MATA KULIAH
ANALISIS REAL I
Disusun Oleh :
Aljabar Himpunan
BAB
1
PENDAHULUAN
Pada bab pertama ini, kita akan membahas beberapa prasyarat yang diperlukan
untuk mempelajari analisis real. Bagian 1.1 dan 1.2 kita akan mengulang sekilas tentang aljabar himpunan dan fungsi, dua alat yang penting untuk semua cabang matematika.
Pada bagian 1.3 kita akan memusatkan perhatian pada metoda pembuktian
yang disebut induksi matematika. Ini berhubungan dengan sifat dasar sistem bilangan
asli, dan walaupun penggunaannya terbatas pada masalah yang khusus tetapi hal ini
penting dan sering digunakan.
Pendahuluan
1.1.1. Definisi. Dua himpunan A dan B dikatakan sama bila keduanya memuat unsurunsur yang sama. Bila himpunan A dan B sama, kita tuliskan dengan A = B
Untuk membuktikan bahwa A = B, kita harus menunjukkan bahwa A B dan
B A.
Suatu himpunan dapat dituliskan dengan mendaftar anggota-anggotanya, atau
dengan menyatakan sifat keanggotaan himpunan tersebut. Kata sifat keanggotaan
memang menimbulkan keraguan. Tetapi bila P menyatakan sifat keanggotaan (yang
tak bias artinya) suatu himpunan, kita akan tuliskan dengan
{xP(x)}
untuk menyatakan himpunan semua x yang memenuhi P. Notasi tersebut kita baca dengan himpunan semua x yang memenuhi (atau sedemikian sehinga) P. Bila dirasa
perlu menyatakan lebih khusus unsur-unsur mana yang memenuhi P, kita dapat juga
menuliskannya dengan
{ xSP(x)}
untuk menyatakan sub himpunan S yang memenuhi P.
Beberapa himpunan tertentu akan digunakan dalam bukti ini, dan kita akan
menuliskannya dengan penulisan standar sebagai berikut :
Contoh-contoh :
(a). Himpunan {x N x2-3x+2=0}, menyatakan himpunan semua bilangan asli yang
memenuhi x2 - 3x + 2 = 0. Karena yang memenuhi hanya x = 1 dan x = 2, maka
himpunan tersebut dapat pula kita tuliskan dengan {1,2}.
(b). Kadang-kadang formula dapat pula digunakan untuk menyingkat penulisan himpunan. Sebagai contoh himpunan bilangan genap positif sering dituliskan dengan
{2x x N}, daripada {y N y = 2x, x N}.
Analisis Real I
Aljabar Himpunan
Operasi Himpunan
Sekarang kita akan mendefinisikan cara mengkonstruksi himpunan baru dari
himpunan yang sudah ada.
1.1.2. Definisi. (a). Bila A dan B suatu himpunan, maka irisan (=interseksi) dari A
B dituliskan dengan AB, adalah himpunan yang unsur-unsurnya terdapat di A juga
di B. Dengan kata lain kita mempunyai
AB = {x xA dan xB}.
(b). Gabungan dari A dan B, dituliskan dengan AB, adalah himpunan yang unsurunsurnya paling tidak terdapat di salah satu A atau B. Dengan kata lain kita mempunyai
AB = {x xA atau xB}.
1.1.3. Definisi. Himpunan yang tidak mempunyai anggota disebut himpunan kosong,
dituliskan dengan { } atau . Bila A dan B dua himpunan yang tidak mempunyai unsur bersama (yaitu, AB = ), maka A dan B dikatakan saling asing atau disjoin.
Berikut ini adalah akibat dari operasi aljabar yang baru saja kita definisikan.
Karena buktinya merupakan hal yang rutin, kita tinggalkan kepada pembaca sebagai
latihan.
1.1.4. Teorema. Misalkan A,B dan C sebarang himpunan, maka
(a). AA = A, AA = A;
(b). AB = BA, AB = BA;
(c). (AB) C = A(B C), (AB)C = A(BC);
(d). A(BC) = (AB)(AC), A(B C) = (AB) (AC);
Kesamaan ini semua berturut-turut sering disebut sebagai sifat idempoten, komutatif, asosiatif dan distributif, operasi irisan dan gabungan himpunan.
Melihat kesamaan pada teorema 1.1.4(c), biasanya kita tanggalkan kurung dan
cukup ditulis dengan
AB C,
Analisis Real I
ABC.
Pendahuluan
Dimungkinkan juga untuk menunjukkan bahwa bila {A1,A2, ,An} merupakan koleksi
himpunan, maka terdapat sebuah himpunan A yang memuat unsur yang merupakan
pa-ling tidak unsur dari suatu Aj, j = 1,2,...,n ; dan terdapat sebuah himpunan B yang
unsur-unsurnya merupakan unsur semua himpunan Aj, j=1,2,...,n. Dengan menanggalkan kurung, kita tuliskan dengan
A = A1 A2 An = {x xAj untuk suatu j},
B = A1 A2...An = {x xAj untuk semua j}.
Untuk mempersingkat penulisan, A dan B di atas sering dituliskan dengan
n
A=
UAj
j=1
n
B=
IAj
j=1
Secara sama, bila untuk setiap j unsur di J terdapat himpunan Aj, maka
U Aj
jJ
menyatakan himpunan yang unsur-unsurnya paling tidak merupakan unsur dari salah
satu Aj. Sedangkan
Analisis Real I
Aljabar Himpunan
Bukti :
Kita hanya akan membuktikan kesamaan pertama dan meninggalkan yang
kedua sebagai latihan bagi pembaca. Kita akan tunjukkan bahwa setiap unsur di
A\(BC) termuat di kedua himpunan (A\B) dan (A\C), dan sebaliknya.
Bila x di A\(BC), maka x di A, tetapi tidak di BC. Dari sini x suatu unsur
di A, tetapi tidak dikedua unsur B atau C. (Mengapa?). Karenanya x di A tetapi tidak
di B, dan x di A tetapi tidak di C. Yaitu x A\B dan x A\C, yang menunjukkan
bahwa
x (A\B)(A\C).
Sebaliknya, bila x (A\B)(A\C), maka x (A\B)dan x (A\C). Jadi x A
tetapi bukan anggota dari B atau C. Akibatnya x A dan x (BC), karena itu x
A\(BC).
Karena himpunan (A\B)(A\C) dan A\(BC).memuat unsur-unsur yang
sama, menurut definisi 1.1.1 A\(BC).= (A\B)(A\C).
Latihan 1.1.
1. Gambarkan diagram yang menyatakan masing-masing himpunan pada Teorema
1.1.4.
2. Buktikan bagian (c) Teorema 1.1.4.
3. Buktikan bagian kedua Teorema 1.1.4(d).
4. Buktikan bahwa A B jika dan hanya jika AB = A.
Analisis Real I
Pendahuluan
j=1
j=1
j=1
j=1
kan bahwa E U A j = U (E A j ), E U A j = U (E A j )
11. Bila {A1, A2, ... , An} suatu koleksi himpunan, dan E sebarang himpunan, tunjukn
j=1
j=1
j=1
j =1
kan bahwa E I A j = I (E A j ), E I A j = I (E A j )
12. Misalkan E sebarang himpunan dan {A1, A2, ... , An} suatu koleksi himpunan.
Buktikan Hukum De Morgan
n
j=1
j =1
j=1
j=1
E \ I A j = U (E \ A j ), E \ U A j = I (E \ A j ).
Catatan bila E\Aj dituliskan dengan C(Aj), maka kesamaan di atas mempunyai
bentuk
n
n
n
n
C I A j = U C A j , C U A j = I C A j .
j =1 j=1
j=1 j=1
( )
( )
13. Misalkan J suatu himpunan dan untuk setiap jJ, Aj termuat di E. Tunjukkan
bahwa
C I A j = U C A j , C U A j = I C A j .
jJ jJ
jJ jJ
( )
( )
Aljabar Himpunan
AB = (AB1) (AB2).
1.2. Fungsi.
Sekarang kita kembali mendiskusikan gagasan fundamental suatu fungsi atau
pemetaan. Akan kita lihat bahwa fungsi adalah suatu jenis khusus dari himpunan,
walaupun terdapat visualisasi lain yang sering lebih bersifat sugesti. Semua dari
bagian terakhir ini akan banyak mengupas jenis-jenis fungsi, tetapi sedikit abstrak dibandingkan bagian ini.
Bagi matematikawan abad terdahulu kata fungsi biasanya berarti rumus tertentu, seperti
f(x) = x2 + 3x -5
yang bersesuaian dengan masing-masing bilangan real x dan bilangan lain f(x). Mungkin juga seseorang memunculkan kontroversi, apakah nilai mutlak
h(x) = x
dari suatu bilangan real merupakan fungsi sejati atau bukan. Selain itu definisi
xdiberikan pula dengan
x, bila x 0
x=
x, bila x < 0
Dengan berkembangnya matematika, semakin jelas bahwa diperlukan definisi fungsi
yang lebih umum. Juga semakin penting untuk kita membedakan fungsi sendiri dengan nilai fungsi itu. Di sini akan mendefinisikan suatu fungsi dan hal ini akan kita lakukan dalam dua tahap.
Definisi pertama :
Suatu fungsi f dari himpunan A ke himpunan B adalah aturan korespondensi yang
memasangkan masing-masing unsur x di A secara tunggal dengan unsur f(x) di B.
Definisi di atas mungkin saja tidak jelas, dikarenakan ketidakjelasan frase
aturan korespondensi. Untuk mengatasi hal ini kita akan mendefinisikan fungsi
de-ngan menggunakan himpunan seperti yang telah dibahas pada bagian sebelumnya.
Analisis Real I
Pendahuluan
De-ngan pendefinisian ini dapat saja kita kehilangan kandungan intuitif dari definisi
terdahulu, tetapi kita dapatkan kejelasan.
Ide dasar pendefinisian ini adalah memikirkan gambar dari suatu fungsi;
yaitu, suatu korelasi dari pasangan berurut. Bila kita perhatikan tidak setiap koleksi
pasangan berurut merupakan gambar suatu fungsi, karena sekali unsur pertama dalam
pasangan berurut diambil, unsur keduanya ditentukan secara tunggal.
1.2.1. Definisi. Misalkan A dan B himpunan suatu fungsi dari A ke B adalah himpunan pasangan berurut f di AB sedemikian sehingga untuk masing-masing a A
terdapat b B yang tunggal dengan (a,b),(a,b) f, maka b = b. Himpunan A dari
unsur-unsur pertama dari f disebut daerah asal atau domain dari f, dan dituliskan
D(f). Sedangkan unsur-unsur di B yang menjadi unsur kedua di f disebut range dari
f1(x) = f(x) untuk semua x D1. Fungsi f1 disebut pembatasan fungsi f pada D1.
Menurut definisi 1.2.1, kita mempunyai
f1 = { (a,b) f a D1}
Kadang-kadang kita tuliskan f1 = f D1 untuk menyatakan pembatasan fungsi f pada
himpunan D1.
Analisis Real I
Aljabar Himpunan
Konstruksi serupa untuk gagasan perluasan. Bila suatu fungsi dengan domain
D(g) dan D2 D(g), maka sebarang fungsi g2 dengan domain D2 sedemikian sehingga
g2(x) = g(x) untuk semua x D(g) disebut perluasan g pada himpunan D2.
f(E) jika dan hanya jika terdapat paling tidak sebuah titik x1 E sedemikian sehingga
y1 = f(x1). Secara sama, bila diberikan HB, titik x2A di dalam bayangan invers f1
10
Pendahuluan
Sifat-sifat Fungsi
1.2.4. Definisi. Suatu fungsi f : A B dikatakan injektif atau satu-satu bila x1 x2,
mengakibatkan f(x1) f(x2). Bila f satu-satu, kita katakan f suatu injeksi.
Secara ekivalen, f injektif jika dan hanya jika f(x1) = f(x2) mengakibatkan x1 =
x2, untuk semua x1,x2 di A.
Sebagai contoh, misalkan A = {x R x 1} dan f : A R dengan f(x) =
x
. Untuk menunjukkan f injektif, asumsikan x1,x2 di A sehingga f(x1) = f(x2).
x 1
Maka kita mempunyai
x1
x2
=
x1 1 x 2 1
yang mengakibatkan (mengapa?) bahwa
x1
x2
=
dan dari sini x1 = x2. Karena
x1 1 x 2 1
itu f injektif.
1.2.6. Definisi. Suatu fungsi f : A B dikatakan bijektif bila bersifat injektif dan
surjektif. Bila f bijektif, kita sebut bijeksi.
Fungsi-fungsi Invers
Bila f suatu fungsi dari A ke B, (karenanya, subhimpunan khusus dari AB),
maka himpunan pasangan berurut di BA yang diperoleh dengan saling menukar unsur pertama dan kedua di f secara umum bukanlan fungsi. Tetapi, bila f injektif, maka
penukaran ini menghasilkan fungsi yang disebut invers dari f.
Analisis Real I
11
Aljabar Himpunan
x
didefinisikan unx 1
tuk x A = {x x 1} bersifat injektif. Tidak jelas apakah range dari f semua (atau
hanya sebagian) dari R. Untuk menentukannya kita selesaikan persamaan y =
dan diperoleh x =
x
x 1
y
. Dengan informasi ini, kita dapat yakin bahwa rangenya R(f)
y 1
= {y y 1} dan bahwa fungsi invers dari f mempunyai domain {y y -1} dan f-1(y)
=
y
.
y 1
Bila suatu fungsi injektif, maka fungsi inversnya juga injektif. Lebih dari itu,
fungsi invers dari f-1 adalah f sendiri. Buktinya ditinggalkan sebagai latihan.
Fungsi Komposisi
Sering terjadi kita ingin mengkomposisikan dua buah fungsi denga mencari
f(x) terlebih dahulu, kemudian menggunakan g untuk memperoleh g(f(x)), tetapi hal
ini hanya mungkin bila f(x) ada di domain g. Jadi kita harus mengasumsikan bahwa
range dari f termuat di domain g.
1.2.8. Definisi. Untuk fungsi f : A B dan g : B - C, komposisi fungsi gof (perhatikan urutannya!) adalah fungsi dari A ke C yang didefinisikan dengan gof(x) = g(f(x))
untuk x A.
1.2.9. Contoh. (a). Urutan komposisi harus benar-benar diperhatikan. Misalkan f dan
g fungsi-fungsi yang nilainya di x R ditentukan oleh
f(x) = 2x,
Analisis Real I
g(x) = 3x2 - 1
12
Pendahuluan
Karena D(g) = R dan R(f) R, maka domain D(gof) adalah juga R, dan fungsi komposisi gof ditentukan oleh
f(x) 0; yaitu, untuk x memenuhi -1 x 1. Bila kita tukar urutannya, maka komposisi
fog, diberikan oleh gof(x) = 1 - x, didefinisikan untuk semua x di domain dari g; yaitu
himpunan {x R : x 0}.
Teorema berikut memperkenalkan hubungan antara komposisi fungsi dan
petanya. Sedangkan buktinya ditinggalkan sebagai latihan.
1.2.10. Teorema. Misalkan f : A B dan g : B C fungsi dan H suatu subhimpunan dari C. Maka (fog)-1(H) = g-1 (f-1(H)).
Sering terjadi bahwa komposisi dua buah fungsi mewarisi sifat-sifat fungsi
yang didefinisikan. Berikut salah satunya dan buktinya ditinggalkan sebagai latihan.
Barisan
Fungsi dengan N sebagai domain memeainkan aturan yang sangat khusus
dalam analisis, yang kita akan perkenalkan berikut ini.
1.2.12. Definisi. Suatu barisan dalam himpunan S adalah suatu fungsi yang domainnya himpunan bilangan asli N dan rangenya termuat di S.
Untuk barisan X : N S, nilai X di nN sering dituliskan dengan xn daripada (xn), dan nilainya sering disebut suku ke-n barisan tersebut. Barisan itu sendiri
sering dituliskan dengan (xn n N) atau lebih sederhana dengan (xn). Sebagai conAnalisis Real I
13
Aljabar Himpunan
N R dengan X(n) =
n.
Latihan 1.2.
1. Misalkan A = B = {xR -1 x 1} dan sub himpunan C = {(x,y) x2 + y2 = 1}
dari AB, apakah himpunan ini fungsi ?
2. Misalkan f fungsi pada R yang didefinisikan dengan f(x) = x2, dan E = {xR -1
x 0} dan F = {xR 0 x 1}. Tunjukkan bahwa EF = {0} dan f(EF) = {0},
sementara f(E) = f(F) = {yR 0 y 1}. Di sini f(EF) adalah subhimpunan sejati dari f(E) f(F). Apa yang terjadi bila 0 dibuang dari E dan F?
3. Bila E dan F seperti latihan no. 2, tentukan E\F dan f(E)\f(F) dan tunjukkan bahwa
x
x +1
2
0 < y < 1}
Analisis Real I
14
Pendahuluan
N = {1,2,3,...}
Analisis Real I
15
Aljabar Himpunan
dengan operasi aritmetika penjumlahan dan perkalian seperti biasa dan dengan arti
suatu bilangan kurang dari bilangan lain. Kita juga akan mengasumsikan sifat fundamental dari N berikut.
1.3.1. Sifat urutan dengan baik dari N. Setiap subhimpunan tak kosong dari N mempunyai unsur terkecil.
Pernyataan yang lebih detail dari sifat ini sebagai berikut : bila S subhimpunan
dari N dan S , maka terdapat suatu unsur m S sedemikian sehingga m k untuk
semua k S.
Dengan berdasar sifat urutan dengan baik, kita akan menurunkan suatu versi
prinsip induksi matematika yang dinyatakan dalam suku-suku subhimpunan dari N.
Sifat yang dideskripsikan dalam versi ini kadang-kadang mengikuti turunan sifat N.
1.3.2. Prinsip Induksi Matematika. Misalkan S sub himpunan dari N yang mempunyai sifat
(i).1 S
(ii).jika k S., maka k + 1 S.
maka S = N.
Bukti :
Andaikan S N. Maka N\S tidak kosong, karenanya berdasar sifat urutan dengan baik
N\S mempunyai unsur terkecil, sebut m. Karena 1 S, maka m 1. Karena itu m > 1
dengan m - 1 juga bilangan asli. Karena m - 1 < m dan m unsur terkecil di N\S, maka
m - 1 haruslah di S.
Sekarang kita gunakan hipotesis (2) terhadap unsur k = m - 1 di S, yang
berakibat k + 1 = (m - 1) + 1 = m di S. Kesimpulan ini kontradiksi dengan pernyataan
bahwa m tidak di S. Karena m diperoleh dengan pengandaian bahwa N\S tidak kosong, kita dipaksa pada kesimpulan bahwa N\S kosong. Karena itu kita telah buktikan
bahwa S = N.
Prinsip induksi matematika sering dinyatakan dalam kerangka sifat atau pernyataan tentang bilangan asli. Bila P(n) berarti pernyataan tentang n N, maka P(n)
Analisis Real I
16
Pendahuluan
benar untuk beberapa nilai n, tetapi tidak untuk yang lain. Sebagai contoh, bila P(n)
pernyataan n2 = n, maka P(1) benar, sementara P(n) salah untuk semua n 1,
nN. Dalam konteks ini prinsip induksi matematika dapat dirumuskan sebagai berikut :
Untuk setiap n N, misalkan P(n) pernyataan tentang n. Misalkan bahwa
(a). P(1) benar
(b). Jika P(k) benar, maka P(k + 1) benar.
Maka P(n) benar untuk semua n N.
Dalam kaitannya dengan versi induksi matematika terdahulu yang diberikan
pada 1.3.2, dibuat dengan memisalkan S = { n N P(n) benar}. Maka kondisi (1)
dan (2) pada 1.3.2 berturut-turut tepat bersesuaian dengan (a) dan (b). Kesimpulan S =
N pada 1.3.2. bersesuaian dengan kesimpulan bahwa P(n) benar untuk semua n N.
Dalam (b) asumsi jika P(k) benar disebut hipotesis induksi. Di sini, kita tidak memandang pada benar atau salahnya P(k), tetap hanya pada validitas implikasi
jika P(k) benar, maka P(k+1) benar. Sebagai contoh, bila kita perhatikan pernyataan
P(n) : n = n + 5, maka (b) benar. Implikasinya bila k = k + 5, maka k + 1 = k + 6
juga benar, karena hanya menambahkan 1 pada kedua ruas. Tetapi, karena pernyataan
P(1) : 1 = 2 salah, kita tidak mungkin menggunakan induksi matematika untuk menyimpulkan bahwa n = n + 5 untuk semua n N.
Contoh-contoh berikut mengilustrasikan bagaimana prinsip induksi matematika bekerja sebagai metode pembuktian pernyataan tentang bilangan asli.
1.3.3. Contoh. (a). Untuk setiap n N, jumlah n pertama bilangan asli diberikan oleh
1 + 2 + ... + n =
1
2
n (n + 1).
Untuk membuktikan kesamaan ini, kita misalkan S himpunan n N, sehingga kesamaan tersebut benar. Kita harus membuktikan kondisi (1) dan (2) pada 1.3.2. dipenuhi.
Bila n = 1, maka kita mempunyai 1 =
1
2
1
2
(k+1).
(*)
17
Aljabar Himpunan
1
2
1
2
k(k+1) + (k+1)
(k+1) (k+2)
N.
(b). Untuk masing-masing n N, jumlah kuadrat dari n pertama bilangan asli diberikan oleh
12+22+...+n2 =
1
6
n(n+1)(2n+1)
Untuk membuktikan kebenaran formula ini, pertama kita catat bahwa formula ini
benar untuk n = 1, karena 12 =
1
6
untuk k, maka dengan menambahkan (k+1)2 pada kedua ruas, memberikan hasil
12+22+...+k2 + (k+1)2 =
1
6
k(k+1)(2k+1) + (k+1)2
1
6
(k+1)(2k2+k+6k+6)
1
6
(k+1)(k+2)(2k+3)
Analisis Real I
18
Pendahuluan
N.
(e). Bila r R, r 1 dan n N, maka
1 r n +1
1 + r + r + ... + r =
1 r
2
Ini merupakan jumlah n suku deret geometri, yang dapat dibuktikan dengan induksi
1 r2
, jadi formula
matematika sebagai berikut. Bila n = 1, kitya mempunyai 1 + r =
1 r
tersebut benar. Bila kita asumsikan formula tersebut benar untuk n = k dan tambahkan
rk+1 pada kedua ruas, maka kita peroleh
k
k+1
1+r+ ... +r + r
1 r k +1 k+1 1 r k + 2
=
+r =
1 r
1 r
Analisis Real I
19
Aljabar Himpunan
Bila n sebarang bilangan asli dan bila maksimum dari dua bilangan asli p dan
q adalah n, maka p = q. (Akibatnya bila p dan q dua bilangan asli sebarang, maka p =
q).
Bukti :
Misalkan S subhimpunan bilangan asli sehingga pernyataan tersebut benar. Maka 1
S, karena bila p,q di N dan maksimumnya 1, maka maksimum dari p-1 dan q-1 adalah
k. Karenanya p-1 = q-1, karena k S, dan dari sini kita simpulkan bahwa p = q. Jadi,
k + 1 S dan kita simpulkan bahwa pernyataan tersebut benar untuk semua n N.
(g). Beberapa pernyataan yang benar untuk beberapa bilangan asli, tetapi tidak
untuk semua. Sebagai contoh formula P(n) = n2 - n + 41 memberikan bilangan prima
untuk n =1,2,3,...41. Tetapi, P(41) bukan bilangan prima.
Terdapat versi lain dari prinsip induksi matematika yang kadang-kadang sangat berguna. Sering disebut prinsip induksi kuat, walaupun sebenarnya ekivalen dengan versi terdahulu. Kita akan tinggalkan pada pembaca untuk menunjukkan ekivalensinya dari kedua prinsip ini.
Latihan 1.3
Buktikan bahwa yang berikut berlaku benar untuk semua n N,
1.
1
1
1
n
+
+...+
=
1.2 2.3
n(n + 1) n + 1
2. 13 + 23 + ... + n3 = [ 21 n(n+1)]2
3. 12-22+32-...+(-1)n+1n(n+1)/2
4. n3 + 5n dapat dibagi dengan 6
5. 52n - 1 dapat dibagi dengan 8
6. 5n - 4n - 1 habis dibagi 16.
7. Buktikan bahwa jumlah pangkat tiga dari bilangan asli yang berturutan n, n+1, n +
2 habis dibagi 9
Analisis Real I
20
Pendahuluan
1
1
1
+
+...+
1.3 3.5
(2n 1)(2n + 1)
dan buktikan dugaan tersebut dengan mengunakan induksi matematika. (Dugaan
terhadap pernyataan matematika, sebelum dibuktikan sering disebut Conjecture).
10.Tentukan suatu formula untuk jumlah n bilangan ganjil yang pertama
1 + 3 + ... + (2n - 1)
kemudian buktikan dugaan tersebut dengan menggunakan induksi matematika.
11. Buktikan variasi dari 1.3.2. berikut : Misalkan S sub himpunan tak kosong dari N
sedemikian sehingga untuk suatu n0 N berlaku (a). n0 S, dan (b) bila k n0
dan k S, maka k + 1 S. Maka S memuat himpunan { n N n n0}.
12. Buktikan bahwa 2n < n! untuk semua n 4, n N. (lihat latihan 11).
13. Buktikan bahwa 2n - 3 2n-2 untuk semua n 5, n N. (lihat latihan 11).
14. Untuk bilangan asli yang mana n2 < 2n ? Buktikan pernyataanmu (lihat latihan
11).
15. Buktikan bahwa
1
1
1
+
+...+
> n untuk semua n N.
1
2
n
16. Misalkan S sub himpunan dari N sedemikian sehingga (a). 2k S untuk semua k
N, dan (b). bila k S, dan k 2, maka k - 1 S. Buktikan S = N.
17. Misalkan barisan (xn) didefinisikan sebagai berikut : x1 = 1, x2 = 2 dan xn+2 =
1
2
(xn+1 + xn) untuk nN. Gunakan prinsip induksi kuat 1.3.4 untuk menunjukkan
1 xn 2 untuk semua n N.
Analisis Real I
21
Aljabar Himpunan
BAB
2
BILANGAN REAL
Dalam bab ini kita akan membahas sifat-sifat esensial dari sistem bilangan
real R. Walaupun dimungkinkan untuk memberikan konstruksi formal dengan didasarkan pada himpunan yang lebih primitif (seperti himpunan bilangan asli N atau
himpunan bilangan rasional Q), namun tidak kita lakukan. Akan tetapi, kita perkenalkan sejumlah sifat fundamental yang berhubungan dengan bilangan real dan menunjukkan bagaimana sifat-sifat yang lain dapat diturunkan darinya. Hal ini lebih bermanfaat dari pada menggunakan logika yang sulit untuk mengkonstruksi suatu model untuk R dalam belajar analisis.
Sistem bilangan real dapat dideskripsikan sebagai suatu medan/lapangan
lengkap yang terurut, dan kita akan membahasnya secara detail. Demi kejelasan, kita
tidak akan membahas sifat-sifat R dalam suatu bagian, tetapi kita lebih berkonsentrasi
pada beberapa aspek berbeda dalam bagian-bagian yang terpisah. Pertama kita perkenalkan, dalam bagian 2.1, sifat aljabar (sering disebut sifat medan) yang didasarkan
pada ope-rasi penjumlahan dan perkalian. Berikutnya kita perkenalkan, dalam bagian
2.2 sifat urutan dari R, dan menurunkan beberapa konsekuensinya yang berkaitan
dengan ketaksamaan, dan memberi ilustrasi penggunaan sifat-sifat ini. Gagasan tentang nilai mutlak, yang mana didasarkan pada sifat urutan, dibahas secara singkat
pada bagian 2.3.
Dalam bagian 2.4, kita membuat langkah akhir dengan menambah sifat
kelengkapan yang sangat penting pada sifat aljabar dan urutan dari R. Kemudian
kita menggunakan sifat kelengkapan R dalam bagian 2.5 untuk menurunkan hasil
fundamental yang berkaitan dengan R, termasuk sifat archimedes, eksistensi akar
(pangkat dua), dan densitas (kerapatan) bilangan rasional di R.
Analisis Real I
22
Pendahuluan
a+b dan a.b (atau hanya ab) untuk membicarakan sifat penjumlahan dan perkalian.
Contoh operasi biner yang lain dapat dilihat pada latihan.
2.1.1. Sifat-sifat aljabar R. Pada himpunan bilangan real R terdapat dua operasi
biner, dituliskan dengan + dan . dan secara berturut-turut disebut penjumlahan
dan perkalian. Kedua operasi ini memenuhi sifat-sifat berikut :
(A1). a + b = b + a untuk semua a,b di R (sifat komutatif penjumlahan);
(A2). (a + b) + c = a + (b + c) untuk semua a,b,c di R (sifat assosiatif penjumlahan);
(A3) terdapat unsur 0 di R sehingga 0 + a = a dan a + 0 = a untuk semua a di R (eksistensi unsur nol);
(A4). untuk setiap a di R terdapat unsur -a di R, sehingga a + (-a) = 0 dan (-a) + a = 0
(eksistensi negatif dari unsur);
(M1). a.b = b.a untuk semua a,b di R (sifat komutatif perkalian);
(M2). (a.b) . c = a . (b.c) untuk semua a,b,c di R (sifat asosiatif perkalian);
(M3). terdapat unsur 1 di R yang berbeda dari 0, sehingga 1.a = a dan a.1 = a untuk
semua a di R (eksistensi unsur satuan);
(M4). untuk setiap a 0 di R terdapat unsur 1/a di R sehingga a.1/a = 1 dan (1/a).a =
1 (eksistensi balikan);
Analisis Real I
23
Aljabar Himpunan
(D). a . (b+c) = (a.b) + (a.c) dan (b+c) . a = (b.a) + (c.a) untuk semua a,b,c di R (sifat distributif perkalian terhadap penjumlahan);
Pembaca perlu terbiasa dengan sifat-sifat di atas. Dengan demikian akan memudahkan dalam penurunan dengan menggunakan teknik dan manipulasi aljabar.
Berikut kita akan dibuktikan beberapa konsekuensi dasar (tetapi penting).
Bukti :
(a). Dari hipotesis kita mempunyai z + a = a. Kita tambahkan unsur -a (yang eksistensinya dijamin pada (A4)) pada kedua ruas dan diperoleh
(z + a) + (-a) = a + (-a)
Bila kita berturut-turut menggunakan (A2), (A4) dan (A3) pada ruas kiri, kita
peroleh
(z + a) + (-a) = z + (a + (-a)) = z + 0 = z;
bila kita menggunakan (A4) pada ruas kanan
a + (-a) = 0.
