Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

Seiring dengan perkembangan zaman maka kebutuhan akan minyak bumi


semakin meningkat, hal ini menuntut kita untuk lebih mengetahui lebih dalam
tentang dunia perminyakan. Mulai dari pengertian tentang minyak bumi sampai
cara-cara pengolahan minyak bumi menjadi produk produk yang sangat penting
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dunia.

Sumber energi yang banyak

digunakan untuk memasak, kendaraan bermotor dan industri berasal dari minyak
bumi, gas alam, dan batubara. Ketiga jenis bahan bakar tersebut berasal dari
pelapukan sisa-sisa organisme sehingga disebut bahan bakar fosil. Minyak bumi
dan gas alam berasal dari jasad renik, tumbuhan dan hewan yang mati.
Pengetahuan tentang minyak bumi dan gas alam sangat penting untuk kita
ketahui, mengingat minyak bumi dan gas alam adalah suatu sumber energi yang
tidak dapat diperbaharui lagi, sedangkan penggunaan sumber energi ini didalam
kehidupan kita sehari-hari mencakup sangat luas dan cukup memegang peranan
penting serta menguasai hajat hidup orang banyak. Sebagai contoh, minyak bumi
dan gas alam digunakan sebagai sumber energi atau bahan bakar untuk memasak,
kendaraan bermotor, dan industri, kedua bahan bakar tersebut berasal dari
pelapukan sisa-sisa organisme didalam bumi sehingga disebut bahan bakar fosil.
Sisa-sisa organisme itu mengendap di dasar bumi kemudian ditutupi lumpur.
Lumpur tersebut lambat laun berubah menjadi batuan karena pengaruh tekanan
lapisan di atasnya. Sementara itu dengan meningkatnya tekanan dan suhu, bakteri
anaerob menguraikan sisa-sisa jasad renik itu menjadi minyak dan gas. Selain
bahan bakar, minyak dan gas bumi merupakan bahan industri yang penting.
Bahan-bahan atau produk yang dibuat dari minyak dan gas bumi ini disebut
petrokimia. Puluhan ribu jenis bahan petrokimia tersebut dapat digolongkan ke
dalam plastik, serat sintetik, karet sintetik, pestisida, detergen, pelarut, pupuk, dan
berbagai jenis obat.

BAB II
MINYAK BUMI

2.1. Definisi Minyak Bumi


Minyak bumi yang biasanya disebut crude oil adalah merupakan campuran
yang komlek dari senyawa hidrokarbon, karena senyawa ini dominan oleh unsur
carbon (C) dan hydrogen (H) dan sebagai kecil unsur lain seperti : Oksigen (O),
Nitrogen (N), sulfur (S) dan beberapa metal antara lain : Fe, Na, Va yang
susunannya sebagai senyawa ikatan / impurities. Minyak mentah sebagaian besar
terdiri dari hidrokarbon yang dapat dibedakan sebagai berikut : Parafinik,
Naphtenik, Olefin dan Aromatik.
Susunan rantai carbon dan rumus bangun senyawa hidrokarbon akan
menentukan sifat fisika maupun sifat kimia dari gas bumi serta akan
mempengaruhi produk secara kualitatif maupun kuantitatif. Dengan makin
berkembangnya teknologi pembakaran serta industri industri lain dan
perkembangan dilakukan atas dasar penelitian penelitian di industri migas dari
hulu sampai dengan hilir. Dengan perkembangan perkembangan mesin
automotif dan mesin industry lain yang makin cepat yang memerlukan tuntutan
kualitas maupun kuantitas dari bahan bakar maupun pelumas yang dipergunakan ,
sehingga untuk memenuhi kebutuhan tersebut dalam proses pengolahannya juga
akan berkembang. Dengan makin besarnya kebutuhan tersebut sehingga
dikembangkan bermacam macam proses pengolahan untuk meningkatkan bahan
bakar dari nilai rendah ke produk yang lebih tinggi.

