Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

Seiring dengan berjalannya waktu dan perkembangan zaman, kebudayaan


manusia mengalami perkembangan pula. Termasuk perkembangan Hukum.
Peradaban yang semakin berkembang membuat kehidupan manusia sangat
membutuhkan aturan yang dapat membatasi prilaku manusia sendiri yang telah
banyak menyimpang seiring dengan perkembangan pemikiran manusia yang
semakin maju.
Demikin untuk mempermudah kita dalam memahami hukum yang satu dengan
hukum yang lainnya, maka patutlah kita mempelajari bagian dari hukum perdata
yaitu tentang ganti kerugian. dalam hukum perdata ganti kerugian dapat diakibatkan
oleh 2 hal: Wanprestasi dan Perbuatan Melanggar Hukum yang merupakan ganti rugi
karena pelanggaran hukum. Namun dalam kesempatan ini Penulis akan mengupas
dan membahas mengenai ganti kerugian Perbuatan Melawan Hukum, Aturan-aturan
yang mengatur tentang Perbuatan Melawan Hukum dapat kita jumpai dalam pasal
1365 sampai 1380 KUH Perdata Dengan demikian penulias mengangkat judul
GANTI KERUGIAN AKIBAT PERBUATAN MELAWAN HUKUM MENURUT
HUKUM YANG BERLAKU DI INDONESIA.
Sebelum kita melanjutkan pembahasan pokok dari makalah ini penulis
menguraikan sedikit pengertian dari perikatan itu sendiri, yang mana judul yang
diangkat oleh penulis ini merupakan bagian dari Hukum Perikatan. Dalam ilmu

perikatan dikenal dengan istilah Vernatenis yang artinya Perikatan, Perhutangan dan
Perjanjian dan istilah Overencoment artinya Perjanjian, Persetujuan dan kontrak.
Pendapat para sarjana tentang istilah Vernatenis
a. Frof. Soebekti dan Cipto menjelaskan bahwa makna dari Vernatenis adalah
tentang Perikatan;
b. Utrek, menjelaskan bahwa Verbantenis adalah tentang Perhutangan;
c. Ahmad Ihsan, menterjemahkan verbantenis adalah tentang perjanjian.
Dari 3 (tiga) Serjana diatas, banyak juga para serjana menjelaskan istilah dari
Vernatenis adalah Perikatan, Karena kata-kata Verbantenis berasal dari kata kerja
yaitu Verbinden yang artinya mengikat sedangkan Overencoment yang artinya setuju
atau sepakat.
Dengan demikian dapat didefinisikan bahwa Pengertian Perikatan adalah Hubungan
hukum antara 2 (dua) orang atau lebih, yang mana pihak yang satu berhak atas
sesuatu dan pihak yang lain berkewajiban atas sesuatu.

BAB II
PEMBAHASAN

A.

Pengertian Perbuatan Melawan Hukum

Ganti Kerugian dalam hukum perdata diakibatkan oleh 2 hal:


1. Wanprestasi (karena perjanjian)
2. Perbuatan Melanggar Hukum yang merupakan ganti rugi karena pelanggaran
hukum. Aturan-aturan mengenai perbuatan melawan hukum dijumpai di pasal
1365 sampai 1380 KUH Perdata.
Pasal 1365 KUHPerdata : tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa
kerugian kepada seorang lain, mewajibkan orang yang
karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti
kerugian tersebut.

Pasal 1366 KUHPerdata :

Setiap orang bertanggung-jawab tidak saja untuk


kerugian yang disebabkan karena perbuatannya, tetapi
juga untuk kerugian yang diesbabkan karena kelalaian
atau kurang hati-hatinya.

Pitlo berpendapat bahwa undang-undang kita tidak memberikan dasar yang cukup
kuat untuk kita katakan, bahwa tuntutan ganti rugi hanya dapat dikemukakan dalam
sejumlah uang tertentu. Alasan pokoknya sebenarnya adalah bahwa berpegang pada
prinsip seperti itu banyak kesulitan-kesulitan dapat dihindarkan. Anehnya, kalau
ganti rugi itu berkaitan dengan onrechtmatige daad, maka syarat dalam wujud

