardi, 2005). Teks-
teks ini berupa jurnal ilmiah dan buku yang diterbitkan secara elektronik maupun
cetak. Proses analisa data secara umum meliputi tiga tahap yaitu pengumpulan
informasi melalui dokumentasi teks-teks yang tersedia. Dalam hal ini teks-teks
yang dikumpulkan fokus pada teks yang mengkaji pemikiran filsafat Socrates,
Plato, dan Aristoteles mengenai ekonomi. Pemikiran ini kemudian dianalisis lalu
diterapkan atau diimplementasikan dalam bidang ekonomi modern.

C. PEMBAHASAN
1. Implementasi Ekonomi Filsafat Menurut Socrates dalam Konteks
Ekonomi Modern
Socrates diperkirakan lahir dari ayah yang berprofesi sebagai
seorang pemahat patung dari batu (stone mason) bernama Sophroniskos.
Ibunya bernama Phainarete berprofesi sebagai seorang bidan, dari
sinilah Socrates menamakan metodenya berfilsafat dengan metode
kebidanan nantinya. Socrates beristri seorang perempuan bernama Xantippe
dan dikaruniai tiga orang anak. Secara historis, filsafat Socrates
mengandung pertanyaan karena Socrates sediri tidak pernah diketahui
menuliskan buah pikirannya. Apa yang dikenal sebagai pemikiran
Socrates pada dasarnya adalah berasal dari catatan Plato, Xenophone
(430-357) SM, dan siswa-siswa lainnya. Yang paling terkenal
diantaranya adalah penggambaran Socrates dalam dialog-dialog yang ditulis
oleh Plato (Ismail, dkk. 2021).
Dalam bidang ekonomi, Socrates berkontribusi dengan pemikiranya
yang dinamakan metode kebidanan (maieutika) pada tahun 469-399 SM
(Murtiningsih, 2012: 45). Menurut Bertens, 1999:100, bahwa Socrates
menamakan metode kebidanan dalam konsep filsafatnya karena terinspirasi
dari ibunya yang menggeluti profesi bidan. Maksud metode kebidanan ini
adalah mekanisme dengan bertanya sesuatu secara menyeluruh dan terstruktur
kepada pasien untuk mengetahui segala hal yang berkaitan dengan kondisi
kehamilan pasien. Dalam hal ini Socrates ketika ingin mengetahui kebenaran
dari suatu hal yang bisa dinalar dengan akal, maka Socrates akan
mengarahkan lawan bicaranya untuk menjawab pertanyaannya secara
terstruktur, sehingga mendapatkan hasil jawaban yang konsisten dan akurat.
Konsistensi dan keakuratan dari jawaban-jawaban ini yang kemudian
memerlukan kecerdasan akal (rasio) dalam menjalankannya dan mengungkap
kebenaranya. Di samping itu, berdasarkan pernyataan Petrus (2004) Socrates
juga menggunakan kekuatan hati dalam proses pencarian kebenaran tersebut.
Jika ditelusuri lebih dalam di era terkini, bidang ekonomi sering kali
menggunakan model dialog Socrates dalam mencari kebenaran dengan
sistematika pertanyaan yang terstruktur dan komprehensif tersebut. Seperti
contoh berikut ini: Seorang calon investor harus dapat
menganalisis sedemikian komprehensif dan kompleks terhadap objek
investasi yang akan dieksekusi. Praktik seperti ini seringkali diterapkan pada
kontrak investasi dengan nilai yang banyak. Studi pengujian kelayakan bisnis
seringkali digunakan oleh calon investor untuk mendapatkan informasi valid
dan teraktual dalam rangka memutuskan untuk melakukan, menunda, atau
membatalkan investasi (Abidin, 2016: 152–164). Namun dalam menggunakan
studi penilaian kelayakan ini terdapat berbagai metode atau cara yang
digunakan untuk menghasilkan informasi seoptimal mungkin.

