Laporan Puntir
Laporan Puntir
UJI PUNTIR
I.
TUJUAN PRAKTIKUM
Percobaan uji puntir bertujuan untuk :
1. Mengetahui standar dan prosedur uji puntir.
2. Mengetahui pengaruh tegangan geser terhadap sifat mekanik material.
3. Mampu menghitung besaran-beasaran sifat mekanik material dari uji
puntir.
4. Menganalisi perbandingan hasil pengukuran dengan data teoritis untuk
sudut putaran dan modulus geser.
II.
TEORI DASAR
II.1
Tc
Ip
r
L
1
4
32 D
keadaan tegang dan terenggang. Dapat dilihat nanti bahwa kedua keadaan
ini pasti berhubungan, tegangan dalam bahan harus didampingi regangan
dan sebaliknya. Untuk menyederhanakan perhitungan, seringkali lebih
mudah bila diperhatikan benda tegar, namun ini hanya merupakan suatu
konsep; karena ada bahan yang tegar sempurna, dan tidak ada benda nyata
yang dapat menahan beban,tanpa sebelumnya mengalami perubahan
bentuk.
Bila benda berbeban yang disebutkan diatas dibagi menjadi dua
oleh suatu bidang khayal, maka tiap bagian harus berada dalam keadaan
setimbang karena pengaruh gaya luar yang bekerja padanya dan gaya-gaya
internal (yaitu gaya antar molekul) yang bekerja pada bidang khayal ini.
Intensitas tegangan (untuk mudahnya biasanya disebut tegangan) di
suatu titik pada bidang, didefinisikan sebagai gaya internal per satuan luas.
Tegangan dibedakan menjadi dua jenis. Bila gaya internal tegak
lurus pada bidang yang diamati, maka didapat tegangan normal atau
langsung, dan sesuai dengan arah gaya, dapat bersifat tarik (tensile) atau
mampat (compressive). Bila gaya internal sejajar dengan bidang yang
diamati, didapat tegangan tangensial atau geser. Seringkali resultan gaya
pada elemen luasan membentuk sudut dengan bidang luasnya. Dalam
keadaan semacam itu, gaya tersebut diuraikan menjadi komponen normal
dan tangensial, serta menghasilkan kombinasi tegangan-tegangan normal
geser.
Perubahan bentuk benda yang terjadi pada keadaan tegang disebut
regangan. Ada dua macam regangan. Bahan dapat membesar atau
mengecil dan menghasilkan regangan normal; atau lapisan-lapisan bahan
dapat bergeser yang satu terhadap yang lain dan menghasilkan regangan
geser. Untuk batang dalam keadaan tarik atau komprensi sederhana, akibat
yang paling jelas terlihat adalah perubahan panjang batang, yaitu regangan
normal. Intensitas regangan (biasanya disebut regangan saja) untuk
regangan normal, didefinisikan sebagai perbandingan perubahan ukuran
terhadap ukuran semula.
3. Tegangan
Kekuatan bahan bukanlah kriteria satu- satunya yang harus
diperhitungkan dalam perencanaan struktur. Kekakuan bahan selalu sama
pentingnya. Dengan derajat lebih kecil, sifat seperti kekerasan,
ketangguhan, dan keliatan menetapkan pemilihan bahan sifat ini
ditetapkan dengan membuat pengujian bahan dan membandingkan
hasilnya dengan standar yang telah ada.
Gaya luar (eksternal) yang diberikan pada suatu benda harus
diimbangi oleh gaya penentang yang ada di dalam bahan. Bahan yang
mempunyai gaya internal tadi dikatakan berada dalam keadaan tegang.
Untuk lebih mengerti hakekat gaya internal ini, marilah kita perhatikan
apa yang terjadi bila suatu benda diberi beban. Mula-mula harus
ditegaskan bahwa dalam praktek, semua beban bekerja sedikit demi
sedikit. Proses pembebanan ini dapat diselesaikan dalam selang waktu
yang sangat singkat, namun tak akan pernah sesaat.
