Anda di halaman 1dari 26

PROPOSAL

PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM SKALA KECIL


1.

Pendahuluan
Wilayah pesisir dan lautan Indonesia merupakan suatu kawasan yang sangat
strategis baik ditinjau dari segi tehnik, keamanan, social maupun ekonom. Hal
tersebut dapat dipahami karena sekitar 140 juta penduduk Indonesia mendiami
wilayah pesisir dan sekitar 16 juta tenaga kerja terserap oleh industri dipesisir
dengan memberikan kontribusi sebesar 20,06% terhadap devisa Negara. Disamping
itu wilayah pesisir Indonesia dengan garis pantai sepanjang 81.000 km memiliki
habitat / ekosistim yang produktif serta memiliki keanekaragaman hayati yang
tinggi yaitu ekosistim terumbu karang, ekosistim estuaria dan ekosistim padang
lamun.
Pada dasarnya sumberdaya alam dan potensi pembangunan kelautan lainnya
secara geografis tersebar diperairan laut dalam dan laut kepulauan serta diwilayah
wilayah yang menghadap samudera Hindia dan Pasifik serta laut Negara tetangga.
Untuk mendukung pembangunan sumberdaya kelautan yang tersebar dikedua
wilayah laut tersebut, maka diperlukan pengembangan kota pantai dan kawasan
kepulauan menurut prinsip prinsip pembangunan berkelanjutan (sustainable
development). Untuk memanfatkan potensi tersebut secara berkelanjutan maka
perlu diterapkan strategi pemnafaatan dalam batas batas yang ramah linkungan,
melindungi dan mengkonsevasi wilayah tertentu secara merehabilitasi wilayah
pesisir yang rusak. Strategi ini semua diintegrasikan dalam pendekatan pengelolaan
wilayah pesisir terpadu (integrated Coastal Management / ICM).
Sejalan dengan perkembangan yang terjadi, maka wilayah pesisir juga telah
mengalami tekanan yang cukup berat, dan secara signifikan telah terjadi eskalasi
degradasi kawasan pesisir pantai yang cukup memprihatinkan. Kecendrungan
meningkatnya degradasi lingkungan pesisir pantai di Indonesia antara lain ditandai
dengan meningkatnya kerusakan habitat (mangrove, terumbu karang, padang lamun
dan estuari ), dan perubahan garis pantai yang diakibatkan oleh abrasi dan erosi.
Telah meningkat secara nyata, baik dari segi cakupan wilayah maupun intensitas
serta dampak yang ditimbulkan, eskalasi dan intensitas abrasi dan erosi tersebut
antara lain dipicu oleh adanya kegiatan manusia secara langsung maupun tidak
langsung sehingga apabila terjadi ganguan terhadap kondisi lingkungan maupun
kondisi fisik wilayah pesisir maka secara langsung akan mempengaruhi semua
sector yang berada ataupun mempunyai berkaitan dengan pemanfaatan atau
keberadaan wilayah pesisir.

Penerapan kaidah kaidah konservasi selama ini belum dilaksanakan secara


optimal, sehingga tidak dapat membendung laju percepatan kerusakan akibat
adanya keterbatasan keterbatasan berupa 1). Perlindungan dan pengelilaan
terhadap laut dan pesisir yang belum optimal, 2). Sumberdaya yang terbatas bila
dibandingkan dengan luas dan besarnya pesisir laut yang ada 3). Keterlibatan
sumberdaya manusia pesisir dan laut dalam konservasi belum optimal, dengan
adanya keterbatasan sumberdaya tersebut akan semakin membuka peluang
parahnya kerusakan sumberdaya laut.
Oleh karena itu untuk menstimulasi efektifitas pengelolaan sumberdaya
pesisir dengan menerapkan kaidah kaidah konservasi, maka perlu dipersiapkan
kegiatan pengelolaan berbasis masyarakat secara partisipatif, dengan demikian
maka masyarakat akhirnya memahami kondisi yang ada, serta menetukan apa yang
dibutuhkan dan yang perlu dilakukan sehingga pengelolaan sumberdaya alam skala
kecil tersebut dapat diterima dan dilaksanakan oleh masyarakat.
2.

Tujuan
Tujuan Pelaksanaan Kegiatan pengelolaan sumberdaya alam skala kecil adalah :
Melakukan identifikasi dana analisis isu isu berupa potensi dan permasalahan
sumberdaya alam yang terdapat didaerah studi
Melaksanakan perencanaan pengelolaan sumberdaya alam skala kecil dengan
melibatkan masyarakat.
Pembentukan kelompok inti untuk rencana pengelolaan sumberdaya alam skala
kecil
Melaksanakan pelatihan kelompok inti untuk persiapan perencanaan dan
penyusunan rencana pengelolaan
Melaksanakan pengelolaan sumberdaya alam sesuai dengan rencana yang telah
disusun dan disepakati oleh masyarakat
Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia melalui kegiatan pelatihan
pengelolaan sumberdaya alam skala kecil.
Melaksanakan

pembinaan

terhadap

pelaksanaan

kegiatan

pengelolaan

sumberdaya alam yang telah disepakati oleh masyarakat


Melaksanakan kegiatan pendampingan dalam pengelolaan dan pembangunan
pengelolaan sumberdaya pesisir

3.

Sasaran
Teridentifikasinya potensi dan permasalahan sumberdaya alam yang terdapat
didaerah studi
Terlaksananya beberapa kegiatan sesuai dengan rencana yang telah disusun oleh
masyarakat
Berkurangnya kerusakan dan pencemaran serta terciptanya kondisi lingkungan
yang lebih baik
Meningkatnya kualitas sumberdaya pesisir sehingga terciptanya peningkatan
kesejahteraan masyarakat

4.

