Makalah Antep
Makalah Antep
ANALISA TERAPAN
Penentuan Kadar Logam Berat Cd dan Pb di Sungai Gangga
FMIPA UNP Air Tawar .
Kelompok
: VI
Anggota
: 1. Egi Aprianda
2. Emil Febrianto
3. Wayan Pratama
4. Deri Febiola Putra
Dosen
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala nikmat karunia dan hidayah
yang diberikan-Nya, sehingga penulisan makalah ini dapat terselesaikan. Makalah ini di
buat sebagai syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah Analisa Terapan.
Dalam penyelesaian makalah ini, kami telah mendapatkan berbagai sumber dan
juga mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini kami ingin
menyampaikan terima kasih kepada:
1. Orang tua yang telah memberikan dorongan dan motivasi terhadap penulis untuk tetap
semangat dalam mengikuti perkuliahan dan tanggung jawab dalam mengerjakan tugas.
2. Bapak Drs. Zul Afkar, M.Si dan Bapak Edi Nasra, S.Si, M.Si, selaku dosen
pembimbing dalam mata kuliah Analisa Terapan.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari sempurna, baik
dari segi penyusunan, bahasan, ataupun penulisannya. Oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun, khususnya dari dosen mata
kuliah guna menjadi acuan dalam bekal pengalaman bagi penulis untuk lebih baik di masa
yang akan datang.
Padang, Mei 2014
Tim Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................................iii
DAFTAR TABEL..................................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah..............................................................................................1
B. Tujuan Percobaan........................................................................................................1
C. Batasan Percobaan......................................................................................................1
D. Manfaat Percobaan......................................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................2
A. Pencemaran Air...........................................................................................................2
B. Bahaya Logam Berat...................................................................................................3
C. Spektrofotometri serapan atom (SSA)........................................................................4
D. Teknik Analisis Data.................................................................................................10
BAB III METODE PERCOBAAN......................................................................................12
A. Waktu Percobaan.......................................................................................................12
B. Alat dan Bahan..........................................................................................................12
C. Prosedur Kerja...........................................................................................................12
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................................15
A. Hasil..........................................................................................................................15
B. Pembahasan...............................................................................................................17
BAB V. PENUTUP..............................................................................................................19
A. Kesimpulan...............................................................................................................19
B. Saran..........................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................20
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Sumber-sumber pencemaran logam berat............................................................2
Gambar 2. Alat SSA...............................................................................................................4
Gambar 3. instrument SSA....................................................................................................5
Gambar 4. Lampu katoda.......................................................................................................5
Gambar 5. Burner...................................................................................................................6
Gambar 6. Nebulizer..............................................................................................................7
Gambar 7. Spray chamber......................................................................................................7
Gambar 8. Kurva standar kadmium.....................................................................................15
Gambar 9. Kurva standar timbal..........................................................................................15
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Hasil pengukuran standar Cd.................................................................................16
Tabel 2. Hasil pengukuran standar Pb..................................................................................16
Tabel 3. Hasil pengukuran sampel.......................................................................................16
BAB I PENDAHULUAN
Manfaat dari percobaan ini adalah mengetahui nilai beban dan indeks
pencemaran yang ditinjau dari parameter logam berat Cd dan Pb di Sungai Gangga
FMIPA UNP, Air Tawar.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A Pencemaran Air
Konsep pencemaran adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat,
energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan, atau berubahnya tatanan lingkungan
oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke
tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi
lagi sesuai dengan peruntukannya. Sumber pencemaran dapat dilihat pada gambar di
bawah.
Logam berat merupakan logam yang mempunyai berat jenis lebih besar dari
5g/cm3. Namun saat ini unsur metalloid yang berbahaya juga dimasukan dalam kriteria
logam berat. Beberapa logam berat yang beracun adalah arsen (As), kadmium (Cd),
tembaga (Cu), timbal (Pb), merkuri (Hg), nikel (Ni), dan seng (Zn). Pada percobaan ini
hanya akan membahas tentang kadmium (Cd) dan timbal (Pb).
Kadmium (Cd) merupakan salah satu jenis logam berat yang berbahaya karena
elemen ini beresiko tinggi terhadap pembuluh darah. Kadmium berpengaruh terhadap
manusia dalam jangka waktu panjang dan dapat terakumulasi pada tubuh khususnya hati
dan ginjal. Kadmium lebih mudah diakumulasi oleh tanaman dibandingkan dengan ion
logam berat lainnya.