Bila gaya dikenakan pada suatu benda, maka bentuk benda akan
berubah dan molekul-molekulnya bergeser sedikit dari posisi awalnya.
Pergeseran ini mengakibatkan timbulnya gaya-gaya antar molekul, yang
tergabung untuk menentang gaya yang ditimbulkan oleh beban tadi. Bila
beban bertambah, perubahan bentuk benda makin besar dan gaya-gaya
antar molekul juga bertambah sampai pembebanan mencapai harga
akhirnya.
Gaya-gaya di dalam benda mengadakan reaksi yang sama dan
berlawanan, sehingga keadaan setimbang tercapai. Bahan sekarang dalam
keadaan tegang dan terenggang. Dapat dilihat nanti bahwa kedua keadaan
ini pasti berhubungan, tegangan dalam bahan harus didampingi regangan
dan sebaliknya. Untuk menyederhanakan perhitungan, seringkali lebih
mudah bila diperhatikan benda tegar, namun ini hanya merupakan suatu
konsep karena ada bahan yang tegar sempurna, dan tidak ada benda nyata
yang dapat menahan beban, tanpa sebelumnya mengalami perubahan
bentuk.
Bila benda berbeban yang disebutkan diatas dibagi menjadi dua
oleh suatu bidang khayal, maka tiap bagian harus berada dalam keadaan
setimbang karena pengaruh gaya luar yang bekerja padanya dan gaya-gaya
internal (yaitu gaya antar molekul) yang bekerja pada bidang khayal ini.
Intensitas tegangan (untuk mudahnya biasanya disebut tegangan) di suatu
titik pada bidang, didefinisikan sebagai gaya internal per satuan luas.
Tegangan dibedakan menjadi dua jenis. Bila gaya internal tegak
lurus pada bidang yang diamati, maka didapat tegangan normal atau
langsung, dan sesuai dengan arah gaya, dapat bersifat tarik (tensile) atau
mampat (compressive). Bila gaya internal sejajar dengan bidang yang
diamati, didapat tegangan tangensial atau geser. Seringkali resultan gaya
pada elemen luasan membentuk sudut dengan bidang luasnya. Dalam
keadaan semacam itu, gaya tersebut diuraikan menjadi komponen normal
dan tangensial, serta menghasilkan kombinasi tegangan-regangan normal
geser.
4. Regangan
Perubahan bentuk benda yang terjadi pada keadaan tegang disebut
regangan. Ada dua macam regangan. Bahan dapat membesar atau
Besar momen inseria polar dari luas penampang, yang dinotasikan sebagai
Ip, sehingga :
Ip =
1
4
32 D
Tc
Ip
Dimana :
t = tegangan geser
I p = Momen inersia polar penampang luas.
c = jari-jari lingkaran
Dalam mendesain bagian-bagian struktur yang menyangkut
kekuatan, maka tegangan geser yang memenuhi syaratlah yang dipilih.
Karena batang yang mengalami puntiran sering dipakai untuk meneruskan
gaya, maka percobaan puntiran pada batang sering dilakukan.
6. Sifat-sifat Mekanik
Bagaimanapun baiknya suatu kristal dipersiapkan, pasti memiliki
cacat-cacat kisi yang akan mempengaruhi sifat-sifat yang berkaitan dengan
strukstur kristal tersebut. Dengan mengamati sifat mekanik logam, akan
diperoleh sifat-sifat cacat kisi tersebut. Pada beberapa cabang industri,
pengujian mekanik yang biasa dilakukan seprti uji tarik, kekerasan, impak,
creep dan fatik, digunakan untuk mempelajari keadaan cacatnya (defect
state) tetapi untuk memeriksa kualitas produk yang dihasilkan berdasarkan
suatu standar spesifikasi.
a. Tensile Strength, biasanya dilakukan pengujian tarik terhadap suatu
material logam untuk mengetahui seberapa besar ketahanan material
tersebut terhadap beban tarik.
b. Kekerasan, didefinisikan sebagai ketahanan suatu material logam
terhadap penetrasi, memeberikan sifat-sifat deformasinya.
e.
b.
c.
d.
e.