2. Kontribusi Ekonomi dan Pemikiran Ekonomi Plato

Plato lahir di Athena tahun 427 SM, dengan nama asli Aristocles. Ia
murid sekaligus sahabat diskusi Socrates, ia terkenal sebagai seorang filsuf
Yunani yang sangat berpengaruh ajaran dari orang tuanya Ariston (bangsawan
keturunan Raja, Kodrus 1068 SM, Raja terakhir Athena) dan Periktione
(Keturunan Solon). Meninggalnya Plato saat berumur 80 tahun ada sebuah
jamuan pernikahan muridnya, Plato saat itu ikut bergembira dan malam pun
tiba dimana Plato pergi dan memilih tempat yang sepi dari keramaian dirumah
itu. Disana Plato tertidur dan tidak disangka ia tidur untuk selama- lamanya.
Perlu diketahui pula bahwa Plato sampai berumur 80 tahun itu dan sampai
meninggalnya Plato tidak pernah menikah dan tidak mempunyai anak.

Menurut Saidi (2015:7) Dalam perkembangan teori Ekonomi


pemikiran Plato yang paling menonjol terkait dengan kontribusi ekonomi
yaitu bukunya yang berjudul “Res plubica” yang ia tulis pada tahun 400 tahun
SM. Dalam buku tersebut Plato membahas tentang ekonomi berupa bunga,
uang, tenaga kerja, perbudakan, serta perdagangan. Namun pembahasan dari
Plato tersebut tidak hanya ditujukan secara khusus untuk memecahkan suatu
permasalahan ekonomi, tetapi selalu berkaitan dengan pemikiran tentang
bentuk suatu masyarakat yang sempurna.

Pada zamannnya, permasalahan ekonomi selalu dikaitkan dengan rasa


kelayakan atau keadilan yang harus diperhatikan guna mewujudkan suatu
masyarakat yang adil dan makmur secara menyeluruh. Menurut Plato dalam
hal ini, majunya suatu negara bergantung pada pembagian tenaga kerja. Oleh
karena itu, Plato membedakan tiga jenis pekerjaan yang dilakukan manusia,
yaitu: Pekerjaan sebagai pengatur, Pekerjaan sebagai tentara,
Pekerjaan sebagai pekerja.
Dan itu semua akan tumbuh secara alamiah karena setiap orang pasti
mempunyai kemampuan dan bakat yang berbeda, dan tidak bisa disamakan
bahwa setiap orang itu memiliki keahlian dalam bidang yang sama. Dari
pemikiran inilah yang akhirnya dikembangkan oleh Adam Smith dalam teori
“division of labor”. Plato juga berpendapat bahwa manusia memiliki sifat
hedonisme sehingga perlu adanya sebuah peraturan.
Sebab adanya peraturan tersebut, para ekonom berfikir bahwa Plato
adalah orang yang pertama kali mengkritik kekayaan dan kemewahan. Hal itu
didasari karena manusia yang memiliki sifat hedonisme yang merupakan cikal
bakal dari materialistic yang dikembangkan di Eropa pada abad ke 17 dan ke
18. Sedangkan kondisi di Athena pada saat itu dikuasai oleh kaum bangsawan
dan para elit yang jumlahnya sedikit, dan mereka memanfaatkan para budak
yang jumlahnya relatif banyak. Karena hal inilah yang mendasari pemikiran
Plato bahwa setiap manusia harus bisa menahan hawa nafsu hedonismenya.
Adapun ketertarikan Plato terhadap ekonomi adalah pada ilmu sosial,
yang kemudian berkembang dalam memahami sifat dan penyebab
kebahagiaan seseorang. Di sini menurut Plato, kata "hei" adalah sebuah
simbol seseorang menggambarkan kebahagiaan mereka, Ini saya tangkap dari
teori ekonomi plato tentang kebaikan moderasi. Berikut ini adalah salah satu
bentuk tinjauan yaitu tinjauan teori kesejahteraan, dalam isi teori ini kurang
konsisten terhadap perkembangan ekonomi kontemporer (Townsend. 1998).
Namun teori kesejahteraan Plato yang sampai saat ini, diperlukan sebagai
Proto sains. Dalam hal ini Plato berasumsi bahwa sebagai pembuktian diri
dari manusia yaitu menggunakan kebahagiaan, supaya orang tersebut dapat
menemukan organisasi Ekonomi yang paling baik, dengan cara
mempromosikan atau mengenalkan kesejahteraan sosial sebagai kebahagiaan.
Selanjutnya penyelidikan Plato tentang kesejahteraan sosial membuat Plato
menyimpulkan, bahwa negara ekonomi terbaik adalah suatu negara dimana
setiap individu didorong untuk bekerja dan berperilaku baik. Bukti pandangan
ini dapat dilihat dalam buku Plato yang berjudul "Res Publica".

