TINJAUAN PUSTAKA
3.1
b. Gingiva
d. Poket periodontal
Pemeriksaan poket periodontal bisa dengan teknik probing. Teknik probing
yang benar adalah probe dimasukkan pararel dengan aksis vertikal gigi dan
berjalan secara sirkumferensial mengelilingi permukaan setiap gigi untuk
mendeteksi daerah dengan penetrasi terdalam (Carranza, 2002)
Pemeriksaan debris dan kalkulus dilakukan pada gigi tertentu dan pada
permukaan tertentu dari gigi tersebut, yaitu :
a. Untuk rahang atas yang diperiksa :
1)
2)
3)
1)
2)
3)
Bila molar pertama atas atau bawah tidak ada, penilaian dilakukan pada
Bila molar pertama dan molar kedua atas atau bawah tidak ada, penilaian
Bila molar pertama, kedua dan ketiga atas atau bawah tidak ada, tidak dapat
dilakukan penilaian.
d.
Bila insisivus pertama kanan atas tidak ada, penilaian dilakukan pada
Bila insisivus pertama kanan atau kiri atas tidak ada, tidak dapat dilakukan
penilaian.
f.
Bila insisivus pertama kiri bawah tidak ada, penilaian dilakukan pada
Bila insisivus pertama kiri atau kanan bawah tidak ada, tidak dapat
dilakukan penilaian.
Bila ada kasus diantara keenam gigi indeks yang seharusnya diperiksa
tidak ada, maka penilaian debris indeks dan kalkulus indeks masih dapat dihitung
apabila ada dua gigi indeks yang dapat dinilai (Dalimunthe, 2008)).
5.
penilaian kebersihan gigi dan mulut (OHI-S) seseorang dapat dilihat dari adanya
permukaan
tersebut
seluas
lebih
dari
1/3
Tabel 2
Kriteria Penilaian Pemeriksaan Kalkulus
No
KRITERIA
NILAI
1. Tidak ada karang gigi
0
2. Pada permukaan gigi yang terlihat ada karang gigi
1
supragingival menutupi permukaan gigi kurang dari 1/3
3.
permukaan gigi.
Pada permukaan gigi yang terlihat ada karang gigi
b.
c.
a.
b.
c.
Kode
Kebutuhan perawatan
0
Tidak membutuhkan
I
perdarahan setelah
probing
2
II
III
professional
(bagian
berwarna
hitam
IV
probe
tidak
dan
perawatan
komprehensif *
terlihat lagi)
3.1.3 Pemeriksaan Penunjang
Radiografi dalam kedokteran gigi merupakan pemeriksaan penunjang yang
sangat diperlukan setelah diperoleh hasil diagnosa klinis demi mendapatkan hasil
diagnosa akhir yang lebih tepat dan akurat. Radiografi dapat digunakan untuk
menunjang diagnosa seperti penyakit periodontal, plak arteri karotid, kelainan
tulang rahang lainnya, dan lain sebagainya.
Jenis pemeriksaan radiografi yang berperan untuk mengukur kehilangan tulang
adalah periapikal, bitewing dan panoramik. Secara teori, radiografi periapikal dan
bitewing merupakan radiografi yang paling diindikasikan untuk melihat
kehilangan tulang yang disebabkan oleh penyakit periodontal. Tetapi dengan
mempertimbangkan harga, kenyamanan dan dosis yang diterima oleh individu,
radiografi panoramik merupakan radiografi yang paling banyak dipilih.
Radiografi akan sangat membantu dalam evaluasi jumlah tulang yang ada, kondisi
tulang alveolar, kehilangan tulang pada daerah furkasi, lebar dari ruang ligamen
periodontal, dan faktor lokal yang dapat menyebabkan atau memperparah
penyakit periodontal seperti restorasi yang berkontur buruk atau overhanging dan
karies.
20-22
invasi penyakit
periodontal ke daerah bifurkasi dan trifurkasi pada gigi dengan akar banyak.