Dari sini kita simpulkan bahwa z = 0.
Bukti (b) ditinggalkan sebagai latihan. Perlu dicatat bahwa hipotesis b 0 sangat
penting.
Selanjutnya kita akan tunjukkan bahwa bila diberikan a di R, maka unsur -a
dan 1/a (bila a 0) ditentukan secara tunggal.
Bukti :
(a). Bila a + b = 0, maka kita tambahkan -a pada kedua ruas dan diperoleh
(-a) + (a + b) = (-a) + 0.
Bila kita berturut-turut menggunakan (A2), (A4) dan (A3) pada ruas kiri, kita peroleh
(-a) + (a + b) = ((-a) + a) + b = 0 + b = b;
bila kita menggunakan (A3) pada ruas kanan kita dapatkan
Analisis Real I
24
Pendahuluan
(-a) + 0 = -a.
Dari sini kita simpulkan bahwa b = -a.
Bukti (b) ditinggalkan sebagai latihan. Perlu dicatat bahwa hipotesis b 0 sangat
penting.
Bila kita perhatikan sifat di atas untuk menyelesaikan persamaan, kita peroleh
bahwa (A4) dan (M4) memungkinkan kita untuk menyelesaikan persamaan a + x = 0
dan a . x = 1 (bila a 0) untuk x, dan teorema 2.1.3 mengakibatkan bahwa solusinya
tunggal. Teorema berikut menunjukkan bahwa ruas kanan dari persamaan ini dapat
sebarang unsur di R.
Bukti :
Dengan menggunakan (A2), (A4) dan (A3), kita peroleh
a + ((-a) + b) = (a + (-a)) + b = 0 + b = b,
yang mengakibatkan x = (-a) + b merupakan solusi dari persamaan a + x = b. Untuk
menunjukkan bahwa ini merupakan satu-satunya solusi, andaikan x1 sebarang solusi
dari persamaan tersebut, maka a + x1 = b, dan bila kita tambahkan kedua ruas dengan
-a, kita peroleh
(-a) + (a + x1) = (-a) + b.
Bila sekarang kita gunakan (A2), (A4) dan (A3) pada ruas kiri, kita peroleh
(-a) + (a + x1) = (-a + a) + x1 = 0 + x1 = x1.
Dari sini kita simpulkan bahwa x1 = (-a) + b.
Bukti (b) ditinggalkan sebagai latihan.
Sejauh ini, ketiga teorema yang telah dikenalkan kita hanya memperhatikan
penjumlahan dan perkalian secara terpisah. Untuk melihat keterpaduan antara keduanya, kita harus melibatkan sifat distributif (D). Hal ini diilustrasikan dalam teorema
berikut.
25
Aljabar Himpunan
(a). a . 0 = 0
(b). (-1) . a = -a
(c). -(-a) = a
Bukti :
(a). Dari (M3) kita ketahui bahwa a . 1 = a. Maka dengan menambahkan a . 0 dan
mengunakan (D) dan (A3) kita peroleh
a+a.0=a.1+a.0
= a. (1 + 0) = a . 1 = a.
Jadi, dengan teorema 2.1.2(a) kita peroleh bahwa a . 0 = 0.
(b). Kita gunakan (D), digabung dengan (M3), (A4) dan bagian (a), untuk memperoleh
a + (-1) . a = 1 . a + (-1) . a = 0 . a = 0
Jadi, dari teorema 2.1.3(a) kita peroleh (-1) . a = - a.
(c). Dengan (A4) kita mempunyai (-a) + a = 0. Jadi dari teorema 2.1.3 (a) diperoleh
bahwa a = - (-a).
(d). Dalam bagian (b) substitusikan a = -1. Maka
(-1) . (-1) = -(-1).
Dari sini, kita menggunakan (c) dengan a = 1.
Kita simpulkan deduksi formal kita dari sifat medan (bilangan real) dengan
menutupnya dengan hasil-hasil berikut.
Bukti :
(a). Bila a 0, maka terdapat 1/a. Andaikan 1/a = 0, maka 1 = a . (1/a) = a . 0 = 0,
kontradiksi dengan (M3). Jadi 1/a 0 dan karena (1/a) . a = 1, Teorema 2.1.3(b) mengakibatkan 1/(1/a) = a.
(b). Bila kita kalikan kedua ruas persamaan a . b = a . c dengan 1/a dan menggunakan
sifat asosiatif (M2), kita peroleh
((1/a) . a) . b = ((1/a) . a) . c.
Analisis Real I
26
Pendahuluan
am+n = aman
untuk semua m,n di N. Bila a 0, kita akan gunakan notasi a-1 untuk 1/a, dan bila
nN, kita tuliskan a-n untuk (1/a)n, bila memang hal ini memudahkan.
a 0 disebut bilangan rasional. Himpunan bilangan rasional di R akan dituliskan dengan notasi standar Q. Jumlah dan hasil kali dua bilangan rasional merupakan bilangan rasional (Buktikan!), dan lebih dari itu, sifat-sifat medan yang dituliskan di awal
bagian
Analisis Real I
27
Aljabar Himpunan
Analisis Real I
28
Pendahuluan
Dari sini kita sampai pada kontradiksi bahwa tidak ada bilangan asli yang bersifat genap dan ganjil.
Latihan 2.1
Untuk nomor 1 dan 2, buktikan bagian b dari teorema
1. 2.1.2
2. 2.1.3.
3. Selesaikan persamaan berikut dan sebutkan sifat atau teorema mana yang anda
gunakan pada setiap langkahnya.
(a). 2x + 5 = 8;
(b). 2x + 6 = 3x + 2;
(c). x = 2x;
(d). (x - 1) (x + 2) = 0.
1
2
(a + b)
(c). B3(a,b) = a - b
Analisis Real I
(b). B2(a,b) =
1
2
(ab)
(d). B4(a,b) = 1 + ab
29
Aljabar Himpunan
11. Suatu operasi biner B pada R dikatakan distributif terhadap penjumlahan bila memenuhi B(a,b + c) = B(a,b) + B(a,c) untuk semua a,b,c di R. Yang mana (bila
ada) dari operasi nomor 12 yang bersifat distributif terhadap penjumlahan?.
12. Gunakan induksi matematika untuk menunjukan bahwa bila a di R dan m,n di N,
maka am+n = aman dan (am)n = am.n.
13. Buktikan bahwa bilangan asli tidak dapat bersifat genap dan ganjil secara bersamaan.
2.2.1 Sifat Urutan dari R. Terdapat sub himpunan tak kosong P dari R, yang disebut
himpunan bilangan real positif, yang memenuhi sifat-sifat berikut :
(i). Bila a,b di P, maka a + b di P
(ii). Bila a,b di P, maka a.b di P
(iii). Bila a di R, maka tepat satu dari yang berikut dipenuhi
a P,
a = 0,
-a P
Dua sifat yang pertama kesesuaian urutan dengan operasi penjumlahan dan
perkalian. Kondisi (iii) biasa disebut Sifat Trikotomi, karena hal ini membagi R
menjadi tiga daripada unsur yang berbeda. Hal ini menyatakan bahwa himpunan {-a
a P} bilangan real negatif tidak mempunyai unsur sekutu di P, dan lebih dari itu, R
gabungan tiga himpunan yang saling lepas.
2.2.2 Definisi. Bila aP, kita katakan a bilangan real positif (atau positif kuat) dan
kita tulis a > 0. Bila aP{0} kita katakan a bilangan real tak negatif dan ditulis a
0.
Analisis Real I
30
Pendahuluan
Bila -aP, kita katakan a bilangan real negatif (atau negatif kuat) dan kita tulis
a < 0. Bila -aP{0} kita katakan a bilangan real tak positif dan ditulis a 0.
Sekarang kita perkenalkan gagasan tentang ketaksamaan antara unsur-unsur R
dalam himpunan bilangan positif P.
b < c dipenuhi. Secara sama, bila a b dan b c benar, kita akan menuliskannya dengan
abc
Juga, bila a b dan b < d benar, dituliskan dengan
ab<d
dan seterusnya.
Sifat Urutan
Sekarang akan kita perkenalkan beberapa sifat dasar relasi urutan pada R. Ini
merupakan aturan ketaksamaan yang biasa kita kenal dan akan sering kita gunakan
pada pembahasan selanjutnya.
Bukti :
(a). . Bila a - b P dan b - c P, maka 2.2.1(i) mengakibatkan bahwa (a - b) + (b -
31
Aljabar Himpunan
(c). . Bila a b, maka a - b 0, jadi menurut bagian (b) kita hanya mempunyai a - b
P atau b - a P., yaitu a > b atau b > a. Yang masing-masing kontradiksi dengan satu dari hipotesis kita. Karena itu a = b.
Adalah hal yang wajar bila kita berharap bilangan asli merupakan bilangan
positif. Kita akan tunjukkan bagaimana sifat ini diturunkan dari sifat dasar yang
diberikan dalam 2.2.1. Kuncinya adalah bahwa kuadrat dari bilangan real tak nol positif.
Analisis Real I
32
Pendahuluan
Bukti :
(a). Bila a - b P, maka (a + c) - (b + c) unsur di P. Jadi a + c > b + c
(b). Bila a - b P dan c - d P, maka (a + c) - (b + d) = (a - b) + (c - d) juga unsur di
P menurut 2.2.1(i). Jadi, a + c > b + d.
(c). Bila a - b P dan c P, maka ca - cb = c(a - b) P menurut 2.2.1(ii), karena itu
ca > cb, bila c > 0. Dilain pihak, bila c < 0, maka -c P sehingga cb - ca = (-c)(a b) unsur di P. Dari sini, cb > ca bila c < 0.
(d). Bila a > 0, maka a 0 (menurut sifat trikotomi), jadi 1/a 0 menurut 2.1.6(a).
Andaikan 1/a < 0, maka bagian (c) dengan c = 1/a mengakibatkan bahwa 1 =
1
dengan n
n
sebarang bilangan asli adalah bilangan positif. Akibatnya bilangan rasional dengan
bentuk
m
1
= m , untuk m dan n bilangan asli, adalah positif.
n
n
2.2.7 Teorema. Bila a dan b unsur di R dan bila a < b, maka a < 21 (a + b) < b.
Bukti :
Karena a < b, mengikuti 2.2.6(a) diperoleh bahwa 2a = a + a < a + b dan juga a + b <
1
2
>
Analisis Real I
1
2
(2a) <
1
2
(a + b) <
1
2
(2b) = b
33
Aljabar Himpunan
Dari sifat urutan yang telah dibahas sejauh ini, kita tidak mendapatkan bilangan real positif terkecil. Hal ini akan ditunjukkan sebagai berikut :
1
2
b < b.
Bukti :
Ambil a = 0 dalam 2.2.7.
Dua hasil yang berikut akan digunakan sebagai metode pembuktian selanjutnya. Sebagai contoh, untuk membuktikan bahwa a 0 benar-benar sama dengan 0,
kita lihat pada hasil berikut bahwa hal ini cukup dengan menunjukkan bahwa a
kurang dari sebarang bilangan positif manapun.
1
2
a, maka 0 < 0 < a. Hal ini kontradiksi dengan hipotesis bahwa 0 < untuk setiap
positif. Jadi a = 0.
2.2.10 Teorema. Misalkan a,b di R, dan a - < b untuk setiap >0. Maka a b.
Bukti :
Andaikan b < a dan tetapkan 0 = 21 (a - b). Maka 0 dan b < a - 0, kontradiksi dengan
hipotesis. (Bukti lengkapnya sebagai latihan).
Hasil kali dua bilangan positif merupakan bilangan positif juga. Tetapi, positivitas suatu hasil kali tidak mengakibatkan bahwa faktor-faktornya positif. Kenyataannya adalah kedua faktor tersebut harus bertanda sama (sama-sama positif atau
sama-sama negatif), seperti ditunjukkan berikut ini.
Bukti :
Analisis Real I
34
Pendahuluan
Ketaksamaan
Sekarang kita tunjukkan bagaimana sifat urutan yang telah kita bahas dapat
digunakan untuk menyelesaikan ketaksamaan. Pembaca diminta memeriksa dengan
hati-hati setiap langkahnya.
2.2.13 Contoh-contoh.
(a). Tentukan himpunan A dari semua bilangan real x yang memenuhi 2x = 3 6.
Kita catat bahwa x A 2x + 3 6 2x 3 x 3/2.
Karenanya, A = {x R x 3/2}.
(b). Tentukan himpunan B = {x R x2 + x > 2}
Kita ingat kembali bahwa teorema 2.2.11 dapat digunakan. Tuliskan bahwa x
B x2 + x - 2 > 0 (x - 1) (x + 2) > 0. Karenanya, kita mempunyai (i). x - 1
> 0 dan x + 2 > 0, atau (ii). x - 1 < 0 dan x + 2 < 0. Dalam kasus (i). kita mempunyai x > 1 dan x > -2, yang dipenuhi jika dan hanya jika x > 1. Dalam kasus (ii)
kita mempunyai x < 1 dan x < -2, yang dipenuhi jika dan hanya jika x < -2.
Jadi B = {x R x > 1}{x R x < -2}.
(c). Tentukan himpunan C = {x R (2x + 1)/(x + 2) < 1}. Kita catat bahwa x C
(2x + 1)/(x + 2) - 1 < 0 (x - 1)/(x + 2) < 0. Karenanya, kita mempunyai (i).x - 1
< 0 dan x + 2 > 0, atau (ii). x - 1 > 0 dan x + 2 < 0 (Mengapa?). Dalam kasus (i)
kita harus mempunyai x < 1 dan x > -2, yang dipenuhi, jika dan hanya jika -2 < x
Analisis Real I
35
Aljabar Himpunan
< 1, sedangkan dalam kasus (ii), kita harus mempunyai x > 1 dan x < -2, yang tidak akan pernah dipenuhi.
Jadi kesimpulannya adalah C = {x R -2 < x < 1}.
Contoh berikut mengilustrasikan penggunaan sifat urutan R dalam pertaksamaan. Pembaca seharusnya membuktikan setiap langkah dengan mengidentifikasi
sifat-sifat yang digunakan. Hal ini akan membiasakan untuk yakin dengan setiap langkah dalam pekerjaan selanjutnya. Perlu dicatat juga bahwa eksistensi akar kuadrat dari
bilangan positif kuat belum diperkenalkan secara formal, tetapi eksistensinya kita terima dalam membicarakan contoh-contoh berikut.
(Eksistensi akar kuadrat akan dibahas dalam 2.5).
a< b
Kita pandang kasus a > 0 dan b > 0, dan kita tinggalkan kasus a = 0 kepada
pembaca. Dari 2.2.1(i) diperoleh bahwa a + b > 0. Karena b2 - a2 = (b - a) (b + a),
dari 2.2.6(c) diperoleh bahwa b - a > 0 mengakibatkan bahwa b - a > 0.
Bila a > 0 dan b > 0, maka
a dan
a< b
a b a2 b2 a
(b). Bila a dan b bilangan bulat positif, maka rata-rata aritmatisnya adalah
dan rata-rata geometrisnya adalah
1
2
(a + b)
diberikan oleh
ab
1
2
(a + b)
(2)
Analisis Real I
36
Pendahuluan
Untuk membuktikan hal ini, perhatikan bahwa bila a > 0, b > 0, dan a b,
maka
a > 0,
b > 0 dan
a - 2 ab + b > 0,
yang diikuti oleh
ab <
1
2
(a + b).
Karenanya (2) dipenuhi (untuk ketaksamaan kuat) bila a b. Lebih dari itu, bila a = b
(> 0), maka kedua ruas dari (2) sama dengan a, jadi (2) menjadi kesamaan. Hal ini
membuktikan bahwa (2) dipenuhi untuk a > 0, b > 0.
Dilain pihak, misalkan a > 0, b > 0 dan
ab <
1
2
Catatan : Ketaksamaan rata-rata aritmetis-geometris yang umum untuk bilangan positif a1, a2,...,an
adalah
(a1 a2 ... an)1/n
a1 + a2 +...+ an
n
(3)
(4)
Buktinya dengan menggunakan induksi matematika. Untuk n = 1, menghasilkan kesamaan sehingga pernyataan tersebut benar dalam kasus ini. Selanjutnya, kita asumsikan bahwa ketaksamaan (4) valid untuk suatu bilangan asli n, dan akan dibuktikan
valid juga untuk n + 1. Asumsi (1 + x)n 1 + nx dan fakta 1 + x > 0 mengakibatkan
bahwa
Analisis Real I
37
Aljabar Himpunan
(1 + x)n+1 = (1 + x)n (1 + x)
(1 + nx) (1 + x) = 1 + (n + 1)x + nx2
1 + (n + 1)x
Jadi, ketaksamaan (4) valid untuk n + 1, bila valid untuk n. Dari sini, ketaksamaan (4)
valid untuk semua bilangan asli.
(d). Ketaksamaan Cauchy. Bila nN dan a1, a2, ... ,an dan b1, b2, ..., bn bilangan real
maka
(a1b1+ ... + anbn)2 (a12 + ... + an2) (b12 + ... + bn2).
(5)
Lebih dari itu, bila tidak semua bj = 0, maka kesamaan untuk (5) dipenuhi jika dan
hanya jika terdapat bilangan real s, sehingga
38
Pendahuluan
sR dan semua j = 1, ..., n, mengakibatkan kedua ruas dari (5) sama dengan s2(b12 +
... +bn2)2. Di lain pihak bila kesamaan untuk (5) dipenuhi, maka haruslah = 0, sehingga terdapat akar tunggal s dari persamaan kuadrat F(t) = 0. Tetapi hal ini mengakibatkan (mengapa?) bahwa
(6)
lebih dari itu bila tidak semua bj = 0, kesamaan untuk (6) dipenuhi jika dan hanya jika
terdapat bilangan real s, sehingga a1 = sb1, ..., an = sbn.
Karena (aj + bj)2 = aj2 + 2ajbj + bj2 untuk j = 1, ..., n,dengan menggunakan
ketaksamaan Cauchy (5) [A,B,C seperti pada (d)], kita mempunyai
(a1 + b1)2 + ... + (an + bn)2 = A + 2B + C
A + 2 AC + C = ( A + C )2
Dengan mengunakan bagian (a) kita mempunyai (mengapa?)
[(a1 + b1)2 + ... + (an + bn)2]1/2
A+ C,
Latihan 2.2
1. (a). Bila a b dan c < d, buktikan bahwa a + c < b + d.
(b). Bila a b dan c d, buktikan bahwa a + c b + d.
2. (a). Bila 0 < a < b dan 0 < c < d, buktikan bahwa 0 < ac < bd
(b). Bila 0 < a < b dan 0 c d, buktikan bahwa 0 ac bd.
Juga tunjukkan dengan contoh bahwa ac < bd tidak selalu dipenuhi.
3. Buktikan bila a < b dan c < d, maka ad + bc < ac + bd.
4. Tentukan bilangan real a,b,c,d yang memenuhi 0 < a < b dan c < d < 0, sehingga
(i). ac < bd, atau (ii). bd < ac.
5. Bila a,b R, tunjukkan bahwa a2 + b2 = 0 jika dan hanya jika a = 0 dan b = 0.
Analisis Real I
39
Aljabar Himpunan
6. Bila 0 a < b, buktikan bahwa a2 ab < b2. Juga tunjukkan dengan contoh bahwa
hal ini tidak selalu diikuti oleh a2 < ab < b2.
7. Tunjukan bahwa bila 0 < a < b, maka a <
1
2
1
c1
1
c2
+...+
1
cn
20. Asumsikan eksistensi akar dipenuhi, tunjukkan bahwa bila c > 1, maka c1/m < c1/n
jika dan hanya jika m > n.
40
Pendahuluan
Dari sifat trikotomi 2.2.1(ii), dijamin bahwa bila a R dan a 0, maka tepat
satu dari bilangan a atau -a positif. Nilai mutlak dari a 0 didefinisikan sebagai bilangan yang positif dari keduanya. Nilai mutlak dari 0 didefinisikan 0.
a , bila a > 0
a = 0 , bila a = 0
a , bila a < 0
Sebagai contoh 3 = 3 dan 2 = 2. Dari definisi ini kita akan melihat bahwa
a 0, untuk semua a R. Juga a = a bila a 0, dan a = -a bila a < 0.
41
Aljabar Himpunan
( a + b ) a + b a + b
Dari sini, kita mempunyai a + b a + b dengan menggunakan 2.3.2(d).
Terdapat banyak variasi penggunaan Ketaksamaan Segitiga. Berikut ini dua di
antaranya.
42
Pendahuluan
2.3.6 Contoh-contoh.
(a). Tentukan himpunan A dari bilangan real x yang memenuhi 2x + 3 < 6
Dari 2.3.2(d), kita lihat bahwa x A jika dan hanya jika -6 < 2x + 3 < 6, yang
dipenuhi jika dan hanya jika -9 < 2x < 3. Dengan membagi dua, kita peroleh
A = {x R -9/2 < x < 3/2}.
(b). Tentukan himpunan B = {x R x 1 < x }.
Caranya dengan memperhatikan setiap kasus bila tanda mutlak dihilangkan.
Di sini kita perhatikan kasus-kasus (i). x 1, (ii). 0 x < 1, (iii). x < 0. (Mengapa kita
hanya memperhatikan ketiga kasus di atas?). Pada kasus (i) ketaksamaan kita menjadi x - 1 < x, yang dipenuhi oleh semua bilangan real x. Akibatnya semua x 1 termuat di B. Pada kasus (ii), ketaksamaan kita menjadi -(x - 1) < x, yang menghasilkan
pembahasan lebih lanjut, yaitu x > 1/2. Jadi, kasus (ii) menyajikan semua x dengan
1/2 < x < 1 termuat di B. Pada kasus (iii), ketaksamaan menjadi -(x - 1) < -x, yang
ekivalen dengan 1 < 0. Karena 1 < 0 selalu salah, maka tiodak ada x yang memenuhi
ketaksaman kita pada kasus (iii). Dengan mengkombinasikan ketiga kasus ini
diperoleh bahwa
B = {x R x > 1/2}.
(c). Misalkan f fungsi yang didefinisikan dengan f (x) =
2x 2 3x + 1
2x 1
untuk 2 x
Analisis Real I
2x 2 3x + 1
2x 1
43
Aljabar Himpunan
Dari
ketaksamaan
segitiga,
kita
peroleh
2x 2 3x + 1
2 x + 3x +1
2
28
. Dari
3
sini kita dapat menetapkan M = 28/3. (Catatan bahwa kita meneukan sebuah konstanta yang demikian, M; sebenarnya semua bilangan M 28/3 juga memenuhi
f (x) M . Juga dimungkinkan bahwa 28/3 bukan pilihan terkecil untuk M).
ab .
Kita akan memerlukan bahasa yang tepat untuk membahas gagasan suatu bilangan real dekat ke yang lain. Bila diberikan bilangan real a, maka bilangan real x
dikatakan dekat dengan a seharusnya diartikan bahwa jarak antara keduanya x a
kecil. Untuk membahas gagasan ini, kita akan menggunakan kata lingkungan, yang
sebentar lagi akan kita definisikan.
2.3.7 Definisi. Misalkan a R dan > 0. Maka lingkungan- dari a adalah himpunan
V(a) = {x R x a < }.
Untuk a R, pernyataan x termuat di V(a) ekivalen dengan pernyataan
- < x - a < a - < x < a +
2.3.8 Teorema. Misalkan a R. Bila x termuat dalam lingkungan V(a) untuk setiap
> 0, maka x = a.
Bukti :
Analisis Real I
44
Pendahuluan
Bila x memenuhi x a < untuk setiap > 0, maka dari 2.2.9 diperoleh bahwa
x a = 0, dan dari sini x = a.
2.3.9. Contoh-contoh.
(a). Misalkan U = {x 0 < x < 1}. Bila a U, misalkan bilangan terkecil dari a atau
1 - a. Maka V(a) termuat di U. Jadi setiap unsur di U mempunyai lingkungan- yang
termuat di U.
(b). Bila I = {x : 0 x 1}, maka untuk sebarang > 0, lingkungan- V(0) memuat
titik di luar I, sehingga V(0) tidak termuat dalam I. Sebagai contoh, bilangan x = -/2
unsur di V(0) tetapi bukan unsur di I.
(c). Bila x a < dan y b < , maka Ketaksamaan Segitiga mengakibatkan
bahwa
( x + y) ( a + b)
= ( x a ) + ( y b)
= x a + y b < 2 .
Jadi bila x,y secara berturut-turut termuat di lingkungan - dari a,b maka x + y termuat di lingkungan -2 dari (a + b) (tetapi tidak perlu lingkungan - dari (a + b)).
Latihan 2.3.
1. Misalkan a R. tunjukkan bahwa
(a). a =
a2
(b). a 2 = a 2
(b). x 2 1 3 ;
(c). x 1 > x + 1 ;
(d). x + x + 1 < 2 .
45
Aljabar Himpunan
7. Bila a < x < b dan a < y < b, tunjukkan bahwa x y < b a . Interpretasikan secara geometris.
8. Tentukan dan sketsa himpunan pasangan berurut (a,b) di RR yang memenuhi
(a x = y ;
(b). x + y = 1 ;
(c xy = 2 ;
(d). x y = 2 .
(b). x + y 1 ;
(c). xy 2 ;
(d). x y 2 .
10. Misalkan > 0 dan > 0, a R. Tunjukkan bahwa V(a) V(a) dan V(a)
V(a) adalah lingkungan- dari a untuk suatu .
11. Tunjukkan bahwa bila a,b R, dan a b, maka terdapat lingkungan- U dari a
dan lingkungan- V dari b, sehingga UV = .
menunjukan perlunya sifat tambahan untuk bilangan real. Sifat tambahan ini, yaitu
sifat kelengkapan, sangat esensial untuk R.
Ada beberapa versi sifat kelengkapan. Di sini kita pilih metode yang paling
efisien dengan mengasumsikan bahwa himpunan tak kosong di R mempunyai supremum.
46
Pendahuluan
v dengan v > u juga merupakan batas atas dari S. (Observasi yang serupa juga berlaku
untuk batas bawah).
Kita juga catat bahwa suatu himpunan mungkin mempunyai batas bawah
tetapi tidak mempunyai batas atas (dan sebaliknya). Sebagai contoh, perhatikan himpunan S1 = {x R : x 0} dan S2 = {x R : x < 0}
Catatan : Bila kita menerapkan definisi di atas untuk himpunan kosong , kita dipaksa kepada kesimpulan bahwa setiap bilangan real merupakan batas atas dari . Karena agar u R bukan batas atas
dari S, unsur s S harus ada, sehingga u < s. Bila S = , maka tidak ada unsur di S. Dari sini setiap
bilangan real merupakan batas atas dari himpunan kosong. Secara sama, setiap bilangan real merupakan batas bawah dari himpunan kosong. Hal ini mungkin artifisial, tetapi merupakan konsekuensi
logis dari definisi.
atas bila S mempunyai batas atas. Secara sama, bila himpunan P di R mempunyai
batas bawah, kita katakan P terbatas di bawah. Sedangkan suatu himpunan A di R
dikatakan tidak terbatas bila A tidak mempunyai (paling tidak satu dari) batas atas
atau batas bawah. Sebagai contoh, {x R : x 2} tidak terbatas (walaupun mempunyai batas atas) karena tidak mempunyai batas bawah.
Analisis Real I
47
Aljabar Himpunan
(ii). Bila S terbatas di bawah, maka batas bawah w dikatakan infimum (atau batas
bawah terbesar) dari S bila tidak terdapat batas bawah (yang lain) dari S yang kurang
dari w.
Akan sangat berguna untuk memfarmasikan ulang definisi supremum dari
suatu himpunan.
2.4.3 Lemma. Bilangan real u merupakan supremum dari himpunan tak kosong S di
R jika dan hanya jika u memenuhi kedua kondisi berikut :
(1). s u untuk semua s S.
(2). bila v < u, maka terdapat s S sehingga v < s.
Kita tinggalkan bukti dari lemma ini sebagai latihan yang sangat penting bagi
pembaca. Pembaca seharusnya juga memfarmasikan dan membuktikan hal yang serupa untuk infimum.
Tidak sulit untuk membuktikan bahwa supremum dari himpunan S di R bersifat tunggal. Misalkan u1 dan u2 supremum dari S, maka keduanya merupakan batas
atas dari S. Andaikan u1 < u2 dengan hipotesis u2 supremum mengakibatkan bahwa u1
bukan batas atas dari S. Secara sama, pengandaian u2 < u1 dengan hipotesis u1 supremum menga-kibatkan bahwa u2 bukan batas atas dari S. Karena itu, haruslah u1 = u2.
(Pembaca seharusnya menggunakan cara serupa untuk menunjukkan infimum dari
suatu himpunan di R bersifat tunggal).
Bila supremum atau infimum dari suatu himpunan S ada, kita akan menuliskan-nya dengan
sup S
dan
inf S
Kita amati juga bahwa bila u sebarang batas atas dari S, maka sup S u.
Yaitu, bila s u untuk semua s S, maka sup S u. Hal ini mengatakan bahwa sup
S merupakan batas atas terkecil dari S.
Kriteria berikut sering berguna dalam mengenali batas atas tertentu dari suatu
himpunan merupakan supremum dari himpunan tersebut.
2.4.4 Lemma. Suatu batas atas u dari himpunan tak kosong S di R merupakan supremum dari S jika dan hanya jika untuk setiap > 0 terdapat s S sehingga u - < s.
Analisis Real I
48
Pendahuluan
Bukti :
Misalkan u batas atas dari S yang memenuhi kondisi di atas. Bila v < u dan
kita tetapkan = u - v, maka > 0, dan kondisi di atas mengakibatkan terdapat s S
sehingga v = u - < s. Karennya v bukan batas atas dari S. Karena hal ini berlaku untuk sebarang v yang kurang dari u, maka haruslah u = sup S.
Sebaliknya, misalkan u = sup S dan > 0. Karena u - < u, maka u - bukan
batas atas dari S. Karenanya terdapat unsur s di S yang lebih dari u - , yaitu u - <
s.
Penting juga untuk dicatat bahwa supremum dari suatu himpunan dapat merupakan unsur dari himpunan tersebut maupun bukan. Hal ini bergantung pada jenis
himpunannya. Kita perhatikan contoh-contoh berikut.
2.4.5 Contoh-contoh
(a). Bila himpunan tak kosong S1 mempunyai berhingga jumlah unsur, maka S1 mempunyai unsur terbesar u dan unsur terkecil w. Lebih dari itu u = sup S1 dan w = inf S1
keduanya unsur di S1. (Hal ini jelas bila S1 hanya mempunyai sebuah unsur, dan dapat
digunakan induksi matematika untuk sejumlah unsur dari S1).