sejumlah uang tidak berlaku, karena Hoge Raad dalam kasus seperti itu
membenarkan tuntutan ganti rugi dalam wujud lain.
Walaupun demikian hal itu tidak berarti, bahwa untuk setiap tuntutan ganti rugi
kreditur harus membuktikan adanya kepentingan yang mempunyai nilai uang. Hal itu
akan tampak sekali pada perikatan untuk tidak melakukan sesuatu, dimana
pelanggarannya biasanya menimbulkan kerugian yang sebenarnya tidak dapat dinilai
dengan uang.
Sering pula muncul pada tuntutan ganti rugi atas dasar onrechtmatige daad. Namun
adanya ganti rugi atas kepentingan yang tidak dapat dinilai dengna uang, secara
tegas-tegas diakui, seperti pada pasal 1601w KUHPerdata yang menyatakan bahwa :
Jika salah satu pihak dengan sengaja atau karena salahnya telah berbuat melawan
dengan salah satu kewajibannya dan kerugian yang karenanya diderita oleh pihak
lawan tidak dapat dinilaikan dengan uang, maka Hakim akan menetapkan suatu
jumlah uang menurut keadilan, sebagai ganti rugi.
Lebih dari itu Pitlo secara tegas mengatakan bahwa kehilangan kesempatan
menikmati kesegaran hidup (gederfde levensvreugde) dapat menjadi dasar untuk
tuntutan ganti rugi.
Moegni Djojodordjo dalam bukunya Perbuatan Melawan Hukum menerangkan
bahwa perbuatan melawan hukum mencakup juga pelanggaran terhadap hak
subjektif orang lain, dengan kata lain perbuatan melawan hukum adalah berbuat atau
tidak berbuat yang bertentangan dengan kewajiban hukum sipelaku atau melanggar
subjektif orang lain pasal 1365 KUHPerdata diatas, mengatur tentang pertanggung
jawaban yang diakibatkan oleh perbuatan melawan hukum baik karena berbuat

(positif= culpa in committendo) atau karena tidak berbuat (pasif = culpa in


ommittendo). Sedangkan pasal 1366 KUHPerdata mengatur pertanggungjawaban
yang diakibatkan oleh kesalahan karena kelalaian (onrechtmatige natalen)

Unsur yang harus dibuktikan dalam Pasal 1365 KUH Perdata tersebut adalah:

a. Perbuatan yang Melawan Hukum


Pengertian hukum diatas adalah pengertian hukum dalam arti luas, bukan
sekedar peratuan perundang-undangan. Rachmat Setiawan mengatakan bahwa
perbuatan melawan hukum yaitu tidak hanya jika melawan kewajiban hukum
tertulis, tetapi juga jika melanggar itikad baik yang berlaku di masyarakat
b. Unsur Kesalahan
Dalam hukum perdata, kesalahan dalam bentuk kesengajaan (dolus) ataupun
kelalaian (culpa) memiliki akibat yang sama, tidak seperti hukum pidana yang
memiliki gradasi kesengajaan akan berdampak ancaman hukuman lebih berat
daripada kealpaan. Seseorang dikatakan bersalah jika ia telah melakukan apa
yang seharusnya tidak ia lakukan, atau tidak melakukan apa yang seharusnya ia
lakukan. Adapun perbuatan itu tidak terlepas dari tolak ukur berikut:

c.

Unsur Kerugian
Kerugian yang dimaksudkan dalam hal ini adalah kerugian yang timbul akibat
dari perbuatan melawan hukum. Kerugian ini ada yang bersifat materiil dan/atau
immaterial, sehingga dapat meliputi:

1. biaya, misalnya pengobatan akibat terperosok lubang ketika berjalan kaki


karena tak ada angkutan atau macet dimana-mana
2. kerugian yang nyata, misalnya ongkos taksi yang berlebih
3. Kerugian tidak nyata, misalnya kehilangan waktu efektif dengan keluarga
(immaterial)
4. kehilangan keuntungan yang diharapkan, misalnya terlambat meeting yang
bernilai uang, atau gagal mendapatkan pekerjaan karena terlambat yang yang
diakibatkan kemacetan.
d.

Adanya Sebab Akibat


Diperlukan adanya hubungan sebab akibat antara suatu perbuatan yang
mengandung unsur kesalahan dan kerugian sebagai akibat dari perbuatan
tersebut. Cara membuktikannya adalah dengan membuktikan jika tidak ada
perbuatan tersebut maka tidak akan ada kerugian tersebut. Untuk memenuhi
persyaratan ini, dalam praktek peradilan dikembangkan teori adequate
veroorzaking yang dikemukakan oleh Von Kries. Teori ini mengatakan bahwa
yang dianggap sebagai sebab adalah perbuatan yang menurut pengalaman
manusia yang normal, sepatutnya dapat menimbulkan akibat, dalam hal ini
adalah kerugian.

