HEMOKROMATOSIS
Disusun oleh
Ika Niswatul Chamidah
102011101086
Dokter Pembimbing
dr. Sugeng Budi Raharjo ,Sp.PD
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014
HEMOKROMATOSIS
I. DEFINISI
Hemokromatosis adalah suatu penyakit resesif autosomal ditemukan pada 1
dari 200 orang atau 1 dari 300 orang di Eropa pada jaman dahulu, para klinisi
berpendapat bahwa ini merupakan penyakit yang jarang. Diagnosisnya sulit untuk
dipahami karena gejala yang muncul tidaklah spesifik (Paul c adam, 2003).
Menurut data statistik banyak ditemukan pada kaum pria daripada wanita
dengan perbandingan 17 : 1 menurut Schiff, menurut Harrison 10 :1, menurut
Spelberg. 20 : 1. Pada wanita timbulnya penyakit ini pada usia lebih lanjut
terutama setelah menopause. Hal ini mungkin karena pada kaum pria mempunyai
intake yang jauh lebih tinggi dan besi
absorbsi, sedang pada kaum wanita besi yang telah diserap dapat dikeluarkan
melalui haid, kehamilan dan laktasi (Sujono Hadi, 2002).
Trosseaus adalah orang yang pertama kali mengangkat kasus ini pada
sebuah literature patologi Perancis pada tahun 1865. Reclinhhausen pada tahun
1889 adalah orang yang pertama kali menggunakan istilah hemochromatosis,
yang berarti suatu penyakit yang berasal akibat adanya kelainan darah sehingga
menyebabkan peningkatan pigmentasi pada kulit. Pada tahun 1935, Sheldon
menguraikan 311 kasus dari hasil penelitiannya dan menyimpulkan bahwa
hemochromatosis adalah suatu kelainan bawaan metabolisme besi dimana hal
tersebut menyebabkan terjadinya manifestasi patologi berupa peningkatan deposit
besi pada organ-organ. Pada tahun 1960 ada pendapat kontroversi yang
II. KLASIFIKASI
Menurut Spellberg dan Sherlock (Sujono Hadi, 2002), dikenal beberapa
macam antara lain :
1.
Hemochromatosis idiopatik
jenis
ini
faktor
luar
yang
menjadi
penyebab
timbulnya
tidak timbul kerusakan pada jaringan tersebut. Ditemukan pada usia dibawah 40
tahun. Kaum pria ditemukan sama dengan kaum wanita. Banyak dijumpai pada
bangsa Afrika Selatan yang makanan pokoknya banak mengandung zat besi.
Rata- rata intake setiap harinya 200 mg. Sebagai akibat defisiensi nutrisi akan
menyebabkan metabolisme abnormal.
pada
usus.
Istilah
lama
yaitu
primer atau
idiopathic
hemochromatosis harus tidak lagi digunakan sebab telah jelas bahwa ini adalah
suatu kelainan turunan. Ini dipikirkan bahwa kelainan genetik primer pada
beberapa aspek terletak pada transport besi pada usus, tapi satu sudut pandang
alternative lain adalah mungkin terjadi suatu kelainan pada metabolisme besi pada
reticuloendothelial
dimana
terjadi
peningkatan
pelepasan
besi
dari
reticuloendothelial. Dan sebaliknya, ada dua teori tidak dapat dipisahkan sebab
keduanya dapat disebabkan oleh adanya abnormalitas protein yang sama, hal ni
memacu peningkatan absorbsi besi oleh usus dengan tempat predisposisi utama di
sel parenchymal. Hati adalah penerima terpenting dari mayoritas besi yang
diabsorbsi, dan hati selalu terlibat dalam Hemokromatosis keturunan/genetic
(HHC), (Pipard, 1994).
Individu yang mengalami penyerapan besi dalam jumlah berlebihan karena
sebab selain kelainan turunan yang berhubungan dengan HLA disebut
hemokromatosis sekunder meliputi erythropoiesis tidak efektif, beberapa pasien
dengan penyakit hati, pasien dengan intake besi tinggi, dan yang paling jarang
adalah kondisi atransferrinemia sejak lahir. Baik HHC dan berbagai macam
kelebihan besi sekunder harus dibedakan dengan yang mana, yaitu iatrogenic dan
memacu
deposit
besi
yang
pada
awalnya
ditemukan
pada
sistem
memerlukan darah sel merah (RBC) transfusi, dapat terjadi suatu kombinasi
kelebihan besi di parenchymal dan reticuloendothelial karena pada indivividu ini
terjadi suatu stimulus absorbsi besi yang berlebihan disamping itu individu
tersebut juga mendapat besi dari transfusi RBC. Suatu sindrom kelebihan besi
pada neonatal telah terurai dan tampak berbeda dari klasifikasi saebelumnya. Pada
penelitian disebuah keluarga ternyata gagal untuk memperlihatkan suatu
hubungan HLA dari hemochromatosis di bayi ini.