Ruang Lingkup pekerjaan


Ruang lingkup pengembangan model ekowisata ini meliputi :
o Menyusun rencana pengelolaan sumber daya alam skala kecil dengan
melibatkan peran serta masyarakat
o Melaksanakan pengelolaan sumber daya alam skala kecil yang telah disusun
bersama sama masyarakat
o Melaksanakan kegiatan pelatihan pengelolaan sumberdaya alam skala kecil
o Melaksanakan pembinaan terhadap kelompok masyarakat yang telah terbentuk
o Melaksanakan pendampingan kegiatan pelaksanaan pengelolaan sumberdaya
skala kecil Pembangunan gubuk pusat informasi.

5.

Luaran (Output)
Adapun keluaran yang diharapkan dari kegiatan ini adalah :
1. Dokumen perencanaan pengelolaan sumberdaya alam skala kecil.
2. Pembangunan sarana dan prasarana untuk mendukung pengelolaan sumberdaya
alam skala kecil
3. Leaflet dan brosur hasil Pengelolaan sumberdaya alam skala kecil

6.

Lokasi
Adapun lokasi kegiatan pengelolaan sumberdaya skala kecil ini adalah Desa Bajo
Kec. Tilamuta dan Desa Keramat Kecamatan Mananggu.

7.

Jadwal Pelaksanaan Kegiatan


Jadwal pelaksanaan kegiatan pengelolaan sumberdaya pesisir skala kecil ini selama
5 (lima) bulan, dengan rincian kegiatan sebagai berikut :
No

KEGIATAN

1.
2.

Persiapan
Identifikasi isu isu, potensi dan

3.

permasalahan
Pembentukan

kelompok

BULAN
2
3
4

dan

Pelaksanaan pengelolaan SDA skala


kecil
Pembinaan Pokmas
Pelaporan ahir / pembahasan

4.
5.

8.

Kebutuhan Tenaga Ahli


Tenaga ahli yang dibutuhkan dalam kegiatan Replikasi / Pengembangan model
ekowisata pantai di Kab. Boalemo
No
1

Tenaga
Coastal

Kualifikasi
o

Management

Team leader bertanggung jawab dalam mengkoordinasi kerja tim ahli


dan pemnatauan kemajuan teknis pelaksanaan survey serta penyelesaian
penyusunan laporan

Ahli

tehnik

Tim leader adalah S-2 coastal managementyang mempunyai keahlian

dalam bidang coastal management dengan pengalaman > 5 th


Ahli tehnik lingkungan adalah S2 ilmu tehnik lingkungan yang

lingkungan
3

Ahli Perikanan

berpengalaman dibidang yang relevan > 5 th


o

Ahli Perikanan

adalah S2 ilmu perikanan yang berpengalaman

dibidang yang relevan > 5 th


4

Ahli tehnik
pantai

Ahli

kelembagaan
Asisten tehnik

Ahli tehnik pantai adalah S1 ilmu tehnik pantai yang berpengalaman


dibidang yang relevan > 5 th
Ahli

kelembagaan

adalah

S2

ilmu

kelembagaan

berpengalaman dibidang yang relevan > 5 th


Asisten tehnik adalah S-1 Ilmu yang mempunyai keahlian dalam
bidang kelembagaan dengan pengalaman > 5 th sebanyak 2 orang

9.

Pembiayaan

yang

Kegiatan pengelolaan sumberdaya alam skala kecil ini dibiayai oleh proyek
Pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut Tahun Anggaran 2003.
10.

Penutup
Demikianlah kerangka acuan ini dibuat agar dapat digunakan sebagai pedoman
didalam pelaksanaan kegiatan pengelolaan sumberdaya alam skala kecil untuk
Tahun Anggaran 2003
Tilamuta,
Pimbagpro MCRMP

KetuaPokjaMCRM

Kabupaten Boalemo

Kabupaten Boalemo

Rahmat Dony Lahatie

DrsTeguh Jatmika

NIP. 050 065 560

NIP. 170 027 953

Mengetahui Wakil Ketua Task Force MCRMP


Kabupaten Boalemo

Ir. Rusdin Aminu


Nip 080 114 111

2002

PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM SKALA KECIL

BAGIAN PROYEK PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR DAN LAUT


(MARINE AND COASTAL RESOURCES MANAGEMENT PROJECT)

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH


KABUPATEN BOALEMO
TA. 2003

PROPOSAL ADAPTIVE RESEARCH AND EXTENSION


MCRMP KABUPATEN BOALEMO TAHUN ANGGARAN 2003

PENDAHULUAN
a. Kondisi Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut
Dalam satu decade belakangan ini banyak pihak berkepentingan yang
memanfaatkan suberdaya pesisir dari jenis yang sama atau wilayah pesisir yang
sama khususnya diwilayah yang pembangunannya pesat. Masing-masing pihak
berkepentingan memegang dasar hokum, peraturan dan kebijakan dari instansi
pusat yang berwenang. Kebijakan tersebut memuat maksud, tujuan, dan target
dalam memanfaatkan sumber daya pesisir. Untuk mnecapai kebijakan tersebut,
setiap instansi menyusun perencanaan sendiri, sesuai dengan tugas dan fungsi
sektornya.namun kurang mengakomodir kepentingan sector lain, daerah dan
masyarakat setempat dan lingkungannya. Perbedaan tujuan, sasaran dan rencana
memicu kompotisi pemanfaatan dan tumpang tindih pengelolaan. Tumpang tindih
perencanaan

dan kompotisi

pemanfaatan

memicu

konflik pemanfaatan.