2.2. Pembentukan Minyak Bumi


Dewasa ini terdapat dua teori utama yang berkembang mengenai asal usul
terjadinya minyak bumi, antara lain:
1. Teori Anorganik (Abiogenesis)
Barthelot (1866) mengemukakan bahwa di dalam minyak bumi terdapat
logam alkali, yang dalam keadaan bebas dengan temperatur tinggi akan

bersentuhan dengan CO2 membentuk asitilena. Kemudian Mandeleyev


(1877) mengemukakan bahwa minyak bumi terbentuk akibat adanya
pengaruh kerja uap pada karbida-karbida logam dalam bumi. Yang lebih
ekstrim lagi adalah pernyataan beberapa ahli yang mengemukakan bahwa
minyak bumi mulai terbentuk sejak zaman prasejarah, jauh sebelum bumi
terbentuk dan bersamaan dengan proses terbentuknya bumi. Pernyataan
tersebut berdasarkan fakta ditemukannya material hidrokarbon dalam
beberapa batuan meteor dan di atmosfir beberapa planet lain. Berdasarkan
teori anorganik, pembentukan minyak bumi didasarkan pada proses kimia.

2. Teori Organik (Biogenesis)


Berdasarkan teori Biogenesis, minyak bumi terbentuk karena
adanya kebocoran kecil yang permanen dalam siklus karbon. Siklus
karbon ini terjadi antara atmosfir dengan permukaan bumi, yang
digambarkan dengan dua panah dengan arah yang berlawanan, dimana
karbon diangkut dalam bentuk karbon dioksida (CO2). Pada arah pertama,
karbon dioksida di atmosfir berasimilasi, artinya CO2 diekstrak dari
atmosfir oleh organisme fotosintetik darat dan laut. Pada arah yang kedua
CO2 dibebaskan kembali ke atmosfir melalui respirasi makhluk hidup
(tumbuhan, hewan dan mikroorganisme).P.G. Mackuire yang pertama kali
mengemukakan pendapatnya bahwa minyak bumi berasal dari tumbuhan.
Beberapa argumentasi telah dikemukakan untuk membuktikan bahwa
minyak bumi berasal dari zat organik yaitu:
-

Minyak bumi memiliki sifat dapat memutar bidang polarisasi,ini


disebabkan oleh adanya kolesterol atau zat lemak yang terdapat dalam
darah, sedangkan zat organik tidak terdapat dalam darah dan tidak
dapat memutar bidang polarisasi.

Minyak bumi mengandung porfirin atau zat kompleks yang terdiri dari
hidrokarbon dengan unsur vanadium, nikel, dsb.

Susunan hidrokarbon yang terdiri dari atom C dan H sangat mirip


dengan zat organik, yang terdiri dari C, H dan O. Walaupun zat
organik menggandung oksigen dan nitrogen cukup besar.

Hidrokarbon terdapat di dalam lapisan sedimen dan merupakan bagian


integral sedimentasi.

Secara praktis lapisan minyak bumi terdapat dalam kambium sampai


pleistosan.

Minyak bumi mengandung klorofil seperti tumbuhan.

2.3. Komposisi Minyak Bumi


Minyak bumi memiliki campuran senyawa hidrokarbon sebanyak
50-98% berat, sisanya terdiri atas zat-zat organik yang mengandung
belerang, oksigen, dan nitrogen serta senyawa-senyawa anorganik seperti
vanadium, nikel, natrium, besi, aluminium, kalsium, dan magnesium.
Secara umum, komposisi minyak bumi terdiri dari Karbon (C) 84 87%,
Hidrogen (H) 11 14%, Sulfur (S) 0 3%, Nitrogen (N) 0 1%, Oksigen
(O) 0 2%.
Berdasarkan kandungan senyawanya, minyak bumi dapat dibagi
menjadi golongan hidrokarbon dan non-hidrokarbon serta senyawasenyawa logam.