Prevalensi keterlibatan furkasi pada gigi rnolar masih belum jelas, tetapi terdapat
beberapa laporan yang mengindikasikan bahwa molar pertama rahang bawah
paling sering terkena dan premolar rahang atas yang paling jarang, sedangkan
yang lainnya telah ditemukan prevalensi yang lebih tinggi pada molar rahang at
as. Jumlah keterlibatan furkasi meningkat sesuai dengan usia (Carranza, 2002).
Keterlibatan furkasi dapat terlihat secara klinis atau tertutup oleh dinding
poket. Perluasan keterlibatan dapat diketahui dengan cara mengeksplorasi
menggunakan probe yang tumpul disertai semprotan udara hangat untuk
mempermudah visualisasi (Carranza, 2002).
pendapat lain mungangap bahwa inflamasi dan oedem disebabkan oleh plak pada
daerah furkasi (Carranza, 2002).
Trauma oklusi dianggap sebagai faktor etiologi yang memperberat kasus
keterlibatan furkasi dengan kelainan tulang berbentuk angular atau Seperti
karakter dan kerusakan tulang terlokalisir pada satu akar (Carranza, 2002).
[)iagnosa keterlibatan furkasi ditegakkan dengan pemeriksaan klinis dan
melakukan probing dengan probe khusus. Pemeriksaan radiografi pada daerah ini
sangat membantu, tetapi lesi di daerah tersebut sering tidak jelas karena lebar
sudut dan radiopak struktur disekitarnya. Efek dari perubahan sudut horizontal
pada rontgen foto dapat menyebabkan gambaran overlap sehingga menjadi tidak
jelas (Carranza., 2002).
3.2 Pembesaran Gingiva (Gingival Enlargement)
Definisi
Adalah suatu keadaan dimana ukuran gingiva bertambah dari normal yang
biasanya berkaitan dengan adanya kelainan pada gingiva.
Klasifikasi
Berdasarkan faktor etiologi dan perubahan patologinya, gingival
enlargement diklasifikasikan sebagai berikut :
I.
Inflamatory Enlargement
a. Chronic inflamatory enlargement
Pada tahap awal terjadi penggembungan kecil pada papila
interdental
dan
atau
margin
gingiva
sampai
menutup
Drug-Induced Enlargement
Adalah pembesaran gingiva karena penggunaan obat seperti
anticonvulsant, immunosupresant dan bloker channel kalsium
III.
IV.
Enlargements Associated with Systemic Diseases
a. Conditioned enlargement terjadi jika kondisi sistemik pasien terpacu
oleh iritasi lokal. Ada 3 tipe yaitu hormonal (kehamilan, pubertas ),
nutrisi (defisiensi vit C) dan alergi
b. Systemic diseases that cause gingival enlargement
Dimana adanya penyakit tertentu seperti leukemia sehingga
menyebabkan terjadinya pembesaran gingiva
V.
VI.
False Enlargement
Bukan
enlargement
sebenarnya
tapi
tampak
seperti
hasil
untuk
mengeliminasi
poket-poket
periodontal
dan
mencakup
Teknik gingivoplasti
Gingivoplasti biasanya dilakukan dengan menggunakan pisau periodontal,
scalpel, rotary, stone intan yang kasar , atau elektroda. Larutan anestetikum
diinjeksikan ke marginal gingiva dan papila interproksimal. Dengan menggunakan
goldman fox no.7 margin gingiva dan attached gingiva diukir dengan bevel yang
panjang dan konturnya dibentuk sesuai rancangan yang diinginkan. Perhatiakan
baik-baik bagian papila interproksimal. Bagian interproksimal tidak hanya harus
dibentuk sesuai bentuk yang dirancangkan tetapi juga, bila mugkin diukir
sedemikan sehingga bentuknya menjadi cekung dari aspek labial. Pemotongan
dimulai dari tengah daerah col, hal ini akan memungkinkan terpotongnya
sebagian besar pucak gingiva. Pada daerah posterior pemotongan pada umumnya
lebih landai karena dimensi interdental bagian bukolingual yang lebih besar
(Alibasyah, 2009)..