3. Pemikiran dan Kontribusi Aristoteles dalam Bidang Keilmuan Ekonomi


Aristoteles (384-322 SM), salah satu filsuf paling berpengaruh
sepanjang masa, tinggal di Yunani selama periode Yunani Klasik. Aristoteles
lahir di Stagira, Macedonia. Pernah belajar di Akademi Plato di Athena. Dia
tinggal di Assos (atas undangan Hermias) dan di Mytilene (di mana dia
melakukan banyak penelitian zoologi). Aristoteles merupakan anak dari
Nicomachus dan Phaestis. Dari perjalanan hidupnya, Aristoteles mengamati
realitas kehidupan manusia di beberapa tempat seperti Stagira, Athena, Assos,
dan Mytilene. Hal ini menunjukkan bahwa ia mengamati langsung kehidupan
masyarakat dari realita yang ada di tempat-tempat tersebut. Implementasi
gagasan rasionalitas Aristoteles dari hasil pengamatan di tempat-tempat
tersebut menghasilkan suatu gagasan dalam konteks manusia dari aktivitas
ekonomi yaitu alasan penggunaan dan perolehan.
Koumparoulis (2011) berpendapat dalam Aristotle’s Economic
Thought bahwa “Aristotle on the one hand specifies the macroeconomic
(City-State) and the microeconomic (household) in the economy”. Dalam
karyanya itu, ia menyatakan bahwa Aristoteles selain menentukan ekonomi
makro (Negara kota) juga membahas perihal ekonomi mikro (rumah tangga)
dalam ekonomi. Aristoteles menganalisis Ekonomi menurut prinsip-prinsip
etika dan memeriksanya secara mikro ekonomi dan makro ekonomi. Dia
mendasarkan ekonomi pada kebutuhan, menganalisis sifatnya dan
melanjutkan untuk mengisolasi barang ekonomi yang dengannya kebutuhan
ekonomi dipenuhi. Dia berbicara tentang produksi dan faktor-faktor yang
terlibat, distribusi tenaga kerja, pentingnya sektor primer, sekunder dan
tersier, dan tahapan dalam perkembangan ekonomi. Semua gagasan tersebut
diperoleh Aristoteles dari realitas kehidupan manusia yang ia amati selama
perjalan hidupnya di Stagira, Athena, Assos, dan Mytiline.
Dari situ pula, Aristoteles mendapatkan gagasannya tentang proses
dalam keluarga (komunitas) untuk memenuhi kebutuhan hidup yang kodrati.
Hasilnya, setiap orang membutuhkan konsumsi untuk memenuhi berbagai
keinginan dan kebutuhan. Karena keterbatasan setiap orang atau kelompok
tertentu dalam mengoptimalkan kemampuannya masing-masing untuk
melakukan kegiatan produksi. Hasil produksi kemudian dapat disalurkan
dengan tepat melalui kegiatan distribusi. Dalam proses pendistribusian barang
tersebut terjadi pertukaran barang dan jasa.
Salah satu kontribusi pemikiran Aristoteles yang paling berpengaruh
dalam bidang ekonomi adalah konsep pertukaran barang dan jasa.
Perekonomian berjalan karena adanya proses pertukaran barang dan jasa
dalam tiga kegiatan utama, yaitu konsumsi, produksi, dan distribusi. Menurut