9. Sifat-sifat Kimia
a. Kelarutan
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi atau menentukan
kelarutan yaitu:
1) Temperatur larutan: Umumnya kalau temperatur naik kelarutan
meningkat.
2) Berat molekul, Struktur molekul: Berat molekul besar maka
kelarutan kecil.
3) Kristalinitas: Menyangkut derajat kristalinitas. Bahan yang
memiliki kristalinitas tinggi seperti polietilen dan polipropilen
mempunyai kelarutan yang kurang, tetapi polimer berkristal yang
biasa larut.
4) Kepolaran: Bahan polimer mudah sekali larut dalam pelarut polar.
5) Pelarut campuran: Klau ke dalam suatu pelarut dimana polimer
bisa larut dibubuhkan pelarut lain, kadang-kadang kelarutannya
meningkat.
b. Tahanan Kimia
Ketahanan kimia berada di daerah luas mulai dari bahan yang sukar
diserang oleh setiap bahan kimia seperti politetraflouroetilen sampai ke
bahan mudah larut dalam pelarut organik seperti dalam asetat dan alkohol,
umpamanya polivinil asetat.
Sifat-sifat ini sampai sejauh tertentu dapat dianggap ditentukan oleh
struktur molekul bahan polimer.
Polimer mempunyai kelompok eter, ester dan amida mudah
terhidrolisa oleh asa. Selulosa, poliester, poliamid, dan polimetil akrilat
mempunyai kecenderungan tersebut. Apabila polietilen bersentuhan
dengan asam belerang pekat atau asam nitrat, akan diserang dan terurai
menerima akibat dari sulfunasi, nitrasi dan oksidasi pada cinin bensin.
Resin urea, resin melami dan resin epoksi menjadi lemah didalam asam
kuat. Terutama resin fenol dan resin metil metakrilat menerima akibat
pengoksidasian asam, sedangkan resin fenol, resin urea, resin melamin dan
banyak resin kondensasi formalin lain sangat dipengaruhi oleh alkali kuat.
10. Karakteristik Baja dan Kuningan
a. Karakteritik Baja
Baja karbon merupakan unsur pengeras besi yang efektif dan
murah oleh karena itu umumnya sebagian besar baja komersial hanya
mengandung karbon dengan sedikit paduan lain. Baja karbon rendah
(C < 0,3%) memiliki kekuatan sedang dengan keuletan yang sangat
baik dan digunakan dalam kondisi anil atau normalisasi untuk
keperluan konstruksi jembatan, bangunan, kendaraan, dan kapal laut.
Baja karbon (0,3 < C < 0,7 %) sedang dapat dicelup untuk
membentuk martensit disusul dengan penemperan untuk meningkatkan
ketangguhan disamping kekuatan yang telah dimilikinya.
Baja karbon tinggi (0,7 < C < 1,7 %) biasanya dicelup agar keras
disusul dengan penemperan pada 250 derajat celcius sehingga dapat
dicapai kekuatan yang memadai dengan keuletan yang memenuhi
persyaratan untuk per,die dan perkakas potong.
Modulus Elastisitas baja :
b. Karakteristik Kuningan
Berbeda dengan baja karbon kuningan adalah logam tahan
karat, selain itu juga kuningan memiliki keuletan yang lebih baik
dibandingkan dengan baja. Tetapi tingkat kekerasan dan ketangguhan
kuningan lebih rendah dibandingkan dengan baja. Sedangkan untuk
konduktivitas listrik kuningan lebih baik daripada baja.
Modulus Elastisitas Kuningan
E = 9.17x10^5 kg/cm^2
Karena merupakan hasil bagi dari dua besaran yang berdimensi sama,
maka regangan tidak memiliki satuan.
2. Tegangan
Tegangan didefinisikan sebagai perbandingan antara gaya tarik
(F) yang dikerjakan pada benda dengan luas penampangnya (A).
atau Pascal.