Perencanaan sektoral tersebut tidak bisa dikoordinasikan Pemerintah Daerah


karena ada kewenangannya diperairan laut.
Undang-undang Pemerintah Daerah No. 22 tahun 1999, memberikan
mandate otonomi bagi Pemda dalam pengelolaan sumberdaya pesisirnya mulai
bulan Januari tahun 2001, pasal 3 dan UU No. 22 tahun 1999 menyatakan bahwa
wilayah daerah propinsi terdiri atas wilayah darat dan wilayah laut sejauh 12 mil
laut yang diukur dari garis pantai kerah laut, dan wilayah daerah Kabupaten/Kota
adalah sejauh sepertiga dari wilayah laut daerah propinsi. Kewenangan Pemda
meliputi kewenangan eksploitasi, konservasi dan pengelolaan sumberdaya alam,
serta tanggung jawab untuk melestarikannya.
Praktek pengelolaan saat ini belum cukup memenuhi tujuan dari
perlindungan dan pemanfaatan berkelanjutan dari sumberdaya pesisir dan pantai
tersebut. Eksploitasi dan pemanfaatan sumberdaya telah mengakibatkan
kerusakan lingkungan yang luas. Kondisi yang terjadi saat ini kurang lebih
sebagian besar disebabkan oleh tidak adanya :

1) Pendekatan terpadu dalam perencanaan dan pengelolaan kawasan pesisir,

2) Informasi

dan data sebagai dasar dalam pengambilan kebijakan

pengelolaan,
3) Transparansi dalam pengalokasian pemanfaatan sumberdaya, dan
4) Keterlibatan masyarakat local dan pemerintah daerah dalam pengelolaan
sumberdaya laut.
Tekanan terhadap sumberdaya pesisir dan laut semakin memburuk dalam
krisis ekonomi sekarang ini. Penurunan kualitas lingkungan dan sumberdaya alam
telah memberikan dampak negatif bagi masyarakat pesisir khususnya nelayan
kecil.
b. Program Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan laut (Marine And Coastal
Resources Management Project).
Dimulai pada Tahun Anggaran 2002, Pemerintah Indonesia bekerjasama
dengan Asian Development Bank memulai pelaksanaan Program Marine And Coastal
Resources Management (MCRMP). Program ini dilaksanakan oleh 15 Propinsi dan
43 kabupaten / Kota dan dikoordinasikan ditingkat Nasional oleh DKP melalui Ditjen
P3K. MCRMP akan mendukung pemerintah daerah dan Instansi terkait baik pusat
maupun daerah dalam hal penguatan kapasitas perencanaan dan pengelolaan
sumberdaya pesisir dan laut, serta mengatasi permasalahan permasalahan yang
muncul dalam pengelolaan sumberdaya selama proses desentralisasi berjalan.
MCRMP dimaksudkan

untuk

berkelanjutan sumberdaya

memperbaiki

dan

meningkatkan

pengelolaan

alam bagi kepentingan perlindungan lingkungan

pembangunan social ekonomi dalam kerangka desentralisasi pemerintahan dilima


belas propinsi. Hal ini akan dicapai melalui pelaksanaan komponen komponen
MCRMP yaitu :
1.

Penguatan kapasitas Pemda dalam perencanaan dan


pengelolaan sumberdaya pesisir daan laut secara berkelanjutan,

2.

Memperbaiki dan meningkatkan ketersediaan dan akses


terhadap data dan informasi spasial serta keanekaragaman hayati maupun data
adat lainnya yang berguna bagi perencanaan sumberdaya,

3.

Meningkatkan kerangka hukum dan peraturan dalam


pengelolaan sumberdaya beserta penegaknya, dan

4.

Pelaksanaan

investasi

skala

kecil

pengelolaan

sumberdaya bagi peningkatan kondisi sosial ekonomi dan ekosistim pada


habitat pesisir yang terpilih.

MCRMP

dalam

pelaksanaannya

mengedepankan

proses

proses

pengelolaan pesisir terpadu (ICZPM). Dalam pelaksanaannya proses ini akan


dilaksanakan pada saat pemerintah daerah menyusun dokumen perencanaan ICZPM
mulai dari dokumen rencana strategis, dokumen rencana zonasi, dokumen rencana
pengelolaan dan dokumen rencana aksi.
Melengkapi kegiatan peningkatan kapasitas kelembagaan yang dilakukan
oleh MCRMP, akan dilaksanakan kegiatan implementasi dalam bentuk investasi skala
kecil pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut yang konsisten dan sejalan dengan
tujuan MCRMP dan hirarkki perencanaan ICZPM yang telah disusun. Aktivitas
investasi yang dipilih akan mendukung Kabupaten / kota maupun kecamatan pesisir
dalam pelaksanaan desentralisasi pengelolaan sumberdaya alam.
Skema investasi akan diseleksi dan diimplementasikan mengikuti suatu
proses yang didukung partisipatif aktif masyarakat dan stakeholder, dimana hal ini
akan menunjukkan nilai tangible dari proses perencanaan ICZPM. Secara khusus
skema investasinya akan (i) mencakup pengelolaan sumberdaya perikanan peisir
termasuk rehabilitasi habitat perikanan yang rusak (mangrove, karang dan padang
lamun), (ii) meningkatkan lingkungan pesisir termasuk pengendalian pencemaran,
pengendapan, dan erosi, dan (iii) mengembangkan alternative pendapatan bagi
nelayan nelayan kecil
Aktivitas investasi skala kecil pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut
tersebut

akan

didukung oleh Adaptive

research extension

dalam rangka

mengidentifikasi aktivitas peningkatan pendapatan bagi masyarakat pesisir dan


mengelola ekosistim pesisir ecara berkelanjutan. Penelitian dan pengembangan akan
dilakukan oleh institusi penetian setempat, pusat teknologi, dan LSM yang
mempunyai spesialisasi dalam pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut, budidaya
laut, terumbu karang dan mangrove. Topik penelitian dan pengembangan ini akan
dipilih dari sejumlah proposal yang disampaikan oleh institusi institusi tersebut
diatas dengan criteria pemilihan proposal adalah (i) kesesuaian dengan prinsip
prinsip pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut secara berkelanjutan ,(ii) Kesesuaian
dalam merespon permasalahan pengelolaan sumberdaya diwilayah pesisir dan laut
serta masyarakat nelayan setempat (iii) Fokus pada aktivitas berbasis masyarakt dan
mengurangi kemiskinan (iv) transparan dan secara administrasi dapat dipertanggung
jawabkan, (v) institusi tersebut mempunyai kapasitasuntuk melaksanakan kegiatan
tersebut.

