TUTORIAL BLOK 6
SKENARIO A
DISUSUN OLEH
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Illahi Robbi, karena berkat limpahan rahmat dan
hidayahnya jua-lah Penyusun bisa menyelesaikan tugas Laporan Tutorial ini dengan baik
tanpa aral yang memberatkan.
Laporan ini disusun sebagai bentuk dari pemenuhan tugas Laporan Tutorial Skenario
A yang merupakan bagian dari sistem pembelajaran KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi)di
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya, khususnya pada Blok Struktur Jaringan dan
Organ Tubuh Manusia II.
Terima kasih tak lupa pula Kami haturkan kepada dr. Rizma Adlia, M.MARS., yang
telah membimbing dalam proses tutorial ini, beserta pihak-pihak lain yang terlibat, baik dalam
memberikan saran, arahan, dan dukungan materil maupun inmateril dalam penyusunan tugas
laporan ini.
Penyusun menyadari bahwa laporan ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik yang membangun sangat Kami harapkan sebagai bahan pembelajaran yang baru bagi
Penyusun dan perbaikan di masa yang akan datang.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................. ........
.......
.......
III.
.......
IV.
KESIMPULAN ..............................................................
14
15
15
29
37
39
44
48
50
52
............................
53
.......................................
54
55
SKENARIO A
Dodi, 30 tahun adalah seorang karyawan swasta yang memiliki kebiasaan pola makan
tidak teratur, diet rendah serat, serta tidak terlalu suka minum, akibatnya Dodi sering
mengalami konstipasi. Dodi datang ke dokter dengan keluhan nyeri perut kanan bawah yang
disertai demam. Nyeri perut dimulai 7 hari yang lalu dengan lokasi disekitar umbilikus.
Beberapa hari kemudian nyeri dirasakan di kanan bawah perut, disertai mual dan muntah.
Keadaan umum Dodi baik, namun ia tampak kesakitan dan berjalan agak membungkuk. Pada
pemerikasaan abdomen ditemukan nyeri tekan pada titik McBurneys (+), defans muskular (-)
. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan jumlah leukosit 14.000/mm3 . Dokter mendiagnosis
Dodi menderita Acute Appendicitis.
I. Klarifikasi Istilah
No
.
1.
Karyawan Swasta
2.
3.
4.
Konstipasi
Nyeri Perut
5.
Umbilikus
6.
7.
8.
Mual
Muntah
9.
Titik Mc.Burneys
10.
Defans Muskular
11.
Acute Appendicitis
II.
Istilah
Definisi
Orang yang bekerja pada perusahan profit milik swasta atau
bukan pemerintah dengan jam kerja tidak teratur
Proses pengaturan frekuensi makan dengan cara mengurangi
terhadap makanan berserat
Evakuasi feces yang jarang atau sulit
Berasa sakit terasa ditusuk tusuk jarum atau seperti dijepit pada
bagian perut
Pusar atau jaringan parut yg menandai tempat perlekatan tali
pusat pada janin
Daerah/ regio iliaca kanan pada abdomen yang berisikan
apendiks dan iliocaecal junction
Berasa perut kembung ; hendak muntah
Mengeluarkan kembali makanan atau minuman yang sudah
masuk ke dalam mulut atau perut
Titik sepertiga lateral garis yang ditarik dari spina illiaca
anterior superior (SIAS dan) Umbilikus
Nyeri tekan seluruh lapangan abdomen yang menunjukkan
adanya rangsangan peitonuem parietal
Peradangan apendiks veriformis dengan mula gejala akut yang
memerlukan pembedahan cepat dan biasanya ditandai dengan
nyeri pada kuadran abdomen kanan bawah, nyeri lepas alih,
spasme otot yang ada diatasnya, dan hiperestesia kulit
Identifikasi Masalah
Tabel Identifikasi Masalah
No
.
1.
Pernyataan
Dodi, 30 tahun adalah seorang karyawan swasta yang memiliki
kebiasaan pola makan tidak teratur, diet rendah serat, serta tidak
Proble
m
p
Concer
n
*****
2.
3.
4.
5.
6.
******
****
***
**
Main Problem:
Dodi datang ke dokter dengan keluhan nyeri perut kanan bawah yang disertai demam.
Nyeri perut dimulai 7 hari yang lalu dengan lokasi disekitar umbilikus
Problem:
-
Dodi, 30 tahun adalah seorang karyawan swasta yang memiliki kebiasaan pola makan
tidak teratur, diet rendah serat, serta tidak terlalu suka minum, akibatnya Dodi sering
mengalami konstipasi.
Beberapa hari kemudian nyeri dirasakan di kanan bawah perut, disertai mual dan
muntah.
Keadaan umum Dodi baik, namun ia tampak kesakitan dan berjalan agak
membungkuk.
Pada pemerikasaan abdomen ditemukan nyeri tekan pada titik McBurneys (+), defans
muskular (-). Pemeriksaan laboratorium menunjukkan jumlah leukosit 14.000/mm3.
Dokter mendiagnosis Dodi menderita Acute Appendicitis.
Menurut Baliwati (2004), PUGS memuat tiga belas pesan dasar yang
diharapkan dapat digunakan masyarakat luas sebagai pedoman praktis untuk
mengatur makanan sehari-hari yang seimbang dan aman guna mencapai dan
mempertahankan status gizi dan kesehatan yang optimal. Ketiga belas pesan dasar
tersebut adalah sebagai berikut:
Makanlah aneka ragam makanan.
Makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan energi.
Makanlah makanan sumber karbohidrat, setengah dari kebutuhan energi.
Batasi konsumsi lemak dan minyak sampaiseperempat dari kebutuhan energi.
Gunakan garam beryodium.
Makanlah makanan sumber zat besi.
Berikan ASI saja kepada bayi sampai umur empat bulan.
Biasakan makan pagi.
Minumlah air bersih, aman yang cukup jumlahnya.
Lakukan kegiatan fisik dan olahraga secara teratur.
Hindari minum minuman beralkohol.
Makanlah makanan yang aman bagi kesehatan.
Bacalah label pada makanan yang dikemas.
vagus, frenik, dan saraf spinal, pernafasan dan otot- otot perut untuk melakukan
refleks muntah.
5. Bagaimana mekanisme terjadinya mual dan muntah pada kasus?
Makanan yang masuk ke dalam tubuh pak dodi adalah makan yang
mengandung sedikit serat, sehingga membutuhkan banyak air agar feses tidak
menjadi keras (makanan yang berserat memiliki kemampuan menyerap air),
sedangkan pak dodi tidak senang minum. Feses yang keras dapat menyebabkan usus
terlipat akibat makanan yang terus bertumpuk karena feses keras yang menyumbat
sehingga appendixpun ikut tertekan, appendix terinflamasi dan mengalami edema.
Proses inflamasi tersebut menyebabkan aliran cairan limfe dan darah tidak sempurna,
meningkatkan tekanan intraluminal, menimbulkan nyeri abdomen atas atau
menyebar hebat secara progresif, dalam beberapa jam terlokalisasi dalam kuadran
kanan bawah dari abdomen. Akhirnya appendix yang terinflamasi berisi pus (cairan
yang berwarna putih kuning dan kadang terdapat darah). Appendix yang bengkak,
dapat menyumbat pintu masuk ileum menuju caceum (obstruksi ileum) membuat
saraf parasimpatis meneruskan impulsnya menuju otak, dan dengan spontan muntah
refleks terjadi segera setelah mulainya ileus obstruksi yang memuntahkan apapun
makanan dan cairan yang terkandung
D. Keadaan umum Dodi baik, namun ia tampak kesakitan dan berjalan agak
membungkuk
1. Apa yang menyebabkan Dodi berjalan agak membungkuk?
Karena peradangannya membuat nyeri, jadi terjadi refleks kekakuan dinding
abdomen, membungkuk membuat dodi merasa lebih baik daripada tegap.
2. Apakah dengan berjalan tegak nyeri yang dirasakan Dodi dapat semakin parah dan
mengapa?
Ya, pada kondisi berjalan tegak, nyeri yang dirasakan Dodi akan semakin parah
karena dugaan penyakit appendicitis akut, terjadi iritasi pada M. psoas major akibat
peradangan pada appendix vermiformis. Iritasi ini menyebabkan otot M. Psoas major
terus mengalami kontraksi yang menyebabkan flexi pada articulation coxae pada
bagian dextra, sehingga Dodi akan terlihat berjalan agak membungkuk sebagai
kompensasi untuk meminimalisir rasa nyeri yang dirasakan sebelumnya.
3. Mengapa nyeri yang dialami Dodi tidak berpengaruh pada keadaan umumnya?
Karena nyeri yang dialami pak Dodi berlangsung sampai tujuh hari, maka
terjadi kompensasi dari tubuh untuk membatasi proses radang melalui penutupan
appendix dengan omentum, usus halus, atau adneksa. Hal ini lah yang menyebabkan
kondisi umum pak Dodi masih terlihat baik, hanya akibat rasa nyeri alih yang terjadi
ketika berjalan membuat ia berjalan dengan cara agak membungkuk.
10
E.
Pada pemerikasaan abdomen ditemukan nyeri tekan pada titik McBurneys (+),
defans muskular (-), Pemeriksaan laboratorium menunjukkan jumlah leukosit
14.000/mm3
1. Apa guna titik McBurneys?
Titik Mc.Burney yaitu titik pada garis antara umbilicus dan SIAS kanan yang
berjarak 1/3 dari SIAS kanan yang dihunakan sebagai garis khayal dalam menunjuk
adanya penyakit/nyeri dan biasanya salah satu tanda dari appendicitis akut. Nyeri di
titik ini disebabkan oleh inflamasi dari appendiks dan persentuhannya
denganperitoneum. Nyeri akan bertambah seiring dengan berlanjutnya proses
inflamasi.Appendicitis tidak selalu menimbulkan nyeri tekan di titik Mc Burney, hal
ini disebabkan letak appendiks yang sangat bervariasi, misalnya appendiks yang
terletak retrocoecal (dibelakang coecum) tidak menyebabkan nyeri tekan di titik Mc
Burney.
2. Berapa jumlah normal leukosit? (Chyntia
Jumlah normal sel darah putih (leukosit) di dalam tubuh manusia dibagi menjadi
kisaran sebagai berikut.
Bayi baru lahir
9000 -30.000 /mm3
Bayi/anak
9000 12.000/mm3
Dewasa
4000-10.000/mm3
3. Mengapa nyeri terasa di ttik Mc.Burneys?
Karena adanya nyeri alih dari perangsangan difus ujung serabut nyeri appendix
veriformis lalu berjalan mengikuti saraf simpatis plexus mesentricus superior dan
nervus sphlenicus minor ke medulla spinalis segmen T10 didaerah umbilicus.
Perangsangan tersebut menjalar didaerah titik Mc Burneys
4. Apa yang dimaksud dengan pemeriksaan ; nyeri tekan titik McBurneys (+) dan
defans muskular (-) ?
Nyeri tekan titik McBurneys (+) berarti terdapat pola nyeri pada saat
pemeriksaan dengan melakukan palpasi pada titik tersebut, biasanya hal ini
digunakan untuk mengidentifikasi apendisitis.
Defans muskular (-) berarti nyerti tekan pada lapangan abdomen tanda adanya
rangsangan peritoneum parietal tidak ada. Menunjukkan letak appendiks di retrosecal
(belakang secum), karena apendiks yang terletak di retrosecal tidak dilapisi
peritoneum parietal.
12
Struktur histologi dari Accute Appendicitis ditandai dengan adanya kelainan pada
apendiks normal, biasanya ditemui dengan keadaan sebagai berikut,
Terdapat inflamasi jaringan mukosa dan nekrosis
Terdapat ulserasi pada jaringan mukosa
Neutrofil melebar sampai ke dinding apendiks
Terdapat marginasi neutrofil pada sepanjang permukaan endothel
13
penonjolan perut bagian kanan bawah terlihat pada apendikuler abses (Departemen
Bedah UGM, 2010).
Pada palpasi, abdomen biasanya tampak datar atau sedikit kembung. Palpasi
dinding abdomen dengan ringan dan hati-hati dengan sedikit tekanan, dimulai dari
tempat yang jauh dari lokasi nyeri. Status lokalis abdomen kuadran kanan bawah:
Nyeri tekan (+) Mc. Burney. Pada palpasi didapatkan titik nyeri tekan kuadran
kanan bawah atau titik Mc. Burney dan ini merupakan tanda kunci diagnosis.
Nyeri lepas (+) karena rangsangan peritoneum. Rebound tenderness (nyeri lepas
tekan) adalah nyeri yang hebat di abdomen kanan bawah saat tekanan secara tibatiba dilepaskan setelah sebelumnya dilakukan penekanan perlahan dan dalam di
titik Mc. Burney.
