Adalah:
Suatu proses pendidikan dan latihan
Secara sistematis dan terorganisir
Dilakukan secara terpadu dan berjenjang
di lembaga pendidikan atau latihan
Dengan cara bekerja langsung dalam proses produksi atau jasa di
perusahaan
Agar peserta didik memiliki keterampilan dan kompetensi bagi suatu
profesi tertentu sesuai kebutuhan dunia usaha
Peserta pemagangan dan dunia usaha terikatt dengan kontrak
pemagangan
Prinsip Pemagangan
Pencapaian Kualifikasi jelas
Kriteria pemagangan
Prinsip pemagangan ( sebagian besar waktu di perusahaan atau industri)
Uji ketrampilan dan Sertifikasi
Kontrak pemagangan ( memuat program, tingkat kualiafikasi, jangka
waktu, tempat, hak dan kewajiban masing-masing, Sertifikasi)
Jenjang Pemagangan
1. Sertifikat Perusahaan untuk Tingkat Dasar
2. Sertifikat Nasional Tingkat III untuk Tingkat Menengah
3. Sertifikat Nasional untuk Tingkat Menengah
4. Sertifikat Uji Keterampilan Tingkat I untuk Tingkat Pengelola
MULTI ENTRY MULTY EXIT
Menuju Sistem Diklat yang Permeabel
Adalah:
Memulai program dari kompetensi yang merupakan kelanjutan dari
kompetensi yang telah dimilikinya (multy entry),
Mengakhiri program atau keluar setelah menguasai kompetensi tertentu
(multy exit)
Keuntungannya?
Karakteristik:
1. Program Pendidikan berdasar Competency Based Curriculum & Training
terstandar
2. Demand driven (sesuai kebutuhan dunia kerja)
3. Recognition of Prior Learning dan Recognition Of Current Competency
4. Penerimaan peserta diklat sepanjang tahun
5. Ketersediaan fasilitas dan tenaga instruktur
6. Melaksanakan system pengujian dan sertifikasi kompetensi standar
7. Lembaga diklat (provider) terakreditasi
Belakang:
Tuntutan Globalisasi
Pentingnya peran SDM
Peran pendidikan/sekolah
Keahliah professional (ilmu pengetahuan, teknik dan kiat) tidak dapat
diajarkan semua di sekolah
Membawa siswa pada situasi nyata (bekerja di industry)
PSG
bentuk penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan keahlian kejuruan
memadukan secara sistematik dan sinkron program pendidikan di
sekolah dan program penguasaan keahlian yang diperoleh melalui bekerja
langsung di dunia kerja
terarah untuk mencapai tingkat keahlian professional tertentu
Industri dan sekolah terlibat mulai dari perencanaan program, penyelenggaraan,
penilaian, penentuan dan upaya pemasaran tamatan.
Tujuan PSG
1. menghasilkan tenaga kerja professional sesuai tuntutan dunia kerja
2. memperkokoh link and match
3. meningkatkan efisiensi proses diklat
2.
3.
4.
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10
.
11
.
12
.
13
.
14
.
15
.
16
.
17
.
18
.
19
.
Jangka pendek
Kesimpulan:
Manajemen yang berkualitas di sekolah: input proses dan hasil dari
penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan standar yang ditetapkan dalam
kurikulum (quality in fact) yang ditetapkan oleh sekolah dan memenuhi harapan
dan kebutuhan siswa, ortu, dan masyarakat ( Quality in perceptions) selanjutnya
dilakukan peningkatan standar secara berkesinambungan pada setiap tahun
KURIKULUM
Pengertian:
Adalah serentetan tujuan belajar yang direncanakan (Maurutz Johnson, 1967)
Adalah kesempatan yang diperuntukan bagi siswa untuk belajar di sekolah (Mc. Cutcheon,
1981)
Sejumlah aktivitas belajar dan pengalaman yang harus dimiliki oleh siswa (Crunkilton, 1984)
Adalah isi pendidikan, daftar mata pelajaran (mata kuliah), pengalaman pendidikan, daftar
mata pelajaran (mata kuliah) yang harus dipelajari, bidang studi, dan aktivitas belajar yang
direncanakan (Taylor dan Richard, 1985)
Kurikulum dapat dikelompokkan menjadi 4:
Kurikulum sebagai produk pendidikan
Kurikulum sebagai program pendidikan
Kurikulum sebagai proses belajar yang direncanakan
Kurikulum sebagai pengalaman peserta didik (Bean, Toepfer dan Alessi, 1986)
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pembelajaran untuk
mencapai tujuan tertentu (UU No. 20 Tahun 2003)
KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI
Latar Belakang
Peningkatan kualitas pendidikan belum membuahkan hasil (komparasi Internasional)
Mengejar ketertinggalan dengan negara lain
Melaksanakan pendidikan yang dapat mengembangkan manusia secara utuh;
menguasai iptek, bersosial, bermoral, dan mengenal pribadinya
Pemerintah perlu menata pendidikan kejuruan yang mengikuti kecenderungan pasar
secara lokal, nasional, regional maupun internasional
Pendidikan yang dikehendaki
Mengembangkan kecakapan kejuruan secara professional
Mengembangkan kecakapan berfikir, berolah rasa dan seni, dan memiliki komitmen
moral yang mulia
Mengembangkan kemampuan pemecahan masalah kehidupan nyata
Mengembangkan kemampuan berfikir kritis dan kemampuan sebagai agen perubahan
sehingga menjamin kesinambungan perkembangan bangsa
Kompetensi:
Adalah perpaduan pengetehuan, ketrampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam
kebiasaan dan bertindak.