1. Hidrokarbon
Golongan hidrokarbon-hidrokarbon yang utama adalah parafin, olefin,
naften, dan aromatik.
a. Parafinadalah kelompok senyawa hidrokarbon jenuh berantai lurus
(alkana), CnH2n+2. Contohnya adalah metana (CH4), etana (C2H6),
n-butana (C4H10), isobutana (2-metil propana, C4H10), isopentana
(2-metilbutana, C5H12), dan isooktana (2,2,4-trimetil pentana,
C8H18). Jumlah senyawa yang tergolong ke dalam senyawa
isoparafin jauh lebih banyak daripada senyawa yang tergolong n-

parafin. Tetapi, di dalam minyak bumi mentah, kadar senyawa


isoparafin biasanya lebih kecil daripada n-parafin.
b. Olefin
Olefin adalah kelompok senyawa hidrokarbon tidak jenuh, CnH2n.
Contohnya etilena (C2H4), propena (C3H6), dan butena (C4H8).
c. Naften
Naften adalah senyawa hidrokarbon jenuh yang membentuk struktur
cincin dengan rumus molekul CnH2n. Senyawa-senyawa kelompok
naften yang banyak ditemukan adalah senyawa yang struktur
cincinnya tersusun dari 5 atau 6 atom karbon. Contohnya adalah
siklopentana (C5H10), metilsiklopentana (C6H12) dan sikloheksana
(C6H12). Umumnya, di dalam minyak bumi mentah, naftena
merupakan kelompok senyawa hidrokarbon yang memiliki kadar
terbanyak kedua setelah n-parafin.
d. Aromatik
Aromatik adalah hidrokarbon-hidrokarbon tak jenuh yang berintikan
atom-atom

karbon

yang membentuk

cincin

benzen (C6H6).

Contohnya benzen (C6H6), metilbenzen (C7H8), dan naftalena


(C10H8). Minyak bumi dari Sumatera dan Kalimantan umumnya
memiliki kadar aromat yang relatif besar.

2. Non Hidrokarbon
Selain senyawa-senyawa yang tersusun dari atom-atom karbon dan
hidrogen, di dalam minyak bumi ditemukan juga senyawa non hidrokarbon
seperti belerang, nitrogen, oksigen, vanadium, nikel dan natrium yang
terikat pada rantai atau cincin hidrokarbon. Unsur-unsur tersebut
umumnya tidak dikehendaki berada di dalam produk-produk pengilangan
minyak bumi, sehingga keberadaannya akan sangat mempengaruhi
langkah-langkah pengolahan yang dilakukan terhadap suatu minyak bumi.
a. Belerang
Belerang terdapat dalam bentuk hidrogen sulfida (H2S), belerang

bebas (S), merkaptan (R-SH, dengan R=gugus alkil), sulfida (R-S-R),


disulfida (R-S-S-R) dan tiofen (sulfida siklik). Senyawa-senyawa
belerang tidak dikehendaki karena :
- menimbulkan bau tidak sedap dan sifat korosif pada produk
pengolahan.
- mengurangi efektivitas zat-zat bubuhan pada produk pengolahan.
- meracuni katalis - katalis perengkahan.
- menyebabkan pencemaran udara (pada pembakaran bahan bakar
minyak, senyawa belerang teroksidasi menjadi zat-zat korosif yang
membahayakan lingkungan, yaitu SO2 dan SO3).
b. Nitrogen
Senyawa-senyawa nitrogen dibagi menjadi zat-zat yang bersifat basa
seperti 3-metilpiridin (C6H7N) dan kuinolin (C9H7N) serta zat-zat
yang tidak bersifat basa seperti pirol (C4H5N), indol (C8H7N) dan
karbazol (C12H9N). Senyawa-senyawa nitrogen dapat mengganggu
kelancaran pemrosesan katalitik yang jika sampai terbawa ke dalam
produk, berpengaruh buruk terhadap bau, kestabilan warna, serta sifat
penuaan produk tersebut.
c. Oksigen
Oksigen biasanya terikat dalam gugus karboksilat dalam asam-asam
naftenat (2,2,6-trimetilsikloheksankarboksilat, C10H18O2) dan asamasam lemak (alkanoat), gugus hidroksi fenolik dan gugus keton.
Senyawa oksigen tidak menyebabkan masalah serius seperti halnya
senyawa belerang dan senyawa nitrogen pada proses-proses katalitik.
d. Senyawa logam
Minyak bumi biasanya mengandung 0,001-0,05% berat logam.
Kandungan logam yang biasanya paling tinggi adalah vanadium, nikel
dan natrium. Logam-logam ini terdapat bentuk garam terlarut dalam
air yang tersuspensi dalam minyak atau dalam bentuk senyawa
organometal yang larut dalam minyak. Vanadium dan nikel
merupakan racun bagi katalis-katalis pengolahan minyak bumi dan

dapat menimbulkan masalah jika terbawa ke dalam produk


pengolahan.