Defens muskuler (+) karena rangsangan m. Rektus abdominis. Defence muscular
adalah nyeri tekan seluruh lapangan abdomen yang menunjukkan adanya
rangsangan peritoneum parietale.
Rovsing sign (+). Rovsing sign adalah nyeri abdomen di kuadran kanan bawah
apabila dilakukan penekanan pada abdomen bagian kiri bawah, hal ini diakibatkan
oleh adanya nyeri lepas yang dijalarkan karena iritasi peritoneal pada sisi yang
berlawanan.
Psoas sign (+). Psoas sign terjadi karena adanya rangsangan muskulus psoas oleh
peradangan yang terjadi pada apendiks.
Obturator sign (+). Obturator sign adalah rasa nyeri yang terjadi bila panggul dan
lutut difleksikan kemudian dirotasikan ke arah dalam dan luar secara pasif, hal
tersebut menunjukkan peradangan apendiks terletak pada daerah hipogastrium.
(Departemen Bedah UGM, 2010)
Pada pemeriksaan laboratorium darah, biasanya didapati peningkatan jumlah
leukosit (sel darah putih).
Konstipasi
Tekanan intralumen
Leukosit tinggi
Mual-muntah
Berjalan agak membungkuk
Iritasi
impuls hipotalamus
spasme otot
14
ACUTE APPENDICITIS
What I know
What I have to
prove
Organ-organ
vicera abdomen
Anatomi Dinding
dan Viscera
Abdomen
Definisi
Vaskularisasi dan
Inervasi
Histologi Saluran
Pencernaan
Definisi
Mekanisme MualMuntah
Definisi
Patologi Acute
Appendicitis
Definisi
Penyebab penjalaran
nyeri
Lokasi
appendisitis
Konstipasi
Definisi
Pemeriksaan
Abdomen
Dermatom Dinding
Abdomen
Pola Makan Sehat
Definisi
Mekanisme terjadinya
konstipasi
Medtode pemeriksaan
Definisi
Definisi
Penyebab
konstipasi
Jenis-jenis
pemeriksaan
Pembagian dan
pola nyeri alih
Jenis-jenis pola
makan yang baik
Organ-organ
saluran
pencernaan
Proses terjadinya mual Penyebab mualmuntah
muntah
How I will
learn
Kamus
kedokteran
KBBI
Jurnal
Internet
Textbook
B. Sintesis Masalah
ANATOMI DINDING DAN VISCERA ABDOMEN
Dinding Abdomen
Arteria pada dinding posterior abdomen
Aorta
Aorta memasuki abdomen melalui hiatus aorticus diaphragmatica di depan vertebra thoracalis
ke 12. Ia turun di belakang peritoneum pada permukaan depan corpus vertebra lumbalis.
Setinggi vertebra lumbalis ke 4, aorta bercabang dua menjadi a. iliaca communis. Pada sisi
kanan aorta terletak v. cava inferior, cisterna chyli, dan bagian awal v. azygos. Pada sisi kiri
aorta dijumpai trunkus symphaticus sinister.
Cabang-cabang aorta :
1. Tiga r. visceralis anterior : a. coeliaca, a. mesenterica superior dan a. mesenterica inferior.
2. Tiga r. lateralis : a. suprarenalis, a. renalis, a. testicularis atau a. ovarica.
15
V. mesenterica inferior merupakan cabang dari sirkulasi porta. Ia mulai dari pertengahan
bawah canalis analis sebagai v. rectalis superior. Ia naik di dinding posterior abdomen pada
sisi kiri a. mesenterica inferior dan flexura duodenojejunalis, kemudian bergabung dengan v.
lienalis di belakang pancreas. Ia menerima cabang sesuai dengan cabang-cabang arteria.
V. Lienalis
V. lienalis merupakan cabang sirkulasi porta. Ia mulai dari hilus lienalis sebagai hasil
gabungan beberapa vena, dan kemudian bergabung dengan v. gastrica breve dan v.
gastroepiploica sinistra. Ia berjalan ke kanan dalam ligamentum lienorenale, di belakang
pancreas dan di bawah a. lienalis. Ia bergabung dengan v. mesenterica superior di belakang
collum pancreas membentuk v. portae hepatis. Ia juga menerima vena dari pancreas dan v.
mesenterica inferior.
V. Mesenterica Superior
V. mesenterica superior merupakan cabang sirkulasi porta. Ia mulai dari ileocecal junction dan
naik ke atas pada dinding posterior abdomen di dalam radix mesostenii, dan terletak di sisi
kanan a. mesenterica superior. Ia lewat di depan pars inferior duodeni dan di belakang collum
pancreas, di sini ia bersatu dengan v. lienalis membentuk v. portae hepatis. Ia menerima
cabang-cabang yang sesuai dengan cabang-cabang a. mesenterica superior, juga menerima v.
pancreaticoduodenalis inferior dan v. gastroepiploica dextra.
Limfe pada dinding posterior abdomen
Lymphonodus berhubungan erat dengan aorta dan membentuk rantai lymphonodus
preaorticus dan paraaorticus atau lumbalis (aorticus lateralis sinister et dexter).
Lymphonodus preaorticus terletak sekeliling origo a. coeliaca, a. mesenterica superior, dan a.
mesenterica inferior, dan disebut sebagai LN. coeliacus, LN. mesentericus superior, dan LN.
mesentericus inferior. Mereka menerima limfe mulai dari bagian bawah oesophagus sampai
pertengahan bawah canalis analis, dan dari lien, pancreas, vesica fellea, dan sebagian besar
hepar. Vasa limfe efferent membentuk trunkus intestinalis yang besar.
LN. aorticus lateralis (paraaorticus atau lumbalis) menerima limfe dari ren, glandula
suprarenalis; dari testis atau ovarium, tuba uterina, fundus uteri; dari dinding abdomen, dan
dari LN. iliaca communis. Vasa limfe efferent membentuk trunkus lumbalis dexter et sinister.
Vasa limfe
Ductus thoracicus dimulai dalam abdomen sebagai kantong limfe yang panjang, disebut
cisterna chyli. Ia terletak di bawah diaphragma di depan vertebra lumbalis ke 1 dan 2, dan di
sisi kanan aorta.
Cisterna chyli menerima limfe dari :
1. Trunkus intestinalis
2. Trunkus lumbalis dexter et sinister, dan
3. Vasa limfe kecil dari bagian bawah thorax
Syaraf pada dinding posterior abdomen
Plexus Lumbalis
Plexus lumbalis, yang merupakan jalur persyarafan utama untuk extremitas inferior, dibentuk
dalam m. psoas dari rr. anteriores radix lumbalis ke 1-4. Rr. anteriores menerima rr.
communicantes gricea dari trunkus symphaticus, dan 2 bagian atas memberi cabang rr.
communicantes alba ke trunkus symphaticus. Cabang-cabang plexus lumbalis keluar dari tepi
lateral dan medial otot dan dari permukaan anterior otot.
Cabang-cabang plexus lumbalis :
1. N. iliohypogastrica
2. N. ilioinguinalis
17
epiploicum yang berbentuk oval. Peritoneum menyekresi sedikit cairan serosa, yang
melumasi permukaan peritoneum dan memudahkan gerakan bebas di antara organ viscera.
Intraperitonealis dan extraperitonealis
Istilah intraperitonealis dan extraperitonealis digunakan untuk menggambarkan
hubungan organ dengan bungkus peritoneumnya. Sebuah organ disebut intraperitonealis jika
ia dibungkus hampir seluruhnya (lebih dari bagian) oleh peritoneum viscerale. Contoh
organ intraperitonealis adalah gaster, jejunum, ileum, dan lien. Organ retroperitonalis adalah
organ yang terletak di belakang dan hanya sebagian ditutupi oleh peritoneum viscerale.
Contoh organ retroperitonealis adalah pancreas, colon ascendens dan descendens.
Ligamentum peritoneale, omenta dan mesenterium
Ligamentum peritoneale adalah dua lapisan lipatan peritoneum yang menghubungkan
viscera padat ke dinding abdomen. Ligamentum ini tidak mempunyai jaringan fibrosa padat
seperti pada ligamentum yang melekat ke tulang. Sebagai contoh, hepar dihubungkan ke
diaphragma dan dinding abdomen anterior oleh ligamentum falciforme.
Omenta adalah dua lapisan lipatan peritoneum yang menghubungkan gaster dengan
organ viscera lainnya. Omentum majus menghubungkan curvatura major gaster ke colon
transversum. Omentum minus menggantung curvatura minor gaster ke permukaan bawah
hepar. Omentum ( ligamentum ) gastrolienale menghubungkan gaster ke hilus lienalis.
Mesentrium adalah dua lapisan lipatan peritoneum yang menghubungkan bagian-bagian
intestinum ke dinding posterior abdomen. Contohnya adalah mesenterium intestinum tenue,
mesocolon transversum, dan mesocolon sigmoideum. Ligamentum peritoneale, omenta dan
mesenterium dilalui oleh pembuluh darah, limfe dan syaraf yang ke viscera.
Persyarafan peritoneum
Peritoneum parietale sensitif terhadap sakit, suhu, rabaan dan tekanan. Peritoneum
parietale yang melapisi dinding anterior abdomen dipersyarafi oleh nervus T7 - T12 dan L1.
Bagian sentral peritoneum diaphragmatik dipersyarafi oleh n. phrenicus; bagian perifer oleh
nervus T7 -T12. Peritoneum parietale dalam pelvis dipersyarafi oleh n. obturatorius.
Peritoneum viscerale hanya sensitif terhadap regangan dan robekan. Peritoneum
viscerale dipersyarafi oleh n. afferent otonomik yang mempersyarafi viscera.
Fungsi peritoneum
Cairan peritonealis merupakan cairan viscus berwarna kuning pucat dan mengandung
leukocyte. Cairan ini disekresi oleh peritoneum dan melumasi gerakan viscera satu sama
lainnya. Cairan ini diserap kembali oleh kapiler limfatik subperitonealis.
Tractus gastrointestinalis
Oesophagus
Oesophagus merupakan tabung muskuler sepanjang 25 cm (10 inci) yang
menghubungkan pharynx dengan gaster. Sebagian besar oesophagus terletak dalam cavitas
thoracalis. Oesophagus masuk ke abdomen melalui lubang (hiatus oesophageus) di crus
dexter diaphragma. Setelah keluar 1,25 cm ( pars abdominalis ), ia masuk ke bagian kanan
gaster. Ia ditutupi peritoneum pada permukaan depan dan lateral.
- Vaskularisasi
Arteria A. gastrica sinistra
Vena V. gastrica sinistra yang merupakan bagian sistem porta.
- Persyarafan
N. gastricus anterior et posterior (cabang n. vagus) dan cabang-cabang sympathetik bagian
thoracalis dari trunkus symphaticus.
19
Fungsi
Fungsi oesophagus menyalurkan makanan dari pharynx ke dalam gaster. Kontraksi seperti
gelombang dari lapisan otot, disebut peristalsis, mendorong makanan ke distal.
Gaster
Gaster berfungsi :
- Menyimpan makanan, pada dewasa mempunyai
kapasitas 1500 ml.
- Mencampur makanan dengan sekresi gaster
membentuk chyme.
- Mengatur pengaliran chyme ke intestinum tenue
sehingga dapat mengontrol efisiensi pencernaan dan
absorpsi makanan.
Gaster terletak pada bagian atas perut di bawah tepi
costa kiri, berbentuk huruf J, dan mempunyai dua lubang
yaitu orificium cardiacum dan pyloricum; dua lengkungan
yaitu curvatura major dan minor; dua permukaan yaitu
anterior dan posterior.
Gaster biasanya dibagi menjadi beberapa bagian :
Fundus : berbentuk kubah, menonjol ke atas kiri orificium cardiacum. Biasanya berisi udara.
Corpus : mulai dari orificium cardiacum sampai setinggi incisura angularis.
Antrum pyloricum : dari incisura angularis ke pylorus.
Pylorus : bagian tubular dari gaster. Ia mempunyai dinding otot tebal disebut pyloric
sphincter. Rongga pylorus disebut canalis pyloricum.
Curvatura minor membentuk tepi kanan dan dihubungkan ke hepar oleh omentum minus.
Curvatura major lebih panjang dan terletak di tepi kiri gaster. Omentum (ligamentum)
gastrolienale membentang dari bagian atas curvatura major ke lien. Omentum majus
membentang dari bagian bawah curvatura major ke colon transversum.
Orificium cardiacum sebagai tempat masuk oesophagus pars abdominalis ke gaster.
Orificium pyloricum dibentuk oleh canalis pyloricus dengan panjang sekitar 2,5 cm (1 inci).