(b). Himpunan S2 = {x : 0 x 1} mempunyai 1 sebagai batas atas. Kita akan buktikan 1 merupakan supremum sebagai berikut. Bila v < 1, maka terdapat unsur s di S2
sehingga v < s. (pilih unsur s). Dari sini v bukan batas atas dari S2 dan, karena v sebarang bilangan v < 1, haruslah sup S2 = 1. Secara sama, dapat ditunjukkan inf S2 = 0.
49
Aljabar Himpunan
2.4.6 Sifat Supremum dari R. Setiap himpunan bilangan real tak kosong yang mempunyai batas atas mempunyai supremum di R.
Sifat infimum yang serupa dapat diturunkan dari sifat supremum. Katakan S
sub himpunan tak kosong yang terbatas di bawah dari R. Maka himpunan S = {-s : s
S} terbatas di atas, dan sifat supremum mengakibatkan bahwa u = sup S ada. Hal
ini kemudian diikuti bahwa -u merupakan infimum dari S, yang pembaca harus buktikan.
2.4.7 Sifat Infimum dari R. Setiap himpunan bilangan real tak kosong yang mempunyai batas bawah mempunyai infimum di R.
Pembaca seharusnya menuliskan bukti lengkapnya.
Latihan 2.4
1. Misalkan S1 = {x R : x 0}. Tunjukkan secara lengkap bahwa S1 mempunyai
batas bawah, tetapi tidak mempunyai batas atas. Tunjukkan pula bahwa inf S1 = 0.
2. Misalkan S2 = {x R : x 0}. Apakah S2 mempunyai batas bawah ? Apakah S2
mempunyai batas atas ? Buktikan pernyataan yang anda berikan.
3. Misalkan S3 = {1/n n N}. Tunjukkan bahwa sup S3 = 1 dan inf S3 0. (Hal ini
akan diikuti bahwa inf S3 = 0, dengan menggunakan Sifat Arechimedes 2.5.2 atau
2.5.3 (b)).
4. Misalkan S4 = {1 - (-1)n/n : n N}.Tentukan inf S4 dan sup S4.
5. Misalkan S subhimpunan tak kosong dari R yang terbatas di bawah. Tunjukkan
bahwa inf S = -sup{-s : s S}.
6. Bila S R memuat batas atasnya, tunjukkan bahwa batas atas tersebut merupakan
supremum dari S.
7. Misalkan S R yang tak kosong. Tunjukkan bahwa u R merupakan batas atas
dari R jika dan hanya jika kondisi t R dan t > u mengakibatkan t S.
8. Misalkan S R yang tak kosong. Tunjukkan bahwa u = sup S, kaka untuk setiap
nN, u - 1/n bukan batas atas dari S, tetapi u + 1/n batas atas dari S. (Hal sebaliknya juga benar ; lihat latihan 2.5.3).
Analisis Real I
50
Pendahuluan
9. Tunjukkan bahwa bila A dan B sub himpunan yang terbatas dari R, maka AB
juga terbatas. Tunjukkan bahwa sup (AB) = sup {sup A, sup B}.
10.Misalkan S terbatas di R dan S sub himpunan tak kosong dari S. Tunjukkan bahwa
inf S inf S0 sup S0 sup S.
11.Misalkan S R dan s* = sup S termuat di S. Bila u S, tunjukkan bahwa sup
(S{u}) = sup {s*,u}.
12.Tunjukkan bahwa suatu himpunan tak kosong dan berhingga S R memuat supremumnya. (Gunakan induksi matematika dan latihan nomor 11).
2.5.1 Contoh-contoh
(a). Sangatlah penting untuk menghubungkan infimum dan supremum suatu
.,KKMNBV himpunan dengan sifat-sifat aljabar R. Di sini kita akan sajikan salah
satunya ; yaitu tentang penjumlahan, sementara yang lain diberikan sebagai latihan.
Misalkan S sub himpunan tak kosong dari R. Definisikan himpunan
a + S = {a + x : x S}.
Kita akan tunjukkan bahwa
sup (a + S) = a + sup S.
Bila kita misalkan u = sup S, maka karena x u untuk semua x S, kita mempunyai
Analisis Real I
51
Aljabar Himpunan
g(D).
(c). Perlu dicatat bahwa hipotesis f(x) g(x) untuk semua x D pada (b) tidak
menghasilkan hubungan antara sup f(D) dan inf g(D). Sebagai contoh, bila f(x) = x2
dan g(x) = x dengan D = {x R : 0 < x < 1}, maka f(x) g(x) untuk semua x D,
tetapi sup f(D) = 1 dan inf g(D) = 0, serta sup g(D) = 1. Jadi (i) dipenuhi, sedangkan
(ii) tidak.
Lebih jauh mengenai hubungan infimum dan supremum himpunan dari nilai
fungsi diberikan sebagai latihan.
Sifat Archimedes
Salah satu akibat dari sifat supremum adalah bahwa himpunan bilangan asli N
tidak terbatas di atas dalam R. Hal ini berarti bahwa bila diberikan sebarang bilangan
real x terdapat bilangan asli n (bergantung pada x) sehingga x < n. Hal ini tampaknya
mudah, tetapi sifat ini tidak dapat dibuktikan dengan menggunakan sifat aljabar dan
Analisis Real I
52
Pendahuluan
urutan yang dibahas pada bagian terdahulu. Buktinya yang akan diberikan berikut ini
menunjukkan kegunaan yang esensial dari sifat supremum R.
Bukti :
(a). Karena x = z/y > 0, maka terdapat n N sehingga z/y = x < n dan dari sini diperoleh z < ny.
(b). Tetapkan z = 1 pada (a) yang akan memberikan 1 < ny, dan akibatnya 1/n < y.
(c). Sifat Archimedes menjamin subhimpunan {m N : z < m} dari N tidak kosong.
Misalkan n unsur terkecil dari himpunan ini (lihat 1.3.1). Maka n - 1 bukan unsur
himpunan tersebut, akibatnya n - 1 z < n.
Eksistensi
Pentingnya sifat supremum terletak pada fakta yang mana sifat ini menjamin
eksistensi bilangan real di bawah hipotesis tertentu. Kita akan menggunakan ini beberapa kali. Sementara ini, kita akan mengilustrasikan kegunaannya untuk membuktikan eksistensi bilangan positif x sehingga x2 = 2. Telah ditunjukkan (lihat Teorema
Analisis Real I
53
Aljabar Himpunan
2.1.7) bahwa x yang demikian bukan bilangan rasioanl ; jadi, paling tidak kita akan
menunjukkan eksistensi sebuah bilangan irrasional.
(x + )
1 2
n
= x2 +
2x
n
1
n2
x2 +
1
n
( 2x + 1)
maka kita memperoleh (x + 1/n)2 < x2 + (2 - x2) = 2. Dari asumsi, kita mempunyai 2 x2 > 0, sehingga (2 - x2)/(2x + 1) > 0. Dari sini sifat Archimedes dapat digunakan untuk memperoleh n N sehingga
1 2 x2
<
n 2x + 1
Langkah-langkah ini dapat dibalik untuk menunjukkan bahwa dengan pemilihan n ini
kita mempunyai x +
1
n
Karenanya, haruslah x2 2.
Sekarang andaikan x2 > 2. Kita akan tunjukkan bahwa dimungkinkan untuk
menemukan m N sehingga x - 1/m juga merupakan batas atas dari S, yang mengkontradiksi fakta bahwa x = sup S. Untuk melakukannya, perhatikan bahwa
Analisis Real I
54
Pendahuluan
(x + )
1 2
m
= x2 +
2x
m
1
m2
> x 2 2x
m
(*)
rumit yang melibatkan teorema binomial dapat diformulasikan eksistensi tunggal dari
langan rasional dalam arti himpunan bilangan rasional terhitung sementara himpunan
bilangan irrasional tak terhitung. Selanjutnya kita akan tunjukkan bahwa himpunan
bilangan rasional padat di R dalam arti bahwa bilangan rasional dapat ditemukan
diantara sebarang dua bilangan real yang berbeda.
Analisis Real I
55
Aljabar Himpunan
2.5.5 Teorema Densitas. Bila x dan y bilangan real dengan x < y, maka terdapat bilangan rasional r sehingga x < r < y.
Bukti :
Tanpa mengurangi berlakunya secara umum, misalkan x > 0. (Mengapa?).
Dengan sifat Archimedes 2.5.2, terdapat n N.sehingga n > 1/(y - x). Untuk n yang
demi-kian, kita mempunyai bahwa ny - nx > 1. Dengan menggunakan Teorema Akibat 2.5.3(c) ke nx > 0, kita peroleh m N sehingga m - 1 nx < m. Bilangan m ini
juga memenuhi m < ny, sehingga r = m/n bilangan rasional yang memenuhi x < r < y.
Untuk mengakhiri pembahasan tentang hubungan bilangan rasional dan irasional, kita juga mempunyai sifat serupa untuk bilangan irasional.
2.5.6 Teorema akibat. Bila x dan y bilangan real dengan x < y, maka terdapat bilangan irasional z sehingga x < z < y.
Bukti :
Dengan menggunakan Teorema Densitas 2.5.5 pada bilangan real x
y
2 dan
Maka z = r
2 <r< y
2.
Latihan 2.5
1. Gunakan Sifat Archimedes atau Teorema Akibat 2.5.3 (b) untuk menunjukkan
bahwa inf {1/n n N} = 0.
2. Bila S = {1/n - 1/m n,m N}, tentukan inf S dan sup S.
3. Misalkan S R tak kosong. Tunjukkan bahwa bila u di R mempunyai sifat : (i).
untuk setiap n N, u - 1/n bukan batas atas dari S, dan (ii). untuk setiap n N, u +
1/n bukan batas atas dari S, maka u = sup S. (Ini merupakan kebalikan Teorema
2.4.8).
4. Misalkan S himpunan tak kosong dan terbatas di R.
Analisis Real I
56
Pendahuluan
57
Aljabar Himpunan
0 , bila x < y
h( x,y) =
1 , bila x y
10. Misalkan X,Y himpunan tak kosong dari h : XY R yang mempunyai range
terbatas di R. Misalkan f : X R dan g : Y R didefinisikan dengan
Tunjukkan bahwa
sup{g(y) y Y} inf {f(x) x X}
Kita akan menuliskannya dengan
sup inf h ( x,y ) sup inf h ( x,y )
y
12. Diberikan sebarang xR, tunjukkan bahwa terdapat nZ yang tungal sehingga n 1 x < n.
13. Bila y > 0 tunjukkan bahwa terdapat n N sehingga 1/2n < y.
14. Modifikasi argumentasi pada teorema 2.5.4 untuk menunjukkan bahwa terdapat
bilangan real positif y sehingga y2 = 3.
15. Modifikasi argumentasi pada teorema 2.5.4 untuk menunjukkan bahwa bila a > 0,
maka terdapat bilangan real positif z sehingga z2 = a.
16. Modifikasi argumentasi pada teorema 2.5.4 untuk menunjukkan bahwa terdapat
bilangan real positif u sehingga u3 = 2.
Analisis Real I
58
Pendahuluan
17. Lengkapi bukti Teorema Densitas 2.5.5 dengan menghilangkan hipotesis x > 0.
18. Bila u > 0 dan x < y, tunjukkan bahwa terdapat bilangan rasional r sehingga x < ru
< y. (Dari sini himpunan {ru r Q} padat di R).
Analisis Real I
59
Aljabar Himpunan
BAB
3
BARISAN BILANGAN REAL
3.1. Barisan dan Limit Barisan
Di sini diharapkan pembaca mengingat kembali bahwa yang dimaksud dengan
suatu barisan pada suatu himpunan S adalah suatu fungsi pada himpunan N = {1, 2, 3,
...} dengan daerah hasilnya di S. Selanjutnya dalam bab ini kita hanya memperhatikan
barisan di R.
3.1.1. Definisi. Suatu barisan bilangan real (atau suatu barisan di R) adalah suatu
fungsi pada himpunan N dengan daerah hasil yang termuat di R.
Dengan kata lain, suatu barisan di R memasangkan masing-masing bilangan
asli n = 1, 2, 3, ... secara tunggal dengan bilangan real. Bilangan real yang diperoleh
tersebut disebut elemen, atau nilai, atau suku dari barisan tersebut. Hal yang biasa
untuk menuliskan elemen dari R yang berpasangan dengan nN, dengan suatu simbol
seperti xn (atau an, atau zn). Jadi bila X : N R suatu barisan, kita akan biasa
menuliskan nilai X di n dengan Xn, dari pada X(n), kita akan menuliskan barisan ini
dengan notasi
X,
Xn ,
(Xn : n N),
Kita menggunakan kurung untuk menyatakan bahwa urutan yang diwarisi dari N
adalah hal yang penting. Jadi, kita membedakan penulisan X = (Xn : nN), yang
suku-sukunya mempunyai urutan dan himpunan nilai-nilai dari barisan tersebut { Xn :
nN} yang urutannya tidak diperhatikan. Sebagai contoh, barisan X = ((-1)n : nN)
yang berganti-ganti -1 dan 1, sedangkan himpunan nilai barisan tersebut { (-1)n: nN }
sama dengan {-1, 1}.
Analisis Real I
60
Pendahuluan
1
1
1
2
1
3
1
4
, ...)
1
1
1
2
1
3
1
4
, ...)
untuk barisan kebalikan dari kuadrat bilangan asli. Metode yang lebih memuaskan
adalah degan menuliskan formula untuk suku umum dari barisan tersebut, seperti
X = (2n : nN),
Y = ( m1 : mN),
Z=(
1
: sN)
s2
Dalam prakteknya, sering lebih mudah dengan menentukan nilai x1 dan suatu
formula untuk mendapatkan xn + 1 (n 1) bila xn diketahui dan formula xn+1 (n 1)
dari x1, x2, ... xn. Metode ini kita katakan sebagai pendefinisian barisan secara induktif
atau rekursif. Dengan cara ini, barisan bilangan bulat positif X di atas dapat kita definisikan dengan
x1 = 2
xn+1 = xn + 2 (n 1);
xn+1 = x1 + xn (n 1).
Catatan : Barisan yang diberikan dengan proses induktif sering muncul di ilmu komputer, Khususnya, barisan yang didefinisikan dengan suatu proses induktif dalam bentuk x1 = diberikan, xn+1 = f(xn)
untuk nN dapat dipertanggungjawabkan untuk dipelajari dengan menggunakan komputer. Barisan
yang didefinisikan dengan proses : y1 = diberikan, yn = .gn(y1,y2, ... ,yn) untuk nN juga dapat dikerjakan (secara sama). Tetapi, perhitungan dari suku-suku barisan demikian menjadi susah untuk n yang
besar, karena kita harus menyimpan masing-masing nilai y1, ..., yn dalam urutan untuk menghitung yn+1.
3.1.2. Contoh-contoh.
Analisis Real I
61
Aljabar Himpunan
(a). Bila b R, barisan B = (b, b, b, ...), yang sukunya tetap b, disebut barisan kon-
stan b. Jadi barisan konstan 1 adalah (1, 1, 1, ...) semua yang sukunya 1, dan barisan konstan 0 adalah baisan (0, 0, 0, ...).
(b). Barisan kuadrat bilangan asli adalah barisan S = (12, 22, 32, ...) = (n2 : nN), yang
tentu saja sama dengan barisan (1, 4, 9, ..., n2, ...).
(c). Bila aR, maka barisan A = (an : nN) adalah barisan (a1, a2, a3, ..., an, ...).
Khususnya bila a =
1
, maka kita peroleh barisan
2
n : n N
2
f1 = 1,
f2 = 1,
(n 2)
f2+1 = fn-1 + fn
Maka sepuluh suku pertama barisan Fibonacci dapat dilihat sebagai F = (1, 1, 2, 3,
5, 8, 13, 21, 34, 55, ...)
Sekarang akan kita kenalkan cara-cara penting dalam mengkonstruksi barisan
baru dari barisan-barisan yang diberikan.
3.1.3. Definisi. Bila X = (xn) dan Y = (yn) barisan bilangan real, kita definisikan jumlah X + Y = (xn + yn : nN), selisih X - Y = (xn - yn : nN), dan hasil kali XY = (xnyn
: nN). Bila c R, kita definisikan hasil kali X dengan c yaitu cX = (cxn : nN).
Akhirnya, bila Z = (zn) suatu barisan dengan zn 0 untuk semua nN, maka hasil
bagi X oleh Z adalah X/Z = (xn/ zn : nN).
Sebagai contoh, bila X dan Y berturut-turut adalah barisan-barisan
X = (2, 4, 6, ..., 2n, ...),
Y=
1
1
1
2
1
3
, ...,
1
n
, ...) ,
(,
X-Y= ( ,
X+Y=
3
1
1
1
9
2
7
2
19
3
17
3
, ...,
, ...,
)
, ...),
2n 2 + 1
n
2n 2 1
n
, ...
Pendahuluan
X
= 2, 8, 18, ...,2n2, ...).
Y
Kita catat bahwa bila z menyatakan barisan
Z = (0, 2, 0, ..., 1 + (-1)n, ...),
maka kita dapat mendefinisikan X + Z, X-Z, dan X.Z; tetapi tidak dengan X/Z, karena
Z mempunyai suku 0.
3.1.4. Definisi. Misalkan X = (xn) barisan bilangan real. Suatu bilangan real x dikatakan limit dari (xn), bila untuk setiap > 0 terdapat bilangan asli K(), sedemikian sehingga untuk semua n K(), suku-suku xn terletak dalam lingkungan-, V(x).
Bila x merupakan suatu limit dari barisan tersebut, kita katakan juga bahwa X
= (xn) konvergen ke x (atau mempunyai limit x). Bila suatu barisan mempunyai limit,
kita katakan barisan tersebut konvergen, bila tidak kita katakan divergen.
Penulisan K() digunakan untuk menunjukkan secara eksplisit bahwa pemilihan K bergantung pada ; namun demikian sering lebih mudah menuliskannya dengan
K, dari pada K(). Dalam banyak hal nilai yang kecil biasanya akan memerlukan
nilai K yang besar untuk menjamin bahwa xn terletak di dalam lingkungan V(x)
untuk semua n K = K().
Kita juga dapat mendefinisikan kekonvergenan X = (xn) ke x dengan mengatakan : untuk setiap lingkungan- V(x) dari x, semua (kecuali sejumlah hingga) sukusuku dari x terletak di dalam V(x). Sejumlah hingga suku-suku tersebut mungkin tidak terletak di dalam V(x) yaitu x1, x2, ..., xK()-1.
Bila suatu barisan x = (xn) mempunyai limit x di R, kita akan menggunakan
notasi.
lim X = x
Analisis Real I
atau
lim (xn) = x.
63
Aljabar Himpunan
3.1.5. Ketunggalan limit. Suatu barisan bilangan real hanya dapat mempunyai satu
limit.
Bukti :
Andaikan sebaliknya, yaitu x dan x keduanya limit dari X = (xn) dan xx. Kita
pilih > 0 sehingga V(x) dan V(x) saling asing (yaitu, < x - x). Sekarang
misalkan K dan K bilangan asli sehingga bila n > K maka xnV(x) dan bila n >
K maka xnV(x). Tetapi ini kontradiksi dengan pengandaian bahwa V(x) dan
V(x) saling asing. (Mengapa?). Haruslah x = x.
3.1.6. Teorema. Misalkan X = (xn) barisan bilangan real dan misalkan pula xR.
Maka pernyataan berikut ekivalen.
(a). X konvergen ke x.
(b). untuk setiap lingkungan- V(x), terdapat bilangan asli K() sehingga untuk semua n K(), suku-suku xnV(x).
(c). untuk setiap > 0, terdapat bilangan asli K() sehingga untuk semua n K(),
suku-suku xn memenuhi xn - x<.
(d). untuk setiap > 0, terdapat bilangan asli K() sehingga untuk semua n K(),
suku-suku xn memenuhi
x- < xn< + , n K()
Bukti :
Ekivalensi dari (a) dan (b) merupakan definisi. Sedangkan ekivalensi dari (b), (c), dan
(d) mengikuti implikasi berikut :
xnV(x) xn - x < . - < xn - x <
x- < xn < x +
Catatan : Definisi limit barisan bilangan real digunakan untuk membuktikan bahwa nilai x yang
telah ditetapkan merupakan limit. Hal ini tidak menentukan berapa nilai limit seharusnya. Sehingga
diperlukan latihan untuk sampai kepada dugaan (conjecture) nilai limit dengan perhitungan langsung
suku-suku barisan tersebut. Dalam hal ini komputer akan sangat membantu. Namun demikian karena
Analisis Real I
64
Pendahuluan
komputer hanya dapat menghitung sampai sejumlah hingga suku barisan, maka perhitungan demikian
bukanlah bukti.
Untuk menunjukkan bahwa suatu barisan X = (xn) tidak konvergen ke x, cukup dengan memilih o > 0 sehingga berapapun nilai K yang diambil, diperoleh suatu
nk > K sehingga x n k tidak terletak dalam V(x), (Perubahan lebih detail pada 3.4).
3.1.7. Contoh-contoh
1
(a). lim = 0 .
n
Misalkan diberikan sebarang > 0. Maka menurut sifat Archimedes terdapat KN
sehingga sehingga
1
< . Akibatnya untuk semua n K dipenuhi
K
1
1 1
- 0 = <
n
n K
1
n
1
(b). lim 2 = 0
n
Bila diberikan sebarang > 0, maka terdapat KN, sehingga
1
< . Karena itu unK
( )
1
Ini membuktikan lim 2 = 0
n
) )
xn - 0 = 2 - 0 = 2 > 1.
Analisis Real I
) tidak konvergen ke 0.
65
Aljabar Himpunan
3n + 2
(d). lim
=3
n -1
Perhatikan kesamaan berikut
5
3n + 2
3=
n 1
n 1
Bila diberikan sebarang > 0, maka terdapat KN, K>1, sehingga
< . AkiK 1 5
3n + 2
Ini membuktikan bahwa lim
= 3.
n -1
Ekor Barisan
Perlu dimengerti bahwa kekonvergenan (atau kedivergenan) suatu barisan bergantung hanya pada prilaku suku-suku terakhirnya. Artinya, bila kita hilangkan m
suku pertama suatu barisan yang menghasilkan Xm konvergen jika hanya jika barisan
asalnya juga konvergen, dalam hal ini limitnya sama.
3.1.8. Definisi. Bila X = (x1, x2, ..., xn, ...) suatu barisan bilangan real dan m selalu
bilangan asli maka ekor-m dari X adalah barisan
X = (xm+n : nN) = (xm+1,xm+2, ...).
Sebagai contoh, ekor-3 dari barisan X = (2, 4, 6, 8, 10, ..., 2n, ...) adalah barisan X3 = (8, 10, 12, ..., 2n + 6,...).
3.1.9. Teorema. Misalkan X = (xn : nN) suatu barisan bilangan real dan mN. Maka
ekor-m adalah Xm = (xm+n : nN) dari X konvergen jika dan hanya jika X konvergen,
dalam hal ini, lim Xm = lim X.
Bukti :
Dapat kita catat untuk sebarang pN, suku ke-p dari Xm merupakan suku ke-(m+p)
dari X. Secara sama bila q > m, maka suku ke-q dari X merupakan suku ke-(q-m) dari
Xm .
Analisis Real I
66
Pendahuluan
3.1.10. Teorema. Misalkan A = (an) dan X = (xn) barisan bilangan real dan xR. Bila
untuk suatu C > 0 dan suatu mN, kita mempunyai
xn -x Can untuk semua nN dengan n m, dan lim (an) = 0, maka lim (xn) = x.
Bukti :
Misalkan diberikan > 0. Karena lim (an) = 0, maka terdapat bilangan asli KA(/C),
sehingga bila n KA(/C) maka an = an - 0 < /C.
Karena itu hal ini mengakibatkan bila n KA(/C) dan n m, maka
xn -x C xn - x < C
( ) = .
3.1.11. Contoh-contoh.
1
(a). Bila a > 0, maka lim
= 0.
1 + na
Karena a > 0, maka 0 < na < 1 + na. Karenanya 0 <
1
1
<
, yang selanjutnya
na + 1 na
mengakibatkan
1
1 1
0 untuk semua nN.
a n
1 + na
Analisis Real I
67
Aljabar Himpunan
Karena lim
1
= 0 , menurut Teorema 3.1.10 dengan C =
n
1
a
dan m = 1 diperoleh
bahwa
1
lim
= 0.
1 + na
1
(b). lim n = 0
2
Karena 0 < n < 2n (buktikan !) untuk semua nN, kita mempunyai 0 <
1
1
< yang
n
2
n
mengakibatkan
1
1
0
n
2
n
Tetapi lim
1
1
= 0 , dengan menggunakan Teorema 3.1.10 diperoleh lim n = 0
2
n
1
1
, dimana a = 1 sehingga a >
b
(1 + a )
0. Dengan ketaksamaan Bernoulli 2.2.14 kita mempunyai (1 + a)n 1 + na. Dari sini
0 < bn =
1
1
1
<
,
n
1 + na na
(1 + a )
( ) = 1.
Untuk kasus C = 1 mudah, karena ( C ) merupakan barisan konstan (1, 1, 1, ...) yang
jelas konvergen ke 1.
Bila C > 1, maka
1
Cn
Analisis Real I
68
Pendahuluan
C 1
1
1
. Akibatnya C n 1 = d n ( C 1) unn
n
( ) = 1.
(1 + h n )
1
1
<
1 + nh n nh n
1
untuk semua nN.
nC
hn
1
< hn <
1 + hn
nC
1
1 1
sehingga C n 1 < untuk semua nN.
C n
( ) = 1.
Karena ( n ) > 1 untuk n > 1, maka n
(e). lim n
batnya n = (1 + kn)n untuk n > 1. Dengan teorema Binomial, bila n > 1 kita mempunyai
n = 1 + nk n + 21 n( n 1) k 2n + ... 1 + 21 n( n 1) k 2n ,
yang diikuti oleh
n 1 12 n ( n 1) k 2n .
Analisis Real I
69
Aljabar Himpunan
Dari sini k n
2
untuk n > 1. Sekarang bila > 0 diberikan, maka menurut sifat Arn
2
< 2 . Hal ini akan diikuti oleh bila n
N
2
< 2 , karena barisan itu
n
sup{2, N} maka
2
0 < n 1 = kn
n
1
< .
( ) = 1.
Latihan 3.1
1. Suku-suku ke-n dari barisan (xn) ditentukan oleh formula berikut. Tuliskan lima
suku pertama dari masing-masing barisan tersebut
(a) x n = 1 + ( 1)
(b). x n
1
n( n + 1)
(c). x n =
n
1)
(
=
(d). x n =
1
n +2
2
2. Beberapa suku pertama barisan (xn) diberikan sebagai berikut. Anggap pola da-
sarnya diberikan oleh suku-suku tersebut, tentukan formula untuk suku ke-n, xn,
, - 14 ,
, - 116 , ...
(b).
(c).
, 4 5 , ...
3. Tuliskan lima suku pertama dari barisan yang didefinisikan secara induktif berikut
(a). x1 = 1,
xn+1 = 3xn + 1;
(b). y1 = 2,
yn+1 =
(c). z1 = 1,
z2 = 2,
(d). s1 = 3,
s2 = 5,
sn+2 = sn + sn+1.
1
2
(y
+ y2 ;
n
b
4. Untuk sebarang bR, buktikan lim = 0
n
5. Gunakan definisi limit untuk membuktikan limit barisan berikut.
Analisis Real I
70
Pendahuluan
1
(a). lim 2 = 0
n + 1
2n
(b). lim
=0
n + 1
3n + 1 3
(c). lim
=
2n + 5 2
n2 1
(d). lim 2
=0
2n + 3
6. Tunjukkan bahwa
1
(a). lim
=0
n + 7
2n
(b). lim
=2
n + 2
n
(c). lim
=0
n + 1
( 1) n n
=0
(c). lim 2
n +1
(x )
n
(x )
n
= 0. Berikan contoh
( x ) = 0.
n
9. Tunjukkan bahwa bila lim (xn) = x dan x > 0, maka terdapat bilangan MN sehingga xn > 0 untuk semua n M.
1
1
10. Tunjukkan bahwa lim
=0
n n + 1
1
11. Tunjukkan lim n = 0
3
12. Misalkan bR memenuhi 0 < b < 1. Tunjukkan bahwa lim(nbn)
)=1
n2
14. Tunjukkan bahwa lim = 0
n!
2n
2n
15. Tunjukkan bahwa lim = 0. Bila n 3, maka 0 <
2
n!
n!
( 23 )
Analisis Real I
n2
71
Aljabar Himpunan
3.2.1. Definisi. Barisan bilangan real X = (xn) dikatakan terbatas bila terdapat bilangan real M > 0 sehingga xn M; untuk semua nN.
Jadi barisan X = (xn) terbatas jika dan hanya jika himpunan {xn : nN} terbatas di R,
Misalkan lim (xn) = x dan = 1. Dengan menggunakan teorema 3.1.6(c), terdapat bilangan asli K = K(1) sehingga bila n K maka x n x < 1. Dari sini, dengan menggunakan akibat 2.3.4(a) tentang ketaksamaan segitiga, bila n K, maka x n < x + 1 .
Dengan menetapkan
M = sup { x1 , x 2 , ..., x K-1 , x + 1},
maka diperoleh x n M untuk semua nM.
Dalam definisi 3.1.3 kita telah mendefinisikan jumlah, selisih, hasil kali dan
pembagian barisan bilangan real. Kita sekarang akan menunjukkan bahwa barisan
yang diperoleh dengan cara demikian dari barisan-barisan konvergen, mengakibatkan
limit barisan barunya dapat diprediksi.
3.2.3. Teorema.
(a). Misalkan X = (xn) dan Y = (yn) barisan bilangan real yang berturut-turut konvergen ke x dan y, serta cR. Maka barisan X + Y, X - Y, X . Y dan cX berturutturut konvergen ke x + y, x - y, xy dan cx.
(b). . Bila X = (xn) konvergen ke x dan Z = (zn) barisan tak nol yang konvergen ke z,
dan z 0, maka barisan X/Z konvergen ke x/z.
Bukti :
Analisis Real I
72
Pendahuluan
xn x <
. Bila K() =
( xn + yn ) ( x + y)
xn x + yn y
< 12 + 12 =
2M
2M
Sekarang tetapkan K() = sup {K1, K2}, maka untuk semua n K() diperoleh
xnyn - xy Myn - y + xn - x
<M
( 2M ) + M( 2M ) = .
Karena > 0 sebarang, hal ini membuktikan bahwa barisan XY = (xnyn) konvergen ke
xy.
