Abses Hepar
Abses Hepar
Hepatomegali 85
Nyeri kwadran kanan atas 84
Efusi pleura 40
Massa pada kwadran kanan atas 12
Asites 10
Jaundice 5
LABORATORIUM
Alkali fosfatase 80
Leukosit > 10.000/mm3 70
Hematokrit <36 % 49
Albumin < 3 g/dl 44
Bilirubin > 2 g/dl 10
MANIFESTASI KLINIS
Biasanya abses amuba munculnya lebih akut
dibandingkan piogenik. Penderita biasanya
mempunyai riwayat diare sebelumnya. Abses
amuba biasanya juga lebih nyeri, ada gejala
pulmoner dan lebih sering ditemukan
hepatomegali. (1)
Tabel 2. Perbedaan karakterisrik klinis abses
hepar
Amuba Piogenik
Usia < 50 th Usia > 50 th
Pria : wanita = 10:1 Pria = wanita
Ras Hispanic Predisposisi etnis (-)
Riwayat berkunjung ke daerah endemik
Keganasan
Disfungsi pulmoner Demam tinggi
Nyeri abdomen Pruritus
Diare Jaundice
Nyeri tekan abdomen Syok septik
Hepatomegali Teraba massa
LABORATORIUM
Leukositosis ditemukan pada 70 % penderita,
sedangkan anemia ditemukan pada 50 %
penderita. Tes fungsi hati kurang berperan dalam
penentuan diagnosis. Pada analisa feses hanya 15
50 % kasus ditemukan bentuk kista atau
troposoit. Diagnosis biasanya ditegakkan dengan
aspirasi langsung pada rongga abses, adanya
gambaran anchovy paste dari aspirat dianggap
patognomonik.
RADIOLOGI
Prosedur Operatif
Aspirasi terapeutik dari abses hepar amuba harus
dipertimbangkan pada keadaan :
1. resiko tinggi abses akan ruptur (ukuran cavitas
> 5 cm)
2. abses pada lobus sinistra (komplikasi berupa
ruptur ke perikardium)
3. tidak ada respon dengan pengobatan setelah 5
7 hari.
Prosedur pilihan adalah aspirasi dengan jarum
atau kateter yang dituntun dengan USG. Drainase
operatif sebaiknya dihindari, tetapi dapat
dilakukan pada keadaan-keadaan seperti bila
abses tidak dapat dicapai dengan aspirasi jarum
atau tidak ada respon terhadap terapi setelah 4
5 hari. Indikasi lain dari drainase operatif
(laparotomi):
- Perdarahan yang mengancam nyawa (dengan
atau tanpa rupturnya abses)
- abses menginfiltrasi organ viskus disekitarnya
- septikemia (akibat dari infeksi sekunder).
Komplikasi
Kenaikan kadar alkali fosfatase dan gammaglutamil transpeptidase terjadi pada 90 % kasus.
Hiperbilirubinemia terjadi jika sumber infeksi
berasal dari traktus biliaris. Pada kasus-kasus
abses hepar piogenik sebaiknya dilakukan kultur
darah tepi, hal ini penting untuk diagnostik,
penanganan dan prognosis dari penderita.
Radiologi
USG adalah pemeriksaan pertama yang
dilakukan jika dicurigai adanya space occupying
lession pada hepar, sensitivitasnya terhadap
abses hepar 80 95 %. Lesi hanya dapat terlihat
jika mempunyai > 2 cm. Abses terlihat sebagai
massa hypoechoic dengan batas yang tidak
teratur, tampak cavitas-cavitas/septum di dalam
rongga abses.
Foto toraks tampak atelektasis, elevasi dari
hemidiafragma kanan, dan efusi pleura kanan
(50 % kasus).
MRI (dapat mendeteksi abses hepar dengan
0,3 cm), skening dengan Tm99 dan gallium
(sensitivitas 50 90 %).
Prognosis
Dengan tehnik diagnosis yang moderen,
antibiotik dan drainase perkutaneus yang cepat
maka angka kesembuhan mencapai 80 90 %.
Banyak faktor yang mempengaruhi jeleknya
prognosis. Antara lain diagnosis yang terlambat,
tidak dilakukan drainase, infeksi primer tidak
ditangani, penderita usia tua, keadaan-keadaan
dimana status imunitas penderita rendah,
multipel abses, polimikrobial, kadar Hb < 11 g/dl,
bilirubin > 1,5 mg/dl, leukosit > 15.000/mm3,
dan albumin < 2,5 g/dl.