Anda di halaman 1dari 8

APLIKASI JUST IN

TIME PADA
PERUSAHAAN
INDONESIA
Gustitia Putri Perdana

Universitas Sebelas Maret

APLIKASI JUST IN TIME (JIT) PADA PERUSAHAAN DI INDONESIA

1. Pengertian Metode Just In Time (JIT)


Manufaktur JIT adalah suatu sistem berdasarkan tarikan permintaan
yang membutuhkan barang untuk ditarik melalui sistem oleh permintaan yang
ada, bukan didorong ke dalam sistem ada waktu tertentu berdasarkan
permintaan yang diantisipasi. Kemajuan dalam transportasi dan komunikasi
telah banyak berperan dalam penciptaan kompetisi global. Kemajuan
teknologi menyebabkan siklus hidup produk menjadi lebih singkat dan
keragaman produk semakin meningkat.
Pada restoran cepat saji menggunakan sistem tarikan permintaan untuk
mengendalikan persediaan barang jadi mereka. Tiap operasi hanya
memproduksi apa yang diperlukan untuk memenuhi permintaan operasi
selanjutnya. Bahan baku atau bagian rakitan tiba tepat pada waktu yang
dibutuhkan agar produksi dapat berjalan, sehingga permintaan dapat dipenuhi.
Pembelian JIT (JIT purchasing) mensyaratkan para pemasok untuk
mengirimkan suku cadang dan bahan baku tepat pada waktunya untuk
produksi. Hubungan dengan pemasok adalah hal yang sangat penting. Pasokan
suku cadang harus dihubungkan dengan produksi, yang mana berhubungan
dengan permintaan.
JIT memiliki dua tujuan strategis, yang pertama untuk meningkatkan
laba dan yang kedua untuk memperbaiki posisi bersaing perusahaan. Kedua

tujuan tersebut dapat dicapai dengan mengendalikan biaya, memperbaiki


kinerja pengiriman dan dengan peningkatan kualitas.
Produksi dan pembelian dengan sistem JIT mewakili usaha terus
menerus dalam mengejar produktivitas melalui penghapusan pemborosan.
Meski JIT berfokus lebih dari sekedar manajemen persediaan, pengendalian
persediaan merupakan keuntungan tambahan yang penting.
Jenis dan efisiensi tata letak pabrik dikelola secara berbeda dalam
proses manufaktur JIT. JIT mengganti tata letak pabrik tradisional dengan
suatu pola sel manufaktur. Sel manufaktur terdiri dari mesin-mesin yang
dikelompokkan dalam kumpulan yang biasanya dalam bentuk setengah
lingkaran. Mesin-mesin diatur sehingga dapat dioperasikan secara berurutan
pada tiap sel dipersiapkan untuk menghasilkan produk atau kumpulan produk
tertentu kemudian berpindah dari satu mesin ke mesin yang lainnya hingga
selesai produk. Para pekerja ditugaskan pada sel-sel dan dilatih untuk
mengoperasikan semua mesin dalam sel. Tenaga kerja dalam lingkungan JIT
memiliki beberapa keahlian sekaligus, tiap sel manufaktur pada dasarnya
adalah sebuah pabrik mini dan sering disebut sebagai pabrik dalam pabrik.
JIT umumnya menurunkan persediaan hingga tingkat yang sangat
rendah. Pencapaian terhadap tingkat yang tidak signifikan dari persediaan
adalah vital bagi kesuksesan JIT. Akan tetapi, ide pencapaian persediaan yang
tidak signifikan, menentang alasan tradisional untuk menyimpan persediaan.
Menurut pandangan tradisional, persediaan menyelesaikan permasalahan yang
mendasari pada tiap alasan. Sebagai contoh, masalah penyelesaian antara

biaya pemesanan atau biaya persiapan serta biaya penyimpanan diselesaikan


dengan memilih suatu tingkat persediaan yang meminimalkan jumlah biayabiaya ini.
JIT

merupakan

pendekatan

untuk

meminimalkan

total

biaya

penyimpanan dan biaya persiapan yang sangat berbeda dari pendekatan


tradisional. Pendekatan tradisional mengakui keberadaan biaya persiapan dan
kemudian menentukan kuantitas pesanan yang merupakan perimbangan
terbaik dari dua kategori biaya. Di lain pihak, JIT tidak menerima biaya
persiapan (atau pemesanan), malah sebaliknya JIT mencoba menekan biayabiaya ini sampai nol. Jika biaya persiapan dan biaya pemesanan menjadi tidak
signifikan, maka biaya yang tersisa untuk dikurangi adalah biaya
penyimpanan, yang dicapai dengan mengurangi persediaan sampai ke tingkat
yang sangat rendah. Pendekatan ini yang menjelaskan dorongan untuk
persediaan nol dalam sistem JIT.
Just In Time (JIT) adalah suatu proses yang memerlukan produk itu
dibuat dan dikirimkan hanya jika proses itu diperlukan. Perusahaan yang
menggunakan JIT diharapkan untuk mengurangi atau menghapuskan biaya
penggudangan persediaan, yaitu biaya-biaya yang timbul karena menerima,
menangani, menyimpan, dan mengasuransikan persediaan. Kadaluwarsanya
persediaan adalah biaya lain-lain karena memegang persediaan. Karena JIT
menghalangi penghimpunan persediaan untuk mengantisipasi penjualan dan
material tidak dipesan dan ditimbun, suatu operasi JIT memerlukan
pemrosesan kwalitas tinggi. Produk cacat adalah tidak sejalan dengan JIT

karena tidak ada produk yang disimpan sebagai persediaan kalau nanti ada
yang cacat di pelanggan harus dibuat dan menunda pesanan pelanggan untuk
penggantian barang cacat. Cacat dalam perusahaan JIT memicu suatu
penyelidikan proses-proses untuk menghapuskan penyebabnya.