Analisis Real I
73
Aljabar Himpunan
1
1
1
ke z, maka barisan konvergen ke (karena z 0). Pertama misalkan = z
2
z
zn
maka > 0. Karena lim (zn) = z, maka terdapat K1N, sehingga bila n K1 maka
z n z <. Dengan menggunakan ketaksamaan segitiga diperoleh - -zn - z
zn - z untuk n K1. Karena itu
1
2
1 1
z zn
1
=
=
z zn
zn z
zn z
zn z
2
zn
Sekarang kita berikan > 0, mak terdapat K2N sehingga bila n K2 maka
1 1
zn z
1 1
Karena > 0 sebarang, jadi lim = .
zn z
1
Dengan mendefinisikan Y barisan dalam menggunakan XY =
yn
xn
konvergen
zn
1
ke x = x , bukti (b) telah selesai.
z
z
Beberapa hasil Teorema 3.2.3 dapat diperluas, dengan induksi matematika,
untuk sejumlah hingga barisan konvergen. Sebagai contoh, bila A = (an), B = (bn), ...,
Z = (zn) barisan konvergen, maka jumlahnya A + B + ... + Z = ( an + bn + ... + zn) juga
merupakan barisan konvergen dan
(1)
][
Pendahuluan
(3)
3.2.4. Teorema. Bila X = (xn) barisan konvergen dan xn 0, untuk semua nN, maka
x = lim (xn) 0.
Bukti :
xK < x + z = x + (-x) = 0. Hal ini kontradiksi dengan hipotesis bahwa xn 0 untuk semua nN. Jadi haruslah x 0.
3.2.5 Teorema. Bila X = (xn) dan Y = (yn) barisan konvergen dan xn yn untuk semua
nN, maka lim (xn) lim (yn).
Bukti :
3.2.6. Teorema. Bila x = (xn) suatu barisan konvergen dan a xn b untuk semua
nN, maka a lim (xn) b.
Bukti :
Misalkan Y barisan konstan (b, b, b, ...). Dari Teorema 3.2.5 diperoleh lim X lim Y
= b. Secara sama dapat ditunjukkan bahwa a lim X.
Sedangkan yang berikut menyatakan bahwa bila barisan Y diapit oleh dua barisan konvergen yang limitnya sama, maka barisan y tersebut juga konvergen ke limit
dari kedua barisan yang mengapitnya.
Analisis Real I
75
Aljabar Himpunan
3.2.7. Teorema Apit. Misalkan bahwa X = (xn), Y = (yn), dan Z = (zn) barisan yang
memenuhi
xn yn zn untuk semua nN,
dan lim (xn) = lim (zn) maka (yn) konvergen dan lim (xn) = lim (yn) = lim (xn).
Bukti :
Misalkan w = lim (xn) = lim (zn). Bila > 0 diberikan, maka karena X dan Z
konvergen ke w, terdapat KN sehingga untuk semua nN dengan n K dipenuhi
x n w < dan x n w <
Dari hipotesis diperoleh bahwa xn - w yn - w zn -w, untuk semua nN, yang diikuti oleh (mengapa ?)
- < yn - w <
untuk semua n K. Karena > 0 sebarang, jadi lim (yn) = w.
Catatan : Karena sebarang ekor barisan mempunyai limit yang sama, hipotesis dari 3.2.4, 3.2.5,
3.2.6, dan 3.2.7 dapat diperlemah dengan menerapkannya pada ekor barisan. Sebagai contoh, pada
Teorema 3.2.4, bila X = (xn) pada akhirnya positif dalam arti bahwa terdapat mN sehingga xn 0
untuk semua n m, maka akan diperoleh kesimpulan yang sama yaitu n 0. Modifikasi yang sama
juga berlaku untuk Teorema yang lain, yang pembaca perlu buktikan.
(-1) n a
Tetapi bila n ganjil dan n K, hal ini memberikan -1 a < 1 , sehingga -2 < a < 0
(Mengapa?). Sedangkan bila n genap dan n K, hal ini memberikan 1 a < 1, seAnalisis Real I
76
Pendahuluan
hingga 0 < a < 2. Karena a tidak mungkin memenuhi kedua ketaksamaan tersebut,
maka pengandaian bahwa X konvergen menghasilkan hal yang kontradiksi. Haruslah
X divergen.
2n + 1
(c). lim
=2
n
1
2n + 1
Misalkan X = (2) dan Y = , maka
= X + Y,
n
n
Dengan menggunakan Teorema 3.2.3(a) diperoleh bahwa lim (X + Y) = lim X + lim
Y = 2 + 0 = 2.
2n + 1
(d). lim
= 2.
n+5
Karena barisan (2n + 1) dan (n + 5) tidak konvergen, kita tidak dapat mengguanakan
Teorema 3.2.3(b) secara langsung. Tetapi kita dapat melakukan yang berikut
2n + 1 2 + 1 n
=
,
n + 5 1 + 5n
1
5
sehingga Teorema 3.2.3(b) dapat
n
dan
Analisis Real I
77
Aljabar Himpunan
1
2
2n 0
lim = 0 dan lim 1 + 2 = 1, maka lim 2 = = 0 ,
n
n
n + 1 1
dengan menggunakan Teorema 3.2.3(b).
(f) lim
sin n
=0
n
Di sini kita tidak dapat menggunakan Teorema 3.2.3(b) secara langsung. Tetapi perlu
dicatat bahwa -1 sin n 1, maka
-
1 sinn 1
p( t )
dengan p
q( t )
dan q polinomial. Misalkan juga q(xn) 0 untuk semua nN dan q(x) = 0. Maka barisan r(xn) konvergen ke r(x). Bukti lengkapnya ditinggalkan sebagai latihan.
Kita akan mengakhiri bagian ini dengan beberapa hasil berikut.
3.2.4. Teorema. Misalkan barisan X = (xn) konvergen ke x, maka barisan ( x n ) konvergen ke x , yaitu bila x = lim (xn), maka x = lim( x n ).
Bukti :
Analisis Real I
78
Pendahuluan
(x )
n
x.
Bukti :
( x ) 0.
n
xn x =
Karena
x n untuk n K.
xn x
)(
xn + x
xn + x
)=
xn x
xn + x
x n + x x > 0 , maka
1
xn x
x x.
x n
Kekonvergenan dari
Untuk jenis-jenis barisan tertentu, yang berikut menyajikan uji rasio yang mudah
dan cepat untuk kekonvergenan.
x
3.2.11. Teorema. Misalkan (xn) barisan bilangan real positif sehingga L = lim n +1
xn
ada. Bila L < 1, maka (xn) konvergen dan lim (xn) = 0.
Bukti :
Menurut 3.2.4 diperoleh bahwa L 0. Misalkan r bilangan dengan L < r < 1, dan = r
- L > 0. Maka terdapat nK. dipenuhi
Analisis Real I
79
Aljabar Himpunan
x n +1
L < .
xn
Akibatnya (mengapa ?) untuk bila n K, maka
x n +1
< L + = L + ( r L) = r .
xn
Karena itu, bila n K diperoleh
0 < xn+1 < xnr < xn-1r2 < ... < xKrn-K+1
Bila kita tetapkan C = xK/rK, kita peroleh 0 < xn+1 < Crn+1 untuk semua n K. Karena
0 < r <1, menurut 3.1.11(c) diperoleh lim (rn) = 0 dan karenanya menurut Teorema
3.1.10 lim (xn) = 0.
Latihan 3.2
1. Untuk xn yang diberikan berikut, tunjukkan kekonvergenan atau kedivergenan dari
X = (xn)
n
(a). x n =
,
n +1
(-1) n n
(b). x n =
,
n +1
n2
(c). x n =
,
n +1
2n 2 + 3
(d). x n = 2
n +1
1
(a). lim 2 +
n
Analisis Real I
( 1) n
(b). lim
n+2
80
Pendahuluan
n 1
(d). lim
n + 1
n + 1
(d). lim
n n
8. Misalkan y n =
ny n kon-
vergen.
9. Misalkan zn = a n + b n
10. Gunakan Teorema 3.2.11 pada barisan-barisan berikut, bila a, b memenuhi 0 < a
< 1 dan b > 1.
(a). (a )
b2
(b). n
2
n
(c). n
b
3n
(d). 2
32n
11. (a). Berikan contoh barisan bilangan positif (xn) yang konvergen sehingga
x
lim n +1 = 1
xn
(b). Berikan pula contoh barisan divergen dengan sifat tersebut. (Jadi, sifat ini tidak
dapat digunakan untuk uji konvergensi).
x
12. Misalkan X = (xn) barisan bilangan positif sehingga lim n +1 = L > 1 . Tunjuk xn
kan bahwa X barisan tak terbatas, karenanya X tidak konvergen.
13. Selidiki konvergensi barisan-barisan berikut, bila a, b memenuhi 0 < a < 1 dan
b>1
(a). (n2an),
bn
(b). 2
n
bn
(c).
n!
n!
(d). n
n
Analisis Real I
81
Aljabar Himpunan
( ) = L < 1. Tunjukkan
bahwa terdapat bilangan dengan 0 < r < 1 sehingga 0 < xn < rn untuk suatu nN
yang cukup besar. Gunakan ini untuk menunjukkan lim (xn) = 0.
15. (a) Berikan contoh barisan bilangan positif (xn) yang konvergen sehingga lim
(x ) = 1.
1
( )=
(b). Berikan contoh barisan bilangan positif (xn) yang divergen sehingga lim x n
Analisis Real I
82
Pendahuluan
Terdapat banyak contoh, yang mana tidak ada calon limit yang mudah dari
suatu barisan, bahkan walaupun dengan analisis dasar diduga barisannya konvergen.
Dalam bagian ini dan dua bagian berikutnya, kita akan membahas hasil-hasil yang
lebih mendalam dibanding bagian terdahulu yang mana dapat digunakan untuk memperkenalkan konvergensi suatu barisan bila tidak ada kandidat limit yang mudah.
3.3.1 Definisi. Misalkan X = (xn) barisan bilangan real, kita katakan X tak turun bila
memenuhi ketaksamaan :
x1 x2 .... xn xn + 1 .....
Kita katakan X tak naik bila memenuhi ketaksamaan
x1 x2 .... xn xn+1 ......
Kita katakan X monoton bila X tak naik, atau tak turun.
Berikut ini barisan-barisan tak turun
(1,2,3,4,.....,n,.....);
(1,2,2,3,3,3, .......);
(1,1/2,1/23,.......,1/2n-1,......),
(-2,0,1,1/2,1/3,1/4,.....).
83
Aljabar Himpunan
1
n
nN}, dan tidak sukar untuk menunjukkan bahwa infimumnya 0; dari sini
1
0 = lim
.
n
Analisis Real I
84
Pendahuluan
1
Di lain pihak, kita ketahui bahwa X =
.terbatas dan tak naik, yang men n
1
gakibatkan X konvergen ke bilangan real x. Karena X =
.konvergen ke x,
n
menurut Teorema 3.2.3, X . X = (1/n) konvergen x2. Karena itu x2 = 0, akibatnya x =
0.
(b). Misalkan x n = 1 +
Karena x n + 1 = x n +
1 1
1
+ +...+ untuk nN.
2 3
n
1
> x n , kita melihat bahwa (xn) suatu barisan naik. Dengan
n +1
1 1 1
1
1
+ + +...+ n 1
+....+ n
2 +1
2 3 4
2
> 1+
1 1
+ +
2 4
1
1
1
+...+ n +...+ n
2
4
2
= 1+
1 1
1
n
+ + ...+ = 1 +
2 2
2
2
Dari sini barisan (xn) tak terbatas, oleh karena itu divergen (teorema 3.2.2).
(c) Misalkan Y = (yn) didefenisikan secara induktif oleh Y1 = 1, Yn+1 =
untuk n 1. Kita akan menunjukkan bahwa lim Y =
Analisis Real I
3
2
1
4
( 2y n + 3)
85
Aljabar Himpunan
5
4
< y2 < 2. Dengan induksi, kita akan tunjukkan bahwa yn < 2 untuk semua nN. Ini
benar untuk n = 1,2. Jika yk < 2 berlaku untk suatu kN, maka
yk+1 =
1
4
( 2y k + 3) < 14 ( 4 + 3) = 1 + 43 < 2
Dengan demikian yk+1 < 2. Oleh karena itu yn < 2 untuk semua nN.
Sekarang, dengan induksi, kita akan tunjukkan bahwa yn < yn+1 untuk semua
nN. Kemudian pernyataan ini tidak dibuktikan untuk n = 1. Anggaplah bahwa yk <
yk+1 untuk suatu kN;
yk+1 =
1
4
( 2y k + 3) < 14 ( 2y k +1 + 3) < y k + 2
Jadi yk < yk+1 mengakibatkan yk+1 < yk+2. Oleh karena itu yn < yn+1 untuk semua nN.
Kita telah menunjukkan bahwa Y = (yn) adalah barisan naik dan terbatas di
atas oleh 2. Menurut Teorema konvergensi Menoton, Y konvergen ke suatu limit
yakni pada kurang dari atau sama dengan 2. Dalam hal ini, tidak mudah untuk
mengevaluasi lim(yn) dengan menghitung sup{yn : nN}. Tetapi terdapat cara lain
untuk mengevaluasi limitnya. Karena yn+1 = 41 ( 2y n + 3) untuk semua nN, maka suku
ke n dari 1-ekor Y1 dan suku ke n dari Y mempunyai relasi aljabar sederhana. Dengan
Teorema 3.1.9, kita mempunyai y = lim Y1 = lim Y yang diikuti dengan Teorema
3.2.3 diperoleh y =
1
4
( 2y + 3)
3
2
1<
2zK +1 <
4 = 2.
[Pada langkah terakhir kita menggunakan contoh 2.2.14 (a)]. Dari sini ketaksamaan 1
zK < zK+1 < 2 mengakibatkan 1 zK+1 < zK+2 < 2. Karena itu 1 zn < zn+1 < 2 untuk
semua nN.
Analisis Real I
86
Pendahuluan
2. Jadi z = 2
a.
a
Misalkan s1 > 0 sebarang dan didefinisikan sn+1 = 21 sn + untuk semua
sn
tung akar kuadrat yang sudah dikenal di Mesopotamia sebelum 1500 B.C.).
Pertama kita tunjukkan bahwa s2n +1 a untuk semua n 2. Karena sn2 - 2sn+1
sn + a = 0, persamaan ini mempunyai akar real. Dari sini diskriminannya 4s2n +1 4 a
harus tak negatif, yaitu s2n +1 a untuk n 1.
Untuk melihat (sn) Pada akhirnya tak naik, kita catat bahwa untuk n 2 kita
mempunyai
sn sn + 1 = s n
1
s
2 n
a
+ =
sn
(s ) 0
2
1
2
sn
Dari sini, sn+1 sn untuk semua n 2. Menurut Teorema konvergensi monoton lim(sn)
= s ada. Lebih dari itu, dari Teorema 3.2.3, s harus memenuhi
a
s = 21 s + ,
yang mengakibatkan s =
Analisis Real I
a
atau s2 = a. Jadi s =
s
a.
87
Aljabar Himpunan
a sn untuk semua n
a dengan dera-
Bilangan Euler
3.3.5 Contoh.
Misal en = (1 + 1/n)n untuk nN. Kita akan tunjukkan bahwa = (en) terbatas
atau tak turun, karenanya konvergen yang sangat terkenal itu, yang nilainya
didekati dengan e 2,718281828459045... dan kemudian digunakan sebagai bilangan
dasar logaritma natural.
Bilamana kita menggunakan teorema Binomial, kita mempunyai
en = (1 +
1 n
n
=1+
n
1
1n +
n ( n -1)
2!
n12 +
n ( n -1)( n -2 )
3!
n13 + ... +
n ( n -1)K21
n!
n1n
1
2!
1
3!
1
n
2
n
1
n!
1
n
2
n
n -1
n
1
n!
1
2!
(1 ) + (1 )(1 ) + ...
1
n +1
1
3!
1
n +1
2
n +1
n-1
(1 n1+1)(1 n+12 )K(1 n+1
) + ( n +11)! (1 n1+1)(1 n2+1 )...(1 n+1n )
Perhatikan bahwa ekspresi untuk en menurut n + 1 suku, sedangkan untuk en+1 menurut n+2 suku. Selain itu, masing-masing suku dalam en adalah lebih kecil atau sama
dengan suku yang bersesuaian dalam en+1 dan en+1 mengandung lebih satu suku positif. Oleh karena itu, kita mempunyai 2 e1 e2 < ... < en < en+1 < ..., dengan demikian
suku-suku dari E naik.
Untuk menunjukkan bahwa suku-suku dari E terbatas di atas, kita perhatikan
p
bahwa jika p = 1 , 2 , ... , n, maka 1 < 1 . Selain itu 2p-1 p! [lihat 1.3.3 (d)]
n
dengan demikian
1
1
p 1 Oleh karena itu, jika n > 1, maka kita mempunyai
p! 2
2 < en < 1 + 1 +
Analisis Real I
1 1
1
+ 2 +...+ n 1
2 2
2
88
Pendahuluan
Latihan 3.3.
1. Misalkan x1 > 1 dan x n + 1 = 2
1
untuk n 2. Tunjukkan bahwa (xn) terbatas
xn
kan limitnya.
3. Misalkan a > 0 dan z1 > 0, Definisikan zn+1 = (a + zn)1/2 untuk nN. Tunjukkan
bahwa (zn) konvergen dan tentukan limitnya.
4. Misalkan x1 = a > 0 dan xn+1 = xn + 1/xn. Tentukan apakah (xn) konvergen atau
divergen.
5. Misalkan (xn) barisan terbatas dan, untuk masing-masing nN, sn = sup{xk : k
n} dan tn = inf{xk : k n}. Buktikan bahwa (sn) dan (tn) konvergen,. Juga buktikan
bahwa bila lim (sn) = lim (tn), maka (xn) konvergen. [ lim (sn) disebut limit supe-
rior dari (xn), dan lim (tn) disebut limit inferior dari (xn) ]
6. Misalkan (an) barisan tak turun, (bn) barisan tak naik dan misalkan an bn untuk
semua nN. Tunjukkan bahwa lim (an) lim (bn), dan dari sini buktikan Teorema
Interval Bersarang 2.1.b dari Teorema Konvergensi Monoton 3.3.2.
Analisis Real I
89
Aljabar Himpunan
7. Misalkan A subhimpunan tak hingga dari R dan terbatas di atas dengan u = sup A.
Tunjukkan bahwa terdapat suatu barisan tak turun (xn) dengan xn A untuk semua nN sehingga u = lim (xn).
8. Tentukan apakah barisan (yn) konvergen atau divergen, bila yn =
1
n +1
1
n+ 2
+ ...+ 2n1
untuk nN.
9. Misalkan xn =
1
1
1
+ 2 + L + 2 untuk nN. Buktikan bahwa (xn) tak turun dan
2
1 2
n
1
1
1
1
=
]
2
k( k - 1) k - 1 k
k
(a). 1 +
(c). (1 +
1 n +1
) );
1 n
n +1
(b). 1 +
(d). 1
1 2n
1 n
4 desimal.
12. Gunakan metode pada contoh 3.3.4 untuk menghitung
5 desimal.
13. Hitung en pada contoh 3.3.5 untuk n = 2, 4, 8, 16.
14. Gunakan kalkulator untuk menghitung en untuk n = 50 dan n = 100.
15. Gunakan Komputer untuk menghitung en untuk n = 1000.
3.4.1. Definisi. Misalkan X = (xn) barisan dan r1 < r2 < ... < rn < ..., barisan bilangan
asli yang naik. Maka barisan X dalam R yang diberikan oleh
Analisis Real I
90
Pendahuluan
(x
r1
,x r2 ,x r3 ,L ,x rn ,L
,L ,
, , ,L ,
3 4 5
n+2
1
1
1 1 1
1 1 1
,L , , , ,L ,
,L .
, , ,L ,
1 3 5
2n -1 2 ! 4! 6!
( 2n)!
1
Sedangkan yang berikut bukan subbarisan dari X = :
n
1 1 1 1 1 1 1 1 1
Tentu saja, sebarang ekor barisan merupakan subbarisan, ekor-m bersesuaian dengan
barisan yang ditentukan dengan
r1 = m + 1, r2 = m + 2, ..., rn = m + n1...
Tetapi, tidak setiap subbarisan merupakan ekor barisan.
Subbarisan dari barisan konvergen juga konvergen ke limit yang sama, seperti
yang akan kita tunjukkan berikut.
3.4.2. Teorema. Jika suatu barisan bilangan real X = (xn) konvergen ke x, maka sebarang subbarisan dari X juga konvergen ke x.
Bukti :
Misalkan > 0 diberikan dan pilih bilangan asli () sedemikian sehingga jika n
(), maka x n x < . Karena r1 < r2 <...< rn < ... adalah barisan bilangan real naik
maka dapat dibuktikan (dengan induksi) bahwa rn n .Dari sini, bila n () kita
juga mempunyai rn n () dengan demikian x rn x < . Oleh karena itu su-
( )
Analisis Real I
91
Aljabar Himpunan
Kita telah melihat, pada Contoh 3.1.11 (c), bahwa bila 0 < b < 1 dan bila xn =
bn, maka dari Ketaksamaan Bernoulli diperoleh bahwa lim(xn) = 0. Cara lain, kita
melihat bahwa karena 0 < b < 1, maka xn+1 = bn+1 < bn = xn dengan demikian (xn)
adalah barisan turun. Jelas juga bahwa 0 xn 1, sehingga menurut Teorema Konvergensi Monoton 3.3.2 barisan tersebut konvergen. Misalkan x = lim (xn). Karena
(x2n) subbarisan dari (xn) menururt Teorema 3.4.2 maka x = lim (x2n). Di lain pihak,
karena x2n = b2n = (bn)2 = (xn)2, menurut Teorema 3.2.3 diperoleh
x = lim (x2n) = [lim (xn)]2 = x2
Oleh karena itu kita mesti mempunyai x = 0 atau x = 1. Karena (xn) barisan turun dan
terbatas di atas oleh 1, maka haruslah x = 0.
( ) = 1 untuk c > 1.
(b). lim c
Limit ini telah diperoleh dalam contoh 3.1.11 (d) untuk c > 0, dengan
pemikiran argumen yang banyak diakal-akali. Di sini kita melihat pendekatan lain
untuk kasus c > 1. Perhatikan bahwa jika zn = c1/n, maka zn > 1 dan zn+1 < zn untuk
semua nN. Jadi dengan menggunakan Teorema Konvergensi Monoton, z = lim (Zn)
ada. Menurut teorema 3.4.2, berlaku z = lim (Z2n). Di lain pihak, karena
z2n = c
2n
( )
= c
= z n2
1
= z 2.
1
92
Pendahuluan
(ii) Terdapat 0 > 0 sehingga untuk sebarang kN, terdapat rkN sehingga rk k dan
x rk x 0
( )
(iii) Terdapat 0 > 0 dan subbarisan X = x rn dari X sehingga x rn x 0 untuk semua nN.
Bukti :
(i) (ii). Bila X = (xn) tidak konvergen ke x, maka untuk suatu 0 > 0 tidak mungkin
memperoleh bilangan () sehingga 3.1.b (c) dipenuhi. Yaitu, untuk sebarang kN
tidak benar bahwa untuk semua n k sehingga x rk x 0 .
(ii) (iii). Misalkan 0 seperti pada (ii) dan misalkan r1N sehingga r1 1 dan
( x ) (x
rn
rn)
dari X sehingga x rn x 0.
( )
memenuhi kondisi
(iii); maka X tidak mungkin konvergen ke x. Karena andaikan demikian, maka menurut Teorema 3.4.2 subbarisan X juga akan konvergen ke x. Tetapi ini tidak mungkin
suku dari x termuat dilingkungan x0 dari x.
( (1) ) divergen .
Bila barisan X = (( 1) ) konvergen ke x, maka (menururt Teorema 3.4.2) setiap sub(a). Barisan
1
bila n genap]. Secara mudah dapat dilihat bahwa barisan ini tidak
n
93
Aljabar Himpunan
terbatas; dari sini, menurut Teorema 3.2.2, barisan ini tidak mungkin konvergen. Secara alternatif, walaupun sub-barisan
( 12 , 1 4 , 1 6 ,...)
han barisan Y tidak konvergen ke 0. Yaitu, terdapat subbarisan (3,5,7,...) dari Y yang
berada di luar lingkungan -1 dari 0; karena itu Y tidak konvergen ke 0.
Untuk tujuan ini kita akan menyatakan suku ke-m xm merupakan puncak bila
xm xn untuk semua n m. Selanjutnya kita akan mempertimbangkan dua kasus.
Kasus 1. X mempunyai sejumlah tak hingga puncak. Dalam kasus ini, kita mengururt
( )
Kasus 2. X mempunyai sejumlah hingga (mungkin nol) puncak. Misalkan puncakpuncak ini x m1 ,x m2 ,...,x m r ,... . Misalkan s1 = mr + 1 (indeks pertama setelah puncak
terakhir) Karena x s1 bukan puncak, maka terdapat s2 > s1 sehingga
x s2 > x s1 .
Karena x s2 bukan puncak, maka terdapat s3 > s2, sehingga x s3 > x s2 . Bila kita
( )
meneruskan proses ini, kita peroleh subbarisan tak turun (bukan naik) x sn dari X.
Analisis Real I
94
Pendahuluan
( )
mempu-nyai subbarisan X = x sn
( )
((1) )
n
mempunyai subbarisan yang konvergen ke -1, dan subbarisan yang lain konvergen ke
+1. Barisan ini juga mempunyai sub-barisan yang tidak konvergen.
Misalkan X subbarisan dari barisan X. Maka X sendiri juga merupakan barisan, yang juga dapat mempunyai sub-barisan, katakan X. Di sini dapat kita catat bahawa X juga merupakan subbarisan dari X.
3.4.8. Teorema. Misalkan X barisan terbatas dan xR yang mempunyai sifat bahwa
setiap sub-barisan konvergen dari X limitnya adalah x. Maka barisan X konvergen ke
x.
Bukti
( )
Karena X subbarisan dari X, maka X juga terbatas oleh M. Dari sini, menurut Teorema Bolzano-Weierstrass bahwa X mempunyai subbarisan X yang konvergen.
Tetapi X juga merupakan subbarisan dari X, karenanya harus konvergen ke x, menurut hipotesis. Akibatnya pada akhirnya X terletak di dalam lingkungan-0 dari x.
Karena setiap suku dari X juga merupakan suku dari X, hal ini membawa kita ke
suatu yang kontradiksi dengan (#)
Latihan 3.4
1. Berikan contoh barisan tak terbatas yang mempunyai subbarisan konvergen.
Analisis Real I
95
Aljabar Himpunan
2. Gunakan metode pada contoh 3.4.3 (b) untuk menunjukkan bahwa 0 < c < 1,
( ) = 1.
maka lim c
3. Misalkan X = (xn) dan Y = (yn) dan barisan Z = (zn) didefenisikan dengan z1 = x1,
z2 = y1, ... z2n-1 = xn, z2n = yn,.... Tunjukkan bahwa Z konvergen jika dan hanya jika
X dan Y konvergen dan lim X = lim Y.
4. Misalkan x n = n
untuk nN.
(a). Tunjukkan bahwa xn+1 < xn ekivalen dengan (1 + 1 n) < n, dan diduga bahwa
n
ketaksamaan ini benar untuk n 3. [ lihat contoh 3.3.5 ]Buktikan bahwa (xn)
pada akhirnya tak naik dan = lim (xn) ada.
(b) Gunakan fakta subbarisan (x2n) juga konvergen ke x untuk menunjukkan
bahwa x =
x . Simpulkan x = 1
5. Misalkan setiap sub-barisan dari X = (xn) mempunyai subbarisan lagi yang konvergen ke 0. Tunjukkan bahwa lim X = 0.
6. Perkenalkan konvergensi dan tentukan limit barisan berikut :
(a). (1 + 1 2n)
(c). (1 +
1
n
n2
(
)
(d). ((1 + ) )
(b). (1 + 1 2n)
((1) x )
n
ada. Tunjukkan
( )
9. Tunjukkan bahwa bila (xn) tak terbatas, maka terdapat subbarisan x n k sehingga
1
=0
lim
xnk
Analisis Real I
96
Pendahuluan
10. Bila xn =
( 1) n
n
Teorema Bolzano-Weierstrass.
11. Misalkan (xn) barisan terbatas dan s = sup{ xn : nN }. Tunjukkan bahwa bila s
{xn : nN}, maka terdapat subbarisan dari (xn) yang konvergen ke s.
12. Berikan contoh bahwa Teorema 3.4.8 gagal bila hipotesis X barisan terbatas dihilangkan.
3.5.1 Definis.i Barisan X = (xn) dikatakan barisan Cauchy bila untuk setiap > 0
terdapat H()N sehingga bila m,n H(), maka xm dan xn memenuhi x n x m < .
Pembaca sebaiknya membandingkan definisi ini dekat dengan Teorema 3.1.6
(c) yang menyinggung konvergensi barisan x. Akan kita lihat bahwa barisan Cauchy
ekivalen dengan barisan konvergen. Untuk membuktikannya kita akan tunjukkan terlebih dahulu bahwa barisan konvergen merupakan barisan Cauchy.
Misalkan x = lim X, maka menurut Teorema 3.1.6(c) untuk sebarang > 0, terdapat ( 2 )N sehingga x n x <
maka
xn xm = ( xn xm ) + ( x xm )
xn x + xm x <
Analisis Real I
97
Aljabar Himpunan
Untuk menunjukkan bahwa barisan Cauchy konvergen kita akan menggunakan hasil berikut.
3.5.4 Kriteria Konvergensi Cauchy. Barisan bilangan real konvergen jika dan hanya
jika merupakan barisan cauchy.
Bukti :
xn xm <
(*)
Karena subbarisan X =
(x )
nk
x n x k < 2 , untuk n H( 2 )
Analisis Real I
98
Pendahuluan
x n x * = ( x n x K ) + x K x*
xn xK + xK x *
<
+ 2 =
+ <
n m n m H
1
Karena > 0 sebarang, maka barisan Cauchy; berdasar kriteria Konvergensi
n
Cauchy barisan ini konvergen.
(b). Misalkan X = (xn) didefinisikan dengan
x1 = 1, x2 = 2 dan x n =
1
2
( x n 2 + x n 1 )
untuk n > 2.