Logam timbal (Pb) merupakan logam yang sangat populer dan banyak dikenal
oleh masyarakat awam. Hal ini disebabkan oleh banyaknya Pb yang digunakan di industri
nonpangan dan paling banyak menimbulkan keracunan pada makhluk hidup. Beberapa
gejala keracunan timbal diantaranya adalah iritasi gastrointestinal akut, rasa logam pada
mulut, muntah, sakit perut, dan diare.
F. Spektrofotometri serapan atom (SSA)
1. Pengertian
Spektrometri Serapan Atom (SSA) adalah suatu alat yang digunakan pada metode
analisis untuk penentuan unsur-unsur logam dan metalloid yang pengukurannya
berdasarkan penyerapan cahaya dengan panjang gelombang tertentu oleh atom logam
dalam keadaan bebas (Skoog, D. A., West, D. M., Holler, F. J., & Crouch, S. R, 2004).
Metode ini sangat tepat untuk analisis zat pada konsentrasi rendah. Teknik ini
mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan metode spektroskopi emisi
konvensional. Memang selain dengan metode serapan atom, unsur-unsur dengan energi
eksitasi rendah dapat juga dianalisis dengan fotometri nyala, akan tetapi fotometri nyala
4
tidak cocok untuk unsur-unsur dengan energy eksitasi tinggi. Fotometri nyala memiliki
range ukur optimum pada panjang gelombang 400-800 nm, sedangkan SSA memiliki range
ukur optimum pada panjang gelombang 200-300 nm (Skoog et al., 2004).
2. Prinsip
Metode SSA berprinsip pada absorbsi cahaya oleh atom. Atom-atom menyerap
cahaya tersebut pada panjang gelombang tertentu, tergantung pada sifat unsurnya. Metode
serapan atom hanya tergantung pada perbandingan dan tidak bergantung pada temperatur.
Pada SSA, suatu sampel yang akan di analisis akan di destruksi dahulu agar
homogen, lalu ditempatkan pada tempat sampel, sampel akan dibakar dengan gas tertentu
hingga lebih dari 1000C sehingga teratomisasi. saat itulah sampel akan disinari dan, akan
mengabsorp sinar hingga tereksitasi. setiap unsur memiliki panjang gelombang yang
berbeda sehingga dapat diidentifikasi unsurnya.
b. Tabung Gas
Tabung gas pada SSA yang digunakan merupakan tabung gas yang berisi gas
asetilen. Gas asetilen pada SSA memiliki kisaran suhu 20.000K, dan ada juga tabung gas
yang berisi gas N2O yang lebih panas dari gas asetilen, dengan kisaran suhu 30.000K.
5
c. Ducting
Ducting merupakan bagian cerobong asap untuk menyedot asap atau sisa
pembakaran pada SSA, yang langsung dihubungkan pada cerobong asap bagian luar pada
atap bangunan, agar asap yang dihasilkan oleh SSA, tidak berbahaya bagi lingkungan
sekitar. Asap yang dihasilkan dari pembakaran pada SSA, diolah sedemikian rupa di dalam
ducting, agar ppolusi yang dihasilkan tidak berbahaya.
d. Kompresor
Kompresor merupakan alat yang terpisah dengan main unit, karena alat ini
berfungsi untuk mensuplai kebutuhan udara yang akan digunakan oleh SSA, pada waktu
pembakaran atom.
e. Atomizer
Atomizer terdiri atas Nebulizer (sistem pengabut), spray chamber dan burner
(sistem pembakar). Nebulizer berfungsi untuk mengubah larutan menjadi aerosol (butirbutir kabut dengan ukuran partikel 15 20 m) dengan cara menarik larutan melalui
kapiler (akibat efek dari aliran udara) dengan pengisapan gas bahan bakar dan oksidan,
disemprotkan ke ruang pengabut. Partikel-partikel kabut yang halus kemudian bersamasama aliran campuran gas bahan bakar, masuk ke dalam nyala, sedangkan titik kabut yang
besar dialirkan melalui saluran pembuangan. Spray chamber berfungsi untuk membuat
campuran yang homogen antara gas oksidan, bahan bakar dan aerosol yang mengandung
contoh sebelum memasuki burner. Burner merupakan sistem tepat terjadi atomisasi yaitu
pengubahan kabut/uap garam unsur yang akan dianalisis menjadi atom-atom normal dalam
nyala. Chopper digunakan untuk membedakan radiasi yang berasal dari sumber radiasi,
dan radiasi yang berasal dari nyala api.
