Kestabilan Sistem Tenaga Listrik
Kestabilan Sistem Tenaga Listrik
Tujuan Penelitian
Tujuan studi ialah untuk menentukan apakah suatu sistem akan tetap dalam keadaan stabil setelah terjadi
gangguan, bagaimana mempertahankan stabilitas transient pada sistem tenaga listrik akibat gangguan tiga fasa.
Tujuan dari penelitian ini di jabarkan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui cara menggunakan metode kriteria luas sama untuk menentukan kestabilan sistem tenaga
listrik dalam keadaan peralihan (transient).
2. Untuk memperoleh nilai besarnya sudut pemutus kritis (Critical Clearing Angle) untuk menentukan kestabilan
Sistem Tenaga Listrik dalam keadaan peralihan (transient).
3. Untuk memperoleh nilai besarnya waktu pemutus kritis (Critical Clearing Time) untuk menentukan kestabilan
Sistem Tenaga Listrik dalam keadaan peralihan (transient).
Manfaat Penelitian
Dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu telaah tentang studi stabilitas yang disebabkan
gangguan berat pada sistem tenaga listrik sehingga dapat menyebabkan ketidakstabilan sistem.
Asumsi dan Batasan Masalah
1. Asumsi
Untuk memudahkan perhitungan pada semua studi kestabilan dibuat tiga buah asumsi yang mendasar, yaitu:
a. dalam gulungan stator dan sistem daya, hanya diperhitungkan arus dan tegangan frekuensi serempak. Oleh
karena itu, arus pergeseran dc dan komponen harmoni semuanya diabaikan
b. Komponen simetris digunakan dalam representasi gangguan tidak seimbang.
c. Tegangan yang dibangkitkan dianggap tidak dipengaruhi oleh perubahan kecepatan mesin.
2. Batasan Masalah
a. Gangguan yang dikaji yaitu gangguan tiga fasa pada sistem tenaga listrik.
b. Penerapan metode kriteria luas sama terbatas untuk satu mesin dengan bus infinite.
Kajian Pustaka
A. Stabilitas Dalam Sistem Tenaga Listrik
Dalam keadaan operasi yang stabil dari sistem tenaga listrik terdapat keseimbangan antara daya input mekanis
pada prime mover dengan daya output listrik (beban listrik) pada sistem. Dalam keadaan ini semua generator
berputar pada kecepatan sinkron. Hal ini terjadi bila setiap kenaikan dan penurunan beban harus diikuti dengan
perubahan daya input mekanis pada prime mover dari generator-generator.
Bila daya input mekanis tidak cepat mengikuti dengan perubahan beban dan rugi-rugi sistem maka kecepatan
rotor generator (frekuensi sistem) dan tegangan akan menyimpang dari keadaan normal terutama jika terjadi
gangguan, maka sesaat terjadi perbedaan yang besar antara daya input mekanis dan daya output listrik dari
generator.
Kelebihan daya mekanis terhadap daya listrik mengakibatkan percepatan pada putaran rotor generator atau
sebaliknya, bila gangguan tersebut tidak dihilangkan segera maka percepatan (acceleration) dan perlambatan
(deceleration) putaran rotor generator akan mengakibatkan hilangnya sinkronisasi dalam sistem.
Stabilitas sistem tenaga listrik adalah suatu kemampuan sistem tenaga listrik atau bagian komponennya untuk
mempertahankan sinkronisasi dan keseimbangan dalam sistem. Batas stabilitas sistem adalah daya-daya
maksimum yang mengalir melalui suatu titik dalam sistem tanpa menyebabkan hilangnya stabilitas.
Berdasarkan sifat gangguan masalah stabilitas sistem tenaga listrik dibedakan atas:
Asal saja maupun s mempunyai satuan konsisten yang mungkin dalam derajat mekanis, listrik, atau radian. H
dan t mempunyai satuan konsisten karena megajoule per megavoltampere adalah dalam satuan detik dan Pa,
Pm, dan Pe harus dalam satuan dengan dasar yang sama seperti H. Bila subskrip M dihubungkan pada , s,
dan , itu berarti bahwa yang digunakan adalah satuan mekanis, jika tidak demikian yang dimaksud adalah daya
listrik.
Persamaan ayunan mesin merupakan persamaan dasar yang mengatur dinamika (gerak) putar mesin
serempak. Dalam studi kestabilan persamaan tersebut adalah persamaan differensial orde kedua yang dapat
dituliskan sebagai dua buah persamaan differensial orde pertama di mana , s , dan adalah menyangkut
radian listrik dan derajat listrik.