1
2 n 1
untuk nN
(Buktikan dengan induksi) Jadi, bila m > n, kita dapat menggunakan ketaksamaan
segitiga untuk memperoleh
Analisis Real I
99
Aljabar Himpunan
x n x m x n x n +1 + x n +1 x n + 2 + ...+ x m 1 x m
=
=
1
2
n 1
1
1
+ ...+ m 2
n
2
2
1
1
1
1
1 + +...+ m n 1 < n 2
n 1
2
2
2
2
Karena itu, bila diberikan > 0, dengan memilih n yang begitu besar sehingga
1
1
2
( x n 1 + x n 2 )
1
2
( x + x) , yang memang
benar, tetapi tidak informatif. Karena itu, kita harus mencoba cara yang lain.
Karena X konvergen ke x, demikian juga halnya subbarisan X dengan indeks
ganjil. Menggunakan induksi pembaca dapat menunjukkan bahwa [lihat 1.3.3 (c)]
x 2n +1 = 1 +
1 1
1
+ 3 +...+ 2n 1
2 2
2
2
1
=1 + 1 n
3
4
Dari sini diperoleh bahwa (bagaimana ?) x = lim X = lim X = 1 +
2 5
= .
3 3
n +1
y1 =
,L
Karena 2r-1 r! [lihat 1.3.3 (d)], karenanya bila m > n, maka (mengapa ?)
Analisis Real I
100
Pendahuluan
ym yn
1
1
1
+
+...+
m!
( n + 1)! ( n + 2)!
1
1
1
1
+ n +1 +...+ m 1 < n 1 .
n
2
2
2
2
Karena itu, (yn) barisan Cauchy, sehingga konvergen, katakan ke y, saat ini kita tidak
dapat menentukan nilai y secara langsung; kita mempunyai y n y
1
2
n-2
dari sini, kita dapat menghitung nilai y sampai derajat akurasi yang diinginkan dengan
menghitung yn untuk n yang cukup besar. Pembaca sebaiknya mengerjakan hal ini dan
menunjukkan bahwa y sama dengan 0.632 120 559. (Tepatnya y adalah 1- 1e )
1
1 1 1
(d) Barisan + + +...+ divergen.
1 2 3
n
Misalkan H = (hn) barisan yang didefinisikan dengan h n =
tuk
nN,
hm hn =
yang
telah
dibahas
pada
3.3.3
(b).
Bila
1 1
1
+ + L+ un1 2
n
m
>
n,
maka
1
1
+ ...+ .
n+1
m
1
m-n
n
, maka h m h n . >
= 1 .
m
n
m
Khususnya, bila m = 2n kita mempunyai h2n h n > 21 . Hal ini menunjukkan bahwa H
bukan barisan Cauchy (mengapa ?); karenanya H bukan barisan konvergen.
3.5.6. Definisi. Barisan X = (xn) dikatakan kontraktif bila terdapat konstanta C, 0 <
C < 1, sehingga x n + 2 x n +1 C x n +1 x n untuk semua nN. Bilangan C disebut
Bila kita menggunakan kondisi barisan kontraktif, kita dapat membalik langkah kerja kita untuk memperoleh :
Analisis Real I
101
Aljabar Himpunan
x n + 2 x n +1 C x n +1 x n C 2 x n x n 1
C3 x n 1 x n 2 L C n x2 x1
untuk m > n, kita mempunyai
x m x n x m x m 1 + x m 1 x m 2 + ... + x n +1 x n
(Cm-2 + Cm-3 + ... + Cn-1)x2-x1
= Cn-1(Cm-n-1 + Cm-n-2 + ... + 1)x2 - x1
=C
n-1 1
Cm-1
x 2 x1
1 C
1
Cn-1
x x1
1 C 2
Karena 0 < C < 1, maka lim(Cn) = 0 [lihat 3.1.11(c)]. Karena itu (xn) barisan Cauchy,
sehingga (xn) konvergen.
Dalam proses menghitung limit dari barisan kontraktif, sering sangat penting
untuk mengestimasi kesalahan pada tahap ke-n. Berikut ini kita memberikan dua estimasi; pertama melibatkan dua suku kata pertama dan n; yang kedua melibatkan
selisih xn-xn-1.
3.5.8. Akibat. Bila x = (xn) bariasan konstraktif dengan konstanta C, 0 < C < 1, dan x*
= lim X, maka :
C n 1
x 2 x1
1 C
C
(ii). x* x n
x n x n-1
1 C
(i). x* x n
Bukti :
Kita telah melihat pada bukti terdahulu bahwa bila m>n, maka xm xn
C n-1
x 2 x1 . Bila kita menggunakan limit pada ketaksamaan ini (terhadap m), kita
1-C
peroleh (i).
Untuk membuktikan (ii), kita gunakan lagi m > n, maka
x m x n . x m x m 1 + ... + x n +1 x n
Analisis Real I
102
Pendahuluan
x n + k x n + k 1 C k x n x n 1
karenanya
x m x n Cm n +...+ C2 + C x n x n 1
Bila kita menggunakan limit pada ketaksamaan ini (terhadap m) diperoleh (ii).
3.5.9. Contoh.
Diketahui solusi dari x3 - 7x + 2 = 0 terletak antara 0 dan 1 dan kita akan
mendekati solusi tersebut. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan prosedur iterasi berikut. Pertama kita tuliskan persamaan di atas menjadi x =
1
7
(x3 + 2) dan
gunakan ini untuk mendefinisikan barisan, kita pilih x, sebarang nilai antara 0 dan 1,
kemudian definisikan
xn+1 =
1
7
(x
3
n
+ 2 , nN
Karena 0< x1 < 1, maka 0< xn <1 untuk semua nN. (Mengapa?) lebih dari itu kita
mempunyai
(x
) (x
1
7
1
7
x 3n +1 x 3n
1
7
x 2n +1 + x n +1x n + x 2n x n +1 x n
3
7
x n +1 x n
3
n +1
+2
1
7
3
n
+2
x n + 2 x n +1 =
Karena itu, (xn) barisan kontraktif, sehingga terdapat r dengan lim (xn) = r. Bila kita
menggunakan limit pada kedua sisi (terhadap n) pada xn+1 =
1
7
(r
1
7
( x ) , diperoleh r =
3
n
..., secara berturut-turut. Sebagai contoh, bila kita memilih x1 = 0,5 kita peroleh (sampai sembilan tempat desimal) x2 = 0,303571429, x3 = 0,289710830, x4 =
0,289188016, x5 = 0,289169244, x6 = 0,289 168 571, dan seterusnya. Untuk mengesAnalisis Real I
103
Aljabar Himpunan
timasi akurasi, kita catat bahwa x 2 x1 < 0,2. Jadi, setelah langkah ke n menurut
Akibat 3.5.8(i) kita yakin bahwa x x 6
*
35
243
4
=
< 0,0051 . Sebenarnya
7 (20) 48020
pendekatannya lebih baik daripada ini. Karena x 6 x5 < 0,000005, menurut 3.5.8
(ii) maka x* x 6
3
4
tama benar.
Latihan 3.5
1. Beri contoh barisan terbatas yang bukan barisan Cauchy.
2. Tunjukkan secara langsung dari definisi bahwa yang berikut barisan Cauchy
n + 1
(a).
;
n
1
1
(b) 1 + +...+ .
2!
n!
3. Tunjukkan secara langsung dari definisi bahwa yang berikut bukan barisan
Cauchy
(a).
( (1)n ) ;
( 1) n
(b) n +
n
4. Tunjukkan secara langsung bahwa bila (xn) dan (yn) barisan Cauchy, maka (xn +
yn) dan (xn yn) juga barisan Cauchy.
5. Misalkan (xn) barisan Cauchy sehingga xn bilangan untuk semua nN. Tunjukkan
bahwa (xn) pada akhirnya konstan.
6. Tunjukkan bahwa barisan monoton tak turun yang terbatas merupakan barisan
Cauchy.
7. Bila x1 < x2 sebarang bilangan real dan x n =
1
2
( x n 2 + x n 1 )
Analisis Real I
104
Pendahuluan
3.6.2. Contoh-contoh
(a). lim (n) = + .
Kenyataannya, jika diberikan R, misal K() sebarang bilangan asli
sedemikian sehingga K() > .
(b). lim (n2) = + .
Jika K() suatu bilangan asli sedemikian sehingga K() > , dan jika n
K() maka kita mempunyai n2 n > .
(c). Jika c > 1, maka lim (cn) = +
Misalkan c = 1 + b, dimana b > , Jika diberikan R, misal K() suatu bilangan asli sedemikian sehingga K() > . Jika n K() maka menurut ketaksamab
an Bernoulli
Analisis Real I
105
Aljabar Himpunan
3.6.3. Teorema. Suatu barisan bilangan real yang monoton divergen murni jika dan
hanya jika barisan tersebut tidak terbatas.
(a). Jika (xn) suatu barisan naik tak terbatas, maka lim (xn) = +
(b). Jika (xn) suatu barisan turun tak terbatas, maka lim (xn) = -
Bukti :
(a). Anggaplah bahwa (xn) suatu barisan naik. Kita ketahui bahwa jika (xn) terbatas,
maka (xn) konvergen. Jika (xn) tak terbatas, maka untuk sebarang R terdapat
n()N sedemikian sehingga < xn(). Tetapi karena (xn), kita mempunyai < xn
untuk semua n n(). Karena sebarang, maka berarti lim (n) = + .
Bagian (b) dibuktikan dengan cara yang serupa.
Teorema perbandingan berikut senantiasa akan dipergunakan dalam
menunjukkan bahwa suatu barisan divergen murni. [Pada kenyataannya, tidak
digunakan secara implisit dalam contoh 3.6.2 (c)].
3.6.4. Teorema. Misalkan (xn) dan (yn) dua barisan bilangan real dan anggaplah
bahwa
(*)
(a) Jika lim (xn) = + , dan jika diberikan R, maka terdapat bilangan asli K()
sedemikian sehingga jika n K(), maka < xn. Mengingat (*), berarti < yn untuk
semua n K(). Karena sebarang, maka ini menyatakan bahwa lim (yn) = + .
Analisis Real I
106
Pendahuluan
Remakkan :(a). Teorema 3.6.4 pada akhirnya benar jika syarat (*) pada akhirnya benar; yaitu, jika
terdapat m sedemikian sehingga xn yn untuk semua n m.
(b). Jika syarat (*) dari teorema 3.6.4 memenuhi dan jika lim (yn) = + , tidak mesti berlaku bukan lim
(xn) = + . Serupa juga, jika (*) dipenuhi dan jika lim (xn) = - , belum tentu berlaku lim (yn) = - .
Dalam pemakaian teorema 3.6.4 untuk menunjukkan bahwa suatu barisan menuju ke + [atau ke -]
kita perlu untuk menunjukkan bahwa suku-suku dari barisan ini adalah pada akhirnya lebih besar dari
[atau lebih kecil] atau sama dengan suku-suku barisan lain yang bersesuaian dimana barisan lain kita
ketahui bahwa menuju ke + [atau ke - ].
Karena kadang-kadang sangat sulit untuk memperlihatkan ketaksamaan sebagaimana (*), maka Teorema Perbandingan Limit berikut masing-masing lebih
tepat untuk digunakan daripada Teorema 3.6.4.
3.6.5. Teorema. Misalkan (xn) dan (yn) dua barisan bilangan real positif dan anggaplah bahwa untuk suatu LR, L > 0, kita mempunyai
x
lim n = L
yn
(#)
L <
xn
<
yn
3
2
L untuk semua n K
simpulan didapat dari suatu modifikasi kecil teorema 3.6.4. Detailnya ditinggalkan
untuk dikerjakan oleh pembaca.
Pembaca dapat menunjukkan bahwa konklusi tidak perlu berlaku jika L = 0
atau L = + . Akan tetapi ada suatu hasil parsial belum dapat ditunjukkan dalam kasus-kasus ini, seperti telah diperlihatkan dalam latihan.
Latihan 3.6.
1. Tunjukkan bahwa jika (xn) suatu barisan tak terbatas, maka terdapat suatu sistem
barisannya yang divergen murni.
Analisis Real I
107
Aljabar Himpunan
2. Berikan contoh dari barisan-barisan (xn) dan (yn) yang divergen murni dengan yn
0 untuk semua nN sedemikian sehingga
x
(a) n konvergen
yn
x
(b) n divergen murni
yn
3. Tunjukkan bahwa jika xn > 0 untuk semua nN, maka lim (xn) = 0 jika dan hanya
1
jika lim = +
xn
4. Perlihatkan kedivergenan murni dari barisan-barisan berikut :
( n)
(c). ( n 1)
(a).
(b).
n +1
n
(d).
n +1
xn
=0
yn
(a) Tunjukkan bahwa jika lim (xn) = + , maka lim (yn) = +
(b) Tunjukkan bahwa jika (yn) terbatas, maka lim (xn) = 0
8. Selidikilah bahwa kekonvergenan atau kedivergenan dari barisan-barisan berikut :
(a).
n2 2
n2 + 1
(c).
n
n
(b) 2
n +1
(d) sin n
9. Misalkan (xn) dan (yn) barisan-barisan bilangan positif dan anggaplah bahwa lim
1
=+
xn
(a) Tunjukkan bahwa jika lim (yn) = + , maka lim (yn) = +
Analisis Real I
108
Pendahuluan
Analisis Real I
109
Aljabar Himpunan
BAB
4
LIMIT-LIMIT
Secara umum, Analisis secara matematika merupakan dasar matematika
yang mana dibangun secara sistematik dari variasi konsep-konsep limit. Kita telah
menjumpai salah satu dari konsep-konsep dasar tentang limit : kekonvergenan dari
suatu barisan bilangan real. Dalam bab ini kita akan membahas pengertian dari limit
suatu fungsi. Kita akan memperkenalkan pengertian limit ini dalam Pasal 4.1dan
pembahasan selanjutnya dalam Pasal 4.2. Ini akan dilihat bahwa bukan hanya pengertian limit suatu fungsi yang sangat paralel dengan konsep tentang limit barisan, akan
tetapi juga pertanyaan-pertanyaan mengenai keberadan limit-limit fungsi sering dapat
dicobakan dengan pertimbangan tertentu yang berkaitan dengan barisan. Dalam Pasal
4.3 kita akan mengenal beberapa perluasan dari pengertian limit yang mana sering
dipergunakan.
110
Pendahuluan
kita hanya ingin memandang kecenderungan ditentukan oleh nilai dari f pada titiktitik yang dekat sekali (tetapi berbeda dari) titik c.
Agar limit fungsi ini bermakna, maka diperlukan fungsi f yang terdefinisi pada
sekitar titik c. Kita menekankan bahwa fungsi f tidak perlu terdefinisi pada titik c atau
pada setiap titik sekitar c, akan tetapi cukup terdefinisi pada titik-titik yang dekat
sekali dengan c untuk menjadikan pembahasan menjadi menarik. Ini merupakan alasan untuk definisi berikut.
4.1.1. Definisi. Misalkan AR. Suatu titik cR adalah titik cluster dari A
jika setiap lingkungan- V(c) = (c-,c+) dari c memuat aling kurang satu titik dari A
yang berbeda dengan c.
Catatan : Titik c merupakan anggota dari A atau bukan, tetapi meskipun demikian itu tidan
menentukan apakah c suatu titik cluster dari A atau bukan, karena secara khusus yang diperlukan
adalah bahwa adanya titik-titik dalam V(c)A yang berbeda dengan c agar c menjadi titik Cluster dari
A.
Bukti. Jika c merupakan titik cluster dari A, maka untuk setiap nN, lingkungan-(1/n) V1/n(c) memuat paling kurang satu titik yang berbeda dengan c. Jika titik
yang dimaksud adalah an, maka anA, an c, dan lim (an) = c.
Sebaliknya, jika terdapat suatu barisan (an) dalam A\{c} dengan lim (an) = c, maka
untuk sebarang >0 terdapat bilangan asli K() sedemikian sehingga jika nK(),
maka anV(c). Oleh karena itu lingkungan- dari c V(c) memuat titik-titik an,
nK(), yang mana termuat dalam A dan berbeda dengan c.
Contoh-contoh berikut ini menekankan bahwa suatu titik cluster dari suatu
himpunan bisa masuk dalam himpunan tersebut atau tidak. Bahkan lebih dari itu,
suatu himpunan bisa mungkin tidak mempunyai titik cluster.
Analisis Real I
111
Aljabar Himpunan
4.1.3. Contoh-contoh. (a) Jika A1 = (0,1), maka setiap titik dalam interval tutup [0,1] merupakan titik cluster dari A1. Perhatikan bahwa 0 dan 1 adalah titik cluster
dari A1, messkipun titik-titik itu tidak termuat dalam A1. Semua titik dalam A1 adalah
titik cluster dari A1 (mengapa ?)
(b) Suatu himpunan berhingga tidak mempunyai titik cluster (mengapa ?)
(c) Himpunan tak berhingga N tidak mempunyai titik cluster.
(d) Himpunan A4 = {1/n : nN} hanya mempunyai 0 sebagai titik clusternya.
Tidak satu pun titik dalam A4 yang merupakan titik cluster dari A4.
(e) Himpunan A5 = IQ yaitu himpunan semua bilangan rasional dalam interval tutup I={0,1]. Menurut Teorema Kepadatan 2.5.5 bahwa setiap titik dalam I merupakan titik cluster dari A5.
Sekarang kita kembali kepada pengertian limit dari suatu fungsi pada titik
cluster domainnya.
Definisi Limit
Berikut ini kita akan menyajikan definisi limit dari suatu fungsi pada suatu
titik.
y
f
(
Lo
Diberikan V(L)
o
c
Ada V (c)
Analisis Real I
112
Pendahuluan
atau
L = lim f ( x )
x c
sebagaimana
xc
juga diperguanakan untuk menyatakan fakta bahwa f mempunyai limit L pada c. Jika f
tidak mempunyai suatu limit pada c, kita kadang-kadang mengatakan bahwa f diver-
gen pada c.
Teorema berikut memberikan jaminan kepada kita akan ketunggalan
limit suatu fungsi, jika limit dimaksud ada. Ketunggalan limit ini bukan merupakan
bagian dari definisi limit, akan tetapi merupakan fakta yang harus dibuktikan.
Bukti. Andaikan kontradiksi, yaitu terdapat bilangan real L L yang memenuhi definisi 4.1.4. Kita pilih >0 sedemikain sehingga lingkungan- V(L) dan
V(L) saling lepas. Sebagai contoh, kita dapat mengambil sebarang yang lebih kecil
dari L L. Maka menurut definisi 4.1.4, terdapat > 0 sedemikian sehingga
jika x sebarang titik dalam AV(c) dan x c, maka f(x) termuat dalam V(L). Secara serupa, terdapat > 0 sedemikain sehingga jika x sebarang titik dalam
AV(c) dan x c, maka f(x) termuat dalam V(L). Sekarang ambil = min
{,}, dan misalkan V(c) lingkungan- dari c. Karena c titik cluster dar A, maka
Analisis Real I
113
Aljabar Himpunan
bahwa kedua himpunan ini saling lepas. Jadi asumsi bahwa L L merupakan limitlimit f pada c menimbulkan kontradiksi.
Kriteria -
untuk Limit
Sekarang kita akan menyajikan formulasi yang ekivalen dengan definisi 4.1.4
dengan menyatakan syarat-syarat lingkungan dalam ketaksamaan. Contoh-contoh
yang mengikutinya akan menunjukkan bagaimana formulasi ini dipergunakan untuk
memperlihatkan limit-limit fungsi. Pada bagian akhir kita akan membahas kriteria
sekuensial (barisan) untuk limit suatu fungsi.
(ii)
x c
Bukti. (i) (ii) Anggaplah bahwa f mempunyai limit L pada c. Maka diberikan > 0 sebarang, terdapat = () > 0 sedemikian sehingga untuk setiap x dalam A
yang merupakan unsur dalam lingkungan- dari c Vc), x c, nilai f(x) termasuk
dalam lingkungan- dari L V(L). Akan tetapi, xV(c) dan xc jika dan hanya jika 0
< x - c < . (Perhatikan bahwa 0 < x - c adalah cara lain untuk menyatakan
bahwa x c). Juga, f(x) termasuk dalam V(L) jika dan hanya jika f(x) L < . Jadi
jika xA memenuhi 0 < x - c< , maka f(x) memenuhi f(x) - L <.
(ii) (i) Jika syarat yang dinyatakan dalam (ii) berlaku, maka kita ambil lingkungan V(c) = (c - ,c + ) dan lingkungan- V(L) = (L - ,L + ). Maka syarat (ii) berakibat jika x masuk dalam V(c), dimana xA dan xc, maka f(x) termasuk dalam V(L).
Oleh karena itu, menurut definisi 4.1.4, f mempunyai limit L pada c.
Sekarang akan memberikan beberapa contoh untuk menunjukkan bagaimana Teorema 4.1.6. sering dipergunakan.
Analisis Real I
114
Pendahuluan
Untuk menjadi lebih eksplisit, misalkan f(x) = b untuk semua xR; kita claim
bahwa lim f = b. Memang, diberikan > 0, misalkan = 1. Maka jika 0 <x - c< 1,
x c
(b). lim x = c.
x c
Misalkan g(x) = x untuk semua xR. Jika > 0 misalkan () = . Maka jika
0 <x - c < (), maka secara triviaal kita mempunyai g(x) - c = x - c < .
Karena > 0 sebarang, maka kita berkesimpulan bahwa lim g = c.
x c
h(x) c2 = x2 c2
lebih kecil dari suatu > 0 yang diberikan dengan pengambilan x yang cukup dekat
dengan c. Untuk itu, kita perhatikan bahwa x2 c2 = (x c)(x + c). Selain itu, jka x c < 1, makaa
x c + 1 dengan demikian x + c x + c 2c + 1.
Oleh karena itu, jika x - c < 1, kita mempunyai
(*)
x2 c2 = x cx + c (2c + 1)x - c
Selain itu suku terakhir ini akan lebih kecil dari asalkan kita mengambil x - c <
() = inf 1,
,
2 c + 1
maka jika 0 <x - c < (), pertama akan berlaku bahwa x - c < 1 dengan demikian
(*) valid, dan oleh karena itu, karena x - c < /(2c + 1) maka
Analisis Real I
115
Aljabar Himpunan
Karena kita mempunyai pilihan () > 0 untuk sebarang pilihan dari > 0, maka dengan demikian kita telah menunjukkan bahwa lim h(x) = lim x 2 = c2.
x c
(d) lim
x c
x c
1 1
= , jika c > 0.
x c
Misalkan (x) = 1/x untuk x > 0 dan misalkan c > 0. Untuk menunjukkan
bahwa lim = 1/c kita ingin membuat selisih
x c
(x )
1
1 1
=
x c
c
lebih kecil dar >0 yang diberikan dengan pengambilan x cukup dekat dengan c > 0.
Pertama kita perhatikan bahwa
1 1
1
(c x ) = 1 x c
=
x c
cx
cx
untuk x > 0.Itu berguna untuk mendapatkan batas atas dari 1/(cx) yang berlaku dala
suatu lingkungan c. Khususnya, jika x - c <
1
2
c, maka
1
2
c<x<
3
2
c (mengapa?),
dengan demikian
0<
1
2
< 2 untuk x - c <
cx
c
1
2
c.
(x )
2
1
< 2 xc .
c
c
Agar suku terakhir lebih kecil dar , maka cukup mengambil x c <
1
2
c2.
() = inf{ 12 c,
1
2
c2},
maka jika 0 < x - c < (), pertama yang berlaku bahwa x - c <
demikian (#) valid, dan olehnya itu,, karena x c <
(x )
Analisis Real I
1
2
1
2
c dengan
c2 maka berlaku
1
1 1
= < .
x c
c
116
Pendahuluan
Karena kita mempunyai pilihan () > 0 untuk sebarang pilihan dari > 0, maka dengan demikian kita telah menunjukkan bahwa lim (x) = lim
x c
(e). lim
x c
x c
1
1
=
.
x
c
x3 4 4
=
x2 + 1 5
Misalkan (x) = (x3 4)/(x2 + 1) untuk xR. Maka sedikit manipulasi secara
aljabar memberikan
5 x3 4 x 2 24
4
=
(x )
5
5 x2 + 1
5 x 2 + 6 x 12
5 x2 + 1
x - 2
Untuk mendapatkan suatu batas dari koefiien x - 2, kita membatasi x dengan syarat
1 < x < 3. Unntuk x dalam interval ini, kita mempunyai 5x2 + 6x + 12 5(32) + 6(3) +
12 =75 dan 5(x2 + 1) 5(1 + 1) = 10, dengan demikian
(x )
75
15
4
x - 2 =
x - 2.
10
2
5
2
() = inf 1, .
15
Maka jika 0 <x - 2 < (), kita mempunyai (x) (4/5) (15/2)x - 2 .
Karena > 0 sebarang, maka contoh (e) terbukti.
Analisis Real I
Aljabar Himpunan
(ii) untuk sebarang barisan (xn) dalam A yang konvergen ke c sedemikian sehingga x c untuk semua nN, barisan (f(xn)) konvergen ke L.
Bukti. (i) (ii). Anggaplah f mempunyai limit L pada c, dan asumsikan (xn)
barisan dalam A dengan lim( xn ) = c dan xn c untuk semua nN. Kita mesti memx c
Analisis Real I
118
Pendahuluan
karena itu dengan kriteria barisan, kita dapat menyimpulkan bahwa fungsi h(x) = x2
mempuntai limit lim h( x) = c2.
x c
Kriteria Kedivergenan
Kadang-kala penting untuk dapat menunjukkan (i) bahwa suatu bilangan tertentu bukan limit dari suatu fungsi pada suatu titik, atau (ii) bahwa suatu fungsi tidak
mempunyai suatu limit pada suatu titik. Hasil berikut merupakan suatu konsekuensi
dari pembuktian teorema 4.1.8. Pembuktiannya secara detail ditinggalkan untuk
dikerjakan oleh pembaca.
Seperti Contoh dalam 4.1.7(d), misalkan (x) = 1/x untuk x > 0. Akan tetapi,
disini kita menyelidiki pada c = 0. Argumen yang diberikan pada contoh 4.1.7(d) gagal berlaku jika c = 0 karena kita tidak akan memperoleh suatu batas sebagaimana
dalam (#) pada contoh tersebut. Jika kita mengambil barisan (xn) dengan xn = 1/n untuk nN, maka lim (xn) = 0, tetapi (xn) = 1/1/n = n. Seperti kita ketahui bahwa barisan ((xn)) = (n) tidak konvergen dalam R, karena barisan ini tidak terbatas. Dari sini,
dengan teorema 4.1.9(b), lim (1 / x ) tidak ada dalam R. [Akan tetapi, lihat contoh
x 0
4.3.9(a).]
Analisis Real I
119
Aljabar Himpunan
1 (
.
0
) -1
Gambar 4.1.2 Fungsi Signum
+ 1, untuk x > 0
Perhatikan bahwa sgn(x) = x/x untuk x 0. (Lihat Gambar 4.1.2) Kita akan menunjukkan bahwa sgn tidak mempunyai limit pada x = 0. Kita akan mengerjakan ini dengan menunjukkan bahwa terdapat barisan (xn) sedemikian sehingga lim(xn) = 0, tetapi
sedemikian sehingga (sgn(xn)) tidak konvergen.
Misalkan xn = (-1)n/n untuk nN dengan demikian lim(xn) = 0. Akan tetapi ,
karena
sgn (xn) = (-1)n untuk nN,
maka dari Contoh 3.4.5(a), (sgn(xn)) tidak konvergen. Oleh karena itu lim (1 / x ) tidak
x 0
ada.
(c) lim sin (1 / x ) tidak ada dalam R.
x 0
Misalkan g(x) = sin(1/x) untuk x 0. (Lihat Gambar 4.1.3.) Kita akan menunjukkan bahwa g tidak mempunyai limit pada c = 0, dengan memperlihatkan dua arisan
(xn) dan (yn) dengan xn 0 dan yn 0 untuk semua nN dan sedemikian sehingga lim
Analisis Real I
120
Pendahuluan
(xn) = 0 = lim (yn), tetapi sedemikian sehingga lim (g(xn)) lim (g(yn)). Mengingat
Teorema 4.1.9, ini mengakibatkan lim g tidak ada. (Jelaskan mengapa.)
x 0
Kita mengingat kembali dari kalkulus bahwa sin t = 0 jika t = n untuk nZ,
dan sin t = +1 jika t = + 2n untuk nZ. Sekarang missalkan xn = 1/n untuk
nN; maka lim (xn) = 0 dan g(xn) = 0 untuk semua nN, dengan demikian lim
(g(xn)) = 0. Di pihak lain, misalkan yn = ( + 2n)-1 untuk nN; maka lim (yn) = 0
dan g(yn) = sin ( + 2n) = 1 untuk semua nN, dengan demikian lim (g(yn)) = 1.
Kita simpulkan bahwa lim sin (1 / x ) tidak ada.
x 0
Soal-soal Latihan
1. Tentukan suatu syarat pada x - 1 yang akan menjamin bahhwa :
(a) x2 - 1 < ,
(b) x2 - 1 < 1/103
(c) x2 - 1 < 1/n untuk suatu nN yang diberikan,
(d) x3 - 1 < 1/n untuk suatu nN yang diberikan.
Analisis Real I
121
Aljabar Himpunan
2. Misalkan c suatu titik cluster dari AR dan f : A R. Buktikan bahwa lim f (x ) =
x 0
lim f (x + c ) = L.
x 0
4. Misalkan f : R R, I R suatu interval buka, dan cI. Jika f1 merupakan pembatasan dari f pada I, tunjukkan bahwa f1 mempunyai suatu limit pada c jika dan hanya jika f
mempunyai suatu limit pada c dan tunjukkan pula bahwa lim f = lim f1 .
x c
x c
5. Misalkan f : R R, J R suatu interval tutup, dan cJ. Jika f2 merupakan pembatasan dari f pada I, tunjukkan bahwa jika f mempunyai suatu limit pada c dan hanya jika f2
mempunyai suatu limit pada c. Tunjukkan bahwa tidak berlaku bahwa jika f2 mempunyai suatu limit pada c dan hanya jika f mempunyai suatu limit pada c.
6. Misalkan I = (0,a), a > 0, dan misalkan g(x) = x2 untuk xI. Untuk sebarang x,c dalam I,
tunjukkan bahwa g(x) c2 2ax - c. Gunakan ketaksamaan ini untuk membuktikan
bahwa lim x 2 = c2 untuk sebarang cI.
x c
x = c untuk sebatang c 0.
10. Gunakan formulasi - dan formulasi formulasi barisan dari pengertian limit untuk memperlihatkan berikut :
(a) lim
x2 1
= -1 (x > 1),
x2
(c) lim
= 0 (x 0),
x 0 x
(b) lim
x 1 1 +
1
(x > 0),
2
x2 x + 1 1
(d) lim
= (x > 0).
x 1
x +1
2
Analisis Real I
122
Pendahuluan
(a) lim
x 0
1
(x > 0),
x2
(b) lim
x 0
1
(x > 0),
x
1
(x 0).