II.

TUJUAN
Tujuan dari adaptive research dan extension ini adalah mengidentifikasi

aktivitas peningkatan pendapatan bagi masyarakat pesisir dan mengelola ekosistim


pesisir secara berkelanjutan berdasarkan usulan proposal terpilih dari institusi penelitian
setempat, pusat teknologi, dan LSM yang mempunyai spesialisasi dalam pengelolaan
sumberdaya pesisir dan laut, budidaya laut, terumbu karang dan mangrove.
III.PROFIL KEGIATAN.
1.

Meningkatkan kesadaran masyarakat dalam pengelolaan ekosistim wilayah laut


melalui pendekatan tehnologi dan ilmu pengetahuan.

2.

Mengidentifikasi karakter bio ekosistem laut dan pesisir,sarana dan prasarana

Mengidentifikasi Tingkat kelayakan ekologis dari pilihan- pilihan model aplikasi


perbaikan ekositem laut dan pasar

4.

Mengidentifikasi tingkat kelayakan Ekonomi dari pilihan- pilhan Model aplikasi


untuk pengembangan mata pencaharian alternative

IV . BENTUK KEGIATAN
- Penelitian apliksi
- Pendampingan dan penyuluhan
- Aplikasi Hasil Penelitian Dalam Bentuk Demplot
V. OUPUT YANG DIHARAPKAN
- Minimal 70% dari jumlah kelompok sasaran memiliki kesadaran lingkungan, dan
pemahaman yang luas terhadap permasalahan ekosistem di daerahnya , serta memiliki
pengetahuan praktis mengenai pengelolaan sumber daya laut dan pesisir.
- Di peroleh Data dan informasi yang sistematis tentang karakter bio- ekosistem laut dan
pesisir, sarana dan prasarana pendukung serta kondisi social ekonomi masyarakat .
- Di peroleh dokumen teknis yang mencakup data dan informasi hasil kajian aplikasi
Demplot mata pencaharian alternative masyarakat laut dan pesisir .

METODOLOGI
2.1

Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kegiatan


Kegiatan ini dilaksanakan di kabupaten Boalemo, Propinsi Gorontalo selama
16( enam belas) minggu atau 4(Empat ) bulan di dua desa yaitu Desa Bajo Kecamatan
Tilamuta dan Desa Keramat Kecamatan Mananggu yang mencakup aktivitas
aktivitas sebagai berikut :

Tabel 2.1 Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Pekerjaan


N

KEGIATAN

Persiapan dan

koordinasi
Analisis data
dan

9 10

11

12

13

16

17

survey

lapang
Pelaksanaan

kegiatan
Perumusan
dan
Rekomendasi

5
2.2

hasil
Pelaporan
Metode Research
Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah metode penelitian parsitifatip

atau PRA ( participatory

reseach appraisal ). Sedangkan untuk meganalisa seluruh

informasi yang telah diperoleh melalui pendekatan P


RA. Dilakukan dengan metode LFA ( logical Framework Analysis )
LFA merupakan analisis untuk mengidentifikasi isu masalah dan strategi
pengembangan , yaitu dengan melihat stuktur keterkaitan permasalahan yang ada dan
untuk melihat hubungan sebab akibat dari permasalahan yang satu dengan permasalahan
yang lain .
Langkah awal dari LFA yaitu dengan mematahkan isu dan permasalahan yang
terkumpul , menentukan struktur keterkaitan hubungan sebab akibat dari isu/
permasalahan dan melihat frekuensi hubungan sebab akibat dari masing- masing masalah
untuk menetukan isu/ permasalahan yang strategis.

2.3.

Tahapan Research

1
8

19

20

Kegiatan yang dilaksanakan dalam studi ini meliputi tahapan sebagai berikut :
1.

Pendahuluan ( Studi Literatur )


Perumusan rencana kegiatan disusun dengan berpedoman pada metode PRA
dan LFA sesuai dengan ruang lingkup kegiatan penelitian . Di samping itu
kegiatan pendahuluan ini meliputi kegiatan studi literatur untku mempelajari
hasil- hasil studi sebelumnya dan berbagai aspek historis tentang perkembangan
wilayah setempat.

2.

Pengumpulan Data
Pengumpulan data dibagi menjadi tiga tahapan Yaitu: (1) survey Pendahuluan
untuk mengumpulkan data sekunder berupa peta- peta ijin lokasi dan usulan
pencadangan areal , pete- peta perncanaan (RTRWN, RTRWP,RTRWK) peta
sistem irigasi, Peta tata guna Tanah dan Peta rupa bumi; (2) Survei pengumpulan
data-data sekunder dan primer di tingkat kabupaten dan kecamatan dilokasi ; (3)
survei untuk penetapan skala prioritas program pengembangan wilayah setelayh
diskusi dengan berbagai instansi terkait. Secara umum data yang di kumpulkan
terdiri dari 2 jenis data yaitu : data primer data sekunder . Kegiatan pengumpulan
data sekunder di laksanakan di instansi tingkat pusat , propinsi , kabupaten ,
kecamatan yang terdiri dari instansi : Biro Pusat Statistik dan kantor Statistik
Daerah , Badan koordinasi Survei dan Pemetaan Nasioanal , Pusat penelitian
Tanah dan Agroklimat , Departemen dan Dinas Pertanian serta badan Pertanahan
Nasioanal. Pengumpulan data primer dilaksanakan dengan terlebih dahulu
menyusun kuesioner . yang ditunjukan pada berbagai dinas terkait.