1) Burner
Gambar 5. Burner
Burner merupakan bagian paling terpenting di dalam main unit, karena burner
berfungsi sebagai tempat pancampuran gas asetilen, dan aquabides, agar tercampur
merata, dan dapat terbakar pada pemantik api secara baik dan merata. Lobang yang
berada pada burner, merupakan lobang pemantik api, dimana pada lobang inilah
awal dari proses pengatomisasian nyala api.
2) Nebullizer
6
Gambar 6. Nebulizer
3) Spray Chamber
f. Monokromator
Setelah radiasi resonansi dari lampu katoda berongga melalui populasi atom di
dalam nyala, energi radiasi ini sebagian diserap dan sebagian lagi diteruskan. Fraksi radiasi
yang diteruskan dipisahkan dari radiasi lainnya. Pemilihan atau pemisahan radiasi tersebut
dilakukan oleh monokromator. Monokromator berfungsi untuk memisahkan radiasi
resonansi yang telah mengalami absorpsi tersebut dari radiasi-radiasi lainnya. Radiasi
lainnya berasal dari lampu katoda berongga, gas pengisi lampu katoda berongga atau
logam pengotor dalam lampu katoda berongga. Monokromator terdiri atas sistem optik
yaitu celah, cermin dan kisi.
g. Buangan
Buangan pada SSA disimpan di dalam drigen dan diletakkan terpisah pada SSA.
Buangan dihubungkan dengan selang buangan yang dibuat melingkar sedemikian rupa,
agar sisa buangan sebelumnya tidak naik lagi ke atas, karena bila hal ini terjadi dapat
mematikan proses pengatomisasian nyala api pada saat pengukuran sampel, sehingga
kurva yang dihasilkan akan terlihat buruk.
h. Detektor
Detector berfungsi untuk mengukur intensitas radiasi yang diteruskan dan telah
diubah menjadi energy listrik oleh fotomultiplier. Hasil pengukuran detector dilakukan
penguatan dan dicatat oleh alat pencatat yang berupa printer dan pengamat angka. Ada dua
macam detektor sebagai berikut:
7
membebaskan elektron (satu foton satu electron) dari bahan yang sensitif terhadap
cahaya. Bahan foton dapat berupa Si/Ga, Ga/As, Cs/Na.
-
jika dua logam yang memiliki temperatur berbeda disambung jadi satu.
i. Recorder
Sinyal listrik yang keluar dari detektor diterima oleh piranti yang dapat
menggambarkan secara otomatis kurva absorpsi.
4. Metode Analisis
a. Metode Standar Tunggal
Metode ini hanya menggunakan satu larutan standar yang telah diketahui
konsentrasinya (Cstd). Selanjutnya absorbsi larutan standar (A std) dan absorbsi larutan
sampel (Asmp) diukur dengan spektrometri.
b. Metode kurva kalibrasi
Dalam metode ini dibuat suatu seri larutan standar dengan berbagai konsentrasi dan
absorbansi dari larutan tersebut diukur dengan SSA. Langkah selanjutnya adalah membuat
grafik antara konsentrasi(C) dengan absorbansi (A) yang merupakan garis lurus yang
melewati titik nol dengan slope = b atau = a.b. konsentrasi larutan sampel dapat dicari
setelah absorbansi larutan sampel diukur dan diintrapolasi ke dalam kurva kalibrasi atau
dimasukkan ke dalam persamaan garis lurus yang diperoleh dengan menggunakan program
regresi linewar pada kurvakalibrasi.
c. Metoda adisi standard
Metode ini dipakai secara luas karena mampu meminimalkan kesalahan yang
disebabkan oleh perbedaan kondisi lingkungan (matriks) sampel dan standar. Dalam
metode ini dua atau lebih sejumlah volume tertentu dari sampel dipindahkan ke dalam labu
takar. Satu larutan diencerkan sampai volume tertentu kemudiaan larutan yang lain
sebelum diukur absorbansinya ditambah terlebih dahulu dengan sejumlah larutan standar
tertentu dan diencerkan seperti pada larutan yang pertama.