Berbagai bentuk ekuivalen dari persamaan akan digunakan untuk menentukan sebuah mesin dalam sistem
daya. Bila persamaan tersebut diselesaikan maka diperoleh rumusan untuk sebagai fungsi waktu. Grafik
penyelesaian ini disebut kurva ayunan (swing curve) mesin dan dengan meneliti kurva ayunan semua mesin
dalam sistem akan terlihat bahwa mesin akan serempak meskipun terjadi gangguan.
Pemodelan Mesin Serempak untuk studi kestabilan
Tegangan generator adalah konstan dengan reaktansi transient sumbu langsung Xd. Representasi titik
tegangan terminal generator Vg dapat dieliminasi dengan mentransformasikan impedansi dari hubungan Y ke
hubungan , sehingga admitansi yang dihasilkan adalah :
Elemen diagonal dari matriks admitansi bus adalah Y11 = y10 + y12, dan Y22 = y20 + y12, elemen bukan
diagonal adalah Y12 = Y21 = -y12, dengan menyatakan tegangan dan admitansi dalam bentuk polar, maka daya
nyata pada titik 1 diberikan oleh:
Menentukan Stabilitas Transient dengan metode Kriteria Luas Sama
Studi stabilitas transient meliputi penentuan tercapai atau tidaknya keserempakan setelah mesin mengalami
gangguan. Gangguan tersebut dapat berupa pembebanan tiba-tiba, kehilangan pembangkit, kehilangan beban
yang besar, ataupun gangguan pada sistem.
Suatu metode yang dapat digunakan untuk memprediksi stabilitas yang cepat adalah metode kriteria luas sama.
Metode ini hanya dapat dipakai untuk suatu sistem satu mesin yang terhubung ke infinite bus atau sistem dua
mesin.
Mesin bekerja pada titik setimbang 0. Pada titik ini daya input mekanik Pm0 = Pe0 seperti ditunjukan pada
gambar 2.6. Penambahan daya input tiba-tiba yang dinyatakan oleh garis horizontal Pm1. Dengan Pm1 > Pe0,
daya percepatan pada rotor adalah positif dan sudut daya bertambah.
Dengan penambahan , daya listrik bertambah, dan pada saat = 1 maka daya input yang baru adalah Pm1.
Walaupun daya percepatan adalah nol pada titik ini, rotor berputar di atas kecepatan serempak. Oleh karena itu
sudut daya dan daya listrik Pe bertambah secara kontinyu.
Aplikasi pada Gangguan Tiga Fasa
Beberapa jenis gangguan dapat digolongkan sebagai :
1. gangguan tunggal dari saluran ke tanah
2. gangguan antar saluran
3. gangguan ganda dari saluran ke tanah
4. gangguan 3 fasa.
Gangguan tunggal dari saluran ke tanah adalah yang paling sering terjadi, sedangkan gangguan 3 fasa adalah
yang paling jarang. Untuk keandalan yang sempurna, suatu sistem harus dirancang untuk kestabilan peralihan
terhadap gangguan tiga fasa pada lokasi yang menimbulkan pengaruh terburuk, dan ini sudah merupakan
praktek yang dijalankan secara universil (Stevenson.1996:373).
Perhatikan gambar 2.7 di mana sebuah generator di hubungkan ke infinite bus melalui dua kawat pararel.
Gangguan tiga fasa sesaat terjadi pada salah satu saluran dekat bus1. anggap bahwa daya masukan mekanis
Pm adalah konstan dan mesin beroperasi dalam keadaan stabil. Daya yang dialirkan ke sistem dengan sudut 0
seperti ditunjukan pada gambar 2.8
Bila gangguan berada pada ujung sisi kirim, yaitu pada titik F, tidak ada daya yang dikirim ke Infinite bus. Selama
gangguan terjadi, daya listrik Pe adalah nol. Sementara masukan daya mekanis Pm tidak berubah seperti terlihat
pada gambar 2.8.
Sudut motor maju dari 0 ke sudut pemutus kritis k yang berarti berubah dari titik b ke titik c. bila gangguan
dihilangkan pada sudut k, keluaran daya listrik mendadak naik ke titik d pada lengkung sudut daya. Pada titik d,
keluaran daya listrik
Pe melebihi masukan daya mekanis Pm sehingga daya Percepatan Pa adalah negative. Akibatnya kecepatan
rotor menurun sementara Pe berubah dari titik d ke titik e. pada titik e kecepatan rotor kembali serempak
meskipun sudut rotor sudah maju sampai mak. Sudut mak ditentukan dari kriteria luas sama yaitu A1 = A2.
Untuk menentukan waktu pemutus kritis tk, diperlukan penyelesaian persamaan ayunan non linear. Dalam hal
ini, dimana daya listrik selama gangguan adalah nol, penyelesaian analitik untuk waktu pemutus kritis (Critical
Clearing Time) dapat ditentukan.