3.

Analisis Data dan perumusan Hasil


Data dan informasi yang di kumpulkan dalam penelitian ini dianalisis
dengan menggunakan pendekatan spasial dan non spasial . Pendekatan spasial di
maksud untuk memahami peta kondisi serta fenomena interaksi spasial
perekenomian wilyah . Hasil dari analisis spasial ini adalah tamilan peta yang
menggambarkan posisi/ lokasi , sehingga terdapat keterkaitan program antar sub
wilayah terkait. Sedangakan pendekatan non spasial dimaksudkan untuk
memahami salung keterkaitan antar komponen dalam pengembangan sector
prtanian dan non pertanian , melakukan pendugaan dengan menyusun scenario
scenario program yang mungkin bisa diolaksanakan sesuai dengan hambatan
sumber daya teknologi dan kelembagaan yang telah dikuasai di lokasi studi .

2.3

Keperluan Tenaga Ahli

NO

Tenaga Ahli

Jumlah

1
2
3
4
5

Ahli pengelolaan Pesisir ( ketua Tim )


Ahli perikanan
Ahli social Ekonomi dan Budaya
Administrasi
Operator computer

1 ( orang )
1 ( orang )
1 ( orang )
1 (Orang )
1 ( Orang )

3.4. Penutup
Demikian Proposal ini disampaikan untuk dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan lebih lanjut
Tilamuta,10

Juli 2002

Pimbagpro MCRMP

Ketua Pokja MCRM

Kabupaten Boalemo

Kabupaten Boalemo

Rahmat Dony Lahatie

DrsTeguh Jatmika

NIP. 050 065 560

NIP. 170 027 953

Mengetahui Wakil Ketua Task Force MCRMP


Kabupaten Boalemo

Ir. Rusdin Aminu


Nip. 080 114 111

KERANGKA ACUAN KERJA LOKAKARYA PARTISIPASI PUBLIK


PROYEK MCRMP KABUPATEN BOALEMO TAHUN ANGGARAN 2003
I.

PENDAHULUAN

a.

Kondisi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut.


Dalam satu decade belakangan ini banyak pihak berkepantingan

yang

memanfaatkan sumberdaya pesisir dari jenis yang sama atau di wilayah pesisir yang
sama, khususnya di wilayah pesisir yang pembangunannya pesat. Masing masing
pihak yang berkepentingan memegang dasar hukum, peraturan dan kebijakan dari
instansi pusat yang berwenang. Kebijakan tersebut memuat maksud, tujuan, dan
target dalam memanfaatkan sumberdaya pesisir. Untuk mencapai kebijakan tersebut,
setiap instansi menyusun perencanaan sendiri, sesuai dengan tugas dan fungsi
sektornya, namun kurang mengakomodir kepentingan sektor lain, daerah dan
masyarakat setempat dan lingkungannya. Perbedaan tujuan, sasaran dan rencana
memicu kompetisi pemanfaatan dan tumpang tindih pengelolaan. Tumpang tindih
perencanaan dan kompetisi, pemanfaatan memicu konflik pemanfaatan. Perencanaan
sektoral tersebut tidak bisa dikoordinasikan pemerintah daerah karena belum ada
kewenangannya diperairan laut.
Undang undang Pemerintahan Daerah No. 22 Tahun 1999, memberikan mandat
otonomi bagi pemda dalam pengelolaan sumberdaya pesisirnya mulai Bulan Januari
Tahun 2001. Pasal 3 dan 10 UU No. 22 Tahun 1999 menyatakan bahwa wilayah
daerah Propinsi terdiri atas wilayah darat dan wilayah laut sejauh 12 mil laut yang
diukur dari garis pantai kearah laut, dan wilayah daerah kabupaten/ kota adalah
sejauh 1/3 dari wilayah laut daerah propinsi. Kewenangan pemda meliputi
kewenangan eksplorasi, eksploitasi, konservasi dan pengelolaan sumberdaya alam,
serta tanggung jawab untuk melestarikannya.
Praktek pengelolaan saat ini belum cukup memenuhi tujuan dari perlindungan dan
pemanfaatan berkelanjutan dari sumber daya pesisir dan pantai tersebut. Eksploitasi
dan pemanfaatan sumberdaya telah mengakibatkan kerusakan lingkungan yang luas.
Kondisi yang terjadi saat ini kurang lebih sebagian besar oleh tidak adanya :
Pendekatan

terpadu

dalam

perencanaan

dan

pengelolaan kawasan pesisir


Informasi

dan

data

sebagai

dasar

dalam

pengambilan kebijakan pengelolaan ,


Transparansi dalam pengalokasian pemanfaatan

sumberdaya, dan

Keterlibatan masyarakat local dan pemerintah


daerah dalam pengelolaan sumberdaya laut

Tekanan terhadap sumberdaya pesisir dan laut semakin memburuk dalam krisis
ekonomi sekarang ini. Penurunan kualitas lingkungan dan sumberdaya alam telah
memberikan dampak negative bagi masyarakat pesisir khususnya nelayan kecil.

b.