Pylorus terletak pada planum transpyloricum. Terdapat pyloric sphincter yang mengontrol
pelepasan makanan ke dalam duodenum.
Membrana mucosa gaster tebal dan vaskuler serta mempunyai lipatan yang disebut rugae,
dengan arah longitudinal.
Lapisan otot gaster terdiri atas :
Serabut longitudinalis
Serabut sirkularis, dan
Serabut oblique ( lapisan paling dalam )
Peritoneum viscerale membungkus seluruh gaster (intraperitonealis).
Vaskularisasi :
Arteria
A. gastrica sinistra : cabang a. coeliaca, memperdarahi bawah oesophagus dan bagian atas
kanan gaster.
A. gastrica dextra : cabang a. hepatica dan memperdarahi bagian kanan bawah gaster.
A. gastrica breve : cabang dari a. lienalis dan memperdarahi fundus gaster.
A. gastroepiploica sinistra : cabang a. lienalis dan memperdarahi bagian atas curvatura major.
A. gastroepiploica dextra : cabang r. gastroduodenalis a. hepatica dan memperdarahi bagian
bawah curvatura major.
Vena
20
sepanjang
Bagian-bagian duodenum
Duodenum terletak di regio epigastrica dan umbilicalis, dan dapat dibagi menjadi 4 bagian :
Pars superior duodeni
Bagian pertama sepanjang 5 cm (2 inci) terletak pada planum transpyloricum (setinggi L1).
Pars descendens duodeni
21
Bagian ke 2 duodenum sepanjang 8 cm (3 inci). Ia turun vertikal pada hilus renalis dexter di
sisi kanan L2 dan 3. Di pertengahan tepi medialnya, bermuara ductus choledochus dan ductus
pancreaticus major. Kedua ductus bersatu membentuk ampulla yang mempunyai lubang
disebut papilla duodenalis major. Ductus pancreaticus accessorius, jika ada, bermuara di
sebelah atas pada papilla duodenalis minor.
Pars inferior duodeni
Bagian ke 3 duodenum sepanjang 8 cm (3 inci), terletak horizontal pada planum subcostale.
Pars ascendens duodeni
Bagian ke 4 duodenum sepanjang 5 cm (2 inci), menuju ke atas kiri ke flexura
duodenojejunalis. Flexura ini difixasi oleh lipatan peritoneum, ligamentum treitz, yang
melekat ke crus dexter diaphragma.
Membrana mucosa dan papilla duodenalis
Membrana mucosa duodenum tebal. Dalam bagian ke 1 duodenum permukaannya halus. Di
bagian lainnya terdapat lipatan sirkuler yang disebut plicae circulares. Pada dinding medial
bagian ke 2 duodenum terdapat papilla duodenalis major. Di atasnya , sekitar 1,9 cm (1/4 inci)
terdapat papilla duodenalis minor.
Vaskularisasi
Arteria
A. pancreaticoduodenalis superior: cabang dari a. gastroduodenalis memperdarahi 1/2 bagian
atas duodenum.
A. pancreaticoduodenalis inferior: cabang a. mesenterica superior memperdarahi 1/2 bagian
bawah.
Vena
Vena pancreaticoduodenalis superior bermuara ke vena portae hepatis; v.
pancreaticoduodenalis inferior bermuara ke vena mesenterica superior.
Limfe
Vasa limfe duodenum mengikuti jalan arteria :
Ke atas melalui LN. pancreaticoduodenalis dan kemudian ke LN. coeliacus.
Ke bawah melalui LN. pancreaticoduodenalis menuju LN. mesentericus superior di sekeliling
a. mesenterica superior.
Persyarafan
Syaraf ke duodenum berasal dari n. symphaticus dan n. parasymphaticus ( vagus ) yang
merupakan cabang plexus coeliacus dan mesentericus superior.
Jejunum dan ileum
Jejunum dan ileum mempunyai panjang sekitar 6 m ( 20 kaki ), 2/5 bagian atas adalah
jejunum. Peralihan jejunum ke ileum agak sukar dilihat karena perubahannya berlangsung
gradual.
Jejunum dan ileum sangat mobile dan digantung oleh mesostenium. Dari radix
mesostenii keluar dan masuk cabang-cabang dari arteria dan vena mesenterica superior, vasa
limfe, dan syaraf-syaraf ke dalam ruangan di antara dua lapis peritoneum yang membentuk
mesenterium.
Vaskularisasi
Arteria
A. mesenterica superior. R. intestinalis muncul di sisi kiri arteria dan saling beranastomosis
membentuk arcade.
22
inci)
dan
dibungkus
oleh
peritoneum
(intraperitonealis). Tidak mempunyai mesenterium. Pada
permukaan posteromedial melekat appendix. Adanya
lipatan peritoneum membentuk fossa ileocaecalis
superior, fossa ileocaecalis inferior dan fossa
retrocaecalis.
Seperti pada colon, otot longitudinalis dibatasi oleh 3 pita datar yang disebut teniae coli.
Bagian terminal ileum bermuara ke perbatasan caecum dengan colon ascendens. Lubang
masuk ileum ini disebut valvula ileocaecalis. Appendix berhubungan dengan rongga caecum
melalui lubang di bawah belakang lubang ileocaecalis.
Vaskularisasi
Arteria
A. caecalis anterior dan posterior, berasal dari a. ileocolica yang merupakan cabang a.
mesenterica superior.
Vena
Sesuai dengan arteria dan bermuara ke vena mesenterica superior.
Limfe
Syaraf caecum merupakan cabang-cabang n. symphaticus dan parasymphaticus (vagus) dari
plexus mesentericus superior.
Valvula ileocaecalis
Valvula ileocaecalis terdiri atas dua lipatan horizontal di membrana mucosa yang
mengelilingi lubang muara ileum. Katup ini tidak atau hanya berpengaruh sedikit dalam
mencegah reflux isi caecum ke dalam ileum. Otot sirkuler di ujung bawah ileum (secara
fisiologis disebut ileocecal sphincter) bertindak sebagai sphincter dan mengontrol aliran isi
23
ileum ke dalam colon. Tonus otot polos meningkat secara reflex bila caecum distensi; hormon
gastrin, yang dihasilkan gaster, menyebabkan relaxasi tonus otot.
Appendix
Appendix merupakan tabung otot sempit yang
mengandung banyak jaringan lymphoid. Panjangnya
bervariasi antara 8 - 13 cm (3 - 5 inci). Basis
appendix melekat pada permukaan posteromedialis
caecum sekitar 2,5 cm (1 inci) di bawah ileocecal
junction.
Appendix
dibungkus
peritoneum
(intraperitonealis) dan mempunyai mesenterium yang
disebut mesenteriolum (mesoappendix).
Appendix terletak pada fossa iliaca dextra, dan
terhadap dinding anterior abdomen, basis appendix
sepertiga lateral dari garis yang menghubungkan
SIAS kanan dengan umbilicus ( titik McBurney ).
Posisi ujung appendix.
Posisi ujung appendix bisa ditemukan pada berbagai posisi :
1. Tergantung ke bawah dalam pelvis di dinding pelvis kanan.
2. Melengkung ke atas di belakang caecum dalam fossa retrocaecalis.
3. Menonjol ke atas sepanjang sisi lateral caecum.
4. Di depan atau belakang bagian terminal ileum.
Posisi yang paling sering dijumpai adalah posisi ke 1 dan 2.
Vaskularisasi
Arteria
A. appendicularis yang merupakan cabang a. caecalis posterior.
Vena
Vena appendicularis bermuara ke vena caecalis posterior.
Limfe
Aliran limfe ke 1 atau 2 nodus dalam mesoappendix, melalui LN. mesentericus dan akhirnya
ke LN. mesentericus superior
Persyarafan
Syaraf appendix berupa n. symphaticus dan parasymphaticus ( vagus ) yang berasal dari
plexus mesentericus superior. Serabut syaraf afferent membawa impuls nyeri visceralis dari
appendix bersama n. symphaticus dan masuk ke medulla spinalis setinggi segment thoracalis
ke 10.
Colon ascendens
Panjangnya 13 cm (5 inci) dan terletak di quadrant dextra inferior. Peritoneum menutupi
permukaan depan dan lateral colon ascendens ( retroperitonealis ).
Vaskularisasi
Arteria
A. ileocolica dan a. colica dextra yang merupakan cabang a. mesenterica superior.
Vena
Sesuai dengan arteria dan bermuara ke vena mesenterica superior.
24
Limfe
Aliran limfe ke lymphonodus sepanjang vasa colica dan akhirnya ke LN. mesentericus
superior.
Persyarafan
N. symphaticus dan parasymphaticus (vagus) yang merupakan cabang dari plexus
mesentericus superior.
Colon transversum
Panjangnya 38 cm (15 inci), melintang abdomen menempati regio umbilicalis. Flexura
colica sinistra lebih tinggi dari yang kanan dan digantung dari diaphragma oleh lig.
phrenicocolicum.
Mesocolon transversum menggantungkan colon transversum dari tepi anterior pancreas.
Vaskularisasi
Arteria
* A. colica media memperdarahi 2/3 proximal colon transversum dan merupakan cabang a.
mesenterica superior.
* A. colica sinistra memperdarahi 1/3 bagian distal colon transversum dan merupakan cabang
dari a. mesenterica inferior.
Vena
Sesuai dengan arteria dan bermuara ke vena mesenterica superior et inferior.
Limfe
Aliran limfe ke lymphonodus sepanjang vasa colica. Limfe dari 2/3 bagian proximal ke LN.
mesentericus superior dan dari 1/3 distal ke LN. mesentericus inferior.
Persyarafan
2/3 bagian proximal dipersyarafi oleh n. symphaticus dan vagus dari plexus mesentericus
superior; 1/3 bagian distal dipersyarafi n. symphaticus dan n. splanchnicus pelvicus
parasymphaticus dari plexus mesentericus inferior.
Colon descendens
Panjangnya 25 cm (10 inci), terletak di quadrant kiri atas dan bawah. Peritoneum
menutupi permukaan depan dan lateral colon descendens (retroperitonealis).
Vaskularisasi
Arteria
Diperdarahi oleh a. colica sinistra dan r. sigmoideus a. mesenterica inferior.
Vena
Sesuai dengan arteria dan bermuara ke vena mesenterica inferior.
Limfe
Aliran dari lymphonodus di vasa colica akhirnya masuk ke LN. mesentericus inferior di
sekeliling origo a. mesenterica inferior.
Persyarafan
Serabut n. symphaticus dan n. splanchnicus pelvicus parasymphaticus berasal dari plexus
mesentericus inferior.
25
Vesica Fellea
26
Vesica fellea berbentuk pear dan terletak di permukaan bawah hepar. Kapasitasnya sekitar 30
- 50 ml dan menyimpan empedu, yang menjadi pekat setelah air di absorpsi. Vesica fellea
dibagi menjadi fundus, corpus, dan collum.
Fungsi
Vesica fellea sebagai tempat cadangan empedu. Ia mampu memekatkan empedu melalui
permukaan membrana mucosa yang berlipat-lipat membentuk gambaran sarang tawon.
Empedu masuk ke duodenum sebagai akibat kontraksi dan pengosongan partial dari vesica
fellea. Mekanisme ini dimulai ketika makanan berlemak masuk ke dalam duodenum. Lemak
menyebabkan pelepasan hormon cholecystokinin dari membrana mucosa duodenum, hormon
masuk ke dalam darah dan menimbulkan kontraksi vesica fellea. Pada saat bersamaan otot
polos di ujung distal ductus choledochus dan ampulla mengalami relaxasi, sehingga empedu
mengalir ke dalam duodenum. Garam empedu berperan penting dalam emulsi lemak di usus
dan membantu pencernaan dan absorpsinya.
Vaskularisasi
Arteria
A. cystica yang merupakan cabang a. hepatica dextra.
Vena
V. cystica bermuara ke v. portae hepatis.
Limfe
Limfe mengalir ke LN. cysticus yang terletak dekat collum vesica fellea. Selanjutnya, vasa
limfe menuju LN. hepaticus sepanjang a. hepatica dan berakhir di LN. coeliacus.
Persyarafan
Serabut n. symphaticus dan n. parasymphaticus berasal dari plexus coeliacus. Kontraksi
vesica fellea terjadi sebagai respons terhadap hormon cholecystokinin.
Pancreas
Pancreas merupakan kelenjar exokrin dan endokrin. Bagian exokrin menghasilkan
sekresi yang mengandung enzym untuk hydrolisa protein, lemak dan karbohidrat. Bagian
endokrin, yaitu islets of Langerhans, menghasilkan hormon insulin dan glucagon yang
berperanan dalam metabolisme karbohidrat.