Akhirnya, satu bentuk keturunan kelebihan besi, yang tidak berhubungan
dengan HLA tetapi menyebabkan adanya peningkatan absorbsi besi telah
dideskripsikan di sub Saharan Africans (Gordeuk, 1992). Kelainan ini disebut
dengan istilah African Iron Overload atau apa yang disebut dengan Bantu
Hemosiderosis. Pada kelainan ini terjadi peningkatan absorbsi besi yang
diperburuk dengan ingesti besi dalam jumlah besar pada bir yang bimasak ataun
dibuat menggunakan drum-drum baja.
Faktor resiko antara lain ras (Caucasoid dan bangsa eropa), riwayat penyakit
arthritis keluarga dan riwayat penyakit hati pada keluarga. Faktor Penyebab antara
lain: Hemochromatosis herediter, penggunaan berlenih suplemen besi dan injeksi
besi, transfusi darah.
III. PATOFISIOLOGI
Mekanisme patofisiologi dari HHC dapat digolongkan pada tiga area utama
(paul c adam, 2002): (1 ) genetik HHC, (2 ) Peningkatan absorbsi besi di usus
yang berasal dari makanan, dan (3 ) pemahaman mengenai pengaruh besi terhadap
kerusakan jaringan dan fibrosis.
1) Pengaruh
genetik,
sebagaimana
telah
dijelaskan
sebelumnya,
hemokromatosis genetic pertama kali disinggung oleh Sheldon pada tahun 1935
akan tetapi studi penelitian pertama yang dibuktikan akan adanya deasar genetic
dari hemokromatosis dilakukan oleh Simon dan Cowokers yang menunjukkan
adanya hubungan erat dengan HLA-A pada kromosom 6. Kemudian banyak studi
yang menganalisis asal-usul dengan menggunakan marker tipikal fenotip seperti
studi besi serum dan penyimpanan besi pada jaringan serta studi pengelompokan
HLA yang telah digunakan
transferin dan juga meningkatkan transferin yang berikatan dengan besi yang
mana akan dibawa ke hepar dan secara
Observasi lain pada pasien dengan HHC adalah adanya kelebihan deposit besi
yang sebagian besar ditemukan pada sel-sl parenkim dengan jumlah besi yang
sedikit didalam sel-selnya yaitu pada retikuloendhotelial sistem. Hal ini berbeda
dengan distribusi besi yang terlihat pada kategori kelebihan besi sekunder ataupun
pada African iron overload, yang mana besi ditemukan pada keduanya yaitu selsel parenkim dan sel-sel retikuloendhotelial (Paul C Adam, 2003). Observasi ini
mengarahkan bahwa kelainan terjadi pada sel-sel retikuloendhotelial.
3) Kerusakan jaringan dan fibrosis akibat kelebihan besi, Utama akhir
mekanisme pathophysiologic itu harus dipertimbangkan di hemochromatosis
adalah itu terkait dari kerusakan hati akibat kelebihan besi. Di pasien dengan
HHC, hepatic fibrosis dan sirosis adalah patologi terpenting yang ditemukan. Pada
percobaan kelebihan besi pada hepar, besi yang tergantung lipid peroxidation
telah diidentifikasi pada sejumlah studi dan membran fungsi dari mitochondria
(misalnya.,
metabolisme
oxidative,
sequestration
kalsium),
microsomes
hepatocellular atau
banyak, hal ini mengarahkan ke patologi dari fibrosis. Pembahasan dari besi
mempengaruhi kerusakan jaringan di organ selain dari hati, seperti itu jantung,
pankreas, dan kelenjar endokrin terbatas, kecuali untuk belajar di sel myocardial
yang mempunyai memperlihatkan kelainan fungsional sehubungan dengan
peroxidation yang dipengaruhi oleh besi (paul c adam, 2003)
antara
atau tingkatan dari kelebihan besi. Ketika pasien teridentifikasi melalui skrinning
keluarga atau populasi, frekuensi
V. DIAGNOSIS
Hal yang perlu diketahui dalam menegakkan diagnosis HHC pertama kali
adalah memikirkan tentang kelainannya tanpa menyingkirkan abnomalitas yang
ditemukan pada hasil tes laboratorium dan kemudian melakukan tes besi serum
dan biopsi pada hepar. Pada pasien tersebut gejala yang berkembang berhubungan
dengan HHC, paling umum adalah lelah, rasa tidak enak badan, nyeri abdomen
pada kuadran kanan atas, dan arthropathy, dan gejala yang jarang adalah gejala
penyakit hati kronis,diabetes, dan penyakit jantung kongestif. Banyak dari gejala
diagnosis HHC sering tidak dipertimbangkan ketika gejala muncul pertama kali
pada pasien. Sekarang ini, cara paling umum pada dengan HHC adalah dengan
skrinning biokimia darah secara rutin sebagai satu bagian dari rutin pemeliharaan
kesehatan. Beberapa laboratorium swasta menambahan pemeriksaan kadar besi
dan kadar besi yang terikat (TIBC) beserta satu kalkulasi saturasi transferin
(BesiTIBC 100%) pada skrinning biokimia darah yang mereka lakukan.