Program Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut


( Marine and Coastal Resources Management Project )
Dimulai pada Tahun Anggaran 2002, Pemerintah Indonesia bekerjasama

dengan Asian Development Bank memulai pelaksanaan Program Marine And Coastal
Resources Management (MCRMP). Program ini dilaksanakan oleh 15 Propinsi dan
43 kabupaten / Kota dan dikoordinasikan ditingkat Nasional oleh DKP melalui Ditjen
P3K. MCRMP akan mendukung pemerintah daerah dan Instansi terkait baik pusat
maupun daerah dalam hal penguatan kapasitas perencanaan dan pengelolaan
sumberdaya pesisir dan laut, serta mengatasi permasalahan permasalahan yang
muncul dalam pengelolaan sumberdaya selama proses desentralisasi berjalan.
MCRMP dimaksudkan

untuk

berkelanjutan sumberdaya

memperbaiki

dan

meningkatkan

pengelolaan

alam bagi kepentingan perlindungan lingkungan

pembangunan social ekonomi dalam kerangka desentralisasi pemerintahan dilima


belas propinsi. Hal ini akan dicapai melalui pelaksanaan komponen komponen
MCRMP yaitu :
1.

Penguatan kapasitas Pemda dalam perencanaan dan


pengelolaan sumberdaya pesisir daan laut secara berkelanjutan,

2.

Memperbaiki dan meningkatkan ketersediaan dan akses


terhadap data dan informasi spasial serta keanekaragaman hayati maupun data
adat lainnya yang berguna bagi perencanaan sumberdaya,

3.

Meningkatkan kerangka hokum dan peraturan dalam


pengelolaan sumberdaya beserta penegaknya, dan

4.

Pelaksanaan

investasi

skala

kecil

pengelolaan

sumberdaya bagi peningkatan kondisi sosial ekonomi dan ekosistim pada


habitat pesisir yang terpilih.
MCRMP dalam pelaksanaannya mengedepankan proses proses pengelolaan pesisir
terpadu (ICZPM). Untuk mencapai tujuan tersebut maka diperlukan adanya
keterpaduan yang mencakup aspek aspek :
a. Keterpaduan Perencanaan Sektor secara Horisontal
Keterpaduan perencanaan horizontal memadukan perencanaan perikanan dengan
perencanaan dari berbagai sektor, seperti yang berada dihulu sektor pariwisata, sektor
perhubungan laut, sektor industri maritime, sektor pertambangan lepas pantai, sektor
konservasi laut dan sektor pengembangan kota yang berada dalam satu tingkat
pemerintahan yaitu kabupaten / kota, propinsi, atau pemerintah pusat.
b. Keterpaduan Perencanaan secara Vertikal

Keterpaduan perencanaan vertical meliputi keterpaduan kebijakan dan perencnaan


pengelolaan sumberdaya perikanan dan pesisir mulai dari tingkat desa, kecamatan,
kabupaten / kota, propinsi sampai nasional.

c. Keterpaduan ekosistim darat dengan laut


Integrasi pengelolaan perikanan dan pesisir diprioritaskan dengan menggunakan
kombinasi pendekatan batas ekologis misalnya daerah aliran sungai (DAS), dan
wilayah administrative propinsi, kabupaten / kota, dan kecamatan sebagai basis
perencanaan. Sehingga dampak dari suatu kegiatan di DAS, seperti kegiatan pertanian
dan industri perlu diperhitungkan dalam pengelolaan perikanan dan pesisir.
d. Keterpaduan Sains dengan Manajemen
Pengelolaan sumberdaya perikanan dan pesisir perlu didasarkan pada input data dan
informasi ilmiah yang valid untuk memberikan berbagai alternative dan rekomendasi
bagi pengembil keputusan dengan mempertimbangkan kondisi, karakteristik sosial
ekonomi budaya kelembagaan dan biogeofisik lingkungan setempat.
Dalam rangka menciptakan keterpaduan antar sektor, maka MCRMP Kab Boalemo
akan melaksanakan beberapa lokakarya yang dimaksudkan untuk mempromosikan
dan mengkampanyekan pentingnya pelaksanaan perencanaan pengelolaan pesisir
secara terpadu khususnya terkait dengan alokasi kegiatan sektor sektor penting
diwilayah pesisir seperti KImpraswil, Pariwisata, Pertambangan dan energi,
perikanan, dan perhubungan. Khusus bagi daerah, maka lokakarya ini akan menjadi
media untuk mengkonsultasikan draft dokumen perencanaan yang telah disusun
seperti dokumen rencana strategis dan rencana zonasi. Konsultasi ini sangat penting
dalam rangka memastikan bahwa dokumen tersebut merupakan kesepakatan semua
fihak yang akan terkena dampak dalam kegiatan pembangunan di wilayah pesisir.
Melengkapi kegiatan lokakarya antar sektor ini, khusus di daerah akan dilaksanakan
juga lokakarya partisipasi public dalam perencanaan pengelolaan wilayah pesisir.
Lokakarya partisipasi publik ini sangat penting untuk menciptakan suatu mekanisme
akomodasi kepentingan masyarakat yang akan terkena dampak pembangunan di
wilayah pesisir. Akomodasi ini juga mencakup aturan dan kearifan local yang mereka
miliki, sehingga aturan dan perencanaan pembangunan yang disusun oleh pemerintah
daerah tidak berseberangan dengan kepentingan masyarakat serta akan mendapat
dukungan daris emua stakeholder terkait baik di tingkat pemerintahan maupun
masyarakat.

II.

TUJUAN

Tujuan dari lokakarya partisipasi public ini adalah mempromosikan dan


mengkampanyekan pentingnya pelaksanaan perencanaan pengelolaan pesisir secara
terpadu khususnya mngkonsultasikan dokumen renstra rencana zonasi terkait dengan
kepentingan dan aspirasi dari masyarakat diwilayah pesisir yang akan terkena dampak
kegiatan pembangunan.

III.