Pancreas merupakan kelenjar lunak, lobulasi, dan terletak retroperitonealis. Pancreas
dibagi menjadi caput, collum, corpus dan cauda. Bagian caput yang terletak di belakang kiri
vasa mesenterica superior disebut processus uncinatus.
Vaskularisasi
Arteria
A. lienalis, a. pancreaticoduodenalis superior et inferior.
Vena
Sesuai dengan arteria dan bermuara ke sistem porta.
Limfe
Vasa limfe mengalir ke dalam lymphonodus sepanjang arterianya. Vasa efferent bermuara ke
LN. coeliacus dan LN. mesentericus superior.
Persyarafan
Berasal dari serabut-serabut n. symphaticus dan n. parasymphaticus ( vagus ).
Lien
27
Lien berwarna kemerahan dan merupakan massa jaringan lymphoid terbesar di tubuh
manusia. Bentuknya oval dan terletak di belahan kiri diaphragma dekat dengan costa ke 9, 10,
dan 11. Axis longitudinalis lien terletak sepanjang corpus costae ke 10, dan kutub bawahnya
sampai sejauh linea midaxillaris, serta tidak teraba dari luar.
Lien dibungkus peritoneum (intraperitonealis), yang berjalan dari hilus lienalis sebagai
omentum (ligamentum) gastrolienale menuju curvatura major. Ligamentum ini membawa
vasa gastrica breve dan gastroepiploica sinistra. Peritoneum juga berjalan ke ren sinistra
sebagai ligamentum lienorenale (yang membawa vasa lienalis dan cauda pancreas).
Vaskularisasi
Arteria
A. lienalis yang merupakan cabang terbesar a. coeliaca.
Vena
V. lienalis meninggalkan hilus lienalis, dan berjalan di belakang cauda dan corpus pancreas.
Di belakang collum pancreas, v. lienalis bergabung dengan v. mesenterica superior
membentuk v. portae hepatis.
Limfe
Vasa limfe keluar dari hilus lienalis dan masuk ke lymphonodus sepanjang a. lienalis, dan
akhirnya bermuara ke LN. coeliacus.
Persyarafan
Berasal dari plexus coeliacus.
28
Daerah Kardia
Kardia merupakan peralihan antara oesofagus dan lambung. Lamina
proprianya mengandung kelenjar-kelenjar kardia turbular simpleks bercabang, bergelung dan
sering mempunyai lumen yang besar yang berfungsi mensekresikan mukus. Kelenjarkelenjar ini strukturnya sama seperti kelenjar kardia bagian terminal oesofagus dan
mengandung (dan mungkin sekresi) enzim lisosom.
Korpus dan Fundus
Lamina mukosa tersusun atas 6 jenis sel yaitu: (1) sel-sel mukus istmus, (2) sel-sel parietal
(oksintik), (3) sel-sel mukus leher, (4) chief cells (sel zimogenik), (5) sel-sel argentafin,
dan (6) sel-sel yang menghasilkan zat seperti glukagon.
- Sel-sel mukus istmus terdapat dalam bagian atas kelenjar pada daerah peralihan antara
leher dan gastric pit. Sel-sel ini mengsekresi mukus netral yang membatasi dan
melindungi permukaan lambung dari asam.
- Sel parietal (oksintik) terutama terdapat pada bagian setengah atas kelenjar dan tersisip
antara sel-sel mukus leher. Sel parietal merupakan sel bulat atau piramidal dengan
inti sferis di tengah dan sitoplasma yang jelas eosinofilik. Sel-sel parietal menghasilkan
asam klorida (HCl) yang terdapat dalam getah lambung. Pada kasus gastritis atrofikans, sel
parietal dan chief cells keduanya jumlahnya berkurang, dan getah lambung mempunyai
sedikit atau tidak mempunyai aktivitas pepsin. Asam yang disekresi berasal dari kloridaklorida yang terdapat dalam darah di tambah kation (H+) yang berasal dari kerja suatu
enzim-anhidrase karbonat. Anhidrase karbonat bekerja pada CO2
untuk
menghasilkan asam karbonat, yang berdisosiasi menjadi bikarbonat dan satu H+.
-
Kedua kation dan ion klorida secara aktif ditanspor melalui membran sel sedangkan air
akan berdifusi secara pasif mengikuti perbedaan tekanan osmotik.
Sel mukus leher terdapat dalam kelompokkan atau sel-sel tunggal antara sel-sel parietal
dalam leher kelenjar gastrik. Sekret sel mukus leher adalah mukus asam yang kaya
akan glikosaminoglikans.
Chief cells (sel zimogenik) mensintesis dan mengeluarkan protein yang mengandung
enzim inaktif pepsinogen. Bila granula pepsinogen dikeluarkan ke dalam lingkungan
lambung yang asam, enzim diubah menjadi enzim proteolitik yang sangat aktif yang
disebut pepsin.
Sel-sel argentafin juga dinamakan sel-sel enterokromafin karena afinitasnya
terhadap garam kromium serta perak. Sel-sel ini jumlahnya lebih sedikit dan terletak pada
dasar kelenjar, terselip antara sel-sel zimogenik. Fungsi mereka sebenarnya masih
merupakan spekulasi (belum jelas).
Sel-sel endokrin lain yang dapat digolongkan sebagai sel-sel APUD (amine
precursor uptake and decarboxyllation) menghasilkan hormon Gastrin.
Pilorus
Pada pilorus terdapat kelenjar bergelung pendek yang mensekresikan enzim lisosim.
Diantara sel-sel mukus ke lenjar pilorus terdapat sel-sel gastrin (G) yang berfungsi
mengeluarkan hormone gastrin. Gastrin berfungsi merangsang pengeluaran asam
lambung oleh kelenjar-kelenjar lambung.
Muskularis mukosae lambung terdiri atas 2 atau 3 lapisan otot yang tegak lurus
menembus ke dalam laminan propria. Apabila otot berkontraksi akan mengakibatkan
lipatan pada permukaan dalam organ yang selanjutnya akan menekan kelenjar
lambung dan mengeluarkan sekretnya.
- Submukosa terdiri atas jaringan penyambung jarang dan pembuluh-pembuluh darah dan
limfe dan diinfiltrasi oleh sel-sel limfoid dan mast cells.
31
Muskularis eksterna terdiri atas serabut-serabut spiral yang terletak dalam 3 arah
utama: lapisan eksterna adalah longitudinal, lapisan tengah adalah sirkular, dan lapisan
interna adalah miring.
Lapisan serosa adalah tipis dan diliputi oleh mesotel.
32
dalam inti vili usus, bersama dengan pembuluh darah dan limfe, saraf, jaringan
penyambung, miofibroblas, dan sel-sel otot polos. Bercak PEYERI (Peyers path).
Submukosa pada bagian permulaan duodenum terdapat kelenjar-kelenjar tubulosa
bercabang, bergelung yang bernuara ke dalam kelenjar intestinal yang disebut kelenjar
duodenum (Brunner), yang berfungsi menghasilkan glikoprotein netral untuk menetralkan
HCl lambung, melindungi mukosa duodenum terhadap pengaruh asam getah lambung,
dan mengubah isi usus halus ke pH optimal untuk kerja enzim-enzim penkreas. Sel-sel
kelenjar Brunner mengandung uragastron yaitu suatu hormon yang menghambat
sekresi asam klorida lambung.
Disamping kelenjar duodenum, submukosa usus halus sering mengandung nodulus
limfatikus. Pengelompokkan nodulus ini membentuk struktur yang dinamakan bercak Peyer.
Pembuluh dan saraf usus halus
Pembuluh darah yang memberi makan usus halus dan berperanan
menyingkirkan hasil-hasil pencernaan yang diabsorpsi menembus lapisan otot dan
membentuk pleksus yang luas dalam submukosa. Dari submukosa, cabangcabangnya meluas ke lapisan otot, lamina propria, dan vili. Tiap-tiap vilus menerima,
menurut ukurannya, satu cabang atau lebih yang membentuk jala-jala kapiler tepat di bawah
epitel. Pada ujung vili, terbentuk satu venula atau lebih dari kapiler-kapiler tersebut dan
berjalan dengan arah yang berlawanan, mencapai vena- vena pleksus submukosa.
Pembuluh-pembuluh limfe usus halus mulai sebagai tabung buntu dalam inti vili. Struktur
ini, di samping lebih besar dari kapiler darah, sukar ditemukan karena dindingnya seringkali
kolaps. Pembuluh-pembuluh ini berjalan ke daerah lamina propria di atas muskularis
mukosae, di mana mereka membentuk pleksus. Dari sisni mereka menuju ke submukosa,
dimana mereka mengelilingi nodulus limfe. Pembuluh-pembuluh ini beranastomosis
dengan cepat dan meninggalkan usus halus bersama dengan pembuluh darah.
Persarafan usus halus terutama dibentuk oleh unsur intrinsik dan ekstrinsik. Komponen
intrinsik dibentuk oleh kelompokan neuron-neuron
yang membentuk pleksus
mesenterikus (Auerbach), terdapat antara lapisan otot luar longitudinal dan lapisan otot
dalam yang sirkuler dan pleksus submukosa (Meissner) dalam lapisan submukosa. Pleksuspleksus mengandung beberapa nauron sensoris yang menerima informasi dari ujungujung saraf dekat lapisan epitel dan dalam lapisan otot polos mengenai susunan isi usus
halus (kemoreseptor) dan dinding usus halus (mekanoreseptor). Sel-sel saraf lain adalah
efektor dan mempersarafi lapisan otot dan sel-sel yang mengsekresi hormon. Persarafan
intrinsik yang dibentuk oleh pleksus-pleksus ini bertanggung jawab akan kontrkasi usus
halus yang terjadi pada keadaan di mana persarafan ekstrinsik tidak ada sama sekali
(total). Persarafan ekstrinsik dibentuk oleh serabut-serabut saraf kolinergik parasimpatis
preganglionik yang merangsang aktivitas otot polos usus halus dan oleh serabut- serabutb
saraf adrenergik simpatis postganglionik yang menekan aktivitas otot polos usus halus.
Histofisiologi
Dalam usus halus,
proses pencernaan
diselesaikan
dan hasil-hasilnya
diabrsorpsi. Pencernaan lipid terutama terjadi sebagai akibat kerja lipase pankreas dan
empedu. Pada manusia, sebagian besar absorpsi lipid terjadi dalam duodenum dan jejenum
bagian atas. Asam-asam amino dan monosakarida yang berasal dari pencernaan protein dan
karbohidrat diabsorpsi olah sel-sel epitel oleh transport aktif tanpa korelasi morfologis
yang dapat dilihat.
Proses lain yang mungkin penting akan fungsi usus halus adalah pergerakan berirama
vili. Ini akibat kontraksi dari 2 sistem sel yang terpisah. Sel-sel otot polos berjalan vertikal
antara muskularis murkosae dan ujung vili dapat berkontrkasi dan memeprpendek vili.
33
Usus Besar
Usus besar terdiri atas membran mukosa tanpa lipatan kecuali pada bagian distalnya
(rektum) dan tidak terdapat vili usus. Epitel yang membatasi adalah toraks dan
mempunyai daerah kutikula tipis. Fungsi utama usus besar adalah:
- untuk absorpsi air dan
- pembentukan massa feses,
- pemberian mukus dan pelumasan permukaan mukosa, dengan demikian banyak sel
goblet.
Lamina propria kaya akan sel-sel limfoid dan nodulus limfatikus. Nodulus sering
menyebar ke dalam dan menginvasi submukosa. Pada bagian bebas kolon, lapisan serosa
ditandai oleh suatu tonjolan pedunkulosa yang terdiri atas jaringan adiposa appendices
epiploidices (usus buntu).
Pada daerah anus, membran mukosa mempunyai sekelompok lipatan
longitudinal, collum rectails Morgagni. Sekitar 2 cm di atas lubang anus mukosa usus
diganti oleh epitel berlapis gepeng. Pada daerah ini, lamina propria mengandung
pleksus vena-vena besar yang bila melebar berlebihan dan mengalami varikosa
mengakibtakan hemoroid.
Sel-sel endokrin saluran pencernaan.
Saluran pencernaan mengandung sel-sel pembentuk polipeptida endokrin (hormon)
berikut: sekretin, glukagon, somatostatin, dan peptida menghambat lambung. Kolesistokinin
hormon yang dihasilkan oleh mukosa usus halus dan secara fisiologis penting untuk
merangsang kontraksi kandung empedu dan sekresi pankreas. Aktivitas sistem pencernaan
diawasi oleh sistem saraf dan diatur oleh sistem hormon-hormon.
