PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Stroke merupakan masalah kesehatan utama di dunia karena menjadi
penyebab kematian ketiga di dunia dan menjadi penyebab pertama kecacatan.
Kemajuan teknologi kedokteran telah berhasil menurunkan angka kematian
akibat stroke, namun angka kecacatan akibat stroke tetap bahkan cenderung
meningkat. Kecacatan pasca stroke dapat berupa gangguan motorik,
sensorik,
signifikan
menurunkan
kualitas
gangguan
hidup penderita
kognitif
stroke.
1.2.2
1.2.3
1.2.4
1.2.5
1.2.6
1.2.7
1.2.8
1.2.9
1.3 Tujuan
Pembahasan tentang Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Pasca stroke,
memiliki tujuan antara lain:
1.3.1
1.3.2
1.3.3
1.3.4
1.3.5
1.3.6
1.3.7
1.3.8
1.3.9
ii
1.4.1
1.4.2
1.4.3
ini
dan
dapat
menerapkannya
dalam
kegiatan
asuhan
keperawatan;
Membaca makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan pada Klien
dengan Pasca stroke akan mendorong perawat untuk melakukan asuhan
keperawatan secara prefentif untuk mencegah terjadinya stroke.
iii
2.3 Epidemiologi
Insiden stroke bervariasi di berbagai negara Eropa, diperkirakan terdapat 100200 kasus stroke baru per 100.000 penduduk per tahun (Hacke dkk, 2003). Di
Amerikadiperkirakan terdapat lebih dari 700.000 insiden stroke per tahun, dengan
iv
4,8 juta penderita yang bertahan hidup (Goldstein dkk, 2006). Di Amerika Selatan
rata-ratainsiden stroke pertahun 0, 35-1,83 per 1000 penduduk (Saposnik, 2003).
Di antara penduduk asli Amerika, Indian/ Alaska yang berumur diatas usia 18
tahun, 5,1%mengalami stroke. Diantara orang Amerika yang berkulit hitam atau
Afrika angkanya 3,2% pada mereka yang berkulit putih 2,5% dan pada orangorang Asia 2,4%. Prevalensi infark serebri diantara umur 55-64 tahun kira-kira
11%. Prevalensi ini meningkatmenjadi 22% diantara umur 65-69 tahun, 28%
diantara umur 70-74 tahun, 32% diantara umur 75-79 tahun, 40% diantara umur
80-85 tahun dan 43% pada umur diatas 85 tahun.Bila angka ini digunakan pada
tahun 1998 pada perkiraan populasi di Amerika makadiperkirakan 13 juta
penduduk mengalami stroke. (Rosamond dkk, 2007)
Penyakit serebrovaskuler (CVD) atau stroke yag menyerang kelompok usia
diatasusia 40 tahun adalah setiap kelainan otak akibat proses patologi pada sistem
pembuluhdarah otak. Proses ini dapat disebabkan penyumbatan lumen pembuluh
darah olehtrombosis dan emboli, pecahnya dinding pembuluh darah dan
perubahan viskositasmaupun kualitas darah sendiri. Perubahan dinding pembuluh
darah otak serta komponenlainnya dapat bersifat primer karena kelainan
kongenital maupun degeneratif atau akibat proses lain seperti peradangan,
atherosclerosis, hipertensi, dan diabetes mellitus(Misbach, 1999).
2.4 Etiologi
Banyak kondisi-kondisi yang dapat menyebabkan stroke, tetapi pada awalnya
adalah dari pengerasan arteri atau yang disebut juga sebagai arteriosklerosis.
Karena arteriosklerosismerupakan gaya hidup modern yang penuh stress, pola
makan tinggi lemak, dan kurang berolahraga. Ketiganya sebenarnya tergolong
dalam faktor risiko yang dapatdikendalikan. Selain itu, ada pula faktor-faktor lain
yang tidak dapat dikendalikan, yaitu antara lain :
1. Faktor Risiko Tidak Terkendali
a. Usia
Semakin bertambah tua usia, semakin tinggi risikonya. Setelah berusia 55
tahun,risikonya berlipat ganda setiap kurun waktu sepuluh tahun. Dua pertiga
darisemua serangan stroke terjadi pada orang yang berusia di atas 65 tahun.