Jenis
Modulus
Zat
Young (N/m2)
TungstenSteelCopper 35
101020
Brass
101011 x 1010
Aluminium
9,1 x 1010
Kaca
7,0 x 1010
Kuarsa
5,6 x 1010
Tabel II. 1. Modulus Young Beberapa Benda
13. Puntiran pada Kawat Baja
Tali/kawat baja sering dipakai pada mesin-mesin pengangkat
sebagai salah satu perangkat mesin pemindah bahan. Dibandingkan
dengan rantai, tali baja mempunyai keunggulan sebagai berikut :
a.
b.
c.
d.
Lebih ringan
Lebih tahan terhadap sentkan
Operasi yang tenang walaupun pada kecepatan operasi yang tinggi
Keandalan operasi yang lebih tinggi
b = 130 sampai 200 Tali baja terbuat dari kawat baja dengan kekuatan
kg/mm2. dimana dalam proses pembuatannya kawat baja diberi perlakuan
panas tertentu dan digabung dengan penarikan dingin, sehingga
menghasilkan sifat mekanis kawat baja yang tinggi.
Salah satu hal yang dapat menyebabkan puntiran pada kawat baja
yaitu
proses
pembuatan
yang
dilakukan
dengan
pemintalan
Alat uji puntir sering juga disebut dengan alat uji torsi atau alat uji torque adalah
suatu alat yang dirancang untuk mengukur seberapa besar gaya puntir yang dapat
dilakukan saat kita melakukan pengujian dari suatu alat. Caranya adalah dengan
memuntir batang uji terus-menerus sampai batang uji itu putus atau mencapai
jumlah puntiran yang ditentukan. Putarannya harus searah.
Alat uji puntir biasa digunakan oleh industri untuk pengukuran dan mendapatkan
data kekuatan puntir suatu aplikasi, sehingga standar yang ingin diketahui dapat
diterima dan diketahui.
Alat uji puntir yang ada di alatuji.com adalah untuk memberikan solusi baik bagi
industri yang membutuhkan untuk kepentingan aplikasi yang ada pada industri.
berikut merupakan perangkat Alat uji puntir :
TQ-STR6 Torsional
Torsion Testing Machine (30Nm) (SM1001)
PNW-1400 Computer Controlled Light Wheel Torsion Fatigue Testing
Machine
NJS-02 Digital Display Torsion Testing Machine
TNS-DW Series Micro Computer Controlled Torsion Testing Machine
II.5
Istilah Istilah
Puntir adalah peristiwa yang terjadi pada suatu material yang diberikan
torsi dengan arah yang berlawanan dan memiliki jarak tertentu.
Gaya adalah aksi yang diberikan pada suatu benda.sehingga benda
mengalami perpindahan, kecepatan, dan percepatan.
Gaya dalam adalah gaya reaksi yang terjadi di dalam benda akibat
pembebanan yang diberikan.
Gaya luar adalah gaya yang ada diluar benda sebagai aksi reaksi dari
sebuah benda.
Momen adalah benda yang diberi beban dalam jarak tertentu sehingga
benda tersebut berputar terhadap satu titik.
Torsi adalah benda yang diberi beban dalam jarak tertentu sehingga
benda tersebut berputar terhadap sumbunya.
Tegangan adalah kemampuan suatu luas benda untuk menahan gaya
yang diberikan.
Regangan adalah perbandingan antara perubahan panjang (L) dengan
panjang awalnya (Lo).
Momen inersia adalah ukuran kelembaman suatu benda untuk berotasi
pada porosnya
Kopel adalah suatu peristiwa yang terjadi pada material akibat gaya
II.6
benda
cenderung
mengelincir
pada
penampang
yang
bersinggungan.
a. Tegangan Normal
Tegangan normal terjadi akibat adanya reaksi yang diberikan pada benda.
Jika gaya dalam diukur dalam N, sedangkan luas penampang dalam m2,
maka satuan tegangan adalah N/m2 atau dyne/cm2.