2
x
12. Misalkan fungsi f : R R mempunyai limit L pada 0, dan misalkan pula a > 0. Jika g
: R R didefinisikan oleh g(x) = f(ax) untuk xR, tunjukkan bahwa lim g = L.
x 0
( f ( x ))2
= L. Tunjukkan bahwa jika L =,0, maka lim f ( x ) = 0. Tnjukkan dengan contoh bahwa
x c
Analisis Real I
123
Aljabar Himpunan
> 0 sedemikian sehingga jika 0 <x - c < , maka f(x) - L < 1; dari sini (oleh Teorema Akibat 2.3.4(a)),
lingkungan- dari c.
Definisi berikut serupa dengan definisi 3.1.3 untuk jumlah, selisih, hasil kali, dan hasil bagi barisan-barisan.
(fg)(x) = f(x)g(x),
untuk semua xA. Selanjutnya, jika bR, kita definisikan kelipatan bf sebagai
fungsi yang diberikan oleh
(bf)(x) = bf(x) untuk semua xA.
Akhirnya, jika h(x) 0 untuk xA, kita definisikan hasil bagi f/h adalah fungsi yang
didefinisikan sebagai
f (x )
f
( x ) =
h( x )
h
x c
lim( f + g ) = L + M, lim ( f g ) = L x c
x c
M,
Analisis Real I
124
Pendahuluan
lim ( fg ) = LM,
xc
0, maka
f L
lim = .
x c h
H
Bukti. Salah satu cara pembuktian dari teorema-teorema ini sangat serupa dengan pembuktian Teorema 3.2.3. Secara alternatif, teorema ini dapat dibuktikan dengan menggunakan Teorema 3.2.3 dan Teorema 4.1.8. Sebagai contoh, misalkan (xn) sebarang barisan dalam A sedemikain sehingga xn c untuk semua nN,dan
c = lim (xn). Menurut Teorema 4.1.8, bahwa
Lim (f(xn)) = L,
lim (g(xn)) = M.
lim
x c
f (x )
h( x )
tidak ada. Akan tetapi jika limit ini ada, kita tidak dapat menggunakan Teorema 4.2.4(b) untuk menghitungnya.
(2) Misalkan AR, dan f1, f2, , fn fungsi-fungsi pada A ke R, dan c suatu titk cluster dari A. Jika
Lk =
Analisis Real I
125
Aljabar Himpunan
maka ,menurut Teorema 4.2.4 dengan argumen induksi kita peroleh bahwa
L1 + L2 + + Ln =
lim ( f1 + f 2 + L + f n )
x c
dan
L1 L2 Ln =
lim ( f1 f 2 L f n )
x c
Ln =
lim ( f ( x ))n
x c
4.2.5 Contoh-contoh (a) Beerapa limit yang diperlihatkan dalam Pasal 4.1 dapat
dibuktikan dengan menggunakan Teorema 4.2.4. Seagai contoh, mengikuti hasil ini
bahwa karena lim x = c, maka lim x 2 = c2, dan jika c > 0, maka
xc
lim
x c
x c
1 1
= .
x c
x2
x2
= 5(4) = 20.
x3 4 4
= .
(c) lim 2
x2 x + 1
5
Jika kita menggunakan Teorema 4.2.4(b), maka kita mempunyai
(
(
)
)
x3 4 4
x3 4 lim
x
2
=
= .
lim 2
x 2 x + 1
lim x 2 + 1 5
x2
Perhatikan bahwa karena limit pada penyebut [yaitu lim x 2 + 1 = 5] tidak sama denx 2
x2 4 4
= .
(d) lim
x 2 3x 6
Analisis Real I
126
Pendahuluan
Jika kita misalkan f(x) = x2 4 dan h(x) = 3x 6 untuk xR, maka kita tidak
dapat menggunakan Teorema 4.22.4(b) untuk meneghitung lim (f(x)/h(x)) sebab
x 2
H = lim h( x ) = lim (3 x 6 )
x 2
x2
= 3 lim x - 6 = 3(2) 6 = 0
x2
x2 4
= lim 1 ( x + 2 ) =
lim
3
x 2 3x 6
x 2
= 13 (2 + 2) =
1
3
lim x + 2
x 2
4
3
x 0
1
tidak ada dalam R.
x
Tentu saja lim 1 = 1 dan H = lim x = 0. Akan tetapi, karena H = 0, kita tidak
x 0
x 0
x 0
1
. Kenyataannya,
x
seperti kita telah lihat pada Contoh 4.1.10(a), fungsi (x) = 1/x tidak mempunyai
limit pada x = 0. Kesimpulan ini mengikuti juga Teorema 4.2.2 karena fungsi (x) =
1/x tidak terbatas pada lingkungan daro x = 0. (Mengapa?)
(f) Jika p fungsi polinimial, maka lim p ( x) = p(c).
x c
ck, maka
Analisis Real I
x c
]
127
Aljabar Himpunan
x c
x c
x c
(g) Jika p dan q fungsi-fungsi polinomial pada R dan jika q(c) 0, maka
lim
x c
p ( x) p (c )
.
=
q ( x ) q (c )
Karena q(x) suatu fungsi polinomial, berarti menurut sutu teorema alam aljabar
bahwa terdapat paling banyak sejumlah hingga bilangan real 1, 2, ,m [pembuat
nol dari q(x)] sedemikain sehingga q(j) = 0 dan sedemikian sehingga jika x{1, 2,
, m} maka q(x) 0. Dari sini, jika x{1, 2, , m} kita dapat mendefinisikan
r(x) =
p(x )
.
q(x )
Jika c bukan pembuat nol dari q(x), maka q(c) 0, dari berdasarkan bagian (f) bahwa
lim q ( x ) = q(c). 0. Oleh karena itu kita dapat menggunakan Teorema 4.2.4(b) untuk
x c
menyimpulkan bahwa
lim
x c
p ( x) p (c )
p ( x) lim
= xc
=
.
q ( x ) lim q ( x ) q (c )
x c
x c
Bukti. Jika L = lim f , maka menurut Teorema 4.1.8 bahwa jika (xn) sebarang
x c
barisan bilangan real sedemikain sehingga c xnA untuk semua nN dan jika bari-
Analisis Real I
128
Pendahuluan
x c
x c
Misalkan f(x) = x3/2 untuk x > 0. Karena ketaksamaan x < x1/2 1 berlaku untuk 0 < x 1, maka berarti bahwa x2 < f(x) = x3/2 x untuk 0 < x 1. Karena
lim x 2 = 0 dan lim x = 0,
x 0
x 0
Dapat dibuktikan dengan menggunakan pendekatan deret Taylor (akan dibahas pada lanjutan dari tulisan ini) bahwa
-x sin x x untuk semua x 0.
Karena lim ( x ) = 0, maka menurut Teorema Apit bahwa lim sin x = 0.
x 0
x 0
Dapat dibuktikan dengan menggunakan pendekatan deret Taylor (akan dibahas pada lanjutan dari tulisan ini) bahwa
(*)
x 0
cos x 1
(d) lim
= 0.
x 0
x
Analisis Real I
129
Aljabar Himpunan
Kita tidak dapat menggunakan Teorema 4.2.4 (b) secara langsung untuk menghitung limit ini. (Mengapa?) Akan tetapi, dari ketaksamaan (*) dalam bagian (c)
bahwa
-x (cos x 1)/x 0 untuk x > 0
dan juga bahwa
0 (cos x 1)/x x untuk x < 0.
Sekarang misalkan f(x) = - x/2 untuk x 0 dan f(x) = 0 untuk x < 0, dan misalkan
pula h(x) = 0 untuk x 0 dan h(x) = -x/2 untuk x < 0. Maka kita mempunyai
f(x) (cos x 1)/x h(x) untuk x 0.
Karena , mudah dilihat (Bagaimana?) bahwa lim f = lim h , maka menurut Teorema
x 0
x 0
cos x 1
= 0.
x 0
x
sin x
(e) lim
= 1.
x 0 x
Sekali lagi, kita tidak dapat menggunakan Teorema 4.2.4(b) untuk menghitung
limit ini. Akan tetapi, dapat dibuktikan (pada lanjutan diktat ini) bahwa
x-
1
6
x3 sin x x untuk x 0
dan bahwa
x sin x x -
1
6
x3 untuk x 0.
1
6
1
lim
6 x 0
sin x
bahwa lim
= 1.
x 0 x
(f) lim ( x sin (1 / x )) = 0.
x 0
130
Pendahuluan
-x f(x) = x sin(1/x) x
untuk semua x R, x 0. Karena lim x = 0, maka dari Teorema Apit diperoleh
x 0
bahwa lim f = 0.
x 0
Terdapat hasil-hasil yang paralel dengan Teorema 3.2.9 dan 3.2.10; akan
tetapi, akan dilewatkan untuk latihan bagi para pembaca. Kita tutup bagian ini dengan
suatu hasil yang merupakan konvers parsial dari Teorema 4.2.6.
x c
maka terdapat suatu lingkungan dari c V(c) sedemikian sehingga f(x) > 0 [atau f(x) <
0] untuk semua xAV(c), x c.
dalam Teorema 4.1.6(b), dan diperoleh suatu bilangan > 0 sedemikain sehingga jika
0 <x - c< dan xA, maka f(x) - L < L. Oleh karena itu (Mengapa?) berarti
bbahwa jika xAV(c), x c, maka f(x) > L > 0.
Jika L < 0, dapat digunakan argumen yang serupa.
Latihan 4.2
1. Gunakan Teorema 4.2.4 untuk menentukan limit-limit berikut :
x2 + 2
(x > 0),
x 1 x 2 2
(b) lim
1
1
(x > 0),
x 2 x + 1 2 x
(d) lim
x 1
(c) lim
x 0
x +1
(xR)
x2 + 2
2. Tentukan limit-limit berikut dan nyatakan teorema-teorema mana yang digunakan dalam
setiap kasus. (Anda bisa menggunakan latihan 14 di bawah.)
2x +1
(a) lim
(x > 0),
x2
x+3
Analisis Real I
x2 4
(b) lim
(x > 0),
x2 x 2
131
Aljabar Himpunan
(c)
2
(
x + 1) 1
lim
x 0
(d) lim
(x > 0),
x 1
x 1
(x > 0)
x 1
1 + 2 x 1 + 3x
dimana x > 0.
x + 2 x2
3. Carilah lim
x 0
4. Buktikan bahwa lim cos(1 / x ) tidak ada, akan tetapi lim x cos(1 / x ) = 0.
x 0
x 0
6. Gunakanlah formuasi - dari limit fungsi untuk membuktikan pernyataan pertama dalam
Teorema 4.2.4(a).
7. Gunakanlah formulasi sekuensial untuk limit fungsi untuk membuktikan Teorema
4.2.4(b).
8. Misalkan nN sedemikian sehingga n 3. Buktikan ketaksamaan x2 xn x2 untuk 1
< x < 1. Selanjutnya, gunakan fakta bahwa lim x 2 = 0 untuk menunjukkan bahwa
x 0
lim x n = 0.
x 0
x c
x c
(b) Jika lim f dan lim fg ada, apakah juga lim g ada ?
x c
x c
x c
10. Berikan contoh fungsi-fungsi f dan g sedemikian sehingga f dan g tidak mempunyai limit
pada suatu titik c, tetapi sedemikian sehingga fungsi-fungsi f + g dan fg mempunyai limit
pada c.
11. Tentukan apakah limit-limit berikut ada dalam R.
) (x 0),
Analisis Real I
) (x 0),
) (x > 0)
132
Pendahuluan
12. Misalkan f : R R sedemikian sehingga f(x + y) = f(x) + f(y) untuk semua x,y dalam
mempunyai suatu limit pada setiap titik cR. [Petunjuk : Pertama-tama catat bahwa
f(2x) = f(x) + f(x) = 2f(x) untuk semua xR. Juga perhatikan bahwa f(x) = f(x c) + f(c)
untuk semua x,c dalam R.]
13. Misalkan AR, f : A R dan c suatu titik cluster dari A. Jika lim f ada, dan jika
x 0
x 0
14. Misalkan AR, f : A R dan c suatu titik cluster dari A. Tambahan, anggaplah
bahwa f(x) 0 untuk semua x A, dan misalkan
A dengan
lim
x 0
f =
f (x) =
lim f .
x 0
Limit-limit Sepihak
Terdapat banyak contoh fungsi f yang tidak mempunyai limit pada suatu titik
c, meskipun demikian limit fungsi f tersebut ada jika dibatasi untuk suatu interval se-
Analisis Real I
133
Aljabar Himpunan
Definisi tentang limit-kiri dan limit-kanan merupakan modifikasi langsung dari Definisi 4.1.4.
Dalam kenyataannya, Penggantian A dalam Definisi 4.1.4 oleh himpunan A(c,) menghasilkan definisi limit-kanan suatu fungsi pada suatu titik c yang merupakan titik cluster dari A(c,). Demikian
juga, dengan penggantian A pada Definisi 4.1.4 oleh himpunan A(-,c) menghasilkan definisi limitkiri suatu fungsi pada suatu titik c yang merupakan titik cluster dari A(-,c). Untuk lebih mudahnya,
definisi tentang limit-kiri dan limit-kanan yang dimaksud akan diformulasi dalam bentuk -, analog
dengan Teorema 4.1.6 seperti berikut ini.
4.3.1 Definisi. Misalkan AR dan f : A R
(i) Jika cR suatu titik cluster dari A(c,) = {xA:x > c}, maka kita mengatakan bahwa
LR adalah suatu limit-kanan dari f pada c dan dituliskan
lim f = L
x c +
jika diberikan sebarang > 0 terdapat suatu = ()> 0 sedemikian sehingga untuk semua xA dengan
0 < x c < , maka f(x) - L < .
(ii) Jika cR suatu titik cluster dari A(-,c) = {xA : x < c}, maka kita mengatakan
bahwa LR adalah suatu limit-kiri dari f pada c dan dituliskan
lim f = L
x c
jika diberikan sebarang > 0 terdapat suatu = ()> 0 sedemikian sehingga untuk semua xA dengan
0 < c x < , maka f(x) - L < .
Catatan: (1) Jika L suatu limit kanan dari f pada c, kita kadang-kadang mengatakan bahwa L
adalah limit dari kanan pada c. Kita menggunakan notasi
lim f ( x ) = L.
x c
Analisis Real I
134
Pendahuluan
(2) Limit-limit lim f dan lim f disebut limit-limit sepihak dari f pada c. Ini dimungxc
x c
kinkan kedua limit sepihak dimaksud ada. Juga bisa mungkin salah satu saja yang ada. Serupa, seperti
kasus pada fungsi f(x) = sgn (x) pada c = 0, limit-limit ini ada, meskipun berbeda.
(3) Jika A suatu interval dengan titik ujung kiri c, maka jelas nampak bahwa f : A R
mempunyai suatu limit pada c jika dan hanya jika f mempunyai suatu limit kanan pada c. Selain itu,
dalam kasus ini limit lim f dan limit pihak kanan lim f sama. (Situasi serupa juga akan berlaku
x c
xc
lim f = LR;
xc +
Untuk sebarang barisan (xn) yang konvergen ke c sedemikian sehingga xnA dan xn
x c
x c
lim sgn( x) = +1 dan bahwa lim sgn( x) = -1. Karena limit-limit satu pihak ini berbeda,
x 0 +
x0
maka mengikuti Teorema 4.3.3 bbahwa sgn tidak mempunyai limit pada 0.
Analisis Real I
135
Aljabar Himpunan
(b) Misalkan g(x) = e1/x untuk x 0. (Lihat gambar 4.3.1)
Pertama kita tunjukkan bahwa g tidak mempunyai limit kanan hingga pada c = 0 karena g tidak terbatas pada sebarang lingkungan kanan (0,) dari 0. Kita akan menggunakan ketaksamaan
0 < t < et untuk t > 0
(*)
yang pada bagian ini tidak akan diberikan pembuktiannya. Berdasarkan (*), jika x > GAMBAR 4.3.1
x0
Akan tetapi,
x0
gambil t = 1/x dalam (*) kita peroleh 0 < -1/x < e-1/x. Karena x < 0, ini mengakibatkan 0 < e1/x < -x untuk semua x < 0. Mengikuti ketaksamaan ini diperoleh
lim e1 / x = 0.
x0
Analisis Real I
136
Pendahuluan
0<
1
1/ x
+1
<
1
e
1/ x
<x
lim h = 0.
x0 +
(x 0)
x0 +
1
1
1
=
=1
lim 1 / x
=
1/ x
x0 e
0 +1
+ 1 lim e + 1
x0
Perhatikan bahwa untuk fungsi ini, limit sepihak kedua-duanya ada, akan tetapi tidak sama.
Analisis Real I
137
Aljabar Himpunan
Fungsi f(x) = 1/x2 untuk x 0 (lihat Gambar 4.3.3) tidak terbatas pada suatu
lingkungan 0, dengan demikian fungsi tersebut tidak mempunyai suatu limit sesuai pengertian dalam
Definisi 4.1.4. Sementara itu simbol-simbol (= +) dan - tidak menyatakan suatu bilangan real, ini
kadang-kadang menjadi bermakna dengan mengatakan bahwa f(x) = 1/x2 cenderung ke apabila x
0.
Analisis Real I
138
Pendahuluan
4.3.5 Definisi. Misalkan AR, f : A R dan cR suatu titik cluster dari A.
(i) Kita katakan bahwa f menuju ke apabila xc, dan ditulis
lim f =
x c
jika untuk setiap R terdapat = () > 0 sedemikain sehinggauntuk semua xA dengan 0 < x - c
< , maka f(x) > .
(ii) Kita katakan bahwa f menuju ke apabila xc, dan ditulis
lim f =
x c
jika untuk setiap R terdapat = () > 0 sedemikian sehingga untuk semua xA dengan 0 < x - c
< , maka f(x) < .
4.3.6 Contoh-contoh (a)
lim 1 / x 2 = .
x 0
Hasil berikut analog dengan Teorema Apit 4.2.7. (Lihat juga Teorema 3.6.4).
4.3.7 Teorema Misalkan AR, f,g : A R dan cR suatu titik cluster dari A. Anggaplah
bahwa f(x) g(x) untuk semua xA, x c.
(a) Jika
(b) Jika
Analisis Real I
xc
xc
xc
x c
139
Aljabar Himpunan
Analisis Real I
140
Pendahuluan
jika 0 <x - c < () dan xA, maka f(x) > . Akan tetapi, jika f(x) g(x) untuk semua xA x c,
maka berarti jika 0 <x - c < () dan xA, maka g(x) > 0. Oleh karena itu
lim g = .
xc
Fungsi g(x) = 1/x dalam Contoh 4.3.6(b) menyarankan bahwa itu dapat berguna untuk memandang limit-limit sepihaknya.
4.3.8 Definisi Misalkan AR dan f : A R.
Analisis Real I
141
Aljabar Himpunan
(i) Jika cR suatu titik cluster dari A(c,) ={xA: x > 0}, maka kita mengatakan bahwa f
menuju [atau -
] apabila x
c+, dan ditulis
lim f =
xc +
[atau , lim f = ]
xc +
jika untuk setiap R terdapat =() sedemikian sehingga untuk semua xA dengan 0 < x c < ,
maka f(x) > [atau, f(x) < ].
(ii) Jika cR suatu titik cluster dari A(-,c) ={xA: x < 0}, maka kita mengatakan bahwa f
menuju [atau -
] apabila x
c-, dan ditulis
lim f =
xc
[atau , lim f = ]
xc
jika untuk setiap R terdapat =() sedemikian sehingga untuk semua xA dengan 0 < c x < ,
maka f(x) > [atau, f(x) < ].
4.3.9 Contoh-contoh (a) Misalkan g(x) = 1/x untuk x 0. Kita telah mencatat dalam Contoh
4.3.6(b) bahwa
lim g tidak ada. Akan tetapi suatu latihan yang mudah untuk menunjukkan bahwa
x 0
x 0 +
(b)
xc
Telah diperoleh pada Contoh 4.3.4(b) bahwa fungsi g(x) = e1/x untuk x 0 tidak terba-
tas pada sebarang interval (0,), > 0. Dari sini limit-kanan dari e1/x apabila x0+ tidak ada dalam
pengertian Definisi 4.3.1(I). Akan tetapi, karena
1/x < e1/x untuk x > 0,
maka secara mudah kita melihat bahwa
( )
x 0 +
Analisis Real I
142
Pendahuluan
(i) Anggaplah bahwa (a,) A untuk suatu aR. Kita mengatakan bahwa LR merupakan
limit dari f apabila x
, dan ditulis
lim f = L ,
x
jika diberikan sebarang > 0 terdapat K=K() > a sedemikian sehingga untuk sebarang x > K, maka
f(x) - L < .
(ii) Anggaplah bahwa (-,b) A untuk suatu bR. Kita mengatakan bahwa LR merupakan limit dari f apabila x
-
, dan ditulis
lim f = L ,
jika diberikan sebarang > 0 terdapat K=K() < b sedemikian sehingga untuk sebarang x < K, maka
f(x) - L < .
Kita tinggalkan bagi pembaca untuk menunjukkan bahwa limit-limit dari f apabila x
adalah tunggal jika ada. Kita juga mempunyai Kriteria Sekuensial untuk limit-limit ini; kita hanya akan
menyatakan kriteria apabila x. Ini digunakan pengertian dari limit dari suatu barisan yang divergen
murni (lihat Definisi 3.6.1)
4.3.11 Teorema Misalkan AR, f : A R, dan anggaplah bahwa (a,) A untuk suatu
aR. Maka pernyataan-pernyataan berikut ini eqivalen :
lim f ;
(i)
L=
(ii)
Untuk sebarang barisan (xn) dalam A(a,) sedemikian sehingga lim(xn) = , barisan
(f(xn)) konvergen ke L.
Kita tinggalkan bagi pembaca untuk membuktikan teorema ini dan untuk merumuskan serta
Analisis Real I
143
Aljabar Himpunan
Ini merupakan suatu latihan dasar untuk membuktikan bahwa
lim (1 / x ) = 0 = lim (1 / x ) .
x
4.3.3). Cara lain untuk menunjukkan ini adalah dengan menunjukkan bahwa jika x 1 maka 0 1/x2
1/x. Mengingat bagian (a), ini mengakibatkan
lim 1 / x 2 = 0.
x
y
()
GAMBAR 4.3.5
lim f = -
x
Anggaplah bahwa (a,)A untuk suatu aA. Kita mengatakan bahwa f menuju ke
lim f =
x
[atau lim f = ]
x
jika diberikan sebarang R terdapat K = K() > a sedemikian sehingga untuk sebarang x > K, maka
f(x) > [atau, f(x) < ]. (Lihat Gambar 4.3.5)
Analisis Real I
144
Pendahuluan
(ii)
Anggaplah bahwa (-,b)A untuk suatu bA. Kita mengatakan bahwa f menuju ke
lim f =
[atau
lim f = ,
jika diberikan sebarang R terdapat K = K() < b sedemikian sehingga untuk sebarang x < K, maka
f(x) > [atau, f(x) < ].
Sebagaimana sebelumnya, terdapat kriteria sekuensial untuk limit ini. Kita akan memformulasinya apabila x.S
4.3.14 Teorema Misalkan AR, f : A R, dan anggaplah bahwa (a,)A untuk suatu
aR. Maka pernyataan-pernyataan berikut ini ekuivalen :
(i)
(ii)
Untuk sebarang barisan (xn) dalam (a,) sedemikian sehingga lim(xn) = , maka lim
lim
f (x )
=L
g (x )
(ii)
Bukti. (i) Karena L > 0, hipotesis mengakibatkan bahwa terdapat a1 > a sedemikian sehingga
0 < L <
Analisis Real I
f (x )
<
g (x )
3
2
145
Aljabar Himpunan
Oleh karena itu kita mempunyai (L)g(x) < f(x) < ( 32 L)g(x) untuk semua x > a1, dari sini dengan mudah kita peroleh kesimpulannya.
Pembuktian bagian (ii) dikerjakan dengan cara serupa.
Kita tinggalkan bagi pembaca untuk memformulasi hasil-hasil yang analogi dengan Teorema
di atas, apabila x-.
4.3.16 Conyoh-contoh (a)
Misalkan g(x) = xn untuk x(0,). Diberikan R, misalkan K = sup{1,}. Maka untuk semua x > K, kita mempunyai g(x) = xn x . Karena R sebarang, maka ini berarti
(b)
lim g = .
x
Kita akan mencoba kasus n ganjil, katakanlah n = 2k+1 dengan k = 0,1, . Diberikan R,
misalkan K = inf{,-1}. Untuk sebarang x < K, maka karena (x2)k 1, kita mempunyai xn = (x2)kx x
< . Karena R sebarang, maka berarti
lim x n = -.
p(x )
1
1
1
= an + an-1 + + a1 n 1 + a0 n ,
g (x )
x
x
x
maka diperoleh
Analisis Real I
p(x )
= an. Karena lim g = , maka menurut Teorema 4.3.15, lim p = .
x g (x )
x
x
lim
146
Pendahuluan
Latihan-latihan
1. Buktikan Teorema 4.3.2.
2. Berikan contoh suatu fungsi yang mempunyai limit-kanan, tetapi tidak mempunyai limitkiri pada suatu titik.
3. Misalkan f(x) = x untuk x 0.. Tunjukkan bahwa lim+ f ( x ) = lim f ( x ) = +.
x0
x0
4. Misalkan cR dan f didefinisikan untuk x(c,) dan f(x) > 0 untuk semua x(c,).
Tunjukkan bahwa lim f = jika dan hanya jika lim(1 f ) = 0.
x c
x c
5. Hitunglah limit-limit berikut, atau tunjukkan bahwa limit-limit ini tidak ada.
(a)
(c)
lim+
x
(x 1),
x 1
(b) lim
lim+
x+2
(x > 0),
x
(d) lim
x 1
x 1
x
(x 1),
x 1 x 1
x+2
(x > 0),
x
x
(e)
lim
x +1
(x > -1),
x
(f) lim
x +1
(x > 0),
x
(g)
lim
x 5
(x > 0),
x +3
(h) lim
xx
(x > 0).
x+x
x 0
8. Misalkan f terdefinisi pada (0,) ke R. Buktikan bahwa lim f ( x ) = L jika dan hanya
x
jika lim+ f (1 x ) = L.
x0
147
Aljabar Himpunan
13. Carilah fungsi-fungsi f dan g yang didefinisikan pada (0,) sedemikain sehingga lim f
x
fungsi demikian, dengan g(x) > 0 untuk semua x(0,), sedemikain sehingga lim f g
x
= 0?
14. Misalkan f dan g terdefinisi pada (a,) dan misalkan pula lim f = L dan lim g = .
x
Analisis Real I
148
Pendahuluan
BAB
5
FUNGSI-FUNGSI KONTINU
Dalam bab ini kita akan memulai mempelajari kelas terpenting dari fungsifungsi yang muncul dalam analisis real, yaitu kelas fungsi-fungsi kontinu. Pertamatama kita akan mendefinisikan pengertian dari kekontinuan pada suatu titik dan pada
suatu himpunan, dan menunjukkan bahwa variasi kombinasi dari fungsi-fungsi kontinu menghasilkan fungsi kontinu.
Sifat-sifat dasar yang membuat fungsi-fungsi kontinu demikain penting diperlihatkan pada Pasal 5.3. Misalnya, kita akan memuktikan bahwa suatu fungsi kontinu
pada suatu interval tertutup dan terbatas mesti mencapai nilai maksimum dan minimum.Kita juga akan membuktikan bahwa suatu fungsi kontinu mesti selalu memuat
nilai antara untuk sebarang dua nilai yang dicapainya. Sifat-sifat ini dan beberapa
lainnya tidak dimiliki oleh fungsi-fungsi pada umumnya, dan dengan demikian ini
membedakan fungsi-fungsi kontinu sebagai suatu kelas yang sangat khusus dari
fungsi-fungsi.
Kedua, dalam Pasan 5.4 kita akan memperkenalkan pengertian penting dari
kekontinuan seragam, dan kita akan menggunakan pengertian ini untuk masalah dari
pendekatan (pengaproksimasian) fungsi-fungsi kontinu dengan fungsi-fungsi dasar
(elementer) (seperti polinomial). Fungsi-fungsi monoton adalah suatu kelas penting
dari fungsi-fungsi dan mempunyai sifat-sifat kekontinuan kuat; mereka didiskusikan
dalam Pasal 5.5. Khususnya, akan ditunjukkan bahwa fungsi monoton kontinu mempunyai fungsi invers yang monoton kontinu juga.
Analisis Real I
149
Aljabar Himpunan
f(c) = lim f .
x c
Jadi, jika c titik cluster dari A, maka agar (1) berlaku, tiga syarat harus dipenuhi: (i) f harus
terdefinisi pada c (dengan demikian f(c) dapat dimengerti), (ii) limit dari f harus ada dalam R
Analisis Real I
150
Pendahuluan
(dengan demikian lim f dapat dimengerti), dan (iii) nilai-nilai dari f(c) dan lim f harus
x c
x c
sama.
(2) Jika c bukan titik cluster dari A, maka terdapat lingkungan V(c) dari c sedemikian sehingga AV(c) = {c}. Jadi kita menyimpulkan bahwa suatu
fungsi f kontinu secara otomatis pada cA yang bukan titik cluster dari A. Titik-titik
demikian ini sering disebut titik-titik terisolasi dari A; titik-titik ini kurang menarik untuk
kita bahas, karena far from the action. Karena kekontinuan erlaku secara otomatis untuk
titik-titik terisolasi ini, kita akan secara umum menguji kekontinuan hanya pada titik-titik
cluster. Jadi kita akan memandang kondisi (1) sebagai karakteristik untuk kekontinuan pada
c.
5.1.2 Definisi
BA, kita katakan bahwa f kontinu pada B jika f kontinu pada setiap titik dalam B.
Sekarang kita berikan suatu formulasi yang setara untuk
Definisi 5.1.1.
5.1.3 Teorema Misalkan AR, f : A R, dan cA. Maka kondisikondisi berikut ekivalen.
(i) f kontinu pada c; yaitu, diberikan sebarang lingkungan V(f(c)) dari f(c)
terdapat suatu lingkungan V(c) dari c sedemikain sehingga jika x sebarang titik pada
AV(c), maka f(x) termuat dalam V(f(c))
(ii) Diberikan sebarang > 0 terdapat suatu > 0 sedemikian sehingga untuk
semua xA dengan x - c < , maka f(x) f(c) < .