BAB III
PROSES PENGOLAHAN MINYAK BUMI

Minyak bumi biasanya berada 3-4 km di bawah permukaan laut. Minyak


bumi diperoleh dengan membuat sumur bor. Minyak mentah yang diperoleh
ditampung dalam kapal tanker atau dialirkan melalui pipa ke stasiun tangki atau
ke kilang minyak. Minyak mentah (cude oil) berbentuk cairan kental hitam dan
berbau kurang sedap. Minyak mentah belum dapat digunakan sebagai bahan bakar
maupun untuk keperluan lainnya, tetapi harus diolah terlebih dahulu. Minyak
mentah mengandung sekitar 500 jenis hidrokarbon dengan jumlah atom C-1
sampai 50. Titik didih hidrokarbon meningkat seiring bertambahnya jumlah atom
C yang berada di dalam molekulnya. Oleh karena itu, pengolahan minyak bumi
dilakukan melalui destilasi bertingkat, dimana minyak mentah dipisahkan ke
dalam kelompok-kelompok (fraksi) dengan titik didih yang mirip. Secara umum
Proses Pengolahan Minyak Bumi digambarkan sebagai berikut:

1. Destilasi
Destilasi adalah pemisahan fraksi-fraksi minyak bumi berdasarkan
perbedaan titik didihnya. Dalam hal ini adalah destilasi fraksinasi. Mula-mula
minyak mentah dipanaskan dalam aliran pipa dalam furnace (tanur) sampai
dengan suhu 370C. Minyak mentah yang sudah dipanaskan tersebut
kemudian

masuk

kedalam

kolom

fraksinasi

pada

bagian flash

chamber (biasanya berada pada sepertiga bagian bawah kolom fraksinasi).


Untuk menjaga suhu dan tekanan dalam kolom maka dibantu pemanasan
dengan steam (uap air panas dan bertekanan tinggi).

Minyak mentah yang menguap pada proses destilasi ini naik ke bagian
atas kolom dan selanjutnya terkondensasi pada suhu yang berbeda-beda.
Komponen yang titik didihnya lebih tinggi akan tetap berupa cairan dan turun
ke bawah, sedangkan yang titik didihnya lebih rendah akan menguap dan naik
ke bagian atas melalui sungkup-sungkup yang disebut sungkup gelembung.
Makin ke atas, suhu yang terdapat dalam kolom fraksionasi tersebut makin
rendah, sehingga setiap kali komponen dengan titik didih lebih tinggi akan
terpisah, sedangkan komponen yang titik didihnya lebih rendah naik ke bagian
yang lebih atas lagi. Demikian selanjutnya sehingga komponen yang mencapai
puncak adalah komponen yang pada suhu kamar berupa gas. Komponen yang

berupa gas ini disebut gas petroleum, kemudian dicairkan dan disebut LPG
(Liquified Petroleum Gas).
Fraksi minyak mentah yang tidak menguap menjadi residu. Residu
minyak bumi meliputi parafin, lilin, dan aspal. Residu-residu ini memiliki
rantai karbon sejumlah lebih dari 20. Fraksi minyak bumi yang dihasilkan
berdasarkan rentang titik didihnya antara lain sebagai berikut :
a. Gas
Rentang rantai karbon : C1 sampai C5
Trayek didih : 0 sampai 50C
b. Gasolin (Bensin)
Rentang rantai karbon : C6 sampai C11
Trayek didih : 50 sampai 85C
c. Kerosin (Minyak Tanah)
Rentang rantai karbon : C12 sampai C20
Trayek didih : 85 sampai 105C
d. Solar
Rentang rantai karbon : C21 sampai C30
Trayek didih : 105 sampai 135C
e. Minyak Berat
Rentang ranai karbon : C31 sampai C40
Trayek didih : 135 sampai 300C
f. Residu
Rentang rantai karbon : di atas C40
Trayek didih : di atas 300C
Fraksi-fraksi minyak bumi dari proses destilasi bertingkat belum
memiliki kualitas yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, sehingga perlu
pengolahan lebih lanjut yang meliputi proses cracking, reforming, polimerisasi,
treating, dan blending.

