Anda di halaman 1dari 11

Kaidah Fiqh

Mendahulukan orang lain dalam masalah


ibadah, DIBENCI. Namun dalam masalah
lainnya, DISUKAI.

Publication: 1434 H_2013 M


KAIDAH FIQH: MENDAHULUKAN ORANG LAIN DALAM MASALAH
IBADAH, DIBENCI. NAMUN DALAM MASALAH LAINNYA, DISUKAI
Ustadz Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf
Disalin dari Majalah Al-Furqon, No.99 Th. Ke-9_1431 H/ 2010 M

Download > 550 eBook Islam di


www.ibnumajjah.wordpress.com

KAIDAH FIQH

Mendahulukan orang lain dalam masalah


ibadah, DIBENCI. Namun dalam masalah
lainnya, DISUKAI.

MAKNA KAIDAH

Itsar adalah sikap mendahulukan kepentingan


orang lain daripada dirinya sendiri. Kebalikannya
adalah atsaroh yang bermakna mendahulukan
kepentingan dirinya sendiri sebelum orang lain.
Itsar ada dua macam:

Pertama: Itsar dalam perkara duniawi


Ini adalah perkara yang sangat dianjurkan
bagi umat Islam. Alloh

sangat menyenangi

dan mencintainya. Perhatikan firman Alloh

"Dan

orang-orang

(Anshor)

sebelum

yang

telah

(kedatangan)

beriman
mereka

(Muhajirin), mereka mencintai orang yang


berhijrah kepada mereka. Dan mereka tiada
menaruh
terhadap
mereka

keinginan
apa-apa
(orang

dalam
yang

hati

diberikan

Muhajirin),

dan

mereka
kepada
mereka

mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas

diri

mereka

sendiri.

Sekalipun

mereka

memerlukan (apa yang mereka berikan itu).


Dan

siapa

dirinya,

yang

mereka

dipelihara
itulah

dari

kekikiran

orang-orang

yang

beruntung." (QS. al-Hasyr [59]: 9)


Itsar inilah yang tercatat dengan tinta emas
dalam perjalanan hidup para sahabat

"Dari Umar bin Khoththob


'Suatu

hari

Rosululloh

memerintahkan
bershodaqoh,

berkata:

kepada

dan

saat

kami

itu

untuk

saya memiliki

harta. Saya pun bergumam: 'Hari ini saya


akan

mengalahkan

Abu

Bakr,

saya

akan

sedekahkan separuh hartaku.' Maka Rosululloh


bersabda: 'Apa yang engkau
sisakan untuk keluargamu wahai Umar?' Umar
menjawab:

'Separuhnya

datanglah Abu Bakr


hartanya,

maka

lagi.'

Ternyata

membawa semua

Rosululloh

bertanya: 'Lalu apa yang engkau sisakan


untuk

keluargamu.'

Maka

Abu

Bakr

menjawab: 'Saya tinggalkan untuk mereka


Alloh dan Rosul-Nya.'" (HR. Abu Dawud dan

at-Tirmidzi dengan sanad hasan. Lihat Tahqiq


Misykah: 6021)

.
.
.
.
.

"Dari Abu Huroiroh

berkata: Ada

seseorang yang datang kepada Rosululloh


seraya berkata: 'Wahai Rosululloh,
saya sangat lemah.' Maka Rosululloh
menanyakan pada para istrinya, ternyata
tidak ada makanan apa pun di rumah. Maka
beliau

bersabda: 'Tidak adakah

seseorang yang mau menjamu tamu malam


ini, semoga Alloh merahmatinya.' Maka salah
satu sahabat Anshor berkata: 'Saya wahai
Rosululloh.' Lalu dia pulang menemui istrinya
dan berkata: 'Ini adalah tamunya Rosululloh,

jangan

sembunyikan

makanan

apa

pun.'

Istrinya menjawab: 'Kita tidak punya makanan


apa pun kecuali makanan untuk anak-anak.'
Dia pun bilang: 'Jika anak-anak ingin makan
malam,

maka

tidurkanlah

mereka,

lalu

matikan lampu dan malam ini biarlah kita


lapar.'

Istrinya

itu

mengerjakan

perintah

suaminya. Keesokan harinya sahabat Anshor


tadi

datang

pada

Rosululloh,

lalu

beliau

bersabda: 'Sesungguhnya Alloh heran (atau


tertawa)

terhadap

perbuatan

fulan

dan

fulanah.' Lalu Alloh menurunkan firman-Nya,


QS. al Hasyr [59]: 9." (HR. al-Bukhori)
Kedua: Itsar dalam perkara ibadah
Mendahulukan
ibadah

adalah

orang

sesuatu

masing-masing

orang

lain

dalam

perkara

dibenci,

karena

diperintahkan

untuk

yang

mengagungkan Alloh Ta'ala. Oleh karenanya jika


dia tidak melakukannya dan hanya melimpahkan
pada orang lain adalah termasuk tindakan kurang
adab kepada Alloh

Dengan beberapa contoh berikut semoga bisa


dipahami:
1. Kalau si Zaid mempunyai air yang hanya
cukup untuk wudlu satu orang, sedangkan
saat

itu

dia

membutuhkan

wudlu,

juga

temannya yang saat itu sedang bersama dia,


maka kewajiban Zaid adalah menggunakan air
itu untuk berwudlu dan biarkanlah temannya
itu bertayammum. Tidak boleh bagi
untuk

mempersilahkan

temannya

Zaid
wudlu

sedangkan dirinya sendiri bertayammum.


2. Kalau ada seseorang yang hanya mempunyai
satu pakaian yang menutup aurot dan saat itu
datang waktu sholat, sedangkan dia punya
saudara

yang

tidak

punya

pakaian

yang

menutup aurot, maka kewajiban yang punya


tadi

untuk

menggunakan
kemudian

sholat
pakaian

terlebih
tersebut

dahulu
baru

nantinya dia pinjamkan kepada

saudaranya. Dan tidak boleh baginya untuk

mendahulukan

saudaranya

tersebut

dalam

perkara ibadah.
3. Kalau ada seseorang yang berada di shot
pertama, maka dia tidak boleh mundur ke
shof kedua untuk mempersilahkan orang lain
menempati posisinya.
Wallohu a'lam
(Lihat Asybah wan Nadho-ir, as-Suyuthi hlm. 116,
Asy-bah wan Nadho-ir, Ibnu Nujaim hlm. 119, alWajiz Dr. al-Burnu hlm. 162) []
[ TELADAN SALAF ]

Sebuah

fragmen

sejarah

yang

menggambarkan betapa besar sifat itsar para


sahabat
peristiwa

dari urusan dunia. Sebuah


mengharukan

terjadi

saat

erang

Yarmuk, perang melawan orang-orang Romawi.

Dikisahkan bahwa Ikrimah bin Abu Jahl dan


dua sahabatnya

terluka parah. Tatkala

ada seorang yang mengambilkan minum untuk


beliau

, beliau melihat ada orang lain yang

butuh minum, akhirnya dia mengatakan pada


yang membawa air minum: "Berikan pada dia
terlebih dahulu." Maka pergilah dia ke tempat
orang yang ditunjuk.
Begitu air akan diberikan padanya , dia pun
berkata:

"Berikan

kepada

Ikrimah

terlebih

dahulu." Akhirnya kembalilah dia ke Ikrimah dan


ternyata beliau sudah meninggal dunia begitu
pula dengan dua sahabatnya, sebelum meminum
air tersebut." Subahanalloh. [aina nahnu min
hum?][]

Anda mungkin juga menyukai