Tetapi,itu tidak berarti bahwa stroke hanya terjadi pada orang lanjut usia karena
strokedapat menyerang semua kelompok umur.
b. Jenis kelamin
Pria lebih berisiko terkena stroke daripada wanita, tetapi penelitian
menyimpulkan bahwa justru lebih banyak wanita yang meninggal karena stroke.
Risiko stroke pria 1,25 lebih tinggi daripada wanita, tetapi serangan stroke pada
pria terjadi diusia lebih muda sehingga tingkat kelangsungan hidup juga lebih
tinggi. Dengan perkataan lain, walau lebih jarang terkena stroke, pada umumnya
wanita terserang pada usia lebih tua, sehingga kemungkinan meninggal lebih
besar.
c. Keturunan-sejarah stroke dalam keluarga
Nampaknya, stroke terkait dengan keturunan. Faktor genetik yang
sangat berperan antara lain adalah tekanan darah tinggi, penyakit jantung, diabetes
dancacat pada bentuk pembuluh darah. Gaya hidup dan pola suatu keluarga
jugadapat mendukung risiko stroke. Cacat pada bentuk pembuluh darah (cadasil)
mungkin merupakan faktor genetik yang paling berpengaruh dibandingkan
faktor risiko stroke yang lain.
d. Ras dan etnik
2. Faktor Risiko Terkendali
a. Hipertensi
Hipertensi (tekanan darah tinggi) merupakan faktor risiko utama
yangmenyebabkan pengerasan dan penyumbatan arteri. Penderita hipertensi
memilikifaktor risiko stroke empat hingga enam kali lipat dibandingkan orang
yang tanpahipertensi dan sekitar 40 hingga 90 persen pasien stroke ternyata
menderitahipertensi sebelum terkena stroke. Secara medis, tekanan darah di atas
140 90tergolong dalam penyakit hipertensi. Oleh karena dampak hipertensi
padakeseluruhan risiko stroke menurun seiring dengan pertambahan umur, pada
oranglanjut usia, faktor-faktor lain di luar hipertensi berperan lebih besar
terhadaprisiko stroke. Pada orang yang tidak menderita hipertensi, risiko stroke
vi
meningkatterus hingga usia 90, menyamai risiko stroke pada orang yang
menderitahipertensi. Sejumlah penelitian menunjukkan obat-obatan anti hipertensi
dapatmengurangi risiko stroke sebesar 38 persen dan pengurangan angka
kematiankarena stroke sebesar 40 persen.
b. Penyakit Jantung
Setelah hipertensi, faktor risiko berikutnya adalah penyakit jantung,
terutama penyakit yang disebut atrial fibrilation, yakni penyakit jantung dengan
denyut jantung yang tidak teratur di bilik kiri atas. Denyut jantung di atrium kiri
inimencapai empat kali lebih cepat dibandingkan di bagian-bagian lain jantung.
Inimenyebabkan aliran darah menjadi tidak teratur dan secara insidentil
terjadi pembentukan gumpalan darah. Gumpalangumpalan inilah yang kemudian
dapatmencapai otak dan menyebabkan stroke. Pada orang-orang berusia di atas
80tahun, atrial fibrilation merupakan penyebab utama kematian pada satu di
antaraempat kasus stroke. Faktor lain dapat terjadi pada pelaksanaan operasi
jantungyang berupaya memperbaiki cacat bentuk jantung atau penyakit jantung.
Tanpadiduga, plak dapat terlepas dari dinding aorta (batang nadi jantung), lalu
hanyutmengikuti aliran darah ke leher dan ke otak yang kemudian menyebabkan
stroke.
c. Diabetes Melitus
Penderita diabetes memiliki risiko tiga kali lipat terkena stroke dan
mencapaitingkat tertinggi pada usia 50-60 tahun. Setelah itu, risiko tersebut akan
menurun. Namun, ada factor penyebab lain yang dapat memperbesar risiko stroke
karenasekitar 40 persen penderita diabetes pada umumnya juga mengidap
hipertensi.
vii
Kadar kolesterol di bawah 200 mg/dl dianggap aman, sedangkan di atas 240
mg/dl sudah berbahaya dan menempatkan seseorang pada risiko terkena penyakit
jantung danstroke. Memperbaiki tingkat kolesterol dengan menu makan yang
sehat danolahraga yang teratur dapat menurunkan risiko aterosklerosis dan stroke.