2. Cracking
Setelah melalui tahap destilasi, masing-masing fraksi yang dihasilkan
dimurnikan (refinery), seperti terlihat dibawah ini:

Cracking adalah penguraian molekul-molekul senyawa hidrokarbon yang besar


menjadi molekul-molekul senyawa hidrokarbon yang kecil. Contoh cracking
ini adalah pengolahan minyak solar atau minyak tanah menjadi bensin.
Proses ini terutama ditujukan untuk memperbaiki kualitas dan perolehan fraksi
gasolin (bensin). Kualitas gasolin sangat ditentukan oleh sifat anti knock
(ketukan) yang dinyatakan dalam bilangan oktan. Bilangan oktan 100 diberikan
pada isooktan (2,2,4-trimetil pentana) yang mempunyai sifat anti knocking
yang istimewa, dan bilangan oktan 0 diberikan pada n-heptana yang
mempunyai sifat anti knock yang buruk. Gasolin yang diuji akan dibandingkan
dengan campuran isooktana dan n-heptana. Bilangan oktan dipengaruhi oleh
beberapa struktur molekul hidrokarbon.
Terdapat 3 cara proses cracking, yaitu :
a. Cara panas (thermal cracking), yaitu dengan penggunaan suhu tinggi dan
tekanan yang rendah.
Contoh reaksi-reaksi pada proses cracking adalah sebagai berikut :

b. Cara katalis (catalytic cracking), yaitu dengan penggunaan katalis. Katalis


yang digunakan biasanya SiO2 atau Al2O3 bauksit. Reaksi dari perengkahan
katalitik melalui mekanisme perengkahan ion karbonium. Mula-mula katalis
karena bersifat asam menambahkna proton ke molekul olevin atau menarik ion
hidrida dari alkana sehingga menyebabkan terbentuknya ion karbonium :

c. Hidrocracking
Hidrocracking merupakan kombinasi antara perengkahan dan hidrogenasi
untuk menghasilkan senyawa yang jenuh. Reaksi tersebut dilakukan pada
tekanan tinggi. Keuntungan lain dari Hidrocracking ini adalah bahwa belerang

yang terkandung dalam minyak diubah menjadi hidrogen sulfida yang


kemudian dipisahkan.

3. Reforming
Reforming adalah perubahan dari bentuk molekul bensin yang bermutu
kurang baik (rantai karbon lurus) menjadi bensin yang bermutu lebih baik
(rantai karbon bercabang). Kedua jenis bensin ini memiliki rumus molekul
yang sama bentuk strukturnya yang berbeda. Oleh karena itu, proses ini juga
disebut isomerisasi. Reforming dilakukan dengan menggunakan katalis dan
pemanasan.
Contoh reforming adalah sebagai berikut :

Reforming juga dapat merupakan pengubahan struktur molekul dari


hidrokarbon parafin menjadi senyawa aromatik dengan bilangan oktan tinggi.
Pada proses ini digunakan katalis molibdenum oksida dalam Al2O3
atauplatina dalam lempung.Contoh reaksinya :

4. Alkilasi Dan Polimerisasi


Alkilasi merupakan penambahan jumlah atom dalam molekul menjadi
molekul yang lebih panjang dan bercabang. Dalam proses ini
menggunakan katalis asam kuat seperti H2SO4, HCl, AlCl3 (suatu asam kuat
Lewis). Reaksi secara umum adalah sebagai berikut:
RH + CH2=CRR

R-CH2-CHRR

Polimerisasi adalah proses penggabungan molekul-molekul kecil


menjadi molekul besar. Reaksi umumnya adalah sebagai berikut :

M CnH2n

Cm+nH2(m+n)

Contoh polimerisasi yaitu penggabungan senyawa isobutena dengan senyawa


isobutana menghasilkan bensin berkualitas tinggi, yaitu isooktana.

5. Treating
Treating adalah pemurnian minyak bumi dengan cara menghilangkan pengotorpengotornya. Cara-cara proses treating adalah sebagai berikut :

Copper sweetening dan doctor treating, yaitu proses penghilangan


pengotor yang dapat menimbulkan bau yang tidak sedap.