Dari uraian diatas perbuatan melawan hukum telah diartikan secara luas yang
mencakup dari perbuatan-perbuatan atau ktriteria perbuatan melawan hukum :
1. Perbuatan yang bertentangan dengan hak orang lain
2. Perbuatan yang bertentangan dengan kewajiban hukumnya sendiri

3. Perbuatan yang bertentangan dengan kesusilaan


4. Perbuatan yang bertentangan dengan kehati hatian atau keharusan dalam
pergaulan masyarakat yang baik.

Dalam pasal 1246 KUHPerdata menyebutkan :


biaya, rugi dan bunga yang oleh si berpiutang boleh dituntut akan
penggantiannya, terdirilah pada umumnya atas rugi yang telah dideritanya dan
untung yang sedianya harus dapat dinikmatinya, dengan tak mengurangi
pengecualian-pengecualian serta perubahan-perubahan yang akan disebut di bawah
ini.
Menurut Abdulkadir Muhammad, dari pasal 1246 KUHPerdata tersebut, dapat ditarik
unsur-unsur ganti rugi adalah sebagai berikut :
(a) Ongkos-ongkos atau biaya-biaya yang telah dikeluarkan (cost), misalnya ongkos
cetak, biaya meterai, biaya iklan.
(b) Kerugian karena kerusakan, kehilangan ata barng kepunyaan kreditur akibat
kelalaian debitur (damages). Kerugian di sini adalah yang sungguh-sungguh
diderita, misalnya busuknya buah-buahan karena keterlambatan penyerahan,
ambruknya sebuah rumah karena salah konstruksi sehingga merusakkan perabot
rumah tangga, lenyapnya barang karena terbakar.
(c) Bunga atau keuntungan yang diharapkan (interest). Karena debitur lalai, kreditur
kehilangan keutungan yang diharapkannya. Misalnya A akan menerima beras
sekian ton dengna harga pembelian Rp. 250,00 per kg. Sebelum beras diterima,
kemudian A menawarkan lagi kepada C dengan harga Rp. 275,00 per kg.
Setelah perjanjian dibuat, ternyata beras yang diharapkan diterima pada

waktunya tidak dikirim oleh penjualnya. Di sini A kehilangan keutungan yang


diharapkan Rp. 25,00 per kg.6
Purwahid Patrik lebih memperinci lagi unsur-unsur kerugian. Menurut Patrik,
kerugian terdiri dari dua unsur :
a. Kerugian yang nyata diderita (damnum emergens) meliputi biaya dan rugi
b. Keutungan yang tidak peroleh (lucrum cessans) meliputi bunga.
Kadang-kadang kerugian hanya merupakan kerugian yang diderita saja, tetapi
kadang-kadang meliputi kedua-dua unsur tersebut.
Satrio melihat bahwa unsur-unsur ganti rugi adalah :
a. Sebagai pengganti daripada kewajiban prestasi perikatannya; untuk mudahnya
dapat kita sebut prestasi pokok perikatannya, yaitu apa yang ditentukan dalam
perikatan yang bersangkutan, atau
b. Sebagian dari kewajiban perikatan pokoknya, seperti kalau ada prestasi yang tidak
sebagaimana mestinya, tetapi kreditur mau menerimanya dengan disertai
penggantian kerugian, sudah tentu dengan didahului protes atau disertai ganti rugi
atas dasar cacat tersembunyi ;
c. Sebagai pengganti atas kerugian yang diderita oleh kreditur oleh karena
keterlambatan prestasi dari kreditur, jadi suatu ganti rugi yang dituntut oleh
kreditur di samping kewajiban perikatannya ;
d. Kedua-duanya sekaligus; jadi sini dituntut baik pengganti kewajiban prestasi
pokok perikatannya maupun ganti rugi keterlambatannya.

B.

Akibat Perbuatan Melawan Hukum dan Kosekwensi Yuridis Dalam Hal


Timbulnya Perbuatan Melawan Hukum.
Akibat dari perbuatan melawan hukum mengakibatkan orang lain mengalami

kerugian, kerugian yang dimaksut mewajibkan kepada orang-orang yang melakukan


perbuatan melawan hukum untuk menggantikan kerugian yang dibulkan karena
perbuatannya.