Kelenjar Pencernaan
1. Kelenjar Saliva
Disamping kelenjar-kelenjar kecil yang tersebar di seluruh rongga mulut, terdapat 3
pasang kelenjar saliva yang besar; kelenjar parotis, submandibularis (submaxilaris),
dan sublingualis. Kelenjar saliva tersusun atas unit-unit morfologik dan fungsional yang
dinamakan adenomer. Suatu adenomer memiliki bagian sekretoris yang terdiri atas selsel glandularis. Dekat basis sel sekretoris dan duktus interkalaris terdapat sel-sel otot
polos yang disebut
mioepitel. Kelenjar saliva yang besar tidak semata-mata
kelompokan adenomer tetapi mengandung unsur-unsur lain seperti jaringan penyambung,
pembuluh darah dan limfe, dan saraf-saraf. Saluran yang terdapat dalam lobulus
dinamakan duktus intralobularis-bergabung menjadi duktus ekstralobularis. Fungsi
kelejar saliva adalah membasahi dan melumasi rongga mulut dan isinya, memulai
pencernaan makanan, menyelenggarakan eksresi zat-zat tertentu seperti urea dan
tiosianat, dan mereabsorpsi natrium dan mengeksresi kalium. Fungsi utama pankreas
adalah menghasilkan enzim-enzim pencernaan yang bekerja dalam usus halus dan
mengeksresi hormone insulin dan glukagon ke dalam aliran darah. Hati menghasilkan
empedu suatu cairan penting dalam pencernaan lemak; memegang peranan penting
pada metabolisme lipid; karbohidrat, dan protein menginaktifkan dan memetabolisme
banyak zat-zat tostik dan obat-obatan; dan peranan dalam metabolisme besi dan
sintesis protein-protein darah dan faktor- faktor yang dibutuhkan untuk koagulasi
darah. Kandung empedu mengabsorpsi air dari empedu dan menyimpan empedu dalam
bantuk pekat. Struktur kelenjar submandibularis (submaxilaris). Pada bagian
sekretoris, asini terdiri atas sel-sel piramid rosa dan mukosa dan tubulus-tubulus dari
sel-sel mukosa. Pada sel-sel surosa, inti eukromatik dan bulat, dan pada basal sel terdapat
penimbunan reticulum endoplasma granular (ergastoplasma). Apkes sel terisi oleh
granula sekresi prot ceous. Inti sel-sel mukosa gepeng dengan kromatin yang dapat padat
terletak dekat basal sel; mereka tidak mempunyai ergoplasama, dan mempunyai
34
granula-granula sekresi yang nyata. Duktus interkalaris pendek dan dibatasi oleh
epitel kubis. Sel ini bercorak terdiri atas sel-sel toraks dengan sifat sel yang mentransfer
ion, seperti invaginasi membran basalis dan penimbunan mitokondria.
2. Kelenjar Parotis
Kelenjar
parotis
merupakan
kelenjar
asinosa
bercabang,
bagian
sekretorisnya terdiri atas sel-sel seromukosa. Granula-granula sekresinya kaya akan
protein dan memiliki akitivitas amylase.
3. Kelenjar Submandibularis (Submaxilaris)
Kelenjar submandibularis merupakan kelenjar tubuloasiner bercabang. Bagian
sekretorisnya tersusun atas sel-sel mukosa dan seromukosa. Sel-sel seromukosa
mengandung granula-granula sekresi protein dengan aktivitas amilotik lemah. Sel-sel
pada kelenjar submandibularis dan sublingualis mengandung dan mengsekresi enzim
lisosim, yang aktivitas utamanya adalah menghancurkan dinding bakteri.
4. Kelenjar Sublingualis
Kelenjar sublingualis merupakan kelenjar tubulo-asiner bercabang.
Histofisiologi kelenjar saliva
Fungsi saliva adalah membasahi dan melumasi makanan dilakukan oleh air dan
glikoprotein.
Saliva pada manusia terdiri atas sekresi kelenjar parotis (25%),
submandibularis (70%), dan sublingualis (5%). Amilase saliva berperan dalam pencernaan
amilum (karbohidrat). Pencernaan ini mulai dalam mulut, tetapi juga berlangsung dalam
lambung sebelum getah lambung mengasamkan makanan, dengan demikian sangat
mengurangi aktivitas amilase.
Sekresi saliva diregulasi oleh sistem saraf simpatis dan parasimpatis, keduanya
mempunyai ujung-ujung saraf dalam kelenjar-kelenjar tersebut. Simpatis menghambat
parasimpatis memacu.
Pankreas
Pankreas tersusun atas bagian eksokrin dan endokrin. Bagian endokrin terdiri atas
pulau Langerhans, dan bagian eksokrin terdiri atas kelenjar asiner, maka disebut bagian asini
pankreas.
Sel asiner pankreas merupakan sel serosa, dan memilki sifat memsintesis protein.
Setelah disintesis dalam bagian basal sel, maka proenzim selajutnya meninggalkan retikulum
endoplasma kasar dan masuk apparatus Golgi. Proenzim- proenzim tersebut dikumpulkan
dalam vesikel-vesikel sekresi yang disebut sebagai granula prozimogen. Granula sekresi
yang matang (granula zimogen), melekat pada membran dan terkumpul pada bagian apical
(ujung) sel. Bagian eksokrin pankreas manusia mensekresikan:
- air
- ion-ion: bikarbonat.
- enzim: karboksipeptidase, ribonuklease, deoksiribonuklease, lipase, dan amilase.
- proenzim sebagai berikut: tripsinogen, kimotripsinogen.
Regulasi sekresi asini pankreas diatur oleh 2 hormon sekretin dan kolesistokinin
(dahulu dinamakan pankreoenzim) yang dihasilkan oleh mukosa duodenum.
Perangsangan nervus vagus (saraf parasimpatis) juga akan meningkatkan sekresi
pankreas.
1. Sekretin bersifat merangsang sekresi cairan, sedikit protein (enzim) dan kaya akan
bikarbonat. Fungsinya terutama mempermudah transport air dan ion. Hasil sekresi ini
berperanan untuk menetralkan kimus yang asam (makanan yang baru dicernakan
35
sebagian) sehingga enzim-enzim pancreas dapat dapat berfungsi pada batas pH netral
optimalnya.
2. Kolesistokinin (CCK) merangsang sekresi cairan (sedikit), banyak protein dan enzim.
Hormon ini bekerja terutama dalam proses pengeluaran granula-granula zimogen.
Kerja gabungan ke dua enzim tersebut menghasilkan sekresi getah pankreas yang kaya
akan enzim.
Hati (Hepar)
Hati merupakan organ terbesar dari tubuh, setelah kulit, terletak dalam
rongga abdomen di bawah diafragma. Sebagian besarnya darahnya (sekitar 70%) berasal
dari vena porta. Melalui vena porta, semua zat yang diabsorpsi melalui usus mencapai hati
kecuali asam lemak, yang ditranspor melalui pembuluh limfe.
Lobulus Hati
Hati tersusun atas sel-sel hati yang disebut hepatosit. Sel-sel epitel ini berkelompok
dan saling berhubungan dalam susunan radier (menjari) membentuk suatu bangunan yang
disebut lobulus hati. Pada hewan tertentu (misalnya babi), lobulus satu dengan lainnya
dipisahkan oleh lapisan jaringan penyambung.
Celah portal, terdapat pada sudut-sudut polygon hati (lobulus hati) dan diduduki
oleh segitiga portal (trigonum portal). Segitiga porta hati manusia mengandung venula
(cabang dari vena portal); dan arteriol (cabang dari arteria hepatica); duktus biliaris
(bagian dari sistem saluran empedu); dan pembuluh- pembuluh limfe.
Sinusoid kapiler memisahkan sel-sel hati. Sinusoid merupakan pembuluh yang
melebar tidak teratur dan hanya terdiri atas satu lapisan sel-sel endotel yang tidak utuh
(kontinyu). Sinusoid mempunyai pembatas yang tidak sempurna dan memungkinkan
pengaliran makromolekul dengan mudah dari lumen ke sel-sel hati dan sebaliknya.
Sinusoid berasal dari pinggir lobulus, diisi oleh venula-venula dalam, cabang-cabang
terminal vena porta, dan arteriola hepatica, dan mereka berjalan ke arah pusat, di mana
mereka bermuara ke dalam vena centralis. Pada sinusoid juga mengandung sel-sel fagosit
yang dikenal sebagai sel Kupffer.
Kanalikuli empedu dapat diantara sel-sel hati. Sel-sel endotel dipisahkan dari hepatosit
yang berdekatan oleh celah subendotel yang dikenal sebagai celah Disse, yang sebenarnya
merupakan kolagen dan lamina basalis bebas.
Hepatosit
Sel-sel hati berbentuk polihedral, dengan 6 sudut permukaan atau lebih dan
mempunyai garis tengah kira-kira 20-30 m. Sitoplasma hepatosit bersifat
eosinofilik
karena adanya mitokondria dalam jumlah besar dan sedikit retikulum
endoplasma
halus. Hepatosit
banyak mengandung
inklusi glikogen yang
merupakan depot penyimpanan glukosa dan akan dimobilisasi apabila kadar glukosa
darah turun di bawah normal. Dengan cara ini, hepatosit mempertahankan kadar glukosa
darah, metabolit utama yang digunakan oleh tubuh.
36
MEKANISME MUAL-MUNTAH
Mual dan muntah merupakan gejala dan tanda yang sering menyertai gangguan
gastrointestinal, demikian juga dengan penyakit-penyakit lain. Mual dan muntah dapat
dianggap sebagai suatu fenomena yang terjadi dalam tiga stadium, yaitu: (1) Mual, (2)
Retching (gerakan dan suara sebelum muntah), dan (3) Regurgitasi (pengeluaran isi lambung,
usus ke mulut).
Mual dijelaskan sebagai perasaan yang sangat tidak enak di belakang tenggorokan dan
epigastrium. Gejala dan tanda mual yang sering kali terjadi adalah pucat, meningkatnya
salivasi, hendak muntah, hendak pingsan, berkeringat, menurunnya tonus lambung, dan
peristaltik.
Retching adalah suatu usaha involunter untuk muntah, yang terdiri atas gerakan
pernafasan spasmodik melawan glotis dan gerakan inspirasi dinding dada dan diafragma.
Kontraksi otot abdomen saat ekspirasi mengendalikan gerakan inspirasi. Pilorus dan antrum
distal berkontraksi saat fundus berelaksasi.
Muntah didefinisikan sebagai suatu refleks yang menyebabkan dorongan ekspulsi isi
lambung atau usus atau keduanya ke mulut. Muntah merupakan refleks protektif tubuh karena
dapat berfungsi melawan toksin yang tidak sengaja tertelan. Selain itu, muntah merupakan
usaha mengeluarkan racun dari tubuh dan bisa mengurangi tekanan akibat adanya sumbatan
atau pembesaran organ yang menyebabkan penekanan pada saluran pencernaan. Pusat muntah
menerima masukan dari korteks serebral, organ vestibular, daerah pemacu kemoreseptor
(chemoreceptor trigger zone / CTZ ), dan serabut aferen, termasuk dari sistem gastrointestinal.
Muntah terjadi akibat rangsangan pada pusat muntah, yang terletak di daerah postrema
medula oblongata di dasar ventrikel ke empat. Dalam hal ini, muntah dapat dirangsang
melalui jalur saraf aferen oleh rangsangan nervus vagus dan simpatis atau oleh rangsangan
emetik yang menimbulkan muntah dengan aktivasi daerah pemacu kemoreseptor
(chemoreceptor trigger zone, CTZ). Jalur eferen menerima sinyal yang menyebabkan
terjadinya gerakan eksplusif otot abdomen, gastrointestinal dan pernafasan yang terkoordinasi
dengan epifenomena emetik yang menyertai disebut muntah. Pusat muntah secara anatomis
berada di dekat pusat salivasi dan pernafasan, sehingga pada waktu muntah sering terjadi
hipersalivasi dan gerakan pernafasan.
Muntah dianggap penting karena dapat menjadi indikator berbagai keadaan, seperti
obstruksi usus,infeksi, nyeri, penyakit metabolik, kehamilan, penyakit labirin dan vestibular
substansi emetik eksogen seperti racun, uremia atau gagal ginjal, penyakit radiasi, kondisi
psikologis, migren, infarkmiokard, dan sinkop sirkulatorik. Mual dan muntah dapat terjadi
akibat banyak jenis penyakit sehingga penting untuk membedakan antar gejala-gejala yang
khas. Gejala yang timbul dalam beberapa jam atau hari dapat menunjukkan adanya infeksi
akut, penyakit peradangan, atau kehamilan. Mual dan muntah yang telah berlangsung selama
beberapa minggu dapat menunjukkan adanya penyebab obstruktif, karsinogenik, atau
psikogenik. Adapun faktor-faktor yang harus dipertimbangkan adalah waktu mual dan
muntah, kaitan dengan makanan, isi dan bau muntah, dan gejala lain yang terkait seperti
nyeri, penurunan berat badan, demam, mmenstruasi, massa abdomen, ikterik, sakit kepala,
dan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi penegakan diagnosis dan pengobatannya.