Dalamkasus tertentu, dokter dapat memberikan obat untuk menurunkan
kolesterol.
e. Merokok
Merokok merupakan faktor risiko stroke yang sebenarnya paling mudah
diubah.Perokok berat menghadapi risiko lebih besar dibandingkan perokok
ringan.Merokok hampir melipatgandakan risiko stroke iskemik, terlepas dari
faktor risiko yang lain, dan dapat juga meningkatkan risiko subaraknoid
hemoragik hingga 3,5 persen. Merokok adalah penyebab nyata kejadian stroke,
yang lebih banyak terjadi pada usia dewasa muda ketimbang usia tengah baya
atau lebih tua.Sesungguhnya, risiko stroke menurun dengan seketika setelah
berhenti merokok dan terlihat jelas dalam periode 2-4 tahun setelah berhenti
merokok.
f. Alkohol berlebih
Secara umum, peningkatan konsumsi alkohol meningkatkan tekanan
darahsehingga memperbesar risiko stroke, baik yang iskemik maupun
hemoragik.Tetapi, konsumsi alkohol yang tidak berlebihan dapat mengurangi
daya penggumpalan platelet dalam darah, seperti halnya asnirin. Dengan
demikian,konsumsi alkohol yang cukup justru dianggap dapat melindungi tubuh
dari bahaya stroke iskemik.
g. Obat-obatan terlarangPenggunaan obat-obatan terlarang seperti kokain dan
senyawa olahannya dapatmenyebabkan stroke, di samping memicu faktor risiko
yang lain sepertihipertensi, penyakit jantung, dan penyakit pembuluh darah.
Kokain jugameyebabkan gangguan denyut jantung (arrythmias) atau denyut
jantung jadi lebihcepat. Masing-masing menyebabkan pembentukan gumpalan
darah. Marijuanamengurangi tekanan darah dan bila berinteraksi dengan faktor
risiko lain, sepertihipertensi dan merokok, akan menyebabkan tekanan darah naik
turun dengancepat. Keadaan ini pun punya potensi merusak pembuluh darah.
viii
ix
Stroke hemoragik
Pembuluh darah yang pecah menyebabkan darah mengalir ke substansi atau
ganda atau kesulitanmelihat pada satu atau kedua mata, pusing dan pingsan, nyeri
kepala mendadak tanpakausa yang jelas, bicara tidak jelas (pelo), sulit
memikirkan atau mengucapkan kata-katayang tepat, tidak mampu mengenali
bagian dari tubuh, ketidakseimbangan dan terjatuhdan hilangnya pengendalian
terhadap kandung kemih
2.7 Komplikasi dan prognosis
Komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit stroke menurut Smeltzer &
Bare (2002)adalah:
1. Hipoksia serebral, diminimalkan dengan memberi oksigenasi darah
adekuat ke otak.Fungsi otak bergantung pada ketersediaan oksigen yang
dikirimkan ke jaringan.Pemberian oksigen suplemen dan mempertahankan
hemoglobin serta hematokrit padatingkat dapat diterima akan membantu
dalam mempertahankan oksigenasi jaringan.
xi
2.9 Pencegahan
Di antara sekian banyak faktor resiko stroke, hipertensi dianggap yang paling
berperan. Intervensi terhadap hipertensi dibuktikan mampu mempengaruhi
penurunan stroke dalam komuniti. Namun demikian, upaya pencegahan stroke
tidak semata ditujukan kepada hipertensi stroke. Ada pendekatan yang
menggabungkan ketiga bentuk upaya pencegahan dengan empat faktor utama
yang mempengaruhi penyakit (gaya hidup, lingkungan, biologis, dan pelayanan
kesehatan), (Bustan, 2007).
1. Pencegahan Primer
a. Gaya hidup: Reduksi stress, makan rendah garam, lemak dan kalori,
exercise, no smoking, dan vitamin.
b. Lingkungan: Kesadaran atas stres kerja.
c. Biologi: Perhatian terhadap faktor resiko biologis (jenis kelamin,
riwayat keluarga), efek aspirin.
d. Pelayanan kesehatan: Health Education dan pemeriksaan tensi.