(iii) Jika (xn) sebarang barisan bilangan real sedemikian sehingga xnA untuk
semua nN dan (xn) konvergen ke c, maka barisan (f(xn)) konvergen ke f(c).
Pembuktian teorema ini hanya memerlukan sedikit
modifikasi pembuktian dari Teorema 4.1.6 dan 4.1.8. Kita tinggalkan detailnya sebagai suatu latihan penting bagi pembaca.
Kriteria Diskontinu berikut adalah suatu konsekuensi
dari ekuivalensi dari (i) dan (ii) dari teorema sebelumnya; ini akan dibandingkan denAnalisis Real I
151
Aljabar Himpunan
gan Kriteria Divergensi 4.1.9(a) dengan L = f(c). Pembuktiannya akan dituliskan secara detail oleh pembaca.
5.1.5
cR, maka kita mempunyai lim f = b. Karena f(c) = b, maka f kontinu pada setiap
x c
pada R.
(d) (x) = 1/x kontinu pada A = {xR : x > 0}.
Telah diperlihatkan pada Contoh 4.1.7(d) bahwa jika cA, maka kita mempunyai
lim = 1/c. Karena (c) = 1/c, maka kontinu pada setiap titik cA. Jadi kontinu
x c
pada A.
(e) (x) = 1/x tidak kontinu pada x = 0
Memang, jika (x) = 1/x untuk x > 0, maka tidak terdefinisi pada x= 0, dengan
demikian tidak kontinu pada titik ini. Secara alternatif, telah diperlihatkan pada Con-
Analisis Real I
152
Pendahuluan
toh 4.1.10(a) bahwa lim tidak ada dalam R, dengan demikian tidak kontinu pada
x 0
x = 0.
(f) Fungsi signum tidak kontinu pada x = 0.
Fungsi
signum
telah
didefinisikan
pada
contoh
4.1.10(b), dimana juga telah ditunjukkan bahwa lim sgn( x) tidak ada dalam R. Oleh
x 0
1 , jika x rasional
f(x) =
0 , jika x irasional
Kita claim bahwa f tidak kontinu pada sebarang titik pada R. (Fungsi ini diperkenalkan pada tahun 1829 oleh Dirichlet)
Memang, jika c bilangan rasional, misalkan (xn) suatu barisan bilangan
irasional yang konvergen ke c. (Teorema Akibat 2.5.6 untuk Teorema 2.5.5 menjamin
adanya barisan seperti ini.) Karena f(xn) = 0 untuk semua nN, maka kita mempunyai
lim (f(xn)) = 0 sementara f(c) = 1. Oleh karena itu f tidak kontinu pada bilangan rasional c.
Sebaliknya, jika b bilangan rasional, misalkan (yn) suatu
barisan bilangan irasional yang konvergen ke b. (Teorema Akibat 2.5.6 untuk Teorema 2.5.5 menjamin adanya barisan seperti ini.) Karena f(yn) = 1 untuk semua nN,
maka kita mempunyai lim (f(yn)) = 1 sementara f(b) = 0. Oleh karena itu f tidak kontinu pada bilangan irasional b.
Karena setiap bilangan real adalah bilangan rasional
atau irasional, kita simpulkan bahwa f tidak kontinu pada setiap titik dalam R.
(h) Misalkan A = {xR : x > 0}. Untuk sebarang bilangan irasional x > 0
kita definisikan h(x) = 0. Untuk suatu bilangan rasional dalam A yang berbentuk m/n,
dengan bilangan asli m,n tidak mempunyai faktor persektuan kecuali 1, kita definisikan h(m/n) = 1/n. (Lihat Gambar 5.1.2.) Kita claim bahwa h kontinu pada setiap bi-
Analisis Real I
153
Aljabar Himpunan
langan irasional pada A, dan diskontinu pada setiap bilangan rasional dalam A.
1/2
1/7
*
*
*
*
*
1/2
*
*
*
*
*
*
*
3/2
*
*
titik c, sebab tidak terdefinisi pada titik tersebut.. Akan tetapi, jika fungsi f mempunyai suatu limit L
pada tiitik c dan jika kita definisikan F pada A{c} R dengan
untuk
L
F ( x) =
f
(
x
)
untuk
Analisis Real I
x=c
x A
154
Pendahuluan
maka F kontinu pada c. Untuk melihatnya, perlu mengecek bahwa lim F = L, tetapi ini brlaku (menx c
untuk
C
G( x) =
g ( x) untuk
x=c
x A
Untuk melihatnya, amati bahwa jika lim G ada dan sama dengan C, maka lim g mesti ada juga dan
x c
x c
sama dengan C.
5.1.7
4.1.3) tidak mempunyai limit pada x = 0 (lihat contoh 4.1.10(c)). Jadi tidak terdapat
nilai yang dapat kita berikan pada x = 0. Untuk memperoleh suatu perluasan kontinu
dari g pada x = 0.
(b) Misalkan f(x) = x sin(1/x) untuk x 0. (Lihat Gambar 5.1.3) Karena f tidak terdefinisi pada x = 0, fungsi f tidak bisa kontinu pada titik
ini. Akan tetapi, telah diperlihatkan pada Contoh 4.2.8(f) bahwa lim( x sin (1 x )) = 0.
x 0
Oleh karena itu mengikuti Peringatan 5.1.6(a) bahwa jika kita definisikan F : R
R dengan
untuk
0
F ( x) =
x sin (1 x ) untuk
x=0
x0
Analisis Real I
155
Aljabar Himpunan
Latihan-latihan
1. Buktikan Teorema 5.1.4.
2. Perlihatkan Kriteria Diskontinu 5.1.4.
3. Misalkan a < b < c. Misalkan pula bahwa f kontinu pada [a,b], g kontinu pada [b,c], dan
f(b) = g(b). Definisikan h pada [a,c] dengan h(x) = f(x) untuk x[a,b] dan h(x) = g(x) untuk x(b,c]. Buktikan bahwa h kontinu pada [a,c].
4. Jika xR, kita definisikan x adalah bilangan bulat terbesar nZ sedemikian sehingga
5. Misalkan f terdefinisi untuk semua xR, x 2, dengan f(x) = (x2 + x 6)/(x 2). Dapatkah f terdefinisi pada x = 2 dimana dengan ini menjadikan f kontinu pada titik ini?
Analisis Real I
156
Pendahuluan
6. Misalkan AR dan f : A R kontinu pada titik cA. Tunjukkan bahwa untuk sebarang > 0, terdapat lingkungan V(c) dari c sedemikian sehingga jika x,yAV(c),
maka f(x) f(y) < .
7. Misalkan f : R R kontinu pada c dan misalkan f(c) > 0. Tunjukkan bahwa terdapat
V(c) suatu lingkungan dari c sedemikian sehingga untuk sebarang x V(c) maka f(x) >
0.
8. Misalkan f : R R kontinu pada R dan misalkan S = {xR : f(x) = 0} adalah himpunan nol dari f. Jika (xn) S dan x = lim (xn), tunjukkan bahwa xS.
9. Misalkan ABR, f : B R dan g pembatasan dari f pada A (yaitu, g(x) = f(x) untuk xA).
(a).
(b).
Tunjukkan dengan contoh bahwa jika g kontinu pada c, tidak perlu berlaku bahwa f
kontinu pada c.
10. Tunjukkan bahwa fungsi nilai mutlak f(x) = x kontinu pada setiap titik cR.
11. Misalkan K > 0 dan f : R memenuhi syarat f(x) f(y) Kx - y untuk semua
x,yR. Tunjukkan bahwa f kontinu pada setiap titik cR.
12. Misalkan bahwa f : R R kontinu pada R dan f(r) = 0 untuk setiap bilangan rasional
Analisis Real I
157
Aljabar Himpunan
h(x) 0 untuk semua xA, maka kita definisikan fungsi hasil bagi dinotasi dengan
f /h.
Bukti. Jika c bukan suatu titik cluster dari A, maka konklusi berlaku secara
otomatis. Dari sini, kita asumsikan bahwa c titik cluster dari A.
(a) Karena f dan g kontinu pad
(b) a c, maka
f(c) = lim f
x c
dan
g(c) = lim g
x c
c
h
h(c )
lim h
h
x c
Oleh karena itu f/h kontinu pada c.
Hasil berikut merupakan konsekuensi dari Teorema 5.2.1, diterapkan untuk
semua titik dalam A. Akan tetapi, secara ekstrim, ini adalah suatu hasil penting, kita
akan menyatakannya secara formal.
158
Pendahuluan
Komentar Untuk mendefinisikan fungsi hasil bagi, kadang-kadang lebih cocok me-
mulainya sebagai berikut : Jika : R, misalkan A1 = {xA : (x) 0}. Kita akan mendefinisikan
fungsi hasil bagi f/ pada himpunan A1 dengan
(*)
f ( x)
( x) =
( x)
untuk x A1.
Jika kontinu pada titik cA1, maka jelas bahwa pembatasan 1 dari pada A1 juga kontinu pada c.
Oleh karena itu mengikuti Teorema 5.2.1(b) dipergunkan untuk 1 bahwa f/ kontinu pada cA1. Serupa juga jika f dan kontinu pada A, maka fungsi f/, didefinisikan pada A1 oleh (*), kontinu pada
A1.
p ( x)
q( x)
untuk
x{1,2, , n}.
p( x)
p (c) lim
= x c
= lim r ( x)
x c
q (c )
lim q ( x)
xc
Dengan kata lain, r kontinu pada c. Karena c sebarang bilangan real yang bukan akar
dari q, kita katakan bahwa suatu fungsi rasional yang kontinu pada setiap bilangan
real dimana fungsi tersebut terdefinisi.
159
Aljabar Himpunan
Untuk mengerjakan ini kita akan menggunakan sifat-sifat dari fungsi sinus dan
cosinus yang pada bagian ini tidak akan dibuktikan. Untuk semua x,y,zR kita mempunyai
sin z z,
cos z 1,
sin z z,
sin z 1,
cos x
sin x
Asalkan sin x 0 (yaitu, asalkan x n, nZ). Karena sin dan cos kontinu pada R,
maka mengikuti Komentar 5.2.3 bahwa fungsi cot kontinu pada domainnya. Fungsifungsi trigonometri yang lain dilakukan dengan proses pengerjaan yang serupa.
5.2.5
160
Pendahuluan
(a) Jika f kontinu pada suatu titik cA, maka f kontinu pada c.
(b) Jika f kontinu pada A, maka f kontinu pada A.
Teorema
f (x) =
f (x) .
f kontinu pada c.
f kontinu pada A.
bahwa f(A) B.
5.2.7 Teorema Misalkan A,BR, f : A R dan g : B R fungsifungsi sedemikian sehingga f(A)B. Jika f kontinu pada suatu titik cA dan g kontinu pada b = f(c) B, maka komposisi g o f : A R kontinu pada c.
kontinu pada c.
A.
Analisis Real I
161
Aljabar Himpunan
Bukti. Teorema ini secara serta-merta mengikuti hasil sebelumnya, jika , berturut-turut, f dan g kontinu pada setiap titik A dan B.
Teorema 5.2.7 dan 5.2.8 sangat bermanfaat dalam menunjukkan bahwa
fungsi-fungsi tertentu kontinu. Teorema-teorema ini dapat dipergunakan dalam berbagai situasi dimana situasi ini akan sulit untuk menggunakan definisi kekontinuan
secara langsung.
5.2.9
Contoh-contoh
g1(x) g1(c) x - c
untuk semua x,cR. Dari sini g1 kontinu pada cR. Jika f : A R sebarang
fungsi kontinu pada A, maka Teorema 5.2.8 mengakibatkan bahwa g1 o f = f kontinu pada A. Ini memberikan cara lain pembuktian dari Teorema 5.2.5.
(b) Misalkan g2(x) =
bahwa g2 kontinu pada sebarang c 0. Jika f : A R kontinu pada A dan jika f(x)
0 untuk semua xA, maka menurut Teorema 5.2.8 g2 o f =
V
W
b
g(b)
U
c
Analisis Real I
GAMBAR 5.2.1
162
Pendahuluan
Soal-soal
1. Tentukan titik-titik kekontinuan dari fungsi-fungsi berikut dan nyatakan teoremateorema mana yang dipergunakan dalam setiap kasus :
(a). f(x) =
x2 + 2 x + 1
(xR);
x2 + 1
(c). h(x) =
1 + sin x
x
(b) g(x) =
(x 0);
x+ x
(x 0);
2. Tunjukkan bahwa jika f : A R kontinu pada AR dan jika nN, maka fungsi fn didefinisikan oleh fn(x) = (f(x))n untuk xA, kontinu pada A.
3. Berikan satu contoh f dan g yang kedua-duanya tidak kontinu pada suatu titik c dalam R
sedemikian sehingga : (a) fungsi jumlah f + g kontinu pada c, (b) fungsi hasil kali fg kontinu pada c.
4. Misalkan x x menyatakan fungsi bilangan bulat terbesar (lihat Latihan 5.1.4.) Tentukan titik-titik kekontinuan dari fungsi f(x) = x - x, xR.
5. Misalkan g didefinisikan pada R oleh g(1) = 0, dan g(x) = 2 jika x 1, dan misalkan f(x)
= x + 1 untuk semua xR. Tunjukkan bahwa lim g o f g
x0
tinu pada b. Tunjukkan bahwa lim g o f = g(b). (Bandingkan hasil ini dengan Teorema
x0
Analisis Real I
163
Aljabar Himpunan
11. Jika f dan g kontinu pada R, misalkan pula S = {xR : f(x) g(x)}. Jika (sn)S dan lim
(sn) = s, tunjukkan bahwa sS.
12. Suatu fungsi f : R R dikatakan aditif jika f(x + y) = f(x) + f(y) untuk semua x,yR.
Buktikan bahwa jika f kontinu pada suatu titik x0, maka fungsi itu kontinu pada setiap titik dalam R. (Lihat Latihan 4.2.12.)
13. Misalkan f fungsi aditif kontinu pada R. Jika c = f(1), tunjukkan bahwa kita mempunyai
f(x) = cx untuk semua xR. [Petunjuk : Pertama-tama tunjukkan bahwa jika r suatu bilangan rasional, maka f(r) = cr.]
14. Misalkan g : R R memenuhi hubungan g(x + y) = g(x)g(y) untuk semua x,yR. Tunjukkan bahwa jika g kontinu pada x = 0, maka g kontinu pada setiap titik dalam R. Juga
jika kita mempunyai g(a) = 0 untuk suatu a R, maka g(x) = 0 untuk semua xR.
15. Misalkan f,g : R R kontinu pada suatu titik c, dan h(x) = sup{f(x), g(x)} untuk xR.
Tunjukkan bahwa h(x) = (f(x) + g(x)) + f(x) g(x) untuk semua xR. Gunakan
hasil ini untuk menunjukkan bahwa h kontinu pada c.
16. Misalkan I = [a,b] dan f : I R terbatas dan kontinu pada I. Definisikan g : I R dengan g(x) = sup{f(t) : a t b} untuk semua xI. Buktikan bahwa g kontinu pada I.
5.3.1 Definisi Suatu fungsi f : A R dikatakan terbatas pada A, jika terdapat M > 0 sedemikan sehingga f(x) M untuk semua xA.
Dengan kata lain, suatu fungsi dikatakan terbatas jika range-nya merupakan suatu
himpunan terbatas dalam R. Kita mencatat bahwa suatu fungsi kontinu tidak perlu terbatas.
Contohnya, fungsi f(x) = 1/x adalah fungsi kontinu pada himpunan A = {xR : x > 0}. Akan
tetapi, f tidak terbatas pada A. Kenyataannya, f(x) = 1/x tidak terbatas apabila dibatasi pada B
= {xR : 0 < x < 1}. Akan tetapi, f(x) = 1/x terbatas apabila dibatasi untuk himpunan C =
{xR : 1 x}, meskipun himpunan C tidak terbatas.
Analisis Real I
164
Pendahuluan
f( xnr ) > nr r
untuk rN
Oleh karena itu pengandaian bahwa fungsi kontinu f tidak terbatas pada interval tertutup dan terbatas I menimbulkan kontradiksi.
5.3.3
suatu maksimum mutlak pada A jika terdapat suatu titik x*A sedemikian sehingga
f(x*) f(x)
Kita katakan f mempunyai suatu minimum mutlak pada A jika terdapat suatu titik
x*A sedemikian sehingga
f(x*) f(x)
Kita katakan bahwa x* suatu titik maksimum mutlak untuk f pada A, dan x* suatu
titik minimum mutlak dari f pada A, jika titik-titik itu ada.
Kita perhatikan bahwa suatu fungsi kontinu pada himpunan A tidak perlu mempun-
Analisis Real I
165
Aljabar Himpunan
yai suatu maksimum mutlak atau minimum mutlak pada himpunan tersebut. Sebagai contoh,
f(x) = 1/x, yang tidak mempunyai baik titik maksimum mutlak maupun minimum mutlak
pada himpunan A = {xR : x > 0}. (Lihat Gambar 5.3.1). Tidak adanya titik maksimum absolut untuk f pada A karena f tidak terbatas diatas pada A, dan tidak ada titik yang mana f
mencapai nilai 0 = inf{f(x) : xA}. Fungsi yang sama tidak mempunyai baik suatu maksimum mutlak maupun minimum mutlak apabila dibatasi pada himpunan {xR : 0 < x < 1},
sedangkan fungsi ini mepumyai nilai maksimum mutlak dan juga minimum mutlak apabila
dibatasi pada himpunan {xR : 1 x 2}. Sebagai tambahan, f(x) = 1/x mempunyai suatu
maksimum mutlaktetapi tidak mempunyai minimum mutlak apabila dibatasi pada himpunan
{xR : x 1}, tetapi tidak mempunyai maksimum mutlak dan tidak mempunyai nilai minimum mutlak apabila dibatasi pada himpunan {xR : x > 1}.
Jika suatu fungsi mempunyai suatu titik maksimum mutlak, maka titik ini tidak perlu ditentukan secara tunggal. Sebagai contoh, fungsi g(x) = x2 didefinisikan
untuk xA = [-1,+1] mempunyai dua titik x = !1 yang memberikan titik maksimum
pada A, dan titik tunggal x = 0 menghasilkan minimum mutlaknya pada A. (Lihat
Gambar 5.3.2.) Untuk memilih suatu contoh ekstrim, fungsi konstan h(x) = 1 untuk
xR adalah sedemikian sehingga setiap titik dalam R merupakan titik maksimum
mutlak dan sekaligus titik minimum mutlak untuk f.
dan terbatas dan f : I R kontinu pada I. Maka f mempunyai maksimum mutlak dan
minimum mutlak pada I.
Bukti. Pandang himpunan tak kosong f(I) = {f(x) : xI} nilai-nilai dari f pada
I. Dalam Teorema 5.3.2 sebelumnya telah diperlihatkan bahwa f(I) merupakan sub-
Analisis Real I
166
Pendahuluan
himpunan dari R yang terbatas. Misalkan s* = sup f(I) dan s* = inf f(I). Kita claim
bahwa terdapat titik-titik x* dan x* sedemikian sehingga s* = f(x*) dan s* = f(x*). Kita
akan memperlihatkan bahwa keberadaan titik x*, meninggalkan pembuktian eksistensi
dari x* untuk pembaca.
GAMBAR 5.3.2 Grafik fungsi g(x) = x2 (x 1)
Karena s* = sup f(I), jika nN, maka s* - 1/n bukan suatu batas atas dari himpunan f(I). Akibatnya terdapat bilangan real xnI sedemikian sehingga
s* -
(#)
1
< f(xn) s*
n
untuk nN.
Karena I terbatas, barisan X = (xn) terbatas. Oleh karena itu, dengan menggunakan
Teorema Bolzano-Weiestrass 3.4.7, terdapat subbarisan X = ( xnr ) dari X yang konvergen ke suatu bilangan x*. Karena unsur-unsur dari X termasuk dalam I = [a,b],
maka mengikuti Teorema 3.2.6 bahwa x*I. Oleh karena itu f kontinu pada x* dengan
demikian lim (f( xnr )) = f(x*). Karena itu mengikuti (#) bahwa
s* -
1
< f( xnr ) s*
nr
untuk rN,
kita menyimpulkan dari Teorema Apit 3.2.7 bahwa lim (f( xnr )) = s*. Oleh karena itu
kita mempunyai
f(x*) = lim (f( xnr )) = s* = sup f(I).
Kita simpulkan bahwa x* adalah suatu titik maksimum mutlak dari f pada I.
Hasil berikut memberikan suatu dasar untu lokasi akar dari fungsi-fungsi kontinu. Pembuktiannya memberikan juga suatu algoritma untuk pencarian akar dan dapat dengan mudah diprogram untuk suatu komputer. Suatu alternatif pembuktian dari
teorema ini ditunjukkan dalam Latihan 5.3.8.
167
Aljabar Himpunan
Bukti. Kita asumsikan bahwa f() < 0 < f(). Misalkan I1 = [,] dan = (
+ ). Jika f() = 0 kita ambil c = dan bukti lengkap. Jika f() > 0 kita tetapkan 2 =
, 2 = , sedangkan jika f() < 0 kita tetapkan 2 = , 2 = . Dalam kasus apapun,
kita tetapkan I2 = [2,2], dimana f(2) < 0 dan f(2) > 0. Kita lanjutkan proses biseksi
ini.
Anggaplah bahwa kita telah mempunyai interval-interval I1, I2, , Ik = [k,k]
yang diperoleh dengan biseksi secara berturut-turut dan sedemikian sehingga f(k) < 0
dan f(k) > 0. Misalkan k = (k + k). Jika f(k) = 0 kita ambil c = k dan bukti
lengkap. Jika f(k) > 0 kita tetapkan k+1 = k, k+1 = k, sedangkan jika f(k) < 0 kita
tetapkan k+1 = k, k+1 = k. Dalam kasus apapun, kita tetapkan Ik+1 = [k+1,k+1],
dimana
f(k+1) < 0 dan f(k+1) > 0.
Jika proses ini diakhiri dengan penetapan suatu titik n sedemikian sehingga f(n) =0,
pembuktian selesai. Jika proses ini tidak berakhir, kita memperoleh suatu barisan
nested dari interval-interval tutup In = [n,n], nN. Karena interval-interval ini
Analisis Real I
168
Pendahuluan
R kontinu pada I. Jika a, bI dan jika kR memenuhi f(a) < k < f(b), maka terdapat
suatu titik cI antara a dan b sedemikian sehingga f(c) = k.
Bukti. Anggaplah a < b dan misalkna g(x) = f(x) k; maka g(a) < 0 < g(b).
Menurut Teorema Lokasi Akar 5.3.5 terdapat suatu titik c dengan a < c < b
sedemikian sehingga 0 = g(c) = f(c) k. Oleh karena itu f(c) = k.
Jika b < a, misalkan h(x) = k f(x) dengan demikian h(b) < 0 < h(a). Oleh
karena itu terdapat titik c dengan b < c < a sedemikian sehingga 0 = h(c) = k f(c),
dari sini f(c) = k.
5.3.7
Bukti. Ini mengikut pada Teorema MaksimumMinimum 5.3.4 bahwa terdapat titik-titik c* dan c* dalam I sedemikian sehingga
inf f(I) = f(c*) k f(c*) = sup f(I).
Sekarang kesimpulan mengikut pada Teorema 5.3.6.
Teorema berikut ini meringkaskan hasil utama dari pasal ini. Teorema ini
menyatakan bahwa peta dari suatu interval tertutup dan terbatas dibawah suatu fungsi
kontinu juga interval tertutup dan terbatas. Titik-titik ujung dari interval peta adalah
nilai maksimum mutlak dan minimum mutlak dari fungsi, dan pernyataan bahwa semua nilai antara nilai maksimum dan nilai minimum masuk dalam interval peta
adalah suatu cara dari pertimbangan Teorema Nilai Antara Bolzano.
5.3.8 Misalkan I = [a,b] suatu interval tutup dan terbatas. Misalkan pula f : I
R kontinu pada I. Maka himpunan f(I) = {f(x) : xI} adalah interval tutup dan ter-
batas.
Analisis Real I
169
Aljabar Himpunan
Bukti. Jika kita memisalkan m = inf f(I) dan M = sup f(I), maka mengetahui
dari Teorema Maksimum-Minimum 5.3.4 bahwa m dan M masuk dalam f(I). Selain
itu, kita mempunyai f(I) [m,M]. Di pihak lain, jika k sebarang unsur dari [m,M],
maka menurut Teotema Akibat sebelumnya bahwa terdapat suatu titik cI sedemikian
sehingga k = f(c). Dari sini, kf(I) dan kita menyimpulkan bahwa [m,M]f(I). Oleh
M
f(b)
f(a)
m
a
x*
x*
170
Pendahuluan
val buka tidak perlu suatu interval buka, dan peta kontinu dari suatu interval tertutup
tak terbatas tidak perlu interval tertutup. Memang, jika f(x) = 1/(x2 + 1) untuk xR,
maka f kontinu pada R [lihat Contoh 5.2.4(b)]. Mudah untuk melihat bahwa jika I1 =
(-1,1), maka f(I1) = (,1], yang mana bukan suatu interval buka. Juga, jika I2 = [0,),
maka f(I2) = (0,1] yang mana bukan interval tutup. (Lihat Gambar 5.3.4.)
Untuk membuktikan Teorema Pengawetan Interval 5.3.10, kita perlu lemma
pencirian interval berikut.
(*)
Maka S suatu interval.
171
Aljabar Himpunan
suatu batas atas darin S dengan demikian terdapat yS dengan z < y. Akibatnya,
z[x,y] dan sifat (*) mengakibatkan z[x,y]S. Karena z unsur sebarang dalam (a,b),
maka disimpulkan bahwa (a,b) S.
Jika aS dan bS, maka kita mempunyai S = (a,b); jika aS dan bS kita
mempunyai S = (a,b]; jika aS dan bS kita mempunyai S = [a,b); dan jika aS dan
bS kita mempunyai S = [a,b].
sus ini kita mempunyai S = (a,) jika aS, dan S = [a,) jika aS.
(iv)
bahwa terdapat x,yS sedemikian sehingga z[x,y]S. Oleh karena itu RS, dengan
demikian S = (-,).
Jadi, dalam semua kasus, S merupakan suatu interval.
Analisis Real I
172
Pendahuluan
Latihan-latihan
1. Misalkan I = [a,b] dan f : I R fungsi kontinu sedemikian sehingga f(x) > 0 untuk
setiap xI. Buktikan bahwa terdapat suatu > 0 sedemikian sehingga f(x) untuk semua xI.
2. Misalkan I = [a,b] dan f : I R dan g : I R fungsi kontinu pada I. Tunjukkan bahwa
himpunan E = {xI : f(x) = g(x)} mempunyai sifat bahwa jika (xn)E dan xn x0, maka
x0E.
3. Misalkan I = [a,b] dan f : I R fungsi kontinu pada I sedemikian sehingga untuk setiap
x dalam I terdapat y dalam I sedemikian sehingga f(y) f(x). Buktikan bahwa terdapat suatu titik c dalam I sedemikian sehingga f(c).
4. Tunjukkan bahwa setiap polinomial derajat ganjil dengan koefisien real mempunyai paling sedikit akar real.
5. Tunjukkan bahwa polinomial p(x) = x4 + 7x3 9 mempunyai paling sedikit dua akar real.
Gunakan kalkulator untuk menemukan akar-akar ini hingga dua tempat desimal.
6. Misalkan f kontinu pada interval [0,1] ke R dan sedemikian sehingga f(0) = f(1). Buktikan bahwa terdapat suatu titik c dalam [0,] sedemikian sehingga f(c) = f(c + ). [Petunjuk : Pandang g(x) = f(x) f(x +).] Simpulkan bahwa , sebarang waktu, terdapat titiktitik antipodal pada equator bumi yang mempunyai temperatur yang sama.
7. Tunjukkan bahwa persamaan x = cos x mempunyai suatu solusi dalam interval [0,/2].
Gunakan prosedur biseksi dalam pembuktian Teorema Pencarian Akar dan kalkulator untuk menemukan suatu solusi oproksimasi dari persamaan ini, teliti sampai dua tempat desimal.
8. Misalkan I = [a,b] dan f : I R fungsi kontinu pada I dan misalkan f(a) < 0, f(b) > 0.
Misalkan pula W = {xI : f(x) < 0}, dan w = sup W. Buktikan bahwa f(w) = 0. (Ini
memberikan suatu alternatif pembuktian Teorema 5.3.5.)
9. Misalkan I = [0,/2], dan f : I R didefinisikan oleh f(x) = sup {x2,cos x} untuk xI.
Tunjukkan terdapat suatu titik minimum mutlak x0I untuk f pada I. Tunjukkan bahwa x0
merupakan suatu solusi untuk persamaan cos x = x2.
10. Andaikan bahwa f : R R kontinu pada R dan bahwa lim f = 0 dan lim f = 0.
x
Buktikan bahwa f terbatas pada R dan mencapai maksimum atau minimum pada R.
Analisis Real I
173
Aljabar Himpunan
Berikan contoh untuk menunjukkan bahwa maksimum dan minimum, keduanya, tidak
perlu dicapai.
11. Misalkan f : R R kontinu pada R dan R. Tunjukkan bahwa jika x0R sedemikian
sehingga f(x0) < , maka terdapat suatu lingkungan- U dari x0 sedemikian sehingga f(x)
< untuk semua xU.
12. Ujilah bahwa interval-interval buka [atau, tutup] dipertakan oleh f(x) = x2 untuk xR
pada interval-interval buka [atau, tutup].
13. Ujilah pemetaan dari interval-interval buka [atau, tutup] dibawah fungsi-fungsi g(x) =
1/(x2 + 1) dan h(x) = x3 untuk xR.
14. Jika f : [0,1] R kontinu dan hanya mempunyai nilai-nilai rasional [atau, nilai-nilai
irasional], mesti f fungsi konstan.
15. Misalkan I = [a,b] dan f : I R suatu fungsi (tidak perlu kontinu) dengan sifat bahwa
untuk setiap xI, fungsi f terbatas pada suatu lingkungan V x ( x ) dari x (dalam pengertian pada Definisi 4.2.1). Buktikan bahwa f terbatas pada I.
16. Misalkan J = (a,b) dan g : J R fungsi kontinu dengan sifat bahwa untuk setiap xJ,
fungsi g terbatas pada suatu lingkungan V x ( x ) dari x. Tunjukkan bahwa g tidak perlu
terbatas pada J.
Analisis Real I
174
Pendahuluan
f(x) f(u) = 2x - u,
dan dengan demikian kita dapat memilih (,u) = /2 untuk semua > 0, uR (Mengapa?)