Muntah juga dapat menyebabkan timbulnya penyulit yang mengancam saraf simpatis dan
otonom. Mual dan muntah juga berpengaruh pada cairan dan elektrolit tubuh.
37
Mekanisme mual :
Permeabilitas kapiler pembuluh darah naik
Gangguan di usus
Usus tegang
Vas aktif
MUAL
Hypothalamus
Mekanisme muntah :
Korelasi :
MUNTAH
Dodi mengalami mual dan muntah yang merupakan salah satu tanda-tanda terjadinya
gangguan di saluran pencernaan, pada kasus ini mual dan muntah merupakan tanda terjadinya
acute appendicitis.
38
Etiologi
39
Apendisitis umumnya terjadi karena infeksi bakteri. Berbagai hal berperan sebagai
faktor pencetusnya. Diantaranya adalah obstruksi yang terjadi pada lumen apendiks.
Obstruksi ini biasanya disebabkan karena adanya timbunan tinja yang keras (fekalit),
hiperplasia jaringan limfoid, tumor apendiks, striktur, benda asing dalam tubuh, dan cacing
askaris dapat pula menyebabkan terjadinya sumbatan. Namun, diantara penyebab obstruksi
lumen yang telah disebutkan di atas, fekalit dan hiperplasia jaringan limfoid merupakan
penyebab obstruksi yang paling sering terjadi. Penyebab lain yang diduga menimbulkan
apendisitis adalah ulserasi mukosa apendiks oleh parasit E. histolytica.
Penelitian epidemiologi menunjukkan peranan kebiasaan mengkonsumsi makanan rendah
serat dan pengaruh konstipasi terhadap timbulnya penyakit apendisitis. Tinja yang keras dapat
menyebabkan terjadinya konstipasi. Kemudian konstipasi akan menyebabkan meningkatnya
tekanan intrasekal yang berakibat timbulnya sumbatan fungsional apendiks dan meningkatnya
pertumbuhan kuman flora kolon biasa. Semua ini akan mempermudah timbulnya apendisitis.
Normal
Abnormal
Patogenesis
Patologi apendisitis berawal di jaringan mukosa dan kemudian menyebar ke seluruh
lapisan dinding apendiks. Jaringan mukosa pada apendiks menghasilkan mukus (lendir) setiap
harinya. Terjadinya obstruksi menyebabkan pengaliran mukus dari lumen apendiks ke sekum
menjadi terhambat. Makin lama mukus makin bertambah banyak dan kemudian terbentuklah
bendungan mukus di dalam lumen. Namun, karena keterbatasan elastisitas dinding apendiks,
sehingga hal tersebut menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan intralumen. Tekanan yang
meningkat tersebut akan menyebabkan terhambatnya aliran limfe, sehingga mengakibatkan
timbulnya edema, diapedesis bakteri, dan ulserasi mukosa. Pada saat inilah terjadi apendisitis
akut fokal yang ditandai oleh nyeri di daerah epigastrium di sekitar umbilikus.
Jika sekresi mukus terus berlanjut, tekanan intralumen akan terus meningkat. Hal ini
akan menyebabkan terjadinya obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri akan menembus
dinding apendiks. Peradangan yang timbul pun semakin meluas dan mengenai peritoneum
setempat, sehingga menimbulkan nyeri di daerah perut kanan bawah. Keadaan ini disebut
dengan apendisitis supuratif akut.
Bila kemudian aliran arteri terganggu, maka akan terjadi infark dinding apendiks yang
disusul dengan terjadinya gangren. Keadaan ini disebut dengan apendisitis ganggrenosa. Jika
dinding apendiks yang telah mengalami ganggren ini pecah, itu berarti apendisitis berada
dalam keadaan perforasi.
Sebenarnya tubuh juga melakukan usaha pertahanan untuk membatasi proses
peradangan ini. Caranya adalah dengan menutup apendiks dengan omentum, dan usus halus,
sehingga terbentuk massa periapendikuler yang secara salah dikenal dengan istilah infiltrat
apendiks. Di dalamnya dapat terjadi nekrosis jaringan berupa abses yang dapat mengalami
40
perforasi. Namun, jika tidak terbentuk abses, apendisitis akan sembuh dan massa
periapendikuler akan menjadi tenang dan selanjutnya akan mengurai diri secara lambat.
Pada anak-anak, dengan omentum yang lebih pendek, apendiks yang lebih panjang, dan
dinding apendiks yang lebih tipis, serta daya tahan tubuh yang masih kurang, memudahkan
terjadinya perforasi. Sedangkan pada orang tua, perforasi mudah terjadi karena adanya
gangguan pembuluh darah.
Apendiks yang pernah meradang tidak akan sembuh dengan sempurna, tetapi akan
membentuk jaringan parut. Jaringan ini menyebabkan terjadinya perlengketan dengan
jaringan sekitarnya. Perlengketan tersebut dapat kembali menimbulkan keluhan pada perut
kanan bawah. Pada suatu saat organ ini dapat mengalami peradangan kembali dan dinyatakan
mengalami eksaserbasi.
Manifestasi Klinik
Gejala awal yang khas, yang merupakan gejala klasik apendisitis adalah nyeri samar
(nyeri tumpul) di daerah epigastrium di sekitar umbilikus atau periumbilikus. Keluhan ini
biasanya disertai dengan rasa mual, bahkan terkadang muntah, dan pada umumnya nafsu
makan menurun. Kemudian dalam beberapa jam, nyeri akan beralih ke kuadran kanan bawah,
ke titik Mc Burney. Di titik ini nyeri terasa lebih tajam dan jelas letaknya, sehingga
merupakan nyeri somatik setempat. Namun terkadang, tidak dirasakan adanya nyeri di daerah
epigastrium, tetapi terdapat konstipasi sehingga penderita merasa memerlukan obat pencahar.
Tindakan ini dianggap berbahaya karena bisa mempermudah terjadinya perforasi. Terkadang
apendisitis juga disertai dengan demam derajat rendah sekitar 37,5 -38,5 derajat celcius.
Selain gejala klasik, ada beberapa gejala lain yang dapat timbul sebagai akibat dari
apendisitis. Timbulnya gejala ini bergantung pada letak apendiks ketika meradang. Berikut
gejala yang timbul tersebut.
- Bila letak apendiks retrosekal retroperitoneal, yaitu di belakang sekum (terlindung oleh
sekum), tanda nyeri perut kanan bawah tidak begitu jelas dan tidak ada tanda rangsangan
peritoneal. Rasa nyeri lebih kearah perut kanan atau nyeri timbul pada saat melakukan
gerakan seperti berjalan, bernapas dalam, batuk, dan mengedan. Nyeri ini timbul karena
adanya kontraksi m.psoas mayor yang menegang dari dorsal.
- Bila apendiks terletak di rongga pelvis, bila apendiks terletak di dekat atau menempel pada
rektum, akan timbul gejala dan rangsangan sigmoid atau rektum, sehingga peristalsis
meningkat, pengosongan rektum akan menjadi lebih cepat dan berulang-ulang (diare). Bila
apendiks terletak di dekat atau menempel pada kandung kemih, dapat terjadi peningkatan
frekuensi kemih, karena rangsangannya dindingnya.
Gejala apendisitis terkadang tidak jelas dan tidak khas, sehingga sulit dilakukan
diagnosis, dan akibatnya apendisitis tidak ditangani tepat pada waktunya, sehingga biasanya
baru diketahui setelah terjadi perforasi. Berikut beberapa keadaan dimana gejala apendisitis
tidak jelas dan tidak khas.
1. Pada anak-anak
Gejala awalnya sering hanya menangis dan tidak mau makan. Seringkali anak tidak bisa
menjelaskan rasa nyerinya. Dan beberapa jam kemudian akan terjadi muntah- muntah dan
anak menjadi lemah dan letargik. Karena ketidakjelasan gejala ini, sering apendisitis
diketahui setelah perforasi. Begitupun pada bayi, 80-90 % apendisitis baru diketahui
setelah terjadi perforasi.
2. Pada orang tua berusia lanjut
Gejala sering samar-samar saja dan tidak khas, sehingga lebih dari separuh penderita baru
dapat didiagnosis setelah terjadi perforasi.
3. Pada wanita
Gejala apendisitis sering dikacaukan dengan adanya gangguan yang gejalanya serupa
dengan apendisitis, yaitu mulai dari alat genital (proses ovulasi, menstruasi), radang
41
panggul, atau penyakit kandungan lainnya. Pada wanita hamil dengan usia kehamilan
trimester, gejala apendisitis berupa nyeri perut, mual, dan muntah, dikacaukan dengan
gejala serupa yang biasa timbul pada kehamilan usia ini. Sedangkan pada kehamilan lanjut,
sekum dan apendiks terdorong ke kraniolateral, sehingga keluhan tidak dirasakan di perut
kanan bawah tetapi lebih ke regio lumbal kanan.
Nyeri Appendicitis
Nyeri dari visera seringkali secara bersamaan dilokalisasi di dua daerah permukaan
tubuh karena nyeri dijalarkan melalui nyeri alih viseral dan nyeri langsung parietal.
Mekanisme :
- Impuls nyeri yang berasal dari appendix akan melewati serabut-serabut nyeri viseral saraf
simpatik dan selanjutnya akan masuk ke medulla spinalis kira-kira setinggi thorakal X
sampai thorakal XI dan dialihkan ke daerah sekeliling umbilikus (menimbulkan rasa pegal
dan kram)
- Dimulai di peritoneum parietal tempat appendix meradang yang melekat pada dinding
abdomen. Ini menyebabkan nyeri tajam di peritoneum yang teriritasi di kuadran kanan
bawah abdomen.
Komplikasi
Komplikasi yang paling sering ditemukan adalah perforasi, baik berupa perforasi bebas
maupun perforasi pada apendiks yang telah mengalami pendindingan sehingga berupa massa
yang terdiri dari kumpulan apendiks, sekum dan keluk usus.
- Perforasi
Perforasi disebabkan keterlambatan penanganan terhadap paslen apendisitis akut. Perforasi
disertai dengan nyeri yang lebih hebat dan demam tinggi (sekitar 38,3 0C). Biasanya
perforasi tidak terjadi pada 12 jam pertama. Pada apendiktektomi yang dilakukan pada
pasien usia kurang dari 10 tahun dan lebih dari 50 tahun, ditemukan 50 % nya telah
mengalami perforasi . Akibat perforasi ini sangat bervariasi mulai dari peritonitis umum,
sampai hanya berupa abses kecil yang tidak akan mempengaruhi manifestasi kliniknya.
- Peritonitis
Peritonitis lokal dapat disebabkan oleh mikroperforasi sementara peritonitis umum
dikarenakan telah terjadinya perforasi yang nyata. Bertambahnya nyeri dan kekakuan otot,
ketegangan abdomen dan adinamic ileus dapat ditemui pada pasien apendisitis dengan
perforasi.
- Apendikal abses (massa apendikal)
Perforasi yang bersifat lokal dapat terjadi saat infeksi periapendikal diliputi oleh omentum
dan viseral yang berdekatan . Manifestasi kliniknya sarna dengan apendisitis biasa disertai
dengan ditemukannya massa di kwadran kanan bawah. Pemeriksaan USG dan CT scan
bermanfaat untuk menegakan diagnosis.
- Pielofleblitis
Pielofleblitis adalah trombofleblitis yang bersifat supuratif pada sistem vena portal.
Dernam tinggi, menggigil, ikterus yang samar-samar, dan nantinya dapat ditemukan abses
hepar, merupakan pertanda telah tetjadinya komplikasi ini. Pemeriksaan untuk menemukan
trombosis dan udara di vena portal yang paling baik adalah CT scan. Pada beberapa
keadaan apendisitis akut agak sulit di diagnosis sehingga tidak ditangani pada waktunya
dan terjadi kornplikasi misalnya: Pada anak, biasanya diawali dengan rewel, tidak mau
makan, tidak bisa melukiskan nyerinya, sehingga dalam beberapa jam kemudian terjadi
muntah-muntah, lemah dan letargi. Gejala ini tidak khas pada anak sehingga apendisitis
diketahui setelah terjadi komplikasi. Pada wanita hamil, biasanya keluhan utamanya adalah
nyeri perut mual dan muntah. Pada wanita hamil trimester pertama juga terjadi mual
muntah. Pada kehamilan lanjut sekum dengan apendiks terdorong ke kraniolateral
sehingga keluhan tidak dirasakan di perut kanan bawah tetapi ke regio lumbal kanan. Pada
42
usia lanjut, gejalanya sering samar-samar sehingga sering terjadi terlambat diagnosis.