Aristoteles, syarat utama keberadaan ekonomi (pertukaran) adalah kesetaraan
nilai. Jika nilainya sama, pertukaran dapat terjadi. Kebutuhan akan pertukaran
yang setara membuat kegiatan tersebut menjadi lambat karena sistem yang
digunakan adalah barter (pertukaran setara atau pertukaran antar barang yang
nilainya sama).Sebagai contoh seorang peternak sapi (PS) memiliki 1 liter
susu sapi tetapi ia membutuhkan gandum. Lalu ada seorang petani gandum
(PG), ia memiliki 5 kg gandum. PS ingin menukar 1 liter susu sapinya dengan
5 kg gandum yang dimiliki oleh PG, namun PG sedang tidak menginginkan
susu sapi tetapi ia menginginkan buah mangga. PG juga berfikir bahwa 5 kg
gandumnya tidak setara dengan 1 liter susu sapi, ia juga bingung berapa kg
gandum yang setara dengan 1 liter susu sapi. Disinilah letak kesulitan dalam
sistem barter, belum lagi apabila PG sedang tidak menginginkan susu sapi
melainkan suatu barang ataupun jasa yang lain.
Karena itu, lahirlah konsep alat tukar untuk memfasilitasi pertukaran
barang dan jasa. Seperti yang dikemukakan Koumparoulis (2011) dalam
Aristotle’s Economic Thought bahwa “Aristotle, however, did not simply
examine production, exchange and the shaping of value by this, but also the
medium of exchange, the currency which did not creep into exchanges during
the first stages of barter in society”. Ia mengatakan bahwa Aristoteles tidak
hanya meneliti kegiatan produksi, pertukaran, dan pembentukan nilainya saja,
namun juga alat tukar yaitu mata uang yang tidak ada selama tahap pertama
barter dalam masyarakat. Secara aksiologis, uang adalah alat tukar yang
memungkinkan pertukaran barang dan jasa menjadi mudah, dengan kata lain
uang adalah alat untuk mengukur nilai pada suatu barang atau jasa. Adanya
nilai pada uang dianggap lebih mudah menentukan kesetaraannya dengan
barang atau jasa yang dikehendaki dalam pertukaran. Karena nilainya, uang
juga dapat berfungsi sebagai sarana investasi. Bentuk fisik uang dari masa ke
masa dapat mengalami berubah sehingga dapat digunakan dengan mudah dan
cepat.
Berdasarkan pemikirannya tentang mata uang ini, Aristoteles meneliti
institusi bunga dan berpendapat bahwa uang pada dasarnya tidak produktif
dan hanya digunakan sebagai alat tukar untuk memenuhi kebutuhan
konsumen dalam pembelian barang (Koumparoulis, 2011). Jadi dapat
dirumuskan bahwa Aristoteles tidak menyetujui adanya bunga untuk
mendapatkan kekayaan, baginya bentuk bisnis dengan bunga untuk
mendapatkan kekayaan ini adalah bentuk yang paling bertentangan dengan
alam. Hal ini sejalan dengan konsep perbankan syariah yang tidak menyetujui
adanya bunga dalam transaksi perbankan.