5. Keuntungan & kelemahan menggunakan SSA
a. Keuntungan
Spesifik
Batas (limit) deteksi rendah
8
Dari satu larutan yang sama, beberapa unsur berlainan dapat diukur
Pengukuran dapat langsung dilakukan terhadap larutan contoh (preparasi contoh
sebelum pengukuran lebih sederhana, kecuali bila ada zat pengganggu)
Dapat diaplikasikan kepada banyak jenis unsur dalam banyak jenis contoh.
Batas kadar-kadar yang dapat ditentukan adalah amat luas (mg/L hingga persen)
Sedangkan kelemahannya yaitu pengaruh kimia dimana SSA tidak mampu
menguraikan zat menjadi atom misalnya pengaruh fosfat terhadap Ca, pengaruh ionisasi
yaitu bila atom tereksitasi (tidak hanya disosiasi) sehingga menimbulkan emisi pada
panjang gelombang yang sama, serta pengaruh matriks misalnya pelarut.
6. Gangguan pada spektra
a. Gangguan Kimia
Gangguan kimia terjadi apabila unsur yang dianailsis mengalami reaksi kimia
dengan anion atau kation tertentu dengan senyawa yang refraktori, sehingga tidak semua
analiti dapat teratomisasi. Untuk mengatasi gangguan ini dapat dilakukan dengan dua cara
yaitu: 1) penggunaan suhu nyala yang lebih tinggi, 2) penambahan zat kimia lain yang
dapat melepaskan kation atau anion pengganggu dari ikatannya dengan analit. Zat kimia lai
yang ditambahkan disebut zat pembebas (Releasing Agent) atau zat pelindung (Protective
Agent).
b. Gangguan matriks
Gangguan ini terjadi apabila sampel mengandung banyak garam atau asam, atau
bila pelarut yang digunakan tidak menggunakan pelarut zat standar, atau bila suhu nyala
untuk larutan sampel dan standar berbeda. Gangguan ini dalam analisis kualitatif tidak
terlalu bermasalah, tetapi sangat mengganggu dalam analisis kuantitatif. Untuk mengatasi
gangguan ini dalam analisis kuantitatif dapat digunakan cara analisis penambahan standar
(Standar Adisi).
c. Gangguan ionisasi
Gangguan ionisasi terjadi bila suhu nyala api cukup tinggi sehingga mampu
melepaskan electron dari atom netral dan membentuk ion positif. Pembentukan ion ini
mengurangi jumlah atom netral, sehingga isyarat absorpsi akan berkurang juga. Untuk
mengatasi masalah ini dapat dilakukan dengan penambahan larutan unsur yang mudah
diionkan atau atom yang lebih elektropositif dari atom yang dianalisis, misalnya Cs, Rb, K
dan Na. penambahan ini dapat mencapai 100-2000 ppm.
9
d. Gangguan spektra
Gangguan spektra terjadi bila panjang gelombang (atomic line) dari unsur yang
diperiksa berimpit dengan panjang gelombang dari atom atau molekul lain yang terdapat
dalam larutan yang diperiksa, sehingga pemisahan dengan monokromator sulit dilakukan.
Hal ini diatasi dengan melakukan metode adisi standar. Efek dari emisi nyala pada SSA
dapat dicegah dengan memodulasi sumber cahaya.
e. Gangguan fisika
Gangguan fisika adalah gangguan berupa perbedaan sifat fisika dari larutan sampel
dan standar, contohnya perbedaan kekentalan yang mengakibatkan perbedaan laju
nebulisasi. Efek ini dihilangkan dengan memakai pelarut organik, pelarut organik
mempercepat penyemprotan (kekentalannya rendah), mudah menguap, mengurangi
penurunan suhu nyala.
7. Aplikasi Spektrofotometer Serapan Atom
Spektrofotometer serapan atom telah digunakan sebanyak lebih kurang 70 unsur.
Penggunannya meliputi sampel biologi dan klinik, forensic materials, makanan dan
minuman, air termasuk air buangan, tanah, tanaman, pupuk, besi, baja, logam campur,
mineral, hasil minyak bumi, farmasi, dan kosmetik.
G. Teknik Analisis Data
Penentuan LOD (Low of Detection/Batas Deteksi) dan LOQ (Limit of
Quantitation/Batas Kuantisasi) sangat penting dalam analisis penentuan logam pada suatu
sampel. Batas deteksi adalah jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat dideteksi
yang masih memberikan respon signifikan dibandingkan dengan blangko. Batas deteksi
merupakan parameter uji batas. Batas kuantitasi merupakan parameter pada analisis renik
dan diartikan sebagai kuantitas terkecil analit dalam sampel yang masih dapat memenuhi
kriteria cermat dan seksama.