Akibatnya lebih dari separuh penderita yang datang mengalami perforasi.
Diagnosis
Meskipun pemeriksaan dilakukan dengan cermat dan teliti, diagnosis klinis apendisitis
masih mungkin salah pada sekitar 15-20% kasus. Kesalahan diagnosis lebih sering terjadi
pada perempuan dibanding laki-laki. Hal ini dapat disadari mengingat pada perempuan
terutama yang masih muda sering mengalami gangguan yang mirip apendisitis. Keluhan itu
berasal dari genitalia interna karena ovulasi, menstruasi, radang di pelvis, atau penyakit
ginekologik lain. Untuk menurunkan angka kesalahan diagnosis apendisitis meragukan,
sebaiknya dilakukan observasi penderita di rumah sakit dengan pengamatan setiap 1-2 jam.
Foto barium kurang dapat dipercaya. Ultrasonografi dan laparoskopi bisa meningkatkan
akurasi diagnosis pada kasus yang meragukan.
Tata laksana
Bila dari hasil diagnosis positif apendisitis akut, maka tindakan yang paling tepat adalah
segera dilakukan apendiktomi. Apendektomi dapat dilakukan dalam dua cara, yaitu cara
terbuka dan cara laparoskopi. Apabila apendisitis baru diketahui setelah terbentuk massa
periapendikuler, maka tindakan yang pertama kali harus dilakukan adalah pemberian/terapi
antibiotik kombinasi terhadap penderita. Antibiotik ini merupakan antibiotik yang aktif
terhadap kuman aerob dan anaerob. Setelah gejala membaik, yaitu sekitar 6-8 minggu,
barulah apendektomi dapat dilakukan. Jika gejala berlanjut, yang ditandai dengan
terbentuknya abses, maka dianjurkan melakukan drainase dan sekitar 6-8 minggu kemudian
dilakukan apendisektomi. Namun, apabila ternyata tidak ada keluhan atau gejala apapun dan
pemeriksaan klinis serta pemeriksaan laboratorium tidak menunjukkan tanda radang atau
abses setelah dilakukan terapi antibiotik, maka dapat dipertimbangkan untuk membatalkan
tindakan bedah.
Dapat simpulkan bahwa apendiks adalah termasuk ke dalam salah satu organ sistem
pencernaan yang terletak tepat dibawah dan melekat pada sekum yang berfungsi sebagai
imun. Apendisistis merupakan inflamasi akut pada apendiks yang disebabkan oleh fekalit
(massa keras dari feces), tumor atau benda asing di dalam tubuh, namun ulserasi mukosa oleh
parasit E.
Histolytica juga dapat menyebabkan apendisitis. Gaya hidup individu pun dapat
menyebabkan terjadinya apendisitis, kebiasaan individu mengkonsumsi makanan rendah serat
dapat menyebabkan konstipasi yang akan menyebabkan meningkatnya tekanan intraluminal
yang berakibat timbulnya sumbatan fungsional apendiks dan meningkatnya pertumbuhan
kuman flora kolon biasa dan terjadilah apendisitis.
Dalam menangani usus buntu sebaiknya jangan terlalu banyak makan zat non
hidrohenik, seperti cabai-cabaian. Bila sering makan satu cabai, maka zat ini akan awet dalam
tubuh sampai meninggal dunia, tidak keluar; kenyang terus; sehingga tidak ada gantian zat.
Tetapi bila cabai dibuat sambal dengan seluruh jenis cabai merah, cabai hijau, cabai kuning;
cabai hitam dan lain-lain, maka tidak berpengaruh terhadap kesehatan tubuh. Pasca operasi
hindari makan makanan yang dapat menyebabkan alergi, konsumsi makanan anti-oksidan
(tomat, dll.) Hindari konsumsi makanan yang menstimulasi (kopi, alkohol, rokok), dan
minum air 6-8 gelas/hari.
43
KONSTIPASI
Definisi
Konstipasi atau sering disebut sembelit adalah kelainan pada sistem pencernaan di mana
seorang manusia (atau mungkin juga pada hewan) mengalami pengerasan tinja yang
berlebihan sehingga sulit untuk dibuang atau dikeluarkan dan dapat menyebabkan kesakitan
yang hebat pada penderitanya. Konstipasi yang cukup hebat disebut juga dengan obstipasi.
Dan obstipasi yang cukup parah dapat menyebabkan kanker usus yang berakibat fatal bagi
penderitanya. suatu penyakit, melainkan suatu keluhan yang muncul akibat kelainan fungsi
dari kolon dan anorektal. Konstipasi adalah persepsi gangguan buang air besar berupa
berkurangnya frekuensi buang air besar, kesulitan keluarnya feses, harus mengejan, jumlah
feses yang kurang, konsistensinya keras dan kering, terdapat rasa sakit, sensasi buang air
besar tidak puas, defekasi kurang dari tiga kali dalam seminggu.
Konstipasi adalah ketidakmampuan melakukan evakuasi tinja secara sempurna, yang
tercermin dari 3 aspek, yaitu berkurangnya frekuensi berhajat dari biasanya, tinja yang keras
dari sebelumnya, dan pada palpasi abdomen teraba masa tinja (skibala) dengan atau tidak
disertai enkopresis.Konstipasi fungsional yang juga dikenal sebagai konstipasi idiopatik atau
tahanan feses.
Petunjuk paktis pada World Gastroenterology Organization (WGO) menjelaskan
sebagian besar pasien menyebutkan konstipasi sebagai defekasi keras (52%), tinja seperti pil
atau butir obat (44%), ketidakmampuan defekasi saat diinginkan (34%), atau defekasi yang
jarang (33%). Kriteria ROME III untuk konstipasi fungsional pada anak yaitu jika terdapat 2
atau lebih dari kriteria berikut pada anak minimal umur 4 tahun yang tidak memenuhi kriteria
untuk irritable bowel syndrome, dialami minimal 1 kali seminggu selama setidaknya 2 bulan
sebelum diagnosis ditegakkan. Kriteria tersebut adalah :
Buang air besar (BAB) 2 kali seminggu atau kurang
Mengalami setidaknya 1 kali inkontinensia feses per minggu
Riwayat retensi feses
Riwayat nyeri saat buang air besar atau feses yang keras
Terdapatnya massa feses yang besar di rektum
Riwayat diameter feses yang besar sehingga dapat menyumbat toilet
Konstipasi digolongkan akut bila berlangsung sampai 4 minggu dan kronis bila berlangsung
lebih dari 4 minggu.
Penyebab
1. Kebiasaan buang air besar (BAB) yang tidak teratur
Salah satu penyebab yang paling sering menyebabkan konstipasi adalah kebiasaan BAB
yang tidak teratur. Refleks defekasi yang normal dihambat atau diabaikan, refleks-refleks
ini terkondisi untuk menjadi semakin melemah. Ketika kebiasaan diabaikan, keinginan
untuk defekasi habis. Biasanya orang dewasa mengabaikannya karena tekanan waktu dan
pekerjaan. Klien yang dirawat inap bisa menekan keinginan buang air besar karena malu
menggunakan pispot atau karena proses defekasi yang sangat tidak nyaman. Perubahan
rutinitas dan diet juga dapat berperan dalam konstipasi. Jalan terbaik untuk menghindari
konstipasi adalah membiasakan BAB yang teratur.
2. Ketidaksesuaian diet
Makanan lunak dan rendah serat yang berkurang pada feses sehingga menghasilkan produk
sisa yang tidak cukup untuk merangsang refleks pada proses defekasi. Makan rendah serat
seperti; beras, telur dan daging segar bergerak lebih lambat di saluran cerna. Meningkatnya
asupan cairan dengan makanan seperti itu meningkatkan pergerakan makanan tersebut.
3. Peningkatan stres psikologi
44
4.
5.
6.
7.
8.
Patofisiologi
Frekuensi defekasi pada manusia bervariasi menurut umur. Patofisiologi konstipasi
fungsional pada manusia berhubungan dengan kebiasaan menahan defekasi akibat
pengalaman nyeri pada defekasi sebelumnya, biasanya disertai fissura ani. Pengalaman nyeri
berhajat ini menimbulkan penahanan tinja ketika ada hasrat untuk defekasi. Kebiasaan
menahan tinja yang berulang akan meregangkan rektum dan kemudian kolon sigmoid yang
menampung tinja berikutnya. Tinja yang berada di kolon akan terus mengalami reabsorbsi air
dan elektrolit dan membentuk skibala. Seluruh proses akan berulang dengan sendirinya, yaitu
45
tinja yang keras dan besar menjadi lebih sulit dikeluarkan melalui kanal anus, menimbulkan
rasa sakit dan kemudian retensi tinja selanjutnya.
Kebiasaan buang air besar yang normal frekuensinya adalah 3 kali sehari sampai 3 hari
sekali. Seseorang dikatakan mengalami konstipasi bila buang air besarnya kurang dari 3 kali
perminggu atau lebih dari 3 hari tidak buang air besar atau dalam buang air besar harus
mengejan secara berlebihan. Kolon mempunyai fungsi menerima bahan buangan dari ileum,
kemudian mencampur, melakukan fermentasi, dan memilah karbohidrat yang tidak diserap,
serta memadatkannya menjadi tinja. Fungsi ini dilaksanakan dengan berbagai mekanisme
gerakan yang sangat kompleks. Pada keadaan normal secara teratur kolon harus dikosongkan
sekali dalam 24 jam. Diduga pergerakan tinja dari bagian proksimal kolon sampai ke daerah
rektosigmoid terjadi beberapa kali sehari, lewat gelombang khusus yang mempunyai
amplitudo tinggi dan tekanan yang berlangsung lama. Gerakan ini diduga dikontrol oleh pusat
yang berada di batang otak, dan telah dilatih sejak masa anak-anak.
Proses sekresi di saluran cerna mungkin dapat mengalami gangguan, yaitu kesulitan
atau hambatan pasase bolus di kolon atau rektum, sehingga timbul kesulitan defekasi.
Gangguan pasase bolus dapat diakibatkan oleh suatu penyakit atau karena kelainan
psikoneurosis. Yang termasuk gangguan pasase bolus oleh suatu penyakit yaitu disebabkan
oleh mikroorganisme (bakteri, parasit, virus), kelainan organ, misalnya tumor baik jinak
maupun ganas, pasca bedah di salah satu bagian saluran cerna ( gastrektomi, kolesistektomi).
Untuk mengetahui bagaimana terjadinya konstipasi, perlu diingat kembali bagaimana
mekanisme kerja kolon. Begitu makanan masuk ke dalam kolon, kolon akan menyerap air dan
membentuk bahan buangan sisa makanan, atau tinja. Kontraksi otot kolon akan mendorong
tinja ini ke arah rektum. Begitu mencapai rektum, tinja akan berbentuk padat karena sebagian
besar airnya telah diserap. Tinja yang keras dan kering pada konstipasi terjadi akibat kolon
menyerap terlalu banyak air. Hal ini terjadi karena kontraksi otot kolon terlalu perlahan-lahan,
sehingga menyebabkan tinja bergerak ke arah kolon terlalu lama.
Konstipasi umumnya terjadi karena kelainan pada transit dalam kolon atau pada fungsi
anorektal sebagai akibat dari gangguan motilitas primer, penggunaan obat-obat tertentu atau
berkaitan dengan sejumlah besar penyakit sistemik yang mempengaruhi traktus
gastrointestinal.
Konstipasi dapat timbul dari adanya defek pengisian maupun pengosongan rektum.
Pengisian rektum yang tidak sempurna terjadi bila peristaltik kolon tidak efektif (misalnya,
pada kasus hipotiroidisme atau pemakaian opium, dan bila ada obstruksi usus besar yang
disebabkan oleh kelainan struktur atau karena penyakit hirschprung). Statis tinja di kolon
menyebabkan proses pengeringan tinja yang berlebihan dan kegagalan untuk memulai reflek
dari rektum yang normalnya akan memicu evakuasi. Pengosongan rektum melalui evakuasi
spontan tergantung pada reflek defekasi yang dicetuskan oleh reseptor tekanan pada otot-otot
rektum, serabut-serabut aferen dan eferen dari tulang belakang bagian sakrum atau otot-otot
perut dan dasar panggul. Kelainan pada relaksasi sfingter ani juga bisa menyebabkan retensi
tinja.
Konstipasi cenderung menetap dengan sendirinya, apapun penyebabnya. Tinja yang
besar dan keras di dalam rektum menjadi sulit dan bahkan sakit bila dikeluarkan, jadi lebih
sering terjadi retensi. Distensi rektum dan kolon mengurangi sensitifitas refleks defekasi dan
efektivitas peristaltik. Akhirnya, cairan dari kolon proksimal dapat merembes disekitar tinja
yang keras dan keluar dari rektum tanpa terasa. Gerakan usus yang tidak disengaja
(encopresis) mungkin keliru dengan diare.