Nippers
Nippers merupakan alat kecil yang dpaat mengeksisi sebagaian kecil gingiva dan
bahkan tulang, bila dibutuhkan. Alat ini cukup kecil untuk dimasukkan kedalam
interdental untuk membentuk papila. Dengan adanya nippers, pembentukan kontur
jaringan bukan hanya lebih mudah, tetapi juga membutuhkan waktu yang lebih
sedikit (Alibasyah, 2009)..
Scarping
Dengan menggunakan scalpel sebagai hoe, dan dengan mengangkat instrumennya
keatas dengan pasti dan bersandar pada permukaan jaringan yang keras akan dapat
melepaskan jaringan yang ingin dibuang.karena pisau yang digunakan akan melewati
sebagian permukaan labial dari gigi geligi, kontur yang terbentuk cenderung
menyesuaika dengan susunan gigi. Hasil yang amat memuaskan akan diperoleh
dengan menggunakan metode ini (Alibasyah, 2009)..
Rotary Abrasives
Syarat penggunaan rotary abrasives pada jaringan lunak sama saja dengan penerapan
teknik ini pada jaringan keras. Harus ada pengaliran air pada pada instrumen seperti
pada pengikisan tulang, enamel, atau dentin. Makin tinggi kecepatan yang digunakan
akan makin halus permukaan yang dihasilkan, dan makin cepat operasi yang
dilakukan, sedangkan aliran air berperan dalam mengendalikan suhu dan mencegah
terjepitnya instrumen. Aplikasi bahan abrasif pada jaringan dilakukan dengan tekanan
yang ringan dan intermitten dengan aliran air. Hindarkan terjadi overcontouring
dengan selalu memperhatikan bentuk alami dan bentuk pemotongannya. Membentuk
lekukan jaringan diantara eminensia akar akan memberikan hasil yang amat
memuaskan dengan metode ini (Alibasyah, 2009)..
Elektrokauter
Dalam menggunakan teknik ini hal paling penting adalah menggunakan aliran
terendah yang paling efektif untuk melakukan peotongan. Alasannya adalah makin
besar alirannya, makin besar efek sampingnya. Juga harus diperhatikan bahwa
pelepasan tekanan pada pedal kaki yang mengatur aliran listriknya akan
menyebabkan mengalirnya energi pada elektroda yang besarnya mendekati dua kali
lipat lebih besar dari besar aliran normalnya. Karena alasan inilah mengapa elektroda
harus dijauhkan dari jaringan bila pedal kaki baru saja dilepaskan. Dilain pihak
penggunaan elektrokauter terkadang tidak dapat dihindari karena dapat digunakan
pada kasus-kasus yang tidak dapat dilakukan peralatan lainnya. Keuntungan utama
elektokauter adalah kemampuannya dalam menginsisi atau memotong massa jaringan
yang banyak. Karena tidak membutuhkan tenaga yang besar dalam melakukan
pemotongan, instrumen ini dapat digunakan pada daerah yang sulit dijangkau dimana
scalpel konvensional tidak akan bisa bergerak bebas dan menjadi tidak berguna
(Alibasyah, 2009).
3.3.2 Gingivektomi
3.3.3 Kuretase
A. Definisi Kuretase
Istilah kuretase digunakan di bidang periodontik yang berarti pengerokan
dinding gingival pada poket periodontal untuk memisahkan jaringan lunak yang
sakit. Sedangkan scalling mengacu pada pembuatan deposit dari gigi/permukaan
akar dan root planning berarti smoothening akar untuk mengangkat permukaan
gigi yang terinfeksi dan nekrotik (Shantipriya, 2008).
B. Tujuan Kuretase
yang
terbentuk
di
dinding
lateral
dari
poket
Untuk penyingkiran secara tuntas semua epitel saku dan jaringan granulasi perlu
dilakukan beberapa kali sapuan.
7. Pengadaptasian: Tepi luka pada kedua sisi dipertautkan. Apabila tepi gingiva
tidak bertaut rapat, plat tulang vestibular sedikit ditipiskan dengan jalan
osteoplastik.