Pada hakikatnya ditinjau dari segi yuridis ganti kerugian dalam hukum sesebabkan
karena Wanprestasi dan adanya Perbuatan Melawan Hukum. Banyak persamaan
anatara dan konsep ganti rugi karena wanprestasi kontrak dengan konseb ganti rugi
karena perbuatan melawan hukum akan tetapi, perbedaan juga banyak.
Ada juga konsep ganti rugi yang dapat diterima d alam sistem ganti rugi karena
perbuatan melawan hukum, tetapi terlalu keras.jika diberlakukan terhadap ganti
karena wanprestasi kontrak misalnya ganti rugi

yang menghukum (punitive

damages) yang dapat diterima dengan baik dalam ganti rugi karena perbuatan
melawan hkum, tetapi ada prinsipnya sulit

diterima dalam ganti rugi karena

wanprestasi kontrak.
Ganti rugi dalam bentuk menghukum ini adalah ganti rugi yang harus diberikan
kepada korban dalam jumlah yang melebihi dari kerugian yang sebenarnya.ini
dimaksutkan untuk menghukum pihak pelakku perbuatan melawan hukum tersebut.
Karena jumlahnya melebihi dari kerugian yang nyata diderita, maka untuk ganti rugi
menghukum ini sering disebut juga uangcerdik (smart money).

Bentuk ganti rugi dari perbuatan melawan hukum yang kenal oleh hukum adalah
sebagai berikut :
1.

Ganti rugi Nominal.


Jika adanya perbuatan melawan hukum serius seperti perbuatan, yang mengan
dung unsur kesengajaan.tetapi tidak menimbulkan kerugian yang nyata bagi
korban maka kepada korban dapat diberikan sejumlah uang tertentu sesuai
dengan keadilan tanpa menghitung berapa kerugian tersebut inilah yang disebut
dengan ganti rugi nominal.

2.

Ganti rugi Kompensasi


Ganti rugi Kompensasi (compensatory damages) merupakan ganti rugi yang
merupakan pembayaran pada korban atas dan sebesar kerugian yang benar-benar
yang dialami oleh pihak korban dari suatu perbuatan melawan hukum. Karena
itu, ganti rugi seperti ini disebut juga dengan ganti rugi aktual. Misalnya, ganti
rugi atas segala biaya yang dikeluarkan oleh korban, kehilangan keuntungan/
gaji, sakit dan penderitaan, termasuk penderitaan mental seperti stres, malu,
jatuh nama baik, dan lain-lain.

3.

Ganti rugi penghukuman


Ganti rugi penghukuman (Punitive damages) merupakan seb satu ganti rugi
dalam jumlah besar yang melebihi dari jumlah kerugian yang sebenarnya.
Besarnya jumlah ganti rugi tersebut sebagai hukuman bagi sipelaku. Ganti rugi
penghukuman ini layak diterapkan terhadap kasus-kasus kesengajaan yan berat
atau sadis. Misalnya diterapkan terhadap penganiayaan berat atas seorang tanpa
rasa kemanusiaan. Bila ganti rugi karena perbuatan melawan hukum berlakunya

10

lebih keras. Sedangkan ganti rugi akibatkontrak lebih lembut, itu adalah
merupakan salah satu ciri dari hukum dizaman modern.
Akibat perbuatan melawan hukum diatur pada Pasal 1365 sampai denan 1367
KUHPerdata sebagai berikut:
Menurut Pasal 1365 KUHPerdata dikutip bunyinya:
Tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa kerugian kepada seorang lain,
mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu mengganti
kerugian.
Sedangkan Pasal 1366 KUHPerdata, menyebutkan:
Setiap orang bertanggung-jawab tidak saja untuk kerugian yang disebabkan karena
perbuatannya, tetapi juga untuk kerugian yang diesbabkan karena kelalaian atau
kurang hati-hatinya.
Lebih lanjut, Pasal 1367 KUHPerdata, menyebutkan:
Seorang tidak saja bertanggung-jawab untuk kerugian yang disebabkan karena
perbuatannya sendiri, tetapi juga untuk kerugian yang disebabkan karena perbuatan
orang-orang yang menjadi tanggungannya, atau disebabkan oleh orang-orang yang
berada di bawah pengawasannya dst.
Penggantian kerugian sebagai akibat dari adanya perbuatan melawan hukum,
sebagaimana telah disinggung diatas, dapat berupa penggantian kerugian materiil dan
immateriil. Lajimnya, dalam praktek penggantian kerugian dihitung dengan uang ,
atau disetarakan dengan uang disamping adanya tuntutan penggantian benda atau