Diagnosis
Pada anamnesis ditanyakan riwayat buang air besar meliputi frekuensi, ukuran dan
konsistensi feses, kesulitan BAB, BAB berdarah dan nyeri saat BAB. Kemudian riwayat
makanan, masalah psikologik dan gejala lain seperti nyeri perut, anoreksia dan muntah. Pada
pemeriksaan fisik dapat ditemukan teraba massa feses pada abdomen. Pada pemeriksaan
46
anorektal ditentukan lokasi anus, adanya prolaps, peradangan perianal, fissure dan tonus dari
saluran anus. Pemeriksaan penunjang dilakukan pada kasus-kasus tertentu yang diduga
mempunyai penyebab organik.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan konstipasi fungsional membutuhkan alur yang belum dipahami antara
interaksi fisik dan faktor psikologis. Tatalaksana konstipasi fungsional meliputi evakuasi tinja
bila terjadi skibala, terapi rumatan berupa pemberian obat, modifikasi perilaku, edukasi, dan
konsultasi. Jika edukasi, pola makanan tidak menunjukkan perubahan dalam 2 minggu,
pengobatan medis dapat segera diberikan. Tujuan pengobatan ini adalah untuk melunakkan
konsistensi feses sehingga memudahkan defekasi. Pengobatan di evaluasi selama 2 minggu,
kemudian dilakukan penilaian ulang, jika konstipasi tetap berlangsung pengobatan dilanjutkan
selama 2 bulan, pengurangan dosis dilakukan setelah 2 bulan jika frekuensi defekasi dijumpai
lebih dari 3x dalam seminggu dan tidak dijumpai gejala konstipasi lainnya.
47
PEMERIKSAAN ABDOMEN
Pemeriksaan abdomen adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui ada atau
tidaknya kelainan organ / sistem dalam bagian perut. Pemeriksaan fisik abdomen dilakukan
dengan 4 (empat) tehnik/cara yaitu
7. Inspeksi
Dilakukan untuk mengetahui kesimetrisan dinding perut saat respirasi, mengkaji tanda
luka, umbilical, kulit dinding perut.
Abdomen dibagi dalam 4 kuadran yaitu:
1. kuadran I => kanan atas
2. kuadran II => kanan bawah
3. kuadran III => kiri atas
4. kuadran IV => kiri bawah
dengan sembilan bagian yaitu :
1. Epigastrik
2. umbilical
3. hipogastrik
4. hipokondrial kanan
5. hipokondrial kiri
6. lumbal kanan
7. lumbal kiri
8. Inguinal kanan
9. Inguinal kiri
8. Auskultasi
Auskultasi dilakukan untuk memperkirakan gerakan usus dan kemungkinan adanya
gangguan vaskular, dilakukan sebelum perkusi dan palpasi karena dapat mempengaruhi
kualitas dan kuantitas bising usus. Auskultasi dapat dilakukan dengan meletakkan
diafragma stetoskop pada semua kuadran atau salah satu kuadran.
9. Perkusi
Untuk memperkirakan ukuran hepar, adanya udara pada lambung dan usus (timpani atau
redup) dan untuk mendengarkan atau mendeteksi adanya gas, cairan atau massa dalam
perut. Bunyi perkusi pada perut yang normal adalah timpani, tetapi bunyi ini dapat berubah
pada keadaan-keadaan tertentu misalnya apabila hepar dan limpa membesar, maka bunyi
perkusi akanmenjadi redup, khususnya perkusi di daerah bawah arkus kosta kanan dan kiri.
10. Palpasi
Palpasi merupakan metode yang dilakukan paling akhir pada pengkajian perut. Palpasi
dapat dilakukan secara palpasi ringan atau palpasi dalam tergantung pada tujuannya.
Palpasi dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bentuk, ukuran, dan konsistensi organorgan dan struktur-struktur dalam perut (intra abdominal). Palpasi ringan dilakukan untuk
mengetahui area-area nyeri tekan, nyeri superficial, dan adanya massa. Palpasi dalam
dilakukan untuk mengetahui keadaan hepar, lien, ginjal, dan kandung kemih.
48
PERSIAPAN
ruang pemeriksaan dengan penerangan yang memadai
menyuruh penderita berbaring dan membuat penderita dalam keadaan rileks
menyuruh penderita membuka pakaina bagian atas sehingga daerah dari px ke simpisis pubis
harus terbuka
pemeriksaan dilakukan disebelah kanan penderita dengan urutan inspeksi, auskultasi, perkusi
dan palpasi
penderita telentang dengan bantal yang tipis di bawah kepala dan bnatal yang tebal di bawah
lutut dan lutut menekuk
kedua tangan diletakkan disamping badan atau menyilang di dada penderita
gunakan tangan yang hangat dan diafragma stetoskop yang hangat dengan cara
menggosokkan kedua telapak tangan dan menggosokkan bagian diafragma stetoskop
suruhlah penderita mengatakan bagian mana yang sakit dan pantaulah ekspresi muka
penderita pada saat pemeriksaan
INSPEKSI
- pemeriksa berada di sebelah kanan penderita
- perhatikan kesimetrisan abdomen pada saat respirasi
- inspeksi tanda luka, umbilical, dan dinding abdomen.
-
AUSKULTASI
tentukan bagian stetoskop yang akan digunakan (bagian diafragma)
tanya pasien tentang waktu terakhir makan, suara usus meningkat pada orang setelah makan
letakkkan diafragma stetoskop dengan tekanan ringan pada setiap area empat kuadran
abdomen dan dengan suara peristaltik aktif dan suara mendeguk (gurgling) yang secara
normal terdengar setiap 5 sampai 20 detik dengan durasi kurang atau lebih dari satu detik
frekuensi suara tergantung pada status pencernaan atau ada dan tidaknya makanan dalam
saluran pencernaan. dalam pelaporannya suara usus dapat dinyatakan dengan : terdengar,
tidak ada /hipoaktif, sangat lambat (misalnya hanya terdengar sekali setiap satu menit), dan
hiperaktif atau meningkat (misalnya terdengar setiap 3 detik).
bila suara usus terdengar jarang sekali / tidak ada maka sebelum dipastikan dengarkan dahulu
selama tiga sampai lima menit
PERKUSI
perkusi dimulai dari kuadran kanan atas kemudian bergerak searah jarum jam
perhatikan reaksi pasien dan catat bila pasien merasa nyeri atau nyeri tekan
lakukan perkusi pada area timpani dan redup
suara timpani memiliki ciri nada lebih tinggi dari pada resonan, yang mana suara ini dapat
didengarkan pada rongga atau organ yang berisi udara
suara redup mempunyai ciri nada lebih rendah atau lebih datar dari pada resonan. suara ini
dapat didengarkan pada masa padat misalnya keadaan acites, keadaan distensi kandung
kemih, serta pada pembesaran atau tumor hepar dan limfe.
49
50
51
Meingkatkan tekanan
intrasekal apendiks
Penyumbatan vaskularisasi dan
limfatik
Infeksi
Nyeri
peritoneum
visceral
(sterch)
Meningkatkan
pertumbuhan kuma flora
colon
Iritasi
gastrointestinal
Leukosit
menghasilkan
pirogen
endogen
Nyeri Umbilikus
Impuls ke
hipotalamus
Spasme
M.Psoas
Mualmuntah
Jalan
bungkuk
Demam
Nyeri awal
peritoneum
parietal
(pain)
Nyeri Ingunial
Dekstra
ACUTE APPENDICITIS
53
KESIMPULAN
Acute Appendicitis yang dialami oleh Dodi merupakan suatu komplikasi yang terjadi
karena infeksi pada bagian lumen apendiks. Hal utama yang mendasari gangguan ini adalah
pola makan Dodi yang tidak teratur, diet rendah serat, dan kebiasaan tidak suka minum yang
dilakukannya.
Akibat pola makan yang tidak teratur ini, Dodi mengalami konstipasi (sembelit). Dodi
tidak bisa BAB dengan lancar karena terganggunya proses absorbsi makanan di dalam colon
terutama pada bagian caecum. Sisa makanan yang harusnya bisa disalurkan ke rektum, justu
tidak berjalan lancar karena kondisi fisiologis yang keras, mempersulit jonjot colon untuk
mendorong feces ke saluran pembuangan.
Proses ini menimbulkan obstruksi (penyumbatan) lumen pada apendiks, dimana dari
sisa pembuangan yang tidak sempurna tadi menghasilkan fekalit. Sementara itu produksi
mukous yang dihasilkan kelenjar apendiks tidak berhenti, yang juga mengakibatkan tekanan
intersekal semakin meningkat. Karena lumen tidak cukup menampung fekalit dan mukous
yang dihasilkan terus-menerus, terjadi penyumbatan vaskularisasi dan limfatik di apendiks.
Penyumbatan limfatik akan memacu pertumbuhan kuman flora colon yang hidup di usus
besar manusia. Pada akhirnya, pertumbuhan kuman ini yang memicu terjadinya infeksi pada
apendiks.
Infeksi pada apendiks menimbulkan beberapa gangguan yang lebih kompleks yaitu
timbulnya nyeri pada peritoneum visceral dan peritoneum parietal. Peritoneum visceral yang
sensitif terhadap strech (akibat peningkatan tekanan lumen) akan mengehantarkan impul saraf
ke medulla spinalis setinggi T10 untuk diteruskan ke bagian umbilikus. Sementara
peritoneum parietal yang sensitif terhadap pain (akibat infeksi) secara langsung
menghantarkan impul syaraf nyeri ke dinding abdomen bagian kanan bawah. Hal ini yang
menyebabkan Dodi merasakan nyeri perut di bagian bawah perutnya.
Infeksi ini membuat tubuh melakukan kompensasi dengan mengelurakan sel sarah
putih (leukosit) dalam jumlah banyak untuk memakan mikroba kuman flora pada apendiks.
Sementara itu, leukosit ini akan menghasilkan pirogen endogen yang merangsang hipotalamus
anterior kranial untuk meningkatkan suhu tubuh. Hal inilah yang menyebabkan timbul
keluhan demam pada Dodi.
Sealin itu, infeksi pada apendiks menimbulkan iritasi pada organ gastrointestinal.
Iritasi ini membuat tubuh juga melakukan kompensasi dengan jalan mual-muntah (akibat
rangsangan ke pusat muntah di hipotalamus karena sinyal dari usus) dan dengan berjalan
sedikit membungkuk (akibat spasme dari M. Psoas).
54
DAFTAR PUSTAKA
Dorland, W.A. Newman. 2012. Kamus Kedokteran Dorland Edisi 2008. EGC: Jakarta
Snell, Richard S. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran Edisi 6. 2006. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC
Guyton & Hall. 2012. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. EGC: Jakarta
Price, Sylvia Anderson dan Lorraine MW. Patofisiologi Vol 1. ed 6. Jakarta : EGC. 2005.
Junqeira, L.C. & Jose Carneiro (1980). Basic Histology. Lange Medical Publications,
Clifornia.
Raven, P.H., and Johnson, G.B. (1986). Biology. Times Mirror/ Mosby College Publishing.
Swartz, Mark H. 2012. Buku Ajar Diagnostik Fisik. Jakarta : EGC.
Widjaja, I. Harjadi (2007). Anatomi Abdomen. EGC : Jakarta
Arifianti, Nurul Itqiyah Hariadi dalam http://milissehat.web.id/?p=1 (diakses pada 4 Februari
2014 pukul 21.00)
School of Anatomy and Human Biology - The University of Western Australia (2009) dalam
http://www.lab.anhb.uwa.edu.au (diakses tanggal 4 Februari 2014, pukul 23.40)
(sumber: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31374/4/Chapter%20II.pdf)
Diktat Anatomi, ed. 2011, Laboratorium Anatomi FK Unissula.
Dasar Teori Laporan Biokimia Sistem Pencernaan, Laboratorium Biokimia FK Unissula.
Anonim. http://id.wikipedia.org/wiki/Organ_(anatomi). Online: (Diakses pada tanggal 17-12sorces : http://sanirachman.blogspot.com/2009/11/appendicitis-akut-danappendicitis.html#ixzz2sH6ZYYG3
Under Creative Commons License: Attribution Non-Commercial
sorces : http://sanirachman.blogspot.com/2009/11/appendicitis-akut-danappendicitis.html#ix
zz2sH6S3Xkr
Under Creative Commons License: Attribution Non-Commercial
Konstipasi.3 Januari 2014. http://www. repository.usu. ac.id/bitstream/123456789/ 31236 /
4 /Chapter%20II.pdf
55