2. Pencegahan Sekunder
a. Gaya hidup: Manajemen stres, makanan rendah garam, stop smoking,
penyesuaian gaya hidup.
b. Lingkungan: Penggantian kerja jika diperlukan, family counseling.
c. Biologi: Pengobatan yang patuh dan cegah efek samping.
d. Pelayanan kesehatan: Pendidikan pasien dan evaluasi penyebab
sekunder.
3. Pencegahan Tersier
a. Gaya hidup: Reduksi stres, exercise sedang, stop smoking.
b. Lingkungan: Jaga keamanan dan keselamatan (rumah lantai pertama,
pakai wheel-chair) dan familiy support.
c. Biologi: Kepatuhan berobat, terapi fisik dan speech therapy.
d. Pelayanan kesehatan: Emergency medical technic, asuransi.
xii
xiii
xiv
5. Pola istirahat dan tidur: apakah pada klien pasca stroke mengalami
kesukaran istirahat karena nyeri otot
6. Pola kognitif dan persepsi sensori: pada pola kognitif apakah terjadi
penurunan memori dan proses berpikir dan pada pola sensori apakah
pada
klien
pasca
stroke
klien
mengalami
gangguan
penglihatan/kekaburan pandangan.
7. Pola konsep diri: apakah pada klien pasca stroke klien merasa tidak
berdaya, tidak ada harapan, mudah marah dan tidak kooperatif.
8. Pola hubungan-peran: apakah pada klien pasca stroke terjadi perubahan
hubungan dan peran karena klien mengalami kesukaran untuk
berkomunikasi
9. Pola seksual-seksualitas: apakah pada klien pasca stroke terjadi
penurunan seksual akibat beberapa pengobatan stroke seperti obat anti
kejang, anti hipertensi, antagonis histamin.
10. Pola mekanisme koping: apakah pada klien pasca stroke mengalami
kesulitan untuk memecahkan masalah karena gangguan proses berpikir
dan kesulitan berkomunikasi
11. Pola nilai dan kepercayaan: apakah pada klien pasca stroke melakukan
ibadah seperti biasanya karena keadaan keleamahan pada sisi tubuh
3.1.7 Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
Klien pernah mengalami trauma kepala, adanya hemato atau riwayat
operasi.
b. Mata
Penglihatan adanya kekaburan, akibat adanya gangguan nervus optikus
(nervus II), gangguan dalam mengangkat bola mata (nervus III),
gangguan dalam memotar bola mata (nervus IV) dan gangguan dalam
menggerakkan bola mata kelateral (nervus VI).
c. Hidung
Adanya gangguan pada penciuman karena terganggu pada nervus
olfaktorius (nervus I).
d. Mulut
xv
:
:
:
:
Bentuk simetris
Tidak adanya massa dan benjolan.
Nyeri tidak ada bunyi jantung lup-dup.
Nafas cepat dan dalam, adanya ronchi, suara
g. Ekstremitas
Pada klien dengan stroke hemoragik biasnya ditemukan hemiplegi
paralisa atau hemiparase, mengalami kelemahan otot dan perlu juga
dilkukan pengukuran kekuatan otot, normal : 5
Pengukuran kekuatan otot menurut (Arif mutaqqin,2008)
1) Nilai 0 : Bila tidak terlihat kontraksi sama sekali
2) Nilai 1 : Bila terlihat kontraksi dan tetapi tidak ada gerakan pada sendi.
3) Nilai 2 : Bila ada gerakan pada sendi tetapi tidak bisa melawan
gravitasi.
4) Nilai 3 : Bila dapat melawan gravitasi tetapi tidak dapat melawan
tekanan pemeriksaan.
5) Nilai 4 : Bila dapat melawan tahanan pemeriksaan tetapi
kekuatanya berkurang.
6) Nilai 5 : bila dapat melawan tahanan pemeriksaan dengan kekuatan
penuh
3.2 Diagnosa
1. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan terputusnya
aliran darah: penyakit oklusi, perdarahan serebral, edema serebral.
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan heiparesis, kehilangan
keseimbangan dan koordinasi, spastisitas dan cidera otak
xvi
3.
4.
5.
6.
