Model kognitif merupakan model yang meninjau prediktor dan prekusor dari
perilaku-perilaku kesehatan. Model kognitif diperoleh dari teori subjective
expected utility (SEU), Edward 1954, yang menyampaikan bahwa perilakuperilaku merupakan hasil pertimbangan dari potential costs dan benefits. Model
kognitif menggambarkan perilaku sebagai hasil dari proses informasi yang
rasional dan menekankan pada kognitif individual, tidak pada konteks sosial.
A. Sejarah Health Belief Model
Salah satu model paling awal yang dikembangkan untuk menjelaskan terkait
perilaku kesehatan adalah Health Belief Model (Model Kepercayaan Kesehatan).
Health Belief Model adalah model psikologikal yang mencoba untuk menjelaskan
dan memprediksikan perilaku kesehatan. Hal ini dilakukan dengan berfokus pada
attitudes (sikap) dan beliefs (keyakinan/kepercayaan) dari seorang individu.
Model kepercayaan adalah suatu bentuk penjabaran dari model sosio
psikologis. Munculnya model ini didasarkan pada kenyataan bahwa problem
kesehatan ditandai oleh kegagalan orang atau masyarakat untuk menerima
usaha pencegahan dan penyembuhan penyakit yang diselenggarakan oleh
provider
kesehatan.
Kegagalan
ini
akhirnya
memunculkan
teori
yang
yang
mengurangi peran
fisiologis yang
mengaktifkan
perilaku.
Sedangkan teori kognitif berdasarkan nilai teori harapan merupakan hasil perilaku
berdasarkan nilai dari suatu hasil (subyektif, individu) dan harapan bahwa perilaku
tersebut akan mencapai hasil yang diinginkan, pemikiran penalaran (kritis).
Dalam beberapa tahun kemudian, HBM telah direvisi untuk memasukkan
motivasi kesehatan umum untuk tujuan membedakan penyakit dan peran
perilaku sakit dari perilaku kesehatan. Berasal sekitar tahun 1952. Hal ini
umumnya dianggap sebagai awal dari penelitian sistematis, teori berbasis
perilaku kesehatan. HBM telah digunakan untuk memprediksi perilaku yang
berhubungan dengan kesehatan. Model ini dikembangkan untuk menanggapi
kegagalan
program
kesehatan,
seperti
skrining
TBC
(TB).
Sejak
itu,
membandingkan,
dan
menganalisa
dengan
makan
makanan
rendah
lemak
dan
tinggi
serat,
olahraga,
b. Perceived Severity
Perceived Severity mengacu pada seberapa serius individu percaya terhadap
konsekuensi atau keparahan jika kondisi berkembang. Seorang individu lebih
mungkin mengambil tindakan untuk mencegah kanker jika dia percaya bahwa
dampak negatif yang muncul terhadap fisik, efek psikologis, dan atau sosial
akibat terserang penyakit itu menimbulkan konsekuensi serius (misalnya,
hubungan sosial yang berubah, kemandirian berkurang, rasa sakit, penderitaan,
cacat, atau bahkan kematian). Model Kepercayaan Kesehatan sering merujuk
pada ancaman kesehatan yang dirasakan. Kombinasi kerentanan yang
dirasakan dan keparahan yang dirasakan merupakan sebuah ancaman.
c. Perceived Barrier/ Cost
Biaya yang dirasakan mengacu pada hambatan atau kerugian yang
mengganggu perubahan perilaku kesehatan. Kombinasi efektivitas yang
dirasakan dan biaya yang dirasakan merupakan gagasan dari hasil yang
diharapkan. Percaya saja tidak cukup untuk memotivasi individu untuk bertindak.