is knowledge, skills, and abilities or capabilities that a person achieves, which
become part of this or her being to the exent he or she can satisfactorily perform
particular cognitive, affective and psychomotor behavior (Mc Ashan, 1981)
Penguasaan terhadap suatu tugas, ketrampilan, sikap dan apresiasi yang diperlukan
untuk menunjang keberhasilan (Finch and Crunkilton, 1979)
Ranah yang tekandung dalam Kompetensi (Gordon, 1988: 109)
1. Pengetehuan (knowledge): berfokus pada kognitif
2. Pemahaman (understanding): kedalaman kognitif dan afektif
3. Kemampuan (Skills): kemampuan melaksanakan tugas
4. Nilai (Value): standar perilaku yang diyakini menyatu dalam diri
5. Sikap (attitude): perasaan senang tidak senang. Reaksi terhadap rangsangan yang
datang
6. Minat (interest): kecenderungan melakukan perbuatan
Spencer and spencer dalam buku Competence of Work (manajemen, Maret-April 2004 hal 4)
menyatakan kompetensi meliputi:
1. Knowledge: ilmu yang dimiliki individu dalam area dan pekerjaan tertentu
2. Skill: Kemampuan untuk kerja fisik atau mental
3. Self Concept: Sikap, nilai yang dianut serta citra diri
4. Traits: Karakteristik fisik dan respon yang konsisten atas situasi tertentu
5. Motives: Pemikiran atau niat dasar yang konsisten mendorong bertindak
Skill dan Knowladge: HARD COMPETENCE
Self Concept, Traits, Motives: SOFT COMPETENCE
Self Competence lebih sulit dan lama dikembangkan. Makin diperlukan dijaman yang cepat
berubah
Pendidikan Abad 19
Membentuk dan melatih seseorang dalam
suatu pola tertentu, sesuai standar yang
diperlukan sebelumnya
Hasil : Tamatan dengan perilaku sesuai
tuntutan proses produksi yang rutin,
berperilaku sederhana, statis, dapat diduga
sebelumnya
Peserta didik diberi kesempatan mencapai tujuan sesuai kemampuan dan kecepatan belajar
masing-masing
Landasan teoritis KBK:
1. Pergeseran pembelajaran kelompok ke pembelajaran individual. Kecepatan belajar
masing-masing individu berbeda
2. Matery learning. Semua peserta didik dapat menguasai bahan dengan baik, dengan
menggunakan metode yang baik.
3. Pendefinisian terhadap bakat. Setiap peserta didik dapat mencapai tujuan bila diberi
waktu yang cukup
Karakteristik KBK (Depdiknas, 2002):
1. Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa
2. Berorientasi pada hasil(learning outcome)
3. Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode bervariasi
4. Sumber belajar bukan hanya guru
5. Penialaian pada proses dan hasil dalam mencapai kompetensi
Karakteristik:
1. Sistem belajar dengan modul
2. Menggunakan keseluruhan sumber belajar
3. Pengalaman lapangan
4. strategi individual personal
5. Kemudahan belajar
6. Belajar tuntas
PENDIDIKAN BERORIENTASI LIFE SKILLS
Latar Belakang
Mutu pendidikan rendah
Komparasi dengan negara lain (peringkat HDI) rendah posisi 102 dari 106 negara,
satu tingkat di bawah Vietnam
Tingginya angka tidak melanjutkan sekolah (putus sekolah) tanpa bekal keterampilan
kerja
Tantangan global (bersaing dengan tenaga kerja asing yang bebas masuk).
Perlu konsolidasi agar pendidikan dapat membekali peserta didik dengan kecakapan
hidup, yaitu keberanian menghadapi problema hidup dan kehidupan secara wajar
tanpa merasa tertekan, kemudian secara kreatif menemukan solusi serta mampu
mengatasinya.
Mensinergikan berbagai mata pelajaran menjadi kecakapan hidup
KECAKAPAN HIDUP:
Kecakapan yang dimiliki seseorang untuk berani menghadapi problema hidup dan kehidupan
dengan wajar tanpa merasa tertekan, kemudian secara proaktif dan kreatif mencari serta
menemukan solusi sehingga akhirnya mampu mengatasi.
Klasifikasi Kecakapan Hidup:
1. Kecakapan mengenal diri sendiri (Self Awarenesss) atau kecakapan personal (personal
skill)
2. Kecakapan berfikir rasional (thinking skill)
3. Kecakapan sosial (social skill)
4. Kecakapan akademik (Academic skill)
5. Kecakapan vokasional (vocational skill)
PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISTIK:
Pengertian:
Filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah konstruksi
(bentukan) dari kita sendiri yang mengetahui sesuatu.