2. Studi Kasus
PT. Tri Dharma Wisesa merupakan salah satu perusahaan manufaktur
yang memasok brake system untuk pelanggan-pelanggan seperti Yamaha,
Toyota, Daihatsu, baik di dalam maupun luar negeri. Salah satu lini produksi
yang ada adalah lini produksi disc brake untuk konsumen tunggal yaitu
Yamaha. Pada sistem sekarang, lini ini masih menggunakan push system dan
menghadapi

masalah-masalah

seperti

volume

kegiatan

Departemen

Production Planning & Control yang besar, ketidakcocokan rencana dan


produksi aktual, kurang adaptif terhadap perubahan permintaan, mekanisme
informasi yang kurang baik, dan inventori yang menumpuk. Tindakan yang
diusulkan untuk menjawab permasalahan tersebut adalah merancang sistem
produksi JIT (Just In Time) untuk menggantikan sistem produksi sekarang.
Perancangan yang dilakukan dibagi menjadi 4 tahap, yaitu (1)
perhitungan alokasi MPS (Master Production Schedule) ke tiap stasiun kerja
yang ada di bagian-bagian produksi, (2) perhitungan jumlah kanban di bagianbagian produksi, (3) penerapan kanban supplier, dan (4) penjadwalan produksi
dengan mixed scheduling. Masalah yang dihadapi adalah bagaimana
Algoritma Distribusi Beban Kerja untuk stasiun-stasiun kerja, rencana

produksi di tiap stasiun kerja yang ada, jumlah kanban di bagian produksi dan
kanban supplier, model rancangan sistem produksi JIT beserta aliran material
dan informasi, dan algoritma perencanaan sistem produksi JIT. Dalam alokasi
MPS ke stasiun kerja tidak digunakan proporsi historis, melainkan dilakukan
perhitungan dengan Algoritma Distribusi Beban Kerja yang diusulkan agar
tiap stasiun kerja menerima beban kerja yang lebih berimbang. Kanban
digunakan sebagai alat yang sah untuk melakukan penarikan ataupun produksi
suatu produk.
Kanban supplier diterapkan untuk semua komponen penyusun disc
brake tiap tipe dan raw material dari supplier. Penjadwalan dilakukan dengan
mixed scheduling agar dapat lebih adaptif terhadap fluktuasi permintaan. Dari
hasil penelitian tersebut, sistem perancangan baru (berdasarkan JIT) layak
diterapkan karena penggunaan biaya dan kuantitas persediaan yang lebih kecil
dibandingkan dengan sistem yang sekarang dipakai perusahaan.

3. Kesimpulan
Stabilitas dan kelancaran produksi merupakan faktor utama keunggulan
suatu perusahaan. Apabila produksi tidak stabil dan kurang lancar maka
produktivitas akan menurun bahkan target produksi tidak dapat tercapai. Hal
ini dapat menurunkan kredibilitas perusahaan di mata pelanggan sekaligus
menurunkan keuntungan perusahaan. PT. Tri Dharma Wisesa merupakan
salah satu vendor produsen rem yang ada di Indonesia. Perusahaan ini menjadi
vendor pabrikan kendaraan bermotor seperti Honda, Yamaha, Kawasaki,

Suzuki, dan sebagian MoChin (Motor China). Pada perusahaan ini sering
terjadi masalah khususnya bagian produksi, mulai dari mesin rusak, target
produksi kurang, komponen kurang, dll sehingga kegiatan produksi kurang
lancar. Tindakan yang berguna untuk mengurangi permasalahan tersebut
adalah dengan melakukan perubahan sistem produksi.
Pendekatan JIT (just-in-time) diusulkan kepada perusahaan untuk
mengatasi permasalahan selama ini. Hasil penelitian yang diperoleh adalah
algoritma perencanaan Sistem Produksi JIT dengan menggunakan kebutuhan
aktual (sebenarnya) sehingga lebih efisien dan sesuai dengan kondisi nyata.
Hasil ini akan dapat mereduksi biaya (dalam hal ini holding cost).
Untuk kebijakan dalam pengendalian persediaan maupun permintaan
membutuhkan Re-Order Point (ROP) untuk memperlancar produksi. Dalam
perencanaan dan penjadwalan membutuhkan Lead Time (LT) sebagai acuan
dasar dalam menentukan kapasitas dan waktu penyelesaian produk.

DAFTAR PUSTAKA

http://getuk.wordpress.com/2006/11/17/metode-just-in-time/trackback/
John McClenahen & Jill Jusco. JIT Inventory Systems Holds Appeal. 2001.
Suliawan. Aplikasi Metode Just-In-Time pada PT. Tri Dharma Wisesa. Medan :
Digital Library USU. 2005.

Anda mungkin juga menyukai