Mengambil tindakan kognitif melibatkan penimbangan biaya pribadi terkait
dengan perilaku terhadap manfaat yang diharapkan sebagai hasil dari perilaku
kesehatan yang dilakukan. Manfaat harus lebih besar daripada biaya yang
dikeluarkan.
d. Perceived Effectiveness/ Perceived Benefits
Efektivitas yang dirasakan mengacu pada manfaat terlibat dalam perilaku
pelindung. Motivasi mengambil tindakan untuk mengubah perilaku membutuhkan
keyakinan bahwa perilaku pencegahan efektif mencegah kondisi tersebut.
Sebagai contoh, individu yang tidak yakin bahwa ada hubungan sebab akibat
antara merokok dan kanker tidak mungkin untuk berhenti merokok, karena
mereka percaya berhenti merokok tidak akan melindungi mereka terhadap
penyakit.
e. Cues to Action
Cues to action melibatkan rangsangan yang memotivasi seseorang untuk
terlibat dalam perilaku kesehatan. Stimulus yang memicu tindakan mungkin
berasal dari internal maupun eksternal. Sebagai contoh, fikiran dan gejala yang
dirasakan dapat bertindak sebagai isyarat internal untuk melakukan tindakan.
Isyarat eksternal seperti penyakit yang diderita pasangan atau kematian orang
tua juga dapat memicu perubahan perilaku kesehatan dalam individu yang tidak
Self Efficacy
di
bidang
kesehatan
gigi,
mengemudi
yang
aman
dan
I.
Telah
mengemukakan
bahwa
faktor
alternatif
mungkin
dapat
BAB II
PROTECTION MOTIVATION THEORY
(TEORI MOTIVASI PERLINDUNGAN)
faktor
psikososial
dalam
kesehatan
telah
meningkatkan
&
Rogers,
1986;
Rogers,
1975).
PMT
pada
awalnya
dikembangkan oleh Dr RW Rogers pada tahun 1975 dalam rangka untuk lebih
memahami rasa ketakutan dan bagaimana orang mengatasi rasa takut mereka.
Namun Dr Rogers kemudian memperluas teori pada tahun 1983 di mana ia
diperpanjang teori ke teori yang lebih umum dari komunikasi persuasif. Teori ini
awalnya didasarkan pada karya Richard Lazarus yang menghabiskan sebagian
besar waktunya meneliti bagaimana orang berperilaku dan mengatasi situasi
selama stres. Dalam bukunya, "Stress, Appraisal, and Coping, Richard Lazarus
membahas ide proses penilaian kognitif dan bagaimana mereka berhubungan
dengan cara mengatasi stres. Dia menyatakan bahwa orang-orang, "berbeda
dalam sensitivitas dan kerentanan, serta interpretasi dan reaksi mereka terhadap
beberapa jenis kegiatan ".
Sementara Richard Lazarus mengemukakan banyak ide dasar yang
digunakan dalam perkembangan teori PMT, Dr Rogers adalah orang pertama
yang menerapkan terminologi ini ketika membahas rasa ketakutan. PMT ini
terutama digunakan ketika membahas suatu masalah kesehatan dan bagaimana
orang bereaksi ketika didiagnosis dengan penyakit kesehatan yang terkait.
B. Komponen Protection Motivation Theory
Pada tahun 1983 PMT direvisi sebagai deskripsi lengkap dari teori, yang
terdiri dari tiga proses kognitif: sumber informasi, proses mediasi kognitif, dan
mode koping. Karena PMT memiliki tiga proses kognitif dengan banyak
konstruksi,
sebagian besar
sebagian dari konstruksi (Prentice-Dunn & Rogers 1986). Boer & Seydel (1996)
menjelaskan konstruksi utama dari teori ini: keparahan, kerentanan, responefficacy, self-efficacy, motivasi perlindungan (niat), dan perilaku perlindungan.
Menurut teori PMT, ada dua sumber informasi: (1) lingkungan atau
environmental (misalnya persuasi verbal, pembelajaran observasional) dan (2)
intrapersonal (misalnya pengalaman sebelumnya dan variabel-variabel personal).
