Anda di halaman 1dari 2

4.

MEKANISME KOLATERAL

A.

Kolateralisasi Eksterna ke Interna

Ketika arteri karotis intema mengalami stenosis, darah dialihkan dan cabangcabang arteri karotis eksterna ke dalam arteri karotis intema di distal stenosis,
memungkinkan kelanjutan perfusi ke otak. Arteri fasialis dan arteri temporalis
superfisialis, misalnya, dapat membentuk hubungan anastomosis dengan arteri
oftalmika melalui arteri angularis; aliran retrograd di arteri oftalmika kemudian
membawa darah kembali ke sifon karotikun . Kolateral ke arteri oftalmika juga
dapat disuplai oleh arteri bukalis. hubungan anastomosis ekstema ke interna
lebih lanjut terdapat diantara arteri faringea asendens dan ramus meningealis
ICA. Arteri-arteri tersebut, biasanya terlalu kecil untuk terlihat melalui angiografi,
secara bersama-sama disebut trunkus inferolateralis. (DUUS ed 4)
B.

Kolateralisasi karotis eksterna ke vertebra

Cabang-cabang arteri karotis eksterna dan arteri vertebralis yang menyuplai


otot-otot servikal dan leher secara anastomosis berhubungan pada berbagai
titik. Cabang arteri karotis eksterna yang paling penting pada hal ini adalah arteri
oksipitails. Kolateral dapat terbentuk pada kedua arah : oklusi arteri vertebralis
di proksimal dapat dikompensasi oleh darah dan rami nukhales arteri oksipitalis,
sedangkan okiusi arteri karotis komunis atan okiusi arteri karotis interna di
proksimal dapat dikompensasi oleh darah yang memasuki sirkulasi anterior dan
cabang-cabang otot arteri vertebralis melalui arteri oksipitalis. Seperti contoh
lainnya, jika oklusi arteri karotis komunis di proksimal telah menghentikan
sirkulasi arteri serebral baik interna maupun ekstema, darah dan arteri
vertebralis dapat mengalir di arteri karotis eksternaa secara retrograd turun ke
bifurkasio karotidis, dan kemudian naik lagi melalui arteri karotis interna,
mengembalikan perfusi di teritori ICA. (DUUS ed 4)
C.

Sirkulus arteriosus willisi

Arteri-arteri serebral berhubungan sam sama lain melalui susunan pembuluh


darah berbentuk seperti lingkaran di dasar otak yang dikenal sebagai sirkulus
Willisi (dan Thomas Willis, ahli anatomi dan abad ketujuhbelas). Interkoneksi ini
memungkinkan kelanjutan perfusi jarigan otak bahkan jika salah satu pembuluh
darah besar mengalami stenosis atau oklusi. Sirkulus itu sendiri terdiri dari
segmen pembuluh darah besar dan arteri yang disebut arteri komunikans yang
menghubungkan satu pembuluh darah dengan lainnya. (DUUS ed 4)

5.

RIND (Reversible Ischemic Neurologic Deficit)

Sumbatan agak besar, daerah iskemia lebih luas sehingga penurunan CBF
regional lebih besar. Pada keadaan ini, mekanisme kompensasi masih mampu
memulihkan fungsi neurologik dalam waktu beberapa hari sampai 2 minggu.
Keadaan ini secara klinis disebut Reversible Ischemic Neurologic Deficit (RIND).
(DUUS ed 4)

Anda mungkin juga menyukai