Uji besi serum, TIBC atau tfansferrin, dengan kalkulasi saturasi transferrin,
seiring dengan itu level atau kadar serum ferritin harus diperoleh pada kondisi
puasa. Lebih dari 50% pasien mengalami peningkatan perlahan kadar besi serum
setelah makan, dan dengan demikian jika sampel darah tidak diambil saat puasa,
maka saturasi transferrin dapat meningkat pada kondisi ketiadaan peningkatan
penyimpanan besi. Selain terdapat peningkatan kadar besi serum setelah makan
pagi ternyata juga dijumpai adanya variasi konsentrasi besi pada siang hari.
Karena alasan tersebutlah maka direkomendasikan bahwa kapanpun mencoba
untuk mendiagnosis HHC maka pasien harus dilakukan pemeriksaan kadar besi
serum pada pagi hari. Saturasi Transferrin adalah tes yang lebih sensitif dan
spesifik dibandingkan
dapat
Biopsi hepar atau hati harus dilaksanakan untuk menegakkan diagnosa dan untuk
menilai derajat kerusakan hepar. Beberapa ahli pengobatan menyarankan pasien
diobati dengan terapi phlebotomy daripada biopsi hati. Ini adalah tidak sesuai,
karena meskipun biopsi hati adalah satu pemeriksaan invasif,namun ini aman
ketika dilaksanakan oleh seseorang yang berpengalaman, ini menegakkan
diagnosa pasti dan menilai derajat kerusakan hepar. Tes yang paling pasti siap
harus dilaksanakan. Pewarnaan perls prusia blue dipergunakan untuk penentuan
dan lokalisasi dari besi penyimpanan. penyimpanan besi secara khas ditemukan
distribusi periportal di hepatocit dengan kecil atau tidak ada besi pada sel Kupffer.
Di pasien dengan konsentrasi besi hepar yang tinggi, distribusi besi menjadi
panlobular dan
empedu. Grade 1 dan 2 perls prusia blue dapat dilihat di hati normal, sedangkan
grade 3 pewarnaan besi dapat dilihat di sirosis alkoholik dimana ini berkorelasi
kurang baik dengan konsentrasi besi hepar. Pada ketiadaan kelainan lain, grade 3
ke 4 pewarnaan besi dilihat di HHC. Secara khas, pasien HHC yang bergejala
akan kadar mungkin 30,000 g / g atau lebih tinggi (normal< 1500 g / g). Pada
HHC yang tidak berkomplikasi, fibrosis dan sirosis biasanya tidak terlihat hingga
konsentrasi besi hepar melebihi 20,000 g / g. Pada pasien dengan HHC diatas
dan pasien dengan beberapa bentuk lain
alkoholik atau penyakit hati karena virus kronis (paul c adam, 2003).
VI. TERAPI
1. Venaseksi
Tujuannya adalah untuk menghabiskan simpanan besi untuk mencegah
kerusakan organ lebih lanjut. Pasien memulai program venaseksi mingguan
sebanyak 500 mL. Proses ini dimulai jika HB >10 mg/dL. Serum ferritin level
dimonitor tiap 3 bulan. Venaseksi dilakukan sampai kadar ferritin serum menekati
50 g/L. Pada orang muda dapat dilakukan sebanyak 2x/minggu, sedangkan pada
orang yang lebih tua dapat dilakukan 1x/minggu. Durasi terapi tergantung usia
pasien dan kadar besi sejak awal didiagnosis. Terapi mingguan berlangsung paling
lama 3 tahun pada laki-laki dewasa, dan beberapa bulan pada wanita muda. Untuk
maintenance maka dapat dilakukan terapi ini 3-4x pertahun atau tergantung dari
pemeriksaan ferritin level, atau dengan rajin melakukan pemeriksaan ferritin level
tiap tahun dan memulai terapi saat kondisi ini mulai abnormal.