11

barang-barang yang dianggap telah mengalami kerusakan/perampasan sebagai akibat


adanya perbuatan melawan hukum pelaku.
Jika mencermati perumusan ketentuan pasla 1365 KUHPerdata, secara limitatif
menganut asas hukum bahwa penggantian kerugian dalam hal terjadinya suatu
perbuatan melawan hukum bersifat wajib. Bahkan, dalam berbagai kasus yang
mengemuka di pengadilan, hakim seringkali secara ex-officio menetapkan
penggantian kerugian meskipun pihak korban tidak menuntut kerugian yang
dimaksudkan.
Secara teoritis penggantian kerugian sebagai akibat dari suatu perbuatan melawan
hukum diklasifikasikan ke dalam dua bagian, yaitu : kerugian yang bersifat actual
(actual loss) dan kerugian yang akan datang. Dikatakan kerugian yang bersifat actual
adalah kerugian yang mudah dilihat secara nyata atau fisik, baik yang bersifat
materiil dan immateriil. Kerugian ini didasarkan pada hal-hal kongkrit yang timbul
sebagai akibat adanya perbuatan melawan hukum dari pelaku. Sedangkan kerugian
yang bersifat dimasa mendatang adalah kerugian-kerugian yang dapat diperkirakan
akan timbul dimasa mendatang akibat adanya perbuatan melawan hukum dari pihak
pelaku. Kerugian ini seperti pengajuan tuntutan pemulihan nama baik melalui
pengumuman di media cetak dan atau elektronik terhadap pelaku. Ganti kerugian
dimasa mendatang ini haruslah didasarkan pula pada kerugian yang sejatinya dapat
dibayangkan dimasa mendatang dan akan terjadi secara nyata.

12

BAB III
PENUTUP
Ganti rugi sebagai akibat pelanggaran norma, dapat disebabkan karena wanprestasi
yang merupakan perikatan bersumber perjanjian dan perbuatan melawan hukum
yang merupakan perikatan bersumber undang-undang. Ganti rugi sebagai akibat
wanprestasi yang diatur di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, dapat juga
diberlakukan bagi ganti rugi sebagai akibat perbuatan melawan hukum. Mengingat
adanya bentuk kerugian materiil dan imateriil, maka wujud ganti rugi dapat berupa
natura (sejumlah uang) maupun innatura.
Menurut Pasal 1365 KUHPerdata dikutip bunyinya:
Tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa kerugian kepada seorang lain,
mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu mengganti
kerugian.
Sedangkan Pasal 1366 KUHPerdata, menyebutkan:
Setiap orang bertanggung-jawab tidak saja untuk kerugian yang disebabkan karena
perbuatannya, tetapi juga untuk kerugian yang diesbabkan karena kelalaian atau
kurang hati-hatinya.
dari uraian pasal diatas dapat disimpulkan bahwa tiada suatu perbuatan yang dapat
dituntut kecuali karena timbulnya kerugian, dan undang-undang mewajibkan setiap
orang menggantikan kerugian karena adanya perbuatan yang mengakibatkan
kerugian pada orang lain, baik karena Wanprestasi maupun karena perbuatan
melawan hukum.

13

DAFTAR PUSTAKA

1. Patrik Purwahid, Dasar-Dasar Hukum Perikatan, Mandar Maju, Bandung, 1994

2. Djojodordjo Moegni, Perbuatan Melawan Hukum, Pradnya Paramita, Jakarta,


1979.
3. Fuady

Munir, Perbuatan Melawan Hukum (Pendekatan Kontemporer), Citra

Aditia, 2005.
4. Muhammad Abdulkadir, Hukum Perikatan, Alumni, Bandung,1982
5. Miru Ahmadi, Hukum Kontrak dan Pelaksanaan Kontrak, Raja Wali Pers,
Bandung 2007.
6. Satrio J., Hukum Perikatan (Perikatan Pada Umumnya), Alumni, Bandung, 1999.
7. http://www.wearemania.net/aremania-voice/2067-apakah-yang-dimaksudperbuatan-melawan-hukum.

14

Anda mungkin juga menyukai