HASIL YANG DIHARAPKAN

Hasil yang diharapkan dari kegiatan ini adalah :


Persamaan

persepsi

akan

pentingnya

pelaksanaan perencanaan pengelolaan pesisir secara terpadu


Masukan

dari

masyarakat

terhadap

rencana strategis dan rencana Zonasi kawasan MCMA khususnya terkait dengan
kegiatan pemanfaatan sumberdaya pesisir dan laut oleh masyarakat, kearifan
local, hukum adat, dan hak hak adat diwilayah pesisir.
IV.

WAKTU PELAKSANAAN KEGIATAN

Kegiatan ini dilaksanakan selama 2 (dua) hari mencakup aktifitas aktifitas sebagai
berikut :
a.

Persiapan dan koordinasi

b.

Pelaksanaan lokakarya

V.

KEBUTUHAN DANA

Kebutuhan anggaran bagi kegiatan ini dialokasikan pada anggaran DIP Bagian
Proyek Pengelolaan Sumberdaya pesisir dan laut TA. 2003.

Tilamuta,10

Juli 2002

Pimbagpro MCRMP

KetuaPokjaMCRM

Kabupaten Boalemo

Kabupaten Boalemo

Rahmat Dony Lahatie

DrsTeguh Jatmiko

NIP. 050 065 560

NIP. 170 027 953

Mengetahui Ketua Task Force MCRMP


Kabupaten Boalemo

Ir. Sunandar Bokings


Nip 010 231 065

KERANGKA ACUAN KERJA PENYUSUNAN NASKAH AKADEMIK


PERDA PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN LAUT
PROYEK MCRMP KABUPATEN BOALEMO TAHUN ANGGARAN 2003

I.PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Melihat realitas yang terjadi belakangan menunjukkan bahwa suasana
dilematis muncul dalam pemanfaatan SDA kelautan. Persoalannya adalah disatu sisi
pemanfaatannya baca : eksploitasi belum optimal, sedangkan disisi lain
munculnya berbagai kerusakan diperairan laut akibat pemanfaatan SDA tanpa
mempertimbangkan aspek kelestarian alam.
Kondisi diatas semakin krusial dengan lemahnya dukungan peraturan
perundang undangan pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut yang selama ini
dirasa belum menampung semua aspirasi stakeolder bahkan kebanyakan masih
bersifat sektoral serta belum memihak pada kepentingan masyarakat pesisir dan
lebih penting lagi adalah kelestariannya sumberdayanya.
Melihat kenyataan diatas, Pemerintah Indonesia telah menandatangani Loan
Agreement dengan pihak ADB untuk pelaksanaan Marine and coastal Resources
management Project (MCRMP). Proyek MCRM dimaksudkan untuk memperbaiki
dan meningkatkan pengelolaan berkelanjutan sumberdaya alam bagi kepentingan
perlindungan lingkungan dan pembangunan social ekonomi dalam kerangka

desentralisasi pemerintahan di lima belas provinsi. Hal ini akan dicapai antara lain
melalui peningkatan kerangka hukum dan peraturan dalam pengelolaan sumberdaya
beserta penegaknya tercakup dalam komponen Legislative Review and law
Enforcement.
Kabupaten Boalemo merupakan salah satu Kab/Kota yang mendapatkan
program MCRMP ini .Sebagai sebuah kabupaten yang baru dimekarkan pada tahun
2000,maka institusional (Perda) mengenai pengelolaan pesisir dan pantai belumlah
terbentuk walaupun sudah ada hanya sebatas pada perda retribusi hasil perikanan
belum mencakup perda pengelolaan pesisir dan laut secara keseluruhan.berangkar
dari kondisi ini perlu didorong Kabupaten untuk menyusun Naskah akademisi
Perda Penyelolaan pesisir dan laut secara partisipasi dengan melibatkan semua
stockholder yang ada sehingga dapat melahirkan Konsep Ranperda Pengelolan
Pesisir dan laut yang Akomodatif.
1.2 Latar Belakang
Kajian ini bermaksud menyediakan kerangka hukum dan peraturan dalam
pengelolaan sumberdaya beserta penegakkannya yang include dalam komponen
Law Enforcement.

1.3 Tujuan
Tujuan dilaksanakannya pekerjaan penyusunan Peraturan Daerah Sektor Kelautan
dan Perikanan ini adalah sebagai berikut :
a.

Meningkatkan Kapasitas Tim Pokja dan Stokholder masyarakat pesisir


dalam

rangka

mendorong

penyusunan

Naskah

akademisi

Perda

Pengelolaan Pesisir
b.

Melaksanakan penyusunan Naskah Akademisi Perda Pengelolaan pesisir


yang mengakomodasikan berbagai kepentingan antara lain hak ulayat
(hak adapt) serta stakeholder maupun sector terkait secara transparansi
dalam proses dan pemihakan pada sumberdaya dan masyarakat.

c.

Menyusun Ranperda Pengelolaan wilayah pesisir

1.4 Lokasi
Lokasi kajian Peraturan Daerah pesisir dan laut meliputi seluruh wilayah
Kabupaten Boalemo terutama wilayah yang memiliki pesisir laut.
1.5 Pendanaan
Keseluruhan kegiatan ini dibiayai melalui dana Marine And Coastal Resources
Management Project Kabupaten Boalemo Tahun Anggaran 2003.

II.RUANG LINGKUP PEKERJAAN


1.

Ruang lingkup Kegiatan


a.

Melaksanakan kegiatan library research berbagai perturan daerah (Perda)


yang menyangkut sector kelautan dan perikanan

b.

Mencari masukan masukan dari stakeholder yang berkecimpung dalam


pengelolaan wilayah pesisir dan kelautan

c.

Dihasilkannya naskah akademik sebagai dasar pembuatan rencana


peraturan daerah sector kelautan

d.