8. Penjahitan: Tepi luka dijahit di interproksimal dengan jahitan interdental. Luka
sedikit ditekan dari arah oral dan vestibular selama 2 3 menit agar bekuan darah
yang terbentuk tipis saja.
9. Pemasangan periodontal pack: periodontal pack dipasang menutupi luka bedah,
dan dibuka seminggu kemudian.
Flap
Partial
thickness
diperlukan ketika puncak tepi tulang tipis dan terkena dengan flap apikal.
Penyisaan periosteum di tulang ddapat juga untuk menjahit flap ketika
pemindahan apikal (Anonim, 2015)
Indikasi :
-
Kontra indikasi :
-
Keuntungan :
-
Indikasi :
-
keperluan implant
Kerugian :
-
Sarung tangan
Masker
Rasparatorium
Kaca mulut
Pinset
Pinset bedah
Gunting
Blade no 11 9. Blade no 12
Needle
Bone file
Deppen glass
Tempat antiseptik
Tools tray
Petrie dish
Syringe anastesi
Bahan:
Obat anastesi
Larutan antiseptik
Silk suture
Kasa
3.
4.
5.
6.
7.
Kontrol plak
Penskeleran dan penyerutan akar
Koreksi restorasi dan protesa yang mengiritasi
Terapi antimikrobial (lokal atau sistemik)
Terapi oklusal (penyelarasan oklusal)
Penggerakan gigi secara ortodontik
Pensplinan provisional
Bedah periodontal
3. Terapi Fase III (fase restoratif)
Kunjungan berkala
Plak dan kalkulus
Kondisi gingiva (saku, inflamasi)
Oklusi, mobiliti gigi (Carranza, 1996).
Menurut Ruhadi dan Aini (2005), pada gingivitis hiperplasi dapat dirawat
Pisau Orban
5. Jaringan gingiva yang telah dieksisi dibuang.
dieksisi
Membersihkan deposit yang menempel pada permukaan akar dengan
skaling dan root planing. Pada tahap ini, pembuangan dinding jaringan lunak
poket p e r i o d o n t a l m e m b u a t a k a r l e b i h mudah dicapai dan memperluas
lapang pandang operator dibandingkan pada tahap-tahap lain. Pembersihan
permukaan
bedah.
11. Mengganti dresing dan membuang debris pada daerah luka setiap
minggu sampai jaringan sembuh sempurna dan dengan mudah
dibersihkan oleh pasien.
12. Setelah dressing terakhir dilepas, poles gigi dan instruksikan pasien
untuk melakukan pengendalian plak dengan baik.
dan
vaskularisasi
mulai
berkurang
setelah
hari
keempat
penyembuhan dan tampak hampir normal pada hari keenam belas. Enam minggu
setelah gingivektomi, gingiva tampak sehat, berwarna merah muda dan kenyal.
Tanpa memandang penyebab, tahapan penyembuhan luka terbagi atas :
Fase koagulasi :
Setelah luka terjadi, terjadi perdarahan pada daerah luka yang diikuti
dengan aktifasi kaskade pembekuan darah sehingga terbentuk klot hematoma.
Proses ini diikuti oleh proses selanjutnya yaitu fase inflamasi.
Fase inflamasi :
bermigrasi menuju daerah luka. Terjadi deposit matriks fibrin yang mengawali
proses penutupan luka. Proses ini terjadi pada hari 2-4.
Fase proliperatif :
Fase proliperatif terjadi dari hari ke 4-21 setelah trauma. Keratinosit
disekitar luka mengalami perubahan fenotif. Regresi hubungan desmosomal
antara keratinosit pada membran basal menyebabkan sel keratin bermigrasi kearah
lateral. Keratinosit bergerak melalui interaksi dengan matriks protein ekstraselular
(fibronectin,vitronectindan kolagen tipe I). Faktor proangiogenik dilepaskan oleh
makrofag,
vascular
endothelial
growth
factor(VEGF)
sehingga
terjadi