Penentuan batas deteksi suatu metode berbeda-beda tergantung pada metode
analisis itu menggunakan instrumen atau tidak. Pada analisis yang tidak menggunakan
instrumen batas tersebut ditentukan dengan mendeteksi analit dalam sampel pada
pengenceran bertingkat. Pada analisis instrumen batas deteksi dapat dihitung dengan
mengukur respon blangko beberapa kali lalu dihitung simpangan baku respon blangko dan
formula di bawah ini dapat digunakan untuk perhitungan.
10
11
A Waktu Percobaan
Percobaan dilakukan pada Bulan Maret di Laboratorium Kimia Analitik dan
Instrumentasi, Jurusan Kimia, FMIPA, UNP.
H. Alat dan Bahan
Aanalisa kuantitatif paramter pengujian logam berat mengaju pada SNI 06-6989-2004
dengan metode spektrofotometer serapan atom (SSA)-nyala. Adapun bahan dan peralatan
yang digunakan adalah:
Alat:
1.
2.
3.
4.
SSA;
lampu holow katoda
gelas piala 250 mL;
pipet ukur 5 mL; 10 mL; 20 mL; 30 mL;
5.
6.
7.
8.
dan 40 mL;
labu ukur 100 mL;
corong gelas;
pemanas listrik;
kertas saring whatman 40, dengan
Bahan:
1. air suling;
2. asam nitrat, HNO3;
3. larutan standar masing-masing
4.
5.
6.
7.
8.
9.
logam
gas asetilen, C2H2.
Larutan Na2S 10% b/v
Ammonium hidroksida 1N
Larutan ditizon 0,005%
Kristal kalium sianida
Kertas pH
Pada prinsipnya penentuan kadar logam dalam air sungai yaitu dengan penambahan
asam nitrat bertujuan untuk melarutkan analit logam dan menghilangkan zat-zat
pengganggu yang terdapat dalam contoh uji air dan air limbah dengan bantuan pemanas
listrik, kemudian diukur dengan SSA menggunakan gas asetilen, C2H2.
1. Analisa logam Cd
a. Cara kerja
1) Masukkan 100 mL contoh uji yang sudah dikocok sampai homogen ke dalam gelas
piala.
2) Tambahkan 5 mL asam nitrat.
3) Panaskan di pemanas listrik sampai larutan contoh uji hampir kering.
4) Ditambahkan 50 mL air suling, masukan ke dalam labu ukur 100 mL melalui kertas
saring dan ditepatkan 100 mL dengan air suling.
b. Pembuatan larutan baku logam kadmium, Cd 10 mg/L
1) Pipet 50 mL larutan standar kadmium, Cd 100 mg/L ke dalam labu ukur 500 mL.
2) Tepatkan dengan larutan pengencer sampai tanda tera.
12
13
A Hasil
Kurva standar Pb dan Cd dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Dapat dilihat
bahwa koefisien regresi persamaan linearnya untuk Pb adalah 0.991 dan untuk Cd adalah 1
sehingga persamaan tersebut memnuhi linearitas.