Di pihak lain jika kita memandang g(x) = 1/x unuk xA {xR : x > 0}, maka
(1)
g(x) g(u) =
ux
.
ux
maka jika x - u < (,u) kita mempunyai x - u < u dengan demikian u < x <
3
2
u, dimana berarti bahwa 1/x < 2/u. Jadi, jika x - u < u, ketaksamaan (1)
menghasilkan ketaksamaan
(3)
Akibatnya, jika x - u < (,u), ketaksamaan (3) dan definisi (2) mengakibatkan
Analisis Real I
175
Aljabar Himpunan
Suatu tanda bagi pembaca akan mempunyai pengamatan bahwa terdapat pilihan lain yang dapat dibuat untuk . (Sebagai contoh kita juga dapat memilih 1(,u) =
inf{ 13 u,
2
3
u2}, sebagaimana pembaca dapat tunjukkan; akan tetapi kita masih mem-
punyai inf{(,u) : u > 0} = 0.) Kenyataannya, tidak ada cara pemilihan satu nilai
yang akan work untuk semua u > 0 untuk fungsi g(x) = 1/x, seperti kita akan lihat.
Situasi di atas diperlihatkan secara grafik dalam Gambar 5.4.1 dan 5.4.2 dimana, untuk lingkungan- yang diberikan sekitar f(2) = dan f() = 2, sesuai dengan nilai maksimum dari terlihat sangat berbeda. Seperti u menuju 0, nilai yang
diperbolehkan menuju 0.
5.4.1
Definisi
seragam pada A jika untuk setiap > 0 terdapat () > 0 sedemikian sehingga jika
x,uA sebarang bilangan yang memenuhi x - u < (), maka f(x) f(u) < .
Ini jelas bahwa jika f kontinu seragam pada A, maka f kontinu seragam pada
setiap titk dalam A. Akan tetapi, secara umum konversnya tidak berlaku, sebagaimana
telah ditunjukkan oleh fungsi g(x) = 1/x pada himpunan A = {xR : x > 0}.
Pengertian di atas berguna untuk memformulasi syarat ekuivalensi untuk
mengatakan bahwa f tidak kontinu seragam pada A. Kita akan memberikan kriteria
demikian dalam hasil berikut, ditinggalkan pembuktiannya seagai latihan bagi pembaca.
(ii)
Analisis Real I
176
Pendahuluan
(iii) Terdapat 0 > 0 dan dua barisan (xn) dan (un) dalam A sedemikian sehingga lim (xn un) = 0 dan f(xn) f(un) 0 untuk semua nN.
Kita dapat menggunakan hasil ini untuk menunjukkan bahwa g(x) = 1/x kontinu tidak seragam pada A = {xR : x > 0}. Karena, jika xn = 1/n dan un = 1/(n + 1),
maka kita mempunyai lim (xn un) = 0, tetapi g(x) g(u) = 1 untuk semua nN.
Bukti. Jika f tidak kontinu seragam pada I maka menurut hasil sebelumnya,
terdapat 0 > 0 dan dua barisan (xn) dan (un) dalam A sedemikian sehingga xn - un <
1/n dan f(xn) f(un) > 0 untuk semua nN. Karena I terbatas, barisan (xn) terbatas;
menurut Teorema Bolzano-Weierstrass 3.4.7 terdapat subbarisan ( xnk ) dari (xn) yang
konvergen ke suatu unsur z. Karena I tertutup, limit z masuk dalam I, menuurt Teorema 3.2.6. Ini jelas bahwa subbarisan yang bersesuaian ( unk ) juga konvergen ke z,
karena
Analisis Real I
177
Aljabar Himpunan
f(xn) f(un) 0
untuk semua nN. Jadi hipotesis bahwa f tidak kontinu seragam pada interval tutup
dan terbatas I mengakibatkan f tidak kontinu pada suatu titik zI. Akibatnya, jika f
kontinu pada setiap titik dalam I, maka f kontinu seragam pada I.
Fungsi-fungsi Lipschitz
Jika suatu fungsi kontinu seragam diberikan pada suatu himpunan yang merupakan interval tidak tertutup dan terbatas, maka kadang-kadang sulit untuk menunjukkan kekontinuan seragamnya. Akan tetapi, terdapat suatu syarat yang selalu terjadi
yang cukup untuk menjamin kekontinuan secara seragam.
f(x) f(u) Kx - u
untuk semua x,uA, maka f dikatakan fungsi Lipschitz (atau memenuhi syarat
Lipschitz) pada A.
Syarat bahwa suatu fungsi f : I R pada suatu interval I adalah fungsi
Lipschitz dapat diinterpretasi secara geometri sebagai berikut. Jika kita menuliskan
syaratnya sebagai
f ( x ) f (u )
K,
xu
x,uI, x u,
maka kuantitas dalam nilai mutlak adalah kemiringan segmen garis yang melalui titiktitik (x,f(x)) dan (u,f(u)). Jadi, suatu fungsi f memenuhi syarat Lipschitz jika dan
hanya jika kemiringan dari semua segmen garis yang menghubungkan dua titik pada
grafik y = f(x) pada I terbatas oleh suatu K.
5.4.5 Teorema
seragam pada A.
Analisis Real I
178
Pendahuluan
Bukti. Jika syarat Lipschitz dipenuhi dengan konstanta K, maka diberikan >
0 sebarang, kita dapat memilih = /K. Jika x,uA dan memenuhi x - u < , maka
5.4.6 Contoh-contoh (a) Jika f(x) = x2 pada A = [0,b], dimana b suatu konstanta positif, maka
g(x) Kx untuk semua xI. (Mengapa tidak?) Oleh karena itu, g bukan suatu
fungsi Lipschitz pada I.
(c) Teorema Kekontinuan Seragam dan Teorema 5.4.5 kadang-kadang dapat
dikombinasikan untuk memperlihatkan kekontinuan seragam dari suatu fungsi pada
suatu himpunan. Kita pandang g(x) =
g(x) g(u) =
xu
x +
x - u
u
Jadi g suatu fungsi Lipschitz pada J dengan konstanta K = , dan dari sini menurut
Teorema 5.4.5, g kontinu seragam pada [1,). Karena A = IJ, ini berarti [dengan
pemilihan () = inf{1,I(),J()}] bahwa g kontinu seragam pada A. Kita tinggalkan
detailnya untuk pembaca.
Analisis Real I
179
Aljabar Himpunan
Bukti. Misalkan (xn) barisan Cauchy dalam A, dan > 0 diberikan. Pertamatama pilih > 0 sedemikian sehingga jika x,u dalam A memenuhi x - u < , maka
f(x) f(u) < . Karena (xn) barisan Cauchy, maka terdapat H() sedemikian sehingga xn - xm < untuk semua n,m > H(). Dengan pemilihan , ini mengakibatkan bahwa untuk n,m > H(), kita mempunyai f(xn) f(xm) < . Oleh karena itu barisan (f(xn)) barisan Cauchy.
Hasil di atas memberikan kita suatu cara alternatif dalam melihat bahwa f(x) =
1/x tidak kontinu seragam pada (0,1). Kita perhatikan bahwa barisan yang diberikan
oleh xn = 1/n dalam (0,1) merupakan barisan Cauchy, tetapi barisan petanya, dimana
f(xn) = n untuk semua nN bukan barusan Cauchy.
5.4.8
interval (a,b) jika dan hanya jika f dapat didefinisikan pada titik-titik ujung a dan b
sedemikian sehingga fungsi perluasannya kontinu pada [a,b].
Bukti. Suatu fungsi yang kontinu seragam pada [a,b] tentu saja kontinu pada
(a,b), dengan demikian kita hanya perlu membuktikan implikasi sebaliknya.
Analisis Real I
180
Pendahuluan
gunaan Kriteria Sekuensial untuk limit. Jika (xn) barisan dalam (a,b) dengan lim (xn)
= a, maka barisan ini barisan Cauchy, dan dengan demikian konvergen menurut Teorema 3.5.4. Jadi lim (f(xn)) = L ada. Jika (un) sebarang barisan lain dalam (a,b) yang
konvergen ke a, maka lim (un - xn) = a a = 0, dengan demikian oleh kekontinuan
seragam dari f kita mempunyai
Lim (f(un)) = lim (f(un) f(xn)) + lim (f(xn))
= 0 + L = L.
Karena kita memperoleh nilai L yang sama untuk sebarang barisan yang konvergen ke
a, maka dari Kriteria Sekuensial untuk limit kita menyimoulkan bahwa f mempunyai
limit L pada a. Argumen yang sama digunakan untuk IbI, dengan demikian kita simpulkan bahwa f mempunyai perluasan kontinu untuk interval [a,b].
Karena lim dari f(x) = sin(1/x) pada 0 tidak ada,
kita menegaskan dari Teorema Perluasan Kontinu bahwa fungsi ini tidak kontinu
seragam pada (0,b] untuk sebarang b > 0. Di pihak lain, karena lim x sin (1 x ) = 0 ada,
x 0
maka fungsi g(x) = x sin (1/x) kontinu seragam pada (0,b) untuk semua b > 0.
Aproksimasi
Dalam banyak aplikasi adalah penting untuk dapat
mengaproksimasi fungsi-fungsi kontinu dengan suatu fungsi yang memiliki sifat-sifat
dasar. Meskipun terdapat variasi definisi yang dapat digunakan untuk membuat kata
aproksimasi lebih tepat, satu diantaranya yang sangat alami (dan juga salah satu
yang terpenting) adalah memaksa bahwa setiap titik dari domain yang diberikan,
fungsi aproksimasinya akan tidak berbeda dari fungsi yang diberikan dengan lebih
kecil dari kesalahan yang ditentukan.
Analisis Real I
181
Aljabar Himpunan
0, - 2 x < 1,
1, - 1 x < 0,
12 , 0 < x < 12 ,
s(x) =
1
3, 2 x < 1,
2, 1 x 3,
2, 3 < x 4,
(
(
[
(
Analisis Real I
182
Pendahuluan
dengan demikian s adalah konstanta pada setiap interval Ik. (Kenyataannya bahwa
nilai dari s pada Ik adalah nilai dari f pada titik ujung dari Ik, Lihat Gambar 5.4.4.)
Akibatnya jika xIk, maka
Analisis Real I
183
Aljabar Himpunan
5.4.11
Akibat
dan terbatas, dan f : I R kontinu pada I. Jika > 0, maka terdapat bilangan asli m
sedemikian sehingga jika kita membagi I dalam m interval saling lepas Ik yang mempunyai panjang h = (b a)/m, maka fungsi tangga s didefinisikan pada (4) memenuhi
Teorema 5.4.13
dan terbatas, dan f : I R kontinu pada I. Jika > 0, maka terdapat suatu fungsi linear potong-demi-potong kontinu g : I R sedemikian sehingga f(x) - g(x) <
untuk semua xI.
Analisis Real I
184
Pendahuluan
kh] untuk k = 2, ,m. Pada setiap interval Ik kita definisikan g fungsi linear yang
menghubungkan titik-titik
(a + (k 1)h,f(a + (k 1)h)
dan
(a + kh,f(a
+ kh)).
Maka g fungsi linear potong-demi-potong kontinu pada I. Karena, untuk xIk nilai
f(x) tidak lebih dari dari f(a + (k 1)h) dan f(a + kh), ditinggalkan sebagai latihan
pembaca untuk menunjukkan bahwa f(x) - g(x) < untuk semua xIk; oleh karena
itu ketaksamaan ini berlaku untuk semua xI. (Lihat Gambar 5.4.5.)
185
Aljabar Himpunan
5.4.14 Teorema Aproksimasi Weierstrass Misalkan I = [a,b] dan misalkan f : I R kontinu. Jika > 0 diberikan, maka terdapat
suatu fungsi polinimial p sedemikian sehingga f(x) - p(x) < untuk semua xI.
Terdapat sejumlah pembuktian dari teorema ini.
Sayangnya, semua pembyktiian itu agak berbelit-belit, atau memakai hasil-hasil yang
belum pada pengerjaan kita. Salah satu pembuktian yang paling elementer berdasarkan pada teorema berikut yang dikemukakan oleh Serge Bernsten, untuk fungsi kontinu pada [0,1]. Diberikan f : [0,1] R, Bernsten mendefinisikan barisan polinomial
:
n
(5)
Bn (x) =
k n
f n k x k (1 x )
k =0
nk
Fungsi polinomial Bn, yang didefinisikan dalam (5) dinamakan polinomial Bernsten
ke-n untuk f; ini adalah suatu polinomial derajat aling tinggi n dan koefisienkoefisiennya bergantung pada nilai dari fungsi f pada n + 1 titik
0,
1 2
k
, , , , ,1,
n n
n
n
n!
n(n k )L(n k + 1)
=
=
1 2L k
k k! (n k )!
5.4.15 Teorema Aproksimasi Bernsten Misalkan f : [0,1] R fungsi konttinu dan misalkan > 0. Terdapat nN sedemikian sehingga jika n n, maka kita mempunyai f(x) Bn(x) < untuk semua x[0,1].
186
Pendahuluan
sedemikian sehingga f(x) f(y) < untuk semua x,y[0,1] dengan x - y < (),
dan jika M f(x) untuk semua x[0,1], maka kita dapat memilih
n =sup{((/2)-4,M2/2}.
(6)
Menaksir (6) memberikan informasi tentang seberapa besar n yang mesti kita pilih
agar Bn mengaproksimasi f tidak melebihi .
Teorema Aproksimasi Weierstrass 5.4.14 dapat
diperoleh dari Teorema Aproksimasi Bernsten 5.4.15 dengan suatu pengubahan variabel. Secara khusus, kita ganti f : [a,b] R dengan fungsi F : [0,1] R yang didefinisikan oleh
untuk t[0,1].
Fungsi F dapat diaproksimasi dengan polinmial Bernsten untuk F pada interval [0,1],
yang mana selanjutnya menghhasilkan polinomial pada [a,b] yang mengaproksimasi f.
Latihan-latihan
1. Tunjukkan bahwa fungsi f(x) = 1/x kontinu seragam pada himpunan A = [a,),
dimana a suatu konstanta positif.
2. Tunjukkan bahwa fungsi f(x) 1/x2 kontinu seragam pada A = [1,), tetapi tidak
kontinu seragam pada B = (0,).
3. Gunakan Kriteria Kekontinuan Tak-Seragam 5.4.2 untuk menunjukkan bahwa
fungsi-fungsi berkut ini tidak kontinu seragam pada himpunan yang diberikan.
(a) f(x) = x2
(b) g(x) = sin(1/x)
A =[0,);
B = (0,).
4. Tunjukkan bahwa fungsi f(x) = 1/(1 + x2) untuk xR kontinu seragam pada R
5. Tunjukkan bahwa jika f dan g kontinu seragam pada AR, maka f + g juga kontinu seragam pada A.
6. Tunjukkan bahwa jika f dan g kontinu seragam pada AR dan jika kedua-duanya
terbatas pada A, maka hasil kali fg juga fungsi kontinu seragam.
7. Jika f(x) = x dan g(x) = sin x, tunjukkan bahwa f dan g kontinu seragam pada R,
tetapi hasil kali fg tidak kontinu seragam pada R.
Analisis Real I
187
Aljabar Himpunan
8. Buktikan bahwa jika f dan g masing-masing kontinu seragam pada R maka fungsi
komposisinya f o g juga kontinu seragam pada R.
9. Jika f kontinu seragam pada AR, dan f(x) k > 0 untuk semua xA, tunjukkan bahwa 1/f kontinu seragam pada A.
10. Buktikan bahwa jika f kontinu seragam pada suatu himpunan AR yang terbatas,
maka f terbatas pada A.
11. Jika g(x) =
g(x) < untuk semua xA. Buktikan bahwa f kontinu seragam pada A.
14. Suatu fungsi f : R R dikatakan fungsi periodik pada A jika terdapat suatu
bilangan p > 0 sedemikian sehingga f(x + p) = f(x) untuk semua xR. Buktikan
bahwa suatu fungsi periodik kontinu pada R adalah terbatas dan kontinu seragam
pada R.
15. Jika f0(x) = 1 untuk x[0,1], Hitunglah beberapa polinomial pertama Bernsten
untuk f0.Tunjukkan bahwa polinomial ini serupa dengan f0. [Petunjuk: Teorema
Binomial menyatakan bahwa (a + b)n =
k =0
k a k b n k ].
16. Jika f1(x) = x untuk x[0,1], Hitunglah beberapa polinomial pertama Bernsten
untuk f1.Tunjukkan bahwa polinomial ini serupa dengan f1.
17. Jika f2(x) = x2 untuk x(0,1), Hitunglah beberapa polinomial pertama Bernsten
untuk f2.Tunjukkan bahwa Bn(x) = (1 1/n)x2 + (1/n)x.
Analisis Real I
188
Pendahuluan
18. Gunakan hasil latihan sebelumnya untuk f2, seberapa besarnya n sedemikian sehingga polinomial Bernsten ke-n Bn untuk f2 memenuhi f2(x) Bn(x) 0,001
untuk semua x[0,1].
A jika untuk setiap x1,x2A dengan x1 x2 berlaku f(x1) f(x2). Fungsi f dikatakan
naik secara murni pada A jika untuk setiap x1,x2A dengan x1 < x2 berlaku f(x1) <
f(x2). Demikian juga, g : A R dikatakan turun pada A jika untuk setiap x1,x2A
dengan x1 x2 berlaku g(x1) g(x2). Fungsi g dikatakan turun secara murni pada A
jika untuk setiap x1,x2A dengan x1 > x2 berlaku g(x1) > g(x2).
Jika suatu fungsi naik atau turun pada A, maka kita katakan fungsi tersebut
monoton pada A. Jika f fungsi naimk murni ayau turun murni pada A, kita katakan
bahwa f monoton murni pada A.
Kita perhatikan bahwa jika f : A R naik pada A maka g = -f turun pada A;
demikian juga jika : A R turun pada A, maka = - naik pada A.
Dalam pasal ini, kita akan bekerja dengan fungsi-fungsi monoton yang didefinisikan pada suatu interval IR. Kita akan mendiskusikan fungsi-fungsi naik secara
eksplisit, tetapi itu jelas bahwa terdapat persesuaian hasil untuk fungsi-fungsi turun.
Hasil-hasil ini dapat diperoleh secara langsung dari hasil-hasil untuk fungsi-fungsi
naik atau dibuktikan dengan argumen yang serupa.
Fungsi monoton tidak perlu kontinu. Sebagai cintoh, jika f(x) = 0 untuk
x[0,1] dan f(x) = 1 untuk x(1,2], maka f merupakan fungsi naik pada [0,1], tetapi
tidak kontinu pada x = 1. Akan tetapi, hasil berikut ini menunjukkan bahwa suatu
fungsi monoton selalu mempunyai limit-limit sepihak baik limit pihak-kiri maupun
pihak-kanan (lihat Definisi 4.3.1) dalam R pada setiap titik yang bukan titik ujung
dari domainnya.
Analisis Real I
189
Aljabar Himpunan
5.5.1 Teorema Misalkan IR suatu interval dan f : I R naik pada I. Andaikan bahwa cI bukan titik ujung dari I. Maka
(i)
x c
(ii)
x c +
Bukti. Pertama-tama kita perhatikan jika xI dan x < c, maka f(x) f(c). Dari
sini himpunan {f(x) : xI, x < c}, yang mana tidak kosong karena c bukan titik ujung
dari I, terbatas diatas oleh f(c). Jadi ini menunjukkan bahwa supremumnya ada; kita
simbol dengan L. Jika > 0 diberikan, maka L - bukan suatu batas atas dari himpunan ini. Dari sini, terdapat y I, y < c sedemikian sehingga L - < f(y) L.
Karena f fungsi naik, kita simpulkan bahwa jika () = c - y dan jika 0 < c y < (),
maka ), maka y < y < c dengan demikian
5.5.2
Akibat
daikan bahwa cI bukan titik ujung dari I. Maka pernyataan-pernyataan berikut ini
ekuivalen.
(a) f kontinu pada c.
(b) lim f = f(c) = lim f
x c
x c +
Analisis Real I
190
Pendahuluan
Misalkan I suatu interval dan f : I R suatu fungsi naik. Jika a titik ujung
kiri dari I, maka merupakan suatu latihan untuk menunjukkan bahwa f kontinu pada a
jika dan hanya jika
jf(c)
{
c
Jika f : I R fungsi naik pada I dan jika c bukan suatu titik ujung dari I, kita
definisikan lompatan dari f pada c sebagai jf(c) = lim f - lim f . (Lihat Gambar
x c +
x c
dari I masuk dalam I, kita mendefinisikan lompatan dari f pada b menjadi jf(b) =
f(b) - lim f .
x b
Bukti. Jika c bukan suatu titik ujung, ini secara mudah mengikuti Akibat
5.5.2. Jika cI titik kiri ujung dari I, maka f kontinu pada c jika dan hanya jika f(c) =
Analisis Real I
191
Aljabar Himpunan
lim f , yang mana ekuivalen dengan jf(c) = 0. Cara serupa juga dapat diperoleh un-
x c +
Bukti. Kita akan menganggap bahwa f fungsi naik pada I. Mengikuti Teorema
5.5.3 bahwa D = {xI : jf(x) 0}. Kita akan memandang kasus bahwa I = [a,b] suatu
interval tertutup dan terbatas, ditinggalkan kasus lain sebagai latihan bagi pembaca.
Pertama-tama kita perhatikan bahwa karena f fungsi naik, maka jf(c) 0 untuk
semua cI. Selain itu, jika a x1 < < xn b, maka (mengapa?) kita mempunyai
jf(x) (f(b) f(a))/2; terdapat baling banyak tiga titik dalam I dimana jf(x) (f(b)
f(a))/3; dan seterusnya. Oleh karena itu terdapat paling banyak sejuemlah terhitung
titik-titik x dimana jf(x) > 0. Akan tetapi karena setiap titik dalam D mesti masuk
dalam himpunan ini, kita simpulkan bahwa D himpunan terhitung.
Teorema 5.5.4 beberapa aplikasi yang berguna. Sebagai contoh, diperlihatkan
dalam Latihan 5.2.12 bahwa jika h : R R memenuhi identitas
(*)
Analisis Real I
192
Pendahuluan
dan jika h kontinu pada satu titik x0, maka h kontinu pada setiap titik dalam R. Ini
berarti bahwa jika h merupakan fungsi monotan yang memenuhi (*), maka h mesti
f(b)
jf(x4)
jf(x3)
f(b) - f(a)
jf(x2)
jf(x1)
f(a)
a
x1
x2
x3
x4
kontinu pada R.
GAMBAR 5.5.2 jf(x1) + + jf(xn) f(b) f(a)
Fungsi-fungsi Invers
Sekarang kita akan memandang keberadaan invers suatu fungsi yang kontinu
pada suatu interval IR. Kita ingat kembali (lihat Pasal 1.2) bahwa suatu fungsi f : I
R mempunyai fungsi invers jika dan hanya jika f injektif ( = satu-satu); yaitu x,yI
dan x y mengakibatkan bahwa f(x) f(y). Kita perhatikan bahwa suatu fungsi
monoton murni adalah injektif dan dengan demikian mempunyai invers. Dalam teorema berikut, kita menunjukkan bahwa jika f : I R fungsi kontinu monoton murni,
maka f mempunyai suatu fungsi invers g pada J = f(I) yang juga fungsi kontinu
monoton murni pada J. Khususnya, jika f fungsi naik murni maka demikian juga dengan g, dan jika f fungsi turun murni maka demikian juga g.
Analisis Real I
193
Aljabar Himpunan
jg(c)
{.
o
g(c)
J
GAMBAR 5.5.3 g(y) x
untuk yJ
Bukti. Kita pandang kasus f fungsi naik murni, meninggalkan kasus bahwa f
fungsi turun murni untuk pembaca.
Karena f kontinu dan I suatu interval, maka menurut Teorema Pengawetan Interval 5.3.10, J = f(I) suatu interval. Selain itu, karena f naik murni pada I, maka f
fungsi injektif pada I; oleh karena itu fungsi g : J R invers dari f ada. Kita claim
bahwa g naik murni. Memang, jika y1 < y2, maka y1 = f(x1) dan y2 = f(x2) untuk suatu
x1, x2I. Kita mesti mempunyai x1 < x2; untuk hal lain x1 x2, mengakibatkan y1 =
f(x1) f(x2) = y2, bertentangan dengan hipotesis bahwa y1 < y2. Oleh karena itu kita
mempunyai
Analisis Real I
194
Pendahuluan
x c
x c +
Jika kita memilih sebarang x g(c) yang memenuhi lim g < x < lim g , maka x
x c
x c +
mempunyai sifat bahwa x g(y) untuk sebarang yJ. (Lihat Gambar 5.5.3.) Dari sini
xI, yang mana kontradikdi dengan fakta bahwa I suatu interval. Oleh karena itu kita
menyimpulkan bahwa g kontinu pada J.
(i)
n genap. Agar diperoleh suatu fungsi yang monoton murni, kita batasi
perhatian kita untuk interval I = [0,). Jadi, misalkan f(x) = xn untuk xI. (Lihat
Gambar 5.5.4.) Kita telah melihat (dalam Latihan 2.2.17) bahwa jika 0 x < y, maka
f(x) = xn < yn = f(y); oleh karena itu f monoton murni pada I. Selain itu, mengikuti
Contoh 5.2.4(a) bahwa IfI kontinu pada I. Oleh karena itu, menurut Teorema Pengawetan Interval 5.3.10, J = f(I) suatu interval. Kita akan menunjukkan bahwa J =
Analisis Real I
195
Aljabar Himpunan
g(x) = x1/n
atau
g(x) =
g(f(x)) = x
dan
f(g(x)) = x
dan
(x1/n)n = x
n ganjil. Dalam kasus ini kita misalkan F(x) = xn untuk semua xR;
menurut 5.3.4(a), F kontinu pada R. Kita tinggalkan bagi pembaca untuk menunjukkan bahwa F naik murni pada R dan F(R) =R. (Lihat Gambar 5.5.6.)
Analisis Real I
196
Pendahuluan
Mengikuti Teorema Invers Kontinu 5.5.5, fungsi G yaitu invers dari F(x) = xn
untuk xR, adalah fungsi naik murni dan kontinu pada R. Kita lazimnay menuliskan
G(x) = x1/n
atau
G(x) =
untuk xR,
n ganjil
Dan menyebut x1/n sebagai akar ke-n dari xR. Fungsi G disebut fungsi akar ke-n
(n ganjil). (Lihat Gambar 5.5.7.) Disini kita mempunyai
(xn)1/n = x
dan
(x1/n)n = x
Pangkat-pangkat Rasional
Telah didefinisikan fungsi-fungsi akar ke-n untuk nN, yang mana hal ini
memudahkan untuk mendefinisikan pangkat-pangkat rasional.
5.5.6 Definisi (i) Jika m,nN dan x 0, kita definisikan xm/n = (x1/n)m. (ii)
Jika m,nN dan x > 0, kita definisikan x-m/n = (x1/n)-m.
Dari sini kita telah mendefinisikan xr apabila r bilangan rasional dan x > 0.
Grafik dari x xr bergantung pada apakah r > 1, r = 1, 0 < r < 1, r = 0, atau r < 0. (Lihat Ganbar 5.5.8.) Karena suatu bilangan rasional rQ dapat ditulis dalam bentuk r =
m/n dengan mZ, nN, dalam banyak cara, akan diunjukkan bahwa Definisi 5.5.6
tidak berarti ganda. Yaitu, jika r = m/n = p/q dengan m,pZ dan n,qN dan jika x >
Analisis Real I
197
Aljabar Himpunan
0, maka (x1/n)m = (x1/q)p. Kita tinggalkan sebagai latihan bagi pembaca untuk membuktikan hubungan ini.
Pembaca akan menunjukkan juga, sebagai latihan, bahwa jika x > 0 dan
r,sQ, maka
xrxs = xr + s =xsxr
dan
Latihan-latihan
1. Jika I = [a,b] suatu interval dan f : I R suatu fungsi naik, maka titik a [atau juga, b]
suatu titik minimum mutlak [atau juga, titik maksimum absolut] untuk f pada I. Jika f
suatu fungsi naik murni, maka a merupakan satu-satunya titik minimum mutlak untuk f
pada I.
2. Jika f dan g fungsi-fungsi naik pada suatu interval IR, tunjukkan bahwa f + g juga
suatu fungsi naik pada I. Jika f juga fungsi naik murni pada I, maka f + g fungsi naik
murni pada I.
3. Tunjukkan bahwa f(x) = x dan g(x) = x 1 naik murni pada I = [0,1], akan tetapi hasil
kali fg tidak naik pada I.
Analisis Real I
198
Pendahuluan
4. Tunjukkan bahwa jika f dan g fungsi-fingsi positif naik pada suatu interval I, maka
fungsi hasil-kalinya fg merupakan fungsi naik pada I.
5. Tunjukkan bahwa jika I = [a,b] dan f : I R fungsi naik pada I, maka f kontinu pada a
jika dan hanya jika f(a) = inf{f(x) : x(a,b]}.
Analisis Real I
199
Aljabar Himpunan
semua xI. (Dari sini f adalah fungsi invers untuk dirinya sendiri!) Tunjukkan bahwa f
kontinu hanya pada x = .
10. Misalkan I = [a,b] dan f : I R kontinu pada I. Jika f mempunyai suatu maksimum mutlak [atau, minimum mutlak] pada suatu titik interior c dari I, tunjukkan bahwa f bukan injektif pada I.
11. Misalkan f(x) = x untuk x[0,1], dan f(x) = x + 1 untuk x(1,2]. Tunjukkan bahwa f dan
f-1 merupakan fungsi-fungsi naik murni. Apakah f dan f-1 kontinu pada setiap titik?
12. Misalkan f : [0,1] R suatu fungsi kontinu yang tidak memuat sebarang dari nilainilainya dua kali dan dengan f(0) < f(1). Tunjukkan bahwa f fungsi naik murni pada [0,1].
13. Misalkan h : [0,1] R suatu fungsi yang memuat nilai-nilainya tepat dua kali. Tunjukkan bahwa h tidak kontinu pada setiap titik. [Petunjuk : Jika c1 < c2 titik-titik dimana h
mencapai supremumnya, tunjukkan bahwa c1 = 0, c2 = 1. Sekarang titik-titik dimana h
mencapai infimumnya.]
14. Misalkan xR, x > 0. Tunjukkan bahwa jika m,pZ, n,qN, dan mq = np, maka (x1/n)m
= (x1/q)p.
15. Jika xR, x > 0, dan jika r,sQ, tunjukkan bahwa x x = x
r s
r+s
(xs)r.
Analisis Real I
200
Pendahuluan
Bartle, Robert G. 1992. Introductions to Real Analysis. Second edition. New York :
John Wiley & Sons, Inc.
Analisis Real I
201