Tegangan Tarik
Tegangan tarik pada umumnya terjadi pada rantai, tali, paku
keling, dan lain-lain. Rantai yang diberi beban W akan
mengalami tegangan tarik yang besarnya tergantung pada
beratnya.
Tegangan Tekan
Tegangan tekan terjadi bila suatu batang diberi gaya F yang
saling berlawanan dan terletak dalam satu garis gaya.
Misalnya, terjadi pada tiang bangunan yang belum mengalami
fy
M. y
I
dengan :
fy
tegangan lentur
C
C
h
C1
C2
4
y0
3
2
h
3
1
h
2
T2
T1
b
(a) balok segiempat
(b) elastis
(c) elastis-plastis
(d) plastis
b. Tegangan Geser
Tegangan geser terjadi jika suatu benda bekerja dengan dua gaya yang
berlawanan arah, tegak lurus sumbu batang, tidak segaris gaya namun
pada penampangnya tidak terjadi momen. Tegangan ini banyak terjadi
Tegangan geser terjadi karena adanya gaya radial F yang bekerja pada
penampang normal dengan jarak yang relatif kecil, maka pelengkungan
benda diabaikan. Untuk hal ini tegangan yang terjadi adalah Apabila pada
konstruksi mempunyai n buah paku keling, maka sesuai dengan persamaan
dibawah ini tegangan gesernya adalah
II.7
2. Kekerasan (hardness)
Kemampuan bahan untuk tahan terhadap penggoresan, pengikisan (abrasi), indentasi
atau penetrasi.
Sifat ini berkaitan dengan sifat tahan aus (wear resistance).
Kekerasan juga berkorelasi dengan kekuatan.
3. Kekenyalan (elastisitas)
Kemampuan bahan untuk menerima tegangan tanpa menyebabkan terjadinya
perubahan bentuk yang permanen setelah tegangan dihilangkan.
4. Kekakuan (stiffness)
Kemampuan bahan untuk menerima tegangan / beban tanpa mengakibatkan
terjadinya perubahan bentuk(deformasi/defleksi
5. Plastisitas (plasticity)
Kemampuan bahan untuk mengalami sejumlah deformasi plastis tanpa
mengakibatkan terjadinya kerusakan
6. Ketangguhan (toughness)
Kemampuan bahan untuk menyerap sejumlah energy tanpa mengakibatkan terjadinya
kerusakan.
7. Kelelahan (fatique)
Kecenderungan dari logam untuk patah bila menerima beban yang berulang/dynamic
yang besarnya masih jauh dibawah batas kekuatan
elastiknya.
8. Creep (merangkak)
Kecenderuangan suatu logam untuk mengalami deformasi plastic yang besarnya
merupakan fungsi waktu.
II.8
Stress: = F/A
Strain: = L/L
Gbr.6 Penentuan tegangan luluh (yield stress) untuk kurva tanpa daerah linier
Perlu untuk diingat bahwa satuan SI untuk tegangan (stress) adalah Pa (Pascal,
N/m2) dan strain adalah besaran tanpa satuan.
3. Istilah lain
Selanjutnya akan kita bahas beberapa istilah lain yang penting seputar
interpretasi hasil uji tarik.
Kelenturan (ductility)
Merupakan sifat mekanik bahan yang menunjukkan derajat deformasi plastis
yang terjadi sebelum suatu bahan putus atau gagal pada uji tarik. Bahan
disebut lentur (ductile) bila regangan plastis yang terjadi sebelum putus lebih
dari 5%, bila kurang dari itu suatu bahan disebut getas (brittle).
Derajat kelentingan (resilience)
Derajat kelentingan didefinisikan sebagai kapasitas suatu bahan menyerap
energi dalam fase perubahan elastis. Sering disebut dengan Modulus
Kelentingan (Modulus of Resilience), dengan satuan strain energy per unit
volume (Joule/m3 atau Pa). Dalam Gbr.1, modulus kelentingan ditunjukkan
oleh luas daerah yang diarsir.