2. Terapi kelasi
Terapi kelasi dengan menggunakan deferoxamine disediakan untuk kelebihan
besi yang bersifat sekunder. Hepatotoksik menjadi perhatian yaitu dengan
menggunakan kelasi besi oral deferiprone yang telah dilakukan pada thalasemia.
3. Transplantasi hepar
Ini dilakukan pada penderita hemokromatosis yang mengalami stadium
terminal kerusakan hepar. Transplantasi hepar yang kurang hati-hati pada
penerima donor hati dapat menimbulkan mobilisasi inkomplit kelebihan besi
hepar.
VI. KOMPLIKASI :
1. Deposisi hemosiderin
2. Atrial fibrilasi
3. Hiperpigmentasi
4. splenomegalo
5. hepatomegali
6. kardiomiopati
7. ascites
8. alopesia
9. gangguan hepar
10. osteoporosis
11. ginekomastia
12. hipopituitari
13. gangguan otak
14. ikterus
15. pusing
16. hemosiderosis
17. sirosis hato
18. neuropati perifer
19. infertilitas pada laki-laki
20. Nyeri abdomen
21. miokarditis
VII. PROGNOSIS
Prognosis bergantung pada deteksi dan terapi, kerusakan hati dapat terjadi
dari waktu ke waktu. Kelebihan zat besi juga bisa menumpuk pada jaringan tubuh
lainnya seperti tiroid, testis, pankreas, kelenjar pituitari, jantung dan sendi. Jika
terapi dimulai sebelum organ-organ ini terpengaruhi, sedemikian hingga penyakitpenyakit seperti penyakit jantung, hati, artritis dan diabetes biasanya dapat
dicegah. Sirosis hepar adalah faktor utama yang mempengaruhi angka harapan
hidup, pada orang yang telah terserang sirosis hepar 5,5 kali beresiko mengalami
kematian dibanding yang tidak mengalami sirosis.
VIII. KESIMPULAN
Hemocromatosis merupakan akumulasi zat besi yang berlebihan dan
bertumpuk didalam sel-sel parenkim berbagai organ, khususnya hati serta pankreas.
Hemocromatosis adalah penyakit akibat kelebihan zat besi didalam tubuh, yang
merupakan deposisi zat besi pada jaringan tanpa disertai gejala klinis. Mekanisme
patofisiologi dari HHC dapat digolongkan pada tiga area utama: (1 ) genetik HHC,
(2 ) Peningkatan absorbsi besi di usus yang berasal dari makanan, dan (3 )
pemahaman mengenai pengaruh besi terhadap kerusakan jaringan dan fibrosis.
Sekarang ini, cara paling umum pemeriksaan hemocromatosis dengan
HHC adalah dengan skrinning biokimia darah secara rutin sebagai satu bagian dari
rutin pemeliharaan kesehatan. Uji besi serum, TIBC atau transferrin, dengan
kalkulasi saturasi transferrin merupakan salah satu metode uji yang dilakukan
untuk pemeriksaan HHC. Saturasi Transferrin adalah tes yang lebih sensitif dan
spesifik dibandingkan penentuan kadar serum ferritin, yang mana dapat meningkat
untuk karena beberapa sebab, meliputi berbagai macam penyakit nekrosis dan
inflamasi hati (misalnya., hepatitis virus kronis), penyakit keganasan, dan inflamasi
yang lain. Dengan demikian, peningkatan kadar ferritin disertai saturasi transferrin
yang normal pada seseorang dengan kelainan inflamasi lain kebanyakan
mengindikasikan
bahwa
orang
tersebut
tidak
menderita
HHC.
angka
yang
tinggi
pada
pemeriksaan
uji
bikimia
(alanin
),
asam
empedu
meningkat,
hypocholesterolemia,
dan
g/dl),
saturasi
zat
besi
99%
(normal:
20.5-72,5%).
Kemampuan absorbsi zat besi oleh usus yang terlalu tinggi karena
rusaknya gen HFE yang mengatur penyerapan zat besi, menyebabkan zat yang
banyak diserap adalah zat besi. Hal tersebut menyebabkan zat besi secara cepat
akan beredar dalam system sirkulasi yang akhirnya akan terdeposit di hati. Selain
itu, zat besi yang terlalu banyak pada hati akan menimbulkan efek toksik pada hati
dan ginjal sebagai organ filtrasi. Zat besi yang tidak mampu disimpan dan
dinetralisir oleh hati dan masuk ke ginjal akan menimbulkan nephrotoksisitas.