Acid treatment, yaitu proses penghilangan lumpur dan perbaikan warna.

Dewaxing yaitu proses penghilangan wax (n parafin) dengan berat


molekul tinggi dari fraksi minyak pelumas untuk menghasillkan minyak
pelumas dengan pour pointyang rendah.

Deasphalting yaitu penghilangan aspal dari fraksi yang digunakan untuk


minyak pelumas

Desulfurizing (desulfurisasi), yaitu proses penghilangan unsur belerang.

Sulfur merupakan senyawa yang secara alami terkandung dalam minyak bumi
atau gas, namun keberadaannya tidak dinginkan karena dapat menyebabkan
berbagai masalah, termasuk di antaranya korosi pada peralatan proses, meracuni
katalis dalam proses pengolahan, bau yang kurang sedap, atau produk samping
pembakaran berupa gas buang yang beracun (sulfur dioksida, SO2) dan
menimbulkan polusi udara serta hujan asam. Berbagai upaya dilakukan untuk
menyingkirkan senyawa sulfur dari minyak bumi, antara lain menggunakan proses
oksidasi, adsorpsi selektif, ekstraksi, hydrotreating, dan lain-lain. Sulfur yang

disingkirkan dari minyak bumi ini kemudian diambil kembali sebagai sulfur
elemental.
Desulfurisasi merupakan proses yang digunakan untuk menyingkirkan senyawa
sulfur dari minyak bumi. Pada dasarnya terdapat 2 cara desulfurisasi, yaitu dengan
:
1. Ekstraksi menggunakan pelarut, serta
2. Dekomposisi senyawa sulfur (umumnya terkandung dalam minyak bumi dalam
bentuk senyawa merkaptan, sulfida dan disulfida) secara katalitik dengan proses
hidrogenasi selektif menjadi hidrogen sulfida (H2S) dan senyawa hidrokarbon
asal dari senyawa belerang tersebut. Hidrogen sulfida yang dihasilkan dari
dekomposisi senyawa sulfur tersebut kemudian dipisahkan dengan cara fraksinasi
atau pencucian/pelucutan.
Akan tetapi selain 2 cara di atas, saat ini ada pula teknik desulfurisasi yang lain
yaitu bio-desulfurisasi. Bio-desulfurisasi merupakan penyingkiran sulfur secara
selektif dari minyak bumi dengan memanfaatkan metabolisme mikroorganisme,
yaitu dengan mengubah hidrogen sulfida menjadi sulfur elementer yang dikatalis
oleh enzim hasil metabolisme mikroorganisme sulfur jenis tertentu, tanpa
mengubah senyawa hidrokarbon dalam aliran proses. Reaksi yang terjadi adalah
reaksi aerobik, dan dilakukan dalam kondisi lingkungan teraerasi. Keunggulan
proses ini adalah dapat menyingkirkan senyawa sulfur yang sulit disingkirkan,
misalnya alkylated dibenzothiophenes. Jenis mikroorganisme yang digunakan
untuk proses bio-desulfurisasi umumnya berasal dari Rhodococcus sp, namun
penelitian lebih lanjut juga dikembangkan untuk penggunaan mikroorganisme dari
jenis

lain.

Proses ini mulai dikembangkan dengan adanya kebutuhan untuk menyingkirkan


kandungan sulfur dalam jumlah menengah pada aliran gas, yang terlalu sedikit
jika disingkirkan menggunakan amine plant, dan terlalu banyak untuk
disingkirkan menggunakan scavenger. Selain untuk gas alam dan hidrokarbon,
bio-desulfurisasi juga digunakan untuk menyingkirkan sulfur dari batubara.
Proses

Shell-Paques

Untuk

Bio-Desulfurisasi

Aliran

Gas

Salah satu lisensi proses bio-desulfurisasi untuk aliran gas adalah Shell

Paques dari Shell Global Solutions International dan Paques Bio-Systems. Proses
ini sudah diterapkan secara komersial sejak tahun 1993, dan saat ini kurang lebih
terdapat sekitar 35 unit bio-desulfurisasi dengan lisensi Shell-Paques beroperasi di
seluruh

dunia.