0.04 0.06 0.08 0.1 0.12 0.14 0.16 0.18 0.2 0.22
Konsentrasi (ppm)
KURVA STANDAR Pb
f(x) = 0.01x - 0
R = 0.99
Absorbansi
0.4 0.6
0.8
1.2
1.4
1.6
1.8
2.2
Konsentrasi (ppm)
15
Hasil pengukuran terhadap sampel air sungai pada beberapa titik yaitu titik di dekat
sumber pencemaran dan titik di tengah sungai dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 1. Hasil pengukuran sampel
Titik Sampel
Dekat sumber pencemar
Absorbansi Cd
-0.0018
-0.0025
-0.0025
-0.0017
Ditengah sungai
[Cd] (ppm)
Ttd
Ttd
Ttd
Ttd
Absorbansi Pb
0.0006
0.0021
-0.0001
0.0006
[Pb] (ppm)
0.226
0.443
Ttd
0.226
ttd=Tidak Terdeteksi
Penentuan LOD
1) Cd
Tabel 2. Hasil pengukuran standar Cd
X (ppm)
Y (Absorbansi)
0.05
0.1
0.2
Yi
(Yi-Y)2
0.002
0.0055
0.0124
0.00245
0.0059
0.0128
Jumlah
2.025E-07
1.6E-07
1.6E-07
5.225E-07
Y=0.069X-0.001
( y yi)2
5.225 107
1
=0.031 ppm
0.069
LOD Cd=
LOD Cd=
N2
b
2) Pb
Tabel 3. Hasil pengukuran standar Pb
X (ppm)
Y (Absorbansi)
0.5
1
1.5
2
Yi
0.0031
0.0058
0.0104
0.0139
Jumlah
(Yi-Y)2
0.0025
0.006
0.0095
0.013
3.6E-07
4E-08
8.1E-07
8.1E-07
2.02E-06
Y= 0.007X-0.001
16
( y yi)2
2.02 106
2
=0.431 ppm
0.007
LOD Pb=
LOD Pb=
N 2
b
Penentuan LOQ
1) Cd
( y yi)2
10
5.225 107
1
=0.105 ppm
0.069
10
( y yi)2
10
LOQ Cd=
LOQ Cd=
N2
b
2) Pb
LOQ Pb=
10
LOQ Pb=
N 2
b
2.02 106
2
=1.436 ppm
0.007
J. Pembahasan
Dapat dilihat bahwa hasil pengukuran Cd pada sampel air sungai Gangga ternyata
semuanya tidak terdeteksi, sehingga perlu dilakukan prekonsentrasi. Prekonsentrasi dapat
dilakukan dengan ekstraksi organik, prinsipnya adalah muatan pada ion logam dinetralisasi
atau ion tersebut berikatan dengan molekul organik sehingga logam tersebut terlarut di
dalam pelarut organik dan dapat diekstraksi dari fasa airnya. Hal ini dapat dilakukan
dengan pembentukan logam kelat, logam-organik kompleks, atau ion pairing.
Pembentukan logam kelat adalah teknik yang paling umum untuk ekstraksi logam.
Senyawa komplek akan terbentuk antara logam dan agen pengkelat yang bersifat
hidrofobik dan larut dalam pelarut organik. Agen pengkelat yang paling umum adalah
17
SSA
selanjutnya
diharapkan
dilakukan
prekonsentrasi.
Teknik-teknik
18
BAB V. PENUTUP
A Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa sampel air sungai
Gangga yang berada dibelakang Laboratorium kimia FMIPA UNP hasil analisis penentuan
Cd dan
Pb menggunakan
SSA semuanya
berada
dibawah
LOQ
(Limit
of
Penentuan kadar Cd dan Pb dalam sampel tersebut tidak dilanjutnya karena harus
menjalani proses prekonsentrasi/pemekatan yang membutuhkan waktu dan dana.
Adapun hasil analisis menunjukkan kadar logam berat Cd dan Pb sangat kecil pada
sampel air sungai Gangga FMIPA UNP yang menunjukkan pengolahan limbah khususnya
pada laboratorium FMIPA UNP masih cukup efektif untuk mengolah limbah dari kegiatan
praktikum maupun penelitian. Tetapi di sarankan untuk meninjau ulang analisis terutama
tanah di sekitar pencemaran karena dimungkinkan adanya saluran limbah yang bocor dan
mencemari tanah begitu juga tumbuhan disekitar daerah pencemaran.
K. Saran
Dari percobaan yang telah dilakukan perlu adanya teknik prekonsentrasi, sehingga
diharapkan percobaan selanjutnya melakukan proses prekonsentrasi yang sesuai terhadap
analisis Cd dan Pb pada sampel air sungai yang tercemar.
19
DAFTAR PUSTAKA
American Geolical Institute. (1976). Dictionary of geological terms. Revised edition. new
york: anchor books.
Badan Standar Nasional. (2009). Batas maksimum cemaran logam berat dalam pangan.
Jakarta: Standar Nasional Indonesia.
Fardiaz,S. (1995). Polusi Air dan Udara. Yogyakarta: Kanisius.
Lubis, H. d. (2008). Pemeriksaan Kandungan Logam Merkuri, Timbal, dan Kadmium.
Majalah Kedokteran Nusantara , 42.
Skoog, D. A., West, D. M., Holler, F. J., & Crouch, S. R. (2004). Fundamentals of
Analytical Chemistry Ed. Eight. Canada: Thomson LearningTM.
www.google.com.bahaya-logam-berat-dalam-air.html diakses tanggal 3 maret 2014
BSN 06-6989.8-2004. Cara Uji Pb dengan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) Nyala.
BSN 06-6989.16-2004. Cara Uji Pb dengan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) Nyala.
20