Pengetahuan bukanlah gambaran dari dunia kenyataan (realitas yang ada)
Pengetahuan selalu merupakan akibat dari suatu konstruksi kognitif kenyataan
melalui kegiatan yang dilakukan seseorang.
Seseorang yang belajar berarti membentuk pengertian dan tidak hanya meniru atau
mencerminkan apa yang diajarkan atau apa yang ia baca (Battencourt, 1987 dalam
Suparno, 1997)
Pengetahuan bukanlah tertentu dan deterministic, tetapi suatu proses menjadi tahu.
Dalam hal ini kecil kemungkinan transfer pengetahuan dari seseorang pengajar
(guru/dosen) yang ingin mentranfer konsep, ide, dan pengertian kepada orang lain
atau (maha)siswa. Pemindahan itu harus diinterpretasikan dan dikonstruksi sendiri
oleh (maha)siswa itu lewat pengetahuannya.
Sebagai suatu metode pembelajaran, konstruktivisme atau pembelajaran konstruktivisme
mempunyai ciri-ciri antara lain: (1) pengalaman bukan merupakan gambaran dunia kenyataan
belaka tetapi konstruksi kenyataan melalui kegiatan subjek, (2) subjek membentuk skema
kognitif, kategori, konsep dan struktur yang perlu untuk pengetahuan, dan (3) pengetahuan
dibentuk dalam struktur konsep seseorang.
Sumber:
E. Mulyana (2003) Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Rosdakarya
Suparno (1997) Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius
UU No.20 Th. 2003
Hari Suderajat. (2004) Implikasi KBK. Bandung: Cekas
Majalah BASIS, No. 07 08 Tahun ke 52 Juli Agustus 2003
Majalah Manajemen, Edisi Maret April 2004
Depdiknas, (2002) Konsep Pendidikan berorientasi life skill melalui pendekatan pendidikan
berbasis luas.
PENDIDIKAN KEJURUAN ?
TEORITIK
Pentingnya Tenaga Terampil
6.
7.
8.
9.
Pend. Kejuruan yang baik adalah yang responsive dan antisipatif kemajuan teknologi
Penekanan pada learning by doing dan hands-on experience
Memerlukan fasilitas yang mutakhir untuk praktek
Memerlukan biaya investasi operasional yang lebih daripada pendidikan umum
OPERASIONAL
Praktek dasar tidak diajarkan secara mendasar
Siswa dibiarkan bekerja dengan cara yang salah
Membiarkan siswa bekerja asal jadi
Tidak mengikuti prinsip belajar tuntas (mastery learning)
Siswa bekerja tanpa bimbingan dan pengawasan guru
Siswa bekerja mengabaikan prinsip keselamatan kerja
Siswa praktek dengan cara yang tidak bertanggungjawab
Siswa bekerja praktek tanpa disertai lembar kerja
Guru hanya ada saat mengajar
Guru mengajar dengan menulis di papan tulis (ditulis siswa)
SMK kurang memiliki wawasan ekonomi
Kurang peduli dalam pembentukan etos kerja
TANTANGAN PENDIDIKAN KEJURUAN
1. Kesenjangan yurisdiksi (kurang integrasi antara kebijakan domestic dengan tuntutan
internasional)
2. Pengembangan konsep dan instrument yang diperlukan untuk mengatasi masalah
tindakan kolektif (internalisasi eksternalitas)
3. Kesenjangan partisipasi dalam pendidikan secara domestic dan internasional
4. Tuntutan desentralisasi dan otonomi daerah membutuhkan penyesuaian secara
mendasar tentang struktur, kultur dan figure.
PERKEMBANGAN INTERNASIONAL (PENDIDIKAN KEJURUAN)
A. STANDAR ASEAN (Rintisannya telah dimulai namun kita lamban)
B. STANDAR APEC (Inisiasi berasal dari Negara maju)
MASSA DEPAN
System
dengan
studi
berbasis
orientasi
sekolah
program
Pendidikan
dan
pelatihan
berfokus pada sector formal
Pemisahan antara pendidikan
dan pelatihan
System pengelolaan
terpusat
Lembaga/organisasi
sepenuhnya
dibiayai
yang
yang
dan
dipicu
System
pendidikan
dan
pelatihan
yang
memberi
kompetensi sesuai standar
nasional yang baku
System
pendidikan
dan
pelatihan yang lentur dengan
prinsip multi entry multi exit
System yang secara tegas
mengekui
kompetensi
dimanapun
dan
bagaimanapun cara diperoleh
System pendidikan pelatihan
yang mengacu pada profesi
dan keterampilan kejuruan
baku
Pendidikan
dan
pelatihan
untuk sector formal dan
informal
Mengintegrasikan
secara
terpadu antara pendidikan dan
pelatihan yang bersifat kognitif
dan
berdasarkan
ilmu
pengetahuan
System
pengelolaan
terdesentralisasi
Lembaga/organisasi
yang
mampu melakukan swakelola