Proses ini dapat menyingkirkan sulfur dari aliran gas dan menghasilkan hidrogen
sulfida dengan kapasitas mulai dari 100 kg/hari sampai dengan 50 ton/hari,
menggunakan mikroorganisme Thiobacillus yang sekaligus bertindak sebagai
katalis proses bio-desulfurisasi. Dalam proses ini, aliran gas yang mengandung
hidrogen sulfida dilewatkan pada absorber dan dikontakkan pada larutan soda
yang mengandung mikroorganisme. Senyawa soda mengabsorbi hidrogen sulfida,
dan kemudian dialirkan ke bioreaktor THIOPAQ berupa tangki atmosferik
teraerasi dimana mikroorganisme mengubah hidrogen sulfida menjadi sulfur
elementer secara biologis dalam kondisi pH 8,2-9. Sulfur hasil reaksi kemudian
melalui proses dekantasi untuk memisahkan dengan cairan soda. Cairan soda
dikembalikan ke absorber, sedangkan sulfur diperoleh sebagai cake atau sebagai
sulfur cair murni. Karena sifatnya yang hidrofilik sehingga mudah diabsorpsi oleh
tanah, maka sulfur yang dihasilkan dari proses ini dapat juga dimanfaatkan
sebagai bahan baku pupuk.Tahapan reaksi bio-desulfurisasi dapat digambarkan
sebagai berikut :

Absorpsi H2S oleh senyawa soda

Pembentukan sulfur elementer oleh mikroorganisme

Keunggulan dari proses Shell-Paques adalah :

dapat menyingkirkan sulfur dalam jumlah besar (efisiensi penyingkiran


hidrogen sulfida dapat mencapai 99,8%) hingga menyisakan kandungan
hidrogen sulfida yang sangat rendah dalam aliran gas (kurang dari 4 ppmvolume)

pemurnian gas dan pengambilan kembali (recovery) sulfur terintegrasi


dalam 1 proses- gas buang (flash gas/vent gas) dari proses ini tidak

mengandung gas berbahaya, sehingga sebelum dilepas ke lingkungan tidak


perlu dibakar di flare. Hal ini membuat proses ini ideal untuk lokasi-lokasi
dimana proses yang memerlukan pembakaran (misalnya flare atau
incinerator) tidak dimungkinkan.

menghilangkan potensi bahaya dari penanganan solvent yang biasa


digunakan untuk melarutkan hidrogen sulfida dalam proses ekstraksi

sifat sulfur biologis yang hidrofilik menghilangkan resiko penyumbatan


(plugging atau blocking) pada pipa

Bio-katalis

yang

digunakan

bersifat

self-sustaining

dan

mampu

beradaptasi pada berbagai kondisi proses

Konfigurasi proses yang sederhana, handal dan aman (antara lain


beroperasi pada suhu dan tekanan rendah) sehingga mudah untuk
dioperasikan

Proses Shell-Paques ini dapat diterapkan pada gas alam, gas buang
regenerator amine, fuel gas, synthesis gas, serta aliran oksigen yang
mengandung gas limbah yang tidak dapat diproses dengan pelarut.

6. Blending
Proses blending adalah penambahan bahan-bahan aditif kedalam fraksi
minyak bumi dalam rangka untuk meningkatkan kualitas produk tersebut.
Bensin yang memiliki berbagai persyaratan kualitas merupakan contoh hasil
minyak bumi yang paling banyak digunakan di barbagai negara dengan
berbagai variasi cuaca. Untuk memenuhi kualitas bensin yang baik, terdapat
sekitar 22 bahan pencampur yang dapat ditambanhkan pada proses
pengolahannya.
Diantara bahan-bahan pencampur yang terkenal adalah tetra ethyl lead (TEL).
TEL berfungsi menaikkan bilangan oktan bensin. Demikian pula halnya
dengan pelumas, agar diperoleh kualitas yang baik maka pada proses
pengolahan diperlukan penambahan zat aditif. Penambahan TEL dapat
meningkatkan bilangan oktan, tetapi dapat menimbulkan pencemaran udara.

Anda mungkin juga menyukai