3.3 Intervensi
N
Diagnosa
No
1
.
Perubahan
perfusi
jaringan
serebral
berhubungan
terputusnya aliran
penyakit
oklusi, perdarahan
serebral,
serebral
NOC
edema
Intervensi
NIC
1. Circulation status
2. Tissue Perfusion :
cerebral
Peripheral
Sensation
Management (Manajemen
sensasi perifer)
Kriteria hasil
dengan
darah:
1. Mempertahankan tingkat
kesadaran membaik,
fungsi kognitif, dan
motorik atau sensori.
2. Mendemontrasikan
tanda-tanda vital stabil
dan tidak adanya tandatanda peningkatan TIK
3. Menunjukan tidak
adanya kelanjutan
kekambuhan
4. Memperlihatkan
penurunan tanda dan
gejala kerusakan
berhubungan dengan
keadaan atau penyebab
khusus selama
penurunan perfusi
serebral dan potensial
terjadinya peningkatan
TIK
2. Observasi dan cacat
status neurologis
seiring mungkin dan
bandingkan dengan
keadaan normalnya
3. Observasi tanda-tanda
vital seperti
a. Adanya hipertensi atau
jaringan
hipotensi, bandingkan
hasil yang terbaca
xvii
Hambatan
mobilitas
fisik
berhubungan
dengan heiparesis,
kehilangan
keseimbangan dan
koordinasi,
spastisitas
cidera otak
dan
Strokes
NIC
NOC
1. Joint Movement : Active
2. Mobility level
3. Self care :ADLs
4. Transfer performance
Kriteria Hasil
1. Klien meningkat dalam
aktivitas fisik
2. Mempertahankan/menig
katkan kekuatan dan
fungsi bagian tubuh yang
Exercise
therapy
ambulation
1. Monitoring vital sign
sebelum/sesudah
latihan dan liat respon
klien saat latihan
2. Konsultasikan dengan
terapi fisik tentang
rencana ambulasi
terkena atau
terkompensasi
3. Mendemontrasikan
teknik atau perilaku yang
memungkinkan
melakukan aktivitas
sesuai dengan
kebutuhan
3. Bantu klien untuk
menggunakan tongkat
saat berjalan dan cegah
terhadap cidera
4. Ajarkan klien untuk
teknik ambulasi
5. Kaji kemampuan klien
dalam mobilisasi
6. Latih klien dalam
pemenuhan ADLs
secara mandiri sesuai
kemampuan
7. Dampingi dan bantu
klien saat mobilisasi
xviii
diri
mandi
berhubungan
dengan gejala sisa
stroke
1. Activity Intolerance
2. Mobility : physical
impaired
3. Self care Defisit Hygiene
4. Sensory perception,
auditory disturbed
Kriteria Hasil
1. Perawatan diri : aktivitas
kehidupan sehari-hari,
mampu melakukan
aktivitas perawatan fisik
secara mandiri atau
dengan alat bantu
2. Perawatan diri mandi :
mampu untuk
care
Assistance
Bathing/Hygiene
1. Kaji kemampuan dan
tingkat kekurangan
untuk kebutuhan
sehari-hari
2. Hindari melakukan
sesuatu untuk klien
yang dapat dilakukan
secara mandiri, tapi
berikan bantuan yang
sesuai
3. Tempat handuk, sabun,
deodoran, alat
membersihkan tubuh
sendiri secara mandiri
dengan atau tanpa alat
bantu
3. Perawatan diri hygiene :
pencukur, dan
aksesoris lainnya yang
dibutuhkan di samping
tempat tidur atau di
kamar mandi
4. Menyediakan
mampu untuk
mempertahankan
kebersihan dan
penampilan yang rapi
secara mandiri dengan
atau tanpa alat bantu
xix
lingkungan yang
terapeutik dengan
memastikan hangat,
santai, pengalaman
pribadi, dan personal
4. Mampu
5. Memfasilitasi diri
mempertahankan
mobilitas yang
diperlukan untuk ke
kamar mandi dan
mandi klien
6. Memberikan bantuan
sampai klien
sepenuhnya dapat
mengasumsikan
menyediakan
perlengkapan mandi
perawatan diri
7. Berikan umpan balik
positif untuk setiap
usaha yang dilakukan
klien
NIC
diri
berpakaian
berhubungan
dengan gejala sisa
stroke
tidur)
5. Dukung kemandirian
dalam berpakaian,
xx
menaikkan,
mengacingkan, dan
merisleting pakaian
jika diperlukan
7. Beri pujian atas usaha
untuk berpakaian
sendiri
5 Defisit perawatan NOC
.