Melaksanakan Konsultasi Publik melalui kegiatan seminar dan pertemuan


untuk pembahasan Rancangan
Pesisir.

2.

Hasil yang ingin dicapai

Peraturan Daerah pengelolaan wilayah

Hasil yang ingin dicapai lewat pelaksanaan kegiatan studi Kajian PERDA sector
kelautan dan perikanan adalah :
a.

Pengkajian peraturan daerah sector kelautan dan perikanan

ini untuk

mengetahui , mengkompilasikan dan merumuskan masukan perbaikannya


menyangkut aspek proses, sumberdaya alam manusia, tata ruang dan lain
sebagainya.
b.

Terlaksananya dan terumuskannya masukan dan rekomendasi

perda

sector kelautan dan perikanan didaerah.


3.

Tenaga Ahli
Kebutuhan akan tenaga ahli dalam pelaksanaan kegiatan pengkajian ini adalah
sebagai berikut.:
No
1
2
3
4

Keahlian
Ahli Sumber daya pesisir
Ahli hukum
Ahli kelembagaan
Ahli sosiologi

Pendidikan
Master
Master
Master
Master

Pengalaman
Minimal 5 tahun
Minimal 5 tahun
Minimal 5 tahun
Minimal 5 tahun

Tenaga ahli diatas dibantu oleh tenaga pendukung sebagai berikut :


No
1
2

Keahlian
Tenaga administrasi
Operator computer

4.

Pendidikan
DI
SLTA

Pengalaman
Minimal 3 tahun
Minimal 1 tahun

Metode Studi
Studi kajian peraturan daerah sector kelautan dan perikanan

dilaksanakan

melalui :
a.

Library Research
Library research dilaksanakan untuk mendapatkan gambaran tentang
Peraturan Daerah existing. Disamping itu bergabai dokumen lain yang
berkaitan dengan sector perikanan dan kelautan menjadi bagian yang tidak
terpisahkan.

b.

Diskusi Kelompok,Kajian Khusus,Curah Pendapat dan Klarifikasi


Tahap ini dengan Melibatkan Stokholder Kabupaten yang berkompeten
dengan Pengelolan Peisir

c.

Analisis
Analisis penyusunan studi kajian peraturan daerah sector kelautan dan
pesisir dilakukan berdasarkan hasil pengumpulan data melalui point 3
bagian a dan b diatas.

5.

Jangka Waktu Pelaksanaan


Kegiatan ini direncanakan pelaksanaannya memakan waktu 1 (Satu) bulan
kalender.

III. PELAPORAN
Pelaporan pelaksanaan kegiatan meliputi 4 (empat ) tahap dimana 2 (dua) tahap pertama
yaitu tahap pertama yaitu tahap pelaporan pendahuluan dan laporan akhir (final report)
dipresentasikan dihadapan tim tehnis Pokja MCRM Kabupaten Boalemo. Presentasi
dimaksudkan untuk memberi masukan guna penyempurnaan pelaksanaan kegiatan.
Sedangkan laporan draft akhir dimaksudkan kepada pimpinan Proyek untuk diteliti lebih
lanjut.
1.

Laporan Pendahuluan
Laporan ini berisi :

a. Intisari kajian terdahulu mengenai Peraturan Daerah menyangkut kawasan pesisir


dan laut
b. Stakeholders yang memiliki kaitan erat dengan persoalan pesisir dan laut
c. Data / informasi serta harapan mereka dengan adanya kegiatan pengelolaan
pesisir dan laut di kabupaten Boalemo
d. Rencana kerja / kegiatan
e. Hasil Kajian Akhir
Laporan diserahkan kepada Pemimpin proyek / tim penilai 1 (satu) minggu
setelah penandatanganan SPMK, diketik 1 spasi dengan huruf Tahoma ukuran 11
diatas kertas A4 80 gram sebanyak 5 eksemplar. Presentasi dilakukan 2 (dua) hari
setelah laporan diterima Pemimpin proyek, di Aula Bappeda Kabupaten Boalemo Jl.
Merdeka Tilamuta.
2.

Laporan Akhir (Finan Report)


a. Final report menuangkan seluruh materi laporan yang telah direvisi
b. Laporan diserahkan kepada Pimpinan proyek , berbentuk :
Hardcover berukuran A4 80 gram, kertas biasa , sebanyak 5 eksemplar
Hardcover berukuran A4 80 gram, kertas deluxe, sebanyak 5 (lima)
eksemplar
c. Presentasi dilakukan setelah 2 (dua) hari laporan final diterima Pemimpin
Proyek / Tim Pokja diaula Bappeda Kabupaten Boalemo Jl. Merdeka Tilamuta.

IV.PENUTUP
Hasil Kegiatan Komponen kajian dan review Hukum Peraturan Daerah ini diharapkan
dapat dijadikan bahan untuk perbaikan / penyempurnaan Perda yang terkait dengan
pengelolaan Pesisir dan Laut, sehingga Perda tersebut dapat lebih komprehensif guna
mengakomodasikan kepentingan masyarakat dan lingkungan

Tilamuta,10

Juli 2002

Pimbagpro MCRMP

KetuaPokjaMCRM

Kabupaten Boalemo

Kabupaten Boalemo

Rahmat Dony Lahatie

DrsTeguh Jatmiko

NIP. 050 065 560

NIP. 170 027 953


Mengetahui Ketua Task Force MCRMP
Kabupaten Boalemo

Ir. Sunandar Boking


Nip 010 231 065

KERANGKA ACUAN KERJA

ADAPTIVE RESEARCH AND EXTENSION

MARINE COASTAL RESOURCES


MANAGEMENT PROJECT (MCRMP)
TAHUN ANGGARAN 2003

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH


KABUPATEN BOALEMO
2003

Anda mungkin juga menyukai