D. KESIMPULAN

Socrates memiliki konsep metode kebidanan (maieutika) dalam mencari


kebenaran yang rasional. Metode kebidanan secara sederhana dapat dijelaskan
bahwa untuk memperoleh kebenaran diperlukan informasi yang luas dan lengkap
serta didapatkan secara terstrukur. Kata kunci komprehensif (luas dan lengkap)
dan terstruktur dalam memperoleh sebuah kebenaran dapat diimpementasikan
ketika akan memutuskan sebuah kontrak bisnis. Diawal kegiatan bisnis, pelaku
bisnis dapat melakukan studi kelayakan terhadap suatu bisnis yang akan dikelola.
Studi kelayakan ini akan mengulik informasi yang komprehensif dan
dilaksanakan secara terstruktur untuk mendapatkan informasi kelayakan bisnis
yang paling baik dan rasional. Dengan begitu, gambaran mengenai peningkatan
keuntungan dan risiko kegagalan berbisnis dapat terprediksi dengan tepat.

Plato memiliki konsep idea yang mengandung nilai-nilai rasionalisme. Idea


menurut Plato dijabarkan sebagai sesuatu hal yang terwujud merupakan akibat
dari idea yang lain, dan idea yang asli merupakan idea yang mewujudkan idea
lain tersebut. Secara sederhana, idea adalah mengakui keberadaan kekuatan lain
dari kekuatan yang terlihat. Meja kayu secara nampak dibuat oleh tukang kayu,
namun ada kekuatan lain yang menggerakkan tukang kayu dalam membuat meja
kayu tersebut. Logika ini dapat dimaknai adanya peran Tuhan dalam
memanagemen sebuah kejadian yang nampak. Jika diterapkan dalam sebuah
bisnis, konsep ini sering diimplementasikan pada konsep spiritual company.
Spiritual company akan mengarahkan sumber daya manusia (SDM) dalam
perusahaan bertindak berdasarkan spirit keagamaan tertentu. Spirit keagamaan ini
tercermin salah satunya dalam perilaku jujur dan profesional.

Aristoteles dipandang sebagai bapak logika yang kemudian ini dijadikan


patokan bahwa dia adalah pemikir filsafat yang rasional. Sumbangsih pemikiran
Aristoteles dalam bidang ekonomi adalah konsep pertukaran barang dan jasa.
Ekonomi dapat berjalan karena adanya proses pertukaran barang dan jasa dalam
tiga kegiatan utama yaitu konsumsi, produksi, dan distribusi. Setiap manusia
membutuhkan konsumsi untuk memenuhi kebutuhan dan berbagai keinginan.
Karena berbagai keterbatasan yang dimiliki, maka setiap manusia atau kelompok
tertentu memanfaatkan dengan baik kemampuan masing-masing untuk melakukan
dan menjalankan kegiatan produksi. Hasil produksi kemudian dapat tersalurkan
dengan baik melalui kegiatan distribusi (penjualan).

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, M. Z. 2016. “Analisis Investasi Dana Haji Dalam Pembiayaan Infrastruktur


Dan Peningkatan Kualitas Penyelenggaraan Ibadah Haji. Harmoni”. 15(2),
152–164.

Endang Komara. 2011. Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian. Bandung: Refika
Aditama.

Kees Bertens. 1999. Sejarah Filsafat Yunani. Yogyakarta: Kanisius. hal. 100.

Koumparoulis., D. N. 2011. Aristotle’s Economic Thought. UGSM – Monarch


Business School: Switzerland Department of Economics.

Maksum Ali. 2012. Pengantar Filsafat Dari Masa Klasik Hingga Pstmodernisme.
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Nurizal Ismail, Siti Aisyah, Bakri Wahyudi. 2020. “Rasionalisme dalam
Perkembangan Ekonomi Mainstrim dan Islam di Indonesia”. Ijtihad: Jurnal
Hukum dan Ekonomi Islam, Vol 14, No 1.

Safri Hendra. 2018. Pengantar Ilmu Ekonomi. Palopo: Lembaga Penerbit Kampus
IAIN Palopo.

Saidi., A. 2015. Sejarah Pemikiran Ekonomi Pra-Klasik. Universitas Islam Indonesia:


Faakultas Ilmu Agama Islam.

Supardi.2005. Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis, Yogyakarta: UII Press.

Simon Petrus L. 2004. Petualangan Intelektual: Konfrontasi dengan Para Filsuf dari
Zaman Yunani hingga Zaman Modern. Yogyakarta: Kanisius. hal. 16.

Townsend., K., N. 1998. Platonic Economic Theory: the Economics of Moderation.


Louisiana State University: Agricultural & Mechanical College.

Wahyu Murtiningsih. 2012. Para Filsuf dari Plato Sampai Ibnu Bajah, Yogjakarta:
Ircisod.

Anda mungkin juga menyukai