diri
makan
berhubungan
dengan gejala sisa
stroke
NIC
1. Activity intolerance
2. Mobility : physical
impaired
3. Self care defisit hygiene
4. Self care deficit feeding
Kriteria Hasil
1. Perawatan diri :
aktivivitas kehidupan
sehari-hari mampu untuk
Self
care
assistance
Feeding
1. Memonitor klien
kemampuan untuk
menelan
2. Ciptakan lingkungan
yang menyenangkan
melakukan aktivitas
makan
4. Menyediakan makanan
dan minuman yang
disukai
5. Memonitor status
hidrasi klien
6. Memantau berat
badan, yang sesuai
7. Memberikan isyarat
dan pengawasan yang
ketat
NIC
diri
Self
care
assistance
Toileting
1. Membantu klien pada
saat akan ke toilet
2. Menyediakan privasi
selama eliminasi
3. Memfasilitasi
kebersihan toilet
seteleh selesai
eliminasi
4. Bantu klien mengganti
pakaian setelah
eliminasi
5. Memulai jadwal ke
toilet
6. Menyediakan alat
mampu untuk
bantu (misalnya,
mempertahankan
kateter eksternal)
kebersihan dan
penampilan yang rapi
secara mandiri dengan
atau tanpa alat bantu
3. Perawatan eliminasi :
mampu untuk melakukan
aktivitas eliminasi secara
mandiri atau tanpa alat
bantu
4. Membersihkan diri
setelah eliminasi
xxii
BAB 4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Stroke atau Cerebro Vasculer Accident (CVA) adalah kehilangan fungsi
otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak ( Brunner dan
Suddarth, 2002 : hal. 2131 ). Menurut WHO, stroke adalah manifestasi klinik dari
gangguan fungsi serebral, baik fokal maupun menyeluruh yang berlangsung
dengan cepat. Berlangsung lebih dari 24 jam atau berakhir dengan maut tanpa
ditemukannya penyebab selain daripada gangguan vaskuler. Persoalan pokok pada
stroke adalah gangguan peredaran darah pada daerah otak tertentu. Stroke juga
xxiii
menjadi salah satu penyebab kematian dan kecacatan neurologis yang utama.
Stroke dibagi menjadi 2 golongan, yaitu: Infark Ischemik (Stroke non Hemoragi)
Hal ini terjadi karena adanya penyumbatan pembuluh darah otak, dan Perdarahan
(Stroke Hemoragi) Terjadi pecahnya pembuluh darah otak.
Faktor-faktor risiko yang dapat ditemui pada klien dengan stroke yaitu
faktor risiko utama seperti Hipertensi, Diabetes Melitus, Penyakit Jantung,
Transient Ischemic Attack (TIA) dan faktor resiko tambahan seperti Kadar lemak
darah yang tinggi termasuk kolesterol dan trigliserida, Kegemukan atau obesitas,
Merokok, Riwayat keluarga dengan stroke, Lanjut Usia, Penyakit darah tertentu
seperti polisitemia dan leukemia, Kadar asam urat darah tinggi, Penyakit paruparu menahun.
4.2 Saran
Perawat harus mampu memahami tindakan pencegahan pasca stroke serta
mengetahui tentang: Faktor-faktor resiko yang dapat ditemui pada lansia dengan
kasus pasca stroke, laboratorium yang perlu dilakukan dan asuhan keperawatan
pada lansia dengan sroke.
DAFTAR PUSTAKA
Amin & Hardhi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan Diagnosis
Medis dan NANDA NIC NOC. Yogyakarta: Medi Action Publishing
Amin & Hardhi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan Diagnosis
Medis dan NANDA NIC NOC. Yogyakarta: Medi Action Publishing
Bustan, M.N., 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Cetakan 2 Edisi 8
vol3. Jakarta: EGC
Doenges, Marilyn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta :
EGC
xxiv
xxv