Derajat ketangguhan (toughness)
Kapasitas suatu bahan menyerap energi dalam fase plastis sampai bahan
tersebut putus. Sering disebut dengan Modulus Ketangguhan (modulus of
toughness). Dalam Gbr.5, modulus ketangguhan sama dengan luas daerah
dibawah kurva OABCD.
Pengerasan regang (strain hardening)
Sifat kebanyakan logam yang ditandai dengan naiknya nilai tegangan
berbanding regangan setelah memasuki fase plastis.
Tegangan sejati , regangan sejati (true stress, true strain)
Dalam beberapa kasus definisi tegangan dan regangan seperti yang telah
dibahas di atas tidak dapat dipakai. Untuk itu dipakai definisi tegangan dan
regangan sejati, yaitu tegangan dan regangan berdasarkan luas penampang
bahan secara real time.
II.9
sebelumnya
penyusutan dan
pemuaian dari bahan selalu terjadi setiap saat. Bila tegangan dihitung
dengan membagi gaya terpakai dengan luas bersangkutan yang
sesungguhnya dari specimen pada saat yang sama, maka kita
memperoleh apa yang disebut tegangan sejati. Plot tegangan sejati vs
regangan disebut kurva tegangan-regangan sejati. Kurva-kurva seperti
itu jarang digunakan dalam praktek.
Secara eksperimen diterangkan bahwa diagram tegangan-regangan
sangat berbeda untuk bahan-bahan yang berbeda. Untuk bahan yang
sama diagram ini berbeda pula, tergantung pada suhu pengujian yang
dilakukan, kecepatan pengujian dan beberapa variabel lainnya. Tetapi,
umumnya ada dua jenis diagram yang dikenal. Yang satu jenis untuk
baja tuang, bahan ulet yang banyak digunakan dalam kontruksi. Jenis
yang lainnya bermacam - macam bahan seperti baja perkakas, beton,
tembaga, dan seterusnya mempunyai kurva jenis ini, meskipun
INSTALASI PERCOBAAN
IV.
PROSEDUR PRAKTIKUM
Langkah langkah yang dilakukan dalam pengujian adalah sebagai
berikut :
1. Siapkan alat pengujian beserta digital force display, kunci chuck, dan
specimen.
2. Hubungkan digital force display dengan sensor pada alat pengujian.
3. Hubungkan digital force display tersebut dengan saklar arus listrik.
Lalu periksa apakah digital force display sudah terpasang dengan baik.
4. Siapkan spesimen uji dan ukur dimensi spesimen tersebut.
5. Letakan kedua ujung spesimen pada chuck yang ada dialat pengujian
dengan ukuran yang sudah ditentukan. Lalu kunci kedua chuck
tersebut.
6. Beri pembebanan sesuai gaya atau sudut yang ditentukan. Lalu lihat
hasil pada digital force display (gaya) dan protactor scale (sudut).
7. Masukan data yang akan diambil pada table pengamatan.
8. Pengolahan data.
V.
ANALISA
Terjadi perbedaan antara hasil percobaan dan hasil perhitungan di
kesalahan
penglihatan
ketika
dikarenakan
kemungkinan
dikarenakan,
yield
baja
lebih
tinggi
VI.
KESIMPULAN
Semakin besar tegangan puntir yang diberikan maka semakin besar
jauh.
Sifat mekanik kekuatan baja lebih tinggi dibandingkan dengan
kuningan
Dari perbandingan hasil pengukuran dan perhitungan hasilnya
perhitungan lah lebih akurat.
VII.
DAFTAR PUSTAKA
http://muchlis88.blogspot.com/2011/03/jenis-jenis-tumpuan-danreaksi.html
http://iwansugiyarto.blogspot.com/2011/11/puntiran.html
http://www.scribd.com/doc/38673396/Bab-3-Puntiran
http://www.alatuji.com/detail/155/500/tns-dw-series-micro-computercontrolled-torsion-testing-machine#.UWqmGixPGcI
http://www.alatuji.com/detail/155/499/njs-02-digital-display-torsiontesting-machine#.UWqmGSxPGcI