Informasi ini mempengaruhi komponen-komponen PMT (self efficacy, efektivitas
respon, keparahan, kerentanan, rasa takut), yang kemudian menimbulkan baik
respon koping adaptif (yaitu niat perilaku) atau respons koping 'maladaptif'
(misalnya penghindaran atau penolakan)
Dalam Protection Motivation Theory, Rogers menyatakan bahwa perilakuperilaku yang berhubungan dengan kesehatan adalah karena individu memiliki
niat berperilaku, sedangkan niat perilaku dipengaruhi oleh 4 (empat) komponen
yaitu :
Severity
Vulnerability
Behavioural
intentions
Behaviour
Respon effectiveness
Self-efficacy
1. Self efficacy
Adalah kemampuan diri sendiri. Orang yang memiliki self-efficacy yang
tinggi yakin bahwa dia akan berhasil merubah perilaku dirinya sendiri.
Contoh: saya percaya bahwa saya dapat merubah pola diet saya.
Sedangkan orang dengan self-efficacy yang rendah maka yakin bahwa
dirinya akan gagal, sehingga akan mecoba menghindarinya dengan
berbagai cara. Perceived self-efficacy adalah keyakinan seseorang bahwa
ia memiliki kemampuan untuk melakukan perilaku yang direkomendasikan
(ia dapat mengatasi cost). Semakin tinggi efektivitas diri, semakin positif
responnya.
2. Respon efektivitas
Merupakan
keyakinan
seseorang
bahwa
perilaku
yang
Teori
PMT
menyatakan
bahwa
niat
berperilaku
adalah
sebuah
NO
YES
No response
Perceived Severity
Is this problem serious?
YES
NO
PERCEIVED EFFICACY
NO
Fear Control Response
YES
Self-efficacy
Do I believe I am capable of performing
the recommanded action ?
YES
NO
Avoidance, denial,
anger, mocking, or
boomerang effect.
EFFICACY/THREAT COMPARISON
NO
Danger Control
response :
Adopt recommanded
action
(Adapted from Witte (1992), cited by the centre for Health Promotion University of Toronto, 2000)
informasi tentang pengaruh diit tinggi lemak pada penyakit jantung koroner
akan meningkatkan perasaan takut (fear), meningkatkan persepsi individu
tentang bahayanya penyakit jantung koroner (perceived severity) dan
meningkatkan keyakinan mereka bahwa mereka memiliki risiko mudah
terkena serangan jantung (perceived vulnerebility). Jika individu juga merasa
percaya diri bahwa mereka dapat merubah pola diit mereka (self-efficacy) dan
perubahan ini akan memberikan manfaat (response effectiveness), maka
mereka akan menunjukkan niat yang tinggi untuk merubah perilaku mereka
(behavioral intentions). Keaadaan tersebut akan muncul sebagai respon
koping yang adaptif terhadap informasi (Roger,1985).
dapat terserang
self
meningkatkan
rasa
takut,
kemudian
severity
dan
self-efficacy
berhubungan dengan niat perilaku (floosing dan sikat gigi secara teratur
terutama setelah makan dapat mencegah kerusakan gigi).
REFERENCE
Glanz, Lewis & Rimer, Health. 1990. Behavior and Health Ecucation . Google
book
Gochman, David S. 1985. Health Behaviour Emerging Research Perspectives.
New York and London: Plenum Press
Ogden, Jane. 1996. Health Psycology, A Text Book. Philadelpia: Open University
Press
Ogden, Jane. 2004. Health Psycology, A Text Book. Philadelpia: Open University
Press
Watkins, Elizabeth L, Audreye E Johnson. 1985. Removing Cultural and Ethnic
Barriers to Health Care. Washington DC: The University of Nrth Carolina at
Chapel Hill
Wolinsky, Fredric D. 1988. The Sociology of Health, Principles, Practitioners, and
Issues. Second Edition. California: Wadsworth Publishing Company