Penyelesaian Numerik Persamaan Diferensial Nonlinear
Kondisi peralihan dari sistem tenaga listrik pada saat gangguan dilukiskan secara matematis melalui persamaan
diferensial. Salah satu metode numerik yang dapat digunakan untuk menyelasaikan persamaan diferensial
tersebut adalah Metode Runge-Kutta Orde 4.
Metode Runge-Kutta dikembangkan untuk menghindari penghitungan turunan-turunan yang berorde lebih tinggi.
Sebagai ganti dari turunan-turunan ini maka digunakan nilai-nilai tambahan dari fungsi f(x,y) yang diberikan,
dengan cara yang yang pada pokoknya merupakan duplikat dari ketelitian sebuah polinomial taylor.
Metode Penelitian
Agar tercapainya tujuan penelitian, maka penelitian ini menggunakan metode atau pendekatan dalam melakukan
penelitian. Metode penelitian yang dipilih bertujuan untuk menyelesaikan permasalahan tentang studi kestabilan
sistem daya.
Jenis/Pendekatan Penelitian
Penelitian ini adalah jenis penelitian studi literatur dan simulasi model. Simulasi model adalah suatu penelitian
yang didasarkan pada pemodelan sistem dan permasalahan yang ada dengan bahasa pemrograman Matlab.
Studi literatur dilakukan untuk mencari data sekunder yang akan mendukung data penelitian, juga diperlukan
untuk mengetahui sampai kemana ilmu yang berhubungan dengan penelitian telah berkembang, sampai ke
mana terdapat kesimpulan dan degenaralisasi yang pernah dibuat, sehingga situasi yang diperlukan dapat
diperoleh.
Sumber Data dan Data Penelitian
Sebagaimana telah disebutkan diatas bahwa peneliti menggunakan metode penelitian studi literatur dan simulasi
model. Model simulasi di ambil dari Gross, C.A. (1979:459).
Teknik Analisis Data
Teknik analisa data sangat diperlukan, proses analisis data mulai dilakukan dengan memasukan data simulasi
yang diperoleh. Data-data atau parameter tersebut dengan metode kriteria luas sama di analisis dengan
menggunakan bahasa pemrograman Matlab, sehingga diperoleh hasil analisis yang valid dan obyektif. Teknik
analisa data menggunakan kriteria luas sama dengan alur penelitian sebagai berikut.
1. Algoritma penelitian.
Data dalam sistem sesuai dengan Grooss, C.A. (1979:459):
1. Menghitung Arus yang mengalir ke Infinite bus (I)
2. Menghitung reaktansi transfer antara tegangan internal dan infinite bus : - Sebelum gangguan (X1)
- Selama gangguan (X2)
- Setelah Gangguan (X3)
3. Menghitung harga r1 dan r2
4. Menghitung tegangan internal transient (E)
5. Menghitung sudut kerja awal (0)
6. Menghitung sudut ayunan maksimum (mak)
7. Menghitung sudut pemutus kritis (k)
8. Masukan waktu pemutusan mulai dari nol sampai satu detik (tp)
9. Hitung nilai delta dan omega sebelum waktu pemutusan dengan metode Runge-Kutta Orde 4.
10. Hitung nilai delta dan omega sesudah waktu pemutusan dengan metode Runge-Kutta Orde 4.
Pengujian
a. Bila waktu pemutusan (breaker terbuka) dengan nilai sudut clearing (clearing angle) lebih kecil dari nilai sudut
pemutus kritis.
b. Bila waktu pemutusan (breaker terbuka) dengan nilai sudut clearing (clearing angle) lebih besar dari nilai sudut
pemutus kritis.
DAFTAR PUSTAKA
Stevenson, W.D. 1996. Analisis Sistem Tenaga Listrik. Kamal Idris, Penterjemah. Jakarta: Erlangga.
Gross, C.A. 1979. Power System Analysis. New York. John Wiley & Sons.
Wrahatnolo, Tri. Diktat Mata Kuliah Analisa Sistem Tenaga Listrik II. Surabaya.
Cekdin, Cekmas. 2006. Sistem Tenaga Listrik. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Hanselman, D., dan B. Littlefield, 2000. Matlab Bahasa Komputasi Teknis. Yogyakarta : Penerbit Andi.
Sugiharto, Aris.2006. Pemrograman GUI dengan Matlab. Yogyakarta : Penerbit Andi.
Scheid, Francis. 1992. Analisis Numerik Teori dan Soal-Soal. Pantur Silaban Ph.D, Penterjemah. Jakarta:
Erlangga.
Darmawan, Agung. 2002. Studi Stabilitas Transient Sistem Tenaga Listrik Menggunakan Kriteria Luas Sama.
Skripsi tidak diterbitkan. Surabaya: JPTE FT Unesa.
--------- .2006. Panduan Penulisan dan Penilaian Skripsi. Surabaya : Unesa University Press.