Anda di halaman 1dari 7

Artikel Penelitian

Identifikasi Candida spp. dengan


Medium Kromogenik

Retno Wahyuningsih,*,** Syarifah M. Eljannah,* Mulyati*


*Departemen Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
**Bagian Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia

Abstrak
Pendahuluan: Identifikasi Candida penting untuk diagnosis dan penentuan jenis obat.
Identifikasi konvensional dilakukan dengan asimilasi-fermentasi gula yang membutuhkan waktu
lama. Penelitian ini bertujuan membandingkan secara konvensional dan medium kromogenik.
Metode: Dilakukan penelitian terhadap jamur kandida yang diisolasi dari 340 bahan klinik
yang diterima oleh laboratorium mikologi Departemen Parasitologi FKUI. Semua bahan klinik
tersebut telah dibiakkan pada agar saboroaout dekstrosa. Suspensi Isolat Candida ditanam
dalam CHROM agar Candida (CAC) pada suhu 35-37oC selama 48 jam. Sebagai baku emas
digunakan uji fermentasi asimilasi sesuai cara Wikerham.
Hasil: Medium CAC mampu mengidentifikasi lima spesies yaitu Candida tropicalis, Candida
albicans, Candida parapsilosis, Candida glabrata dan Candida krusei. Identifikasi dengan
metode konvensional menghasilkan 15 spesies Candida, dua spesies Trichoporon dan satu
spesies Rhodotorula.
Kesimpulan: Medium CAC dapat digunakan sebagai medium isolasi dan identifikasi untuk
beberapa spesies Candida, serta dapat membedakan C. albicans dengan empat spesies Candida penyebab infeksi sistemik. Spesies lain memerlukan pemeriksaan lanjutan dengan metode
konvensional. J Indon Med Assoc. 2012;62:83-9.
Kata kunci: medium kromogenik, asimilasi-fermentasi, Candida, Trichosporon, Rhodotorula

J Indon Med Assoc, Volum: 62, Nomor: 3, Maret 2012

83

Identifikasi Candida spp. dengan Medium Kromogenik

Candida spp Identification Using Chromogenic Medium


Retno Wahyuningsih,*,** Syarifah M. Eljannah,* Mulyati*
*Department of Parasitology, Faculty of Medicine Universitas Indonesia,
**Department of Parasitology, Faculty of Medicine Universitas Kristen Indonesia

Abstract
Introduction: Candida identification is important for the diagnosis and prediction of antifungal.
Normally, identification is performed using conventional methods, which is time-consuming.
Chromogenic medium is expected to give faster result. In this study we compare Candida identification using chromogenic media and conventional methods.
Methods: A total of 340 isolates were collected from clinical specimen submitted to the
mycologylaboratory of Parasitology FMUI. All specimens were already cultured in dextrose
saboroaout agar. Suspencions of candida isolates were then cultured in CHROM agar. Candida
(CAC) in 35-37oC for 48 hrs. As gold standard Wikerham Fermentation Assimilation test (Conventional test) was used.
Result: The CAC medium is able to identify 148 isolates (43.5%) consisting of Candida tropicalis,
Candida albicans, Candida parapsilosis, Candida glabrata and Candida krusei, while 192
isolates (56.5%) were unidentified. By conventional methods 15 species of Candida, two of
Trichoporon and one of Rhodotorula were identified. Chromogenic medium can be used as a
isolation and identification medium, and distinguish C. albicans from four other species that might
cause systemic infection.
Conclusion: CAC medium can be used as isolation and identification medium for some candida
species, and also can differentiate C. albicans with other sistemic candida. Outside that five
species conventional methods four night be needed. J Indon Med Assoc. 2012;62:83-9.
Keywords: Chromogenic medium, assimilation-fermentation, Candida, Trichosporon, Rhodotorula

Pendahuluan
Candida adalah jamur golongan khamir yang terdiri
dari banyak spesies, namun hanya sekitar 17 spesies yang
dilaporkan dapat menginfeksi manusia. Spesies tersebut
antara lain Candida albicans, Candida glabrata, Candida
parapsilosis, Candida tropicalis, Candida krusei, Candida
kefyr, Candida guilliermondii, Candida lusitaniae, Candida dubliniensis. Selain menyebabkan infeksi Candida
diketahui dapat hidup sebagai komensal dalam tubuh
manusia dan dapat dapat berubah menjadi patogen bila
keadaan menguntungkan, misalnya pada pasien imunokompromais. Spesies yang paling sering menimbulkan infeksi
superfisial maupun sistemik pada manusia adalah C. albicans
yaitu sekitar 70-80%, diikuti oleh C. tropicalis sekitar 3040%.1-4
Isolasi jamur termasuk Candida dari bahan klinik
umumnya dilakukan dengan menanam spesimen ditanam
pada medium agar sabouraud dekstrosa (ASD) yang lazim
digunakan untuk isolasi berbagai jenis jamur. Pada medium
tersebut semua spesies Candida tumbuh sebagai koloni ragi
atau koloni seperti ragi yang tidak dapat dibedakan satu
sama lain baik secara makroskopis maupun mikroskopis.
Untuk identifikasi spesies diperlukan uji fermentasi-asimilasi
dan morfologi yang dikenal sebagai cara konvensional dan
84

membutuhkan waktu 7-21 hari sehingga diagnosis pasti


secara dini sukar ditegakkan.5
Keberhasilan pengobatan antara lain dipengaruhi
sensitivitas jamur terhadap antifungal yang berbeda-beda
dan tergantung pada spesies. Ketidaktepatan identifikasi
dapat menyebabkan kegagalan terapi. Contohnya, penyebab
tersering kandidosis orofarings adalah C. albicans yang
umumnya peka terhadap flukonazol, namun ada penyebab
lain yaitu C. dubliniensis yang sangat mirip dengan C.
albicans namun kurang sensitif terhadap flukonazol. 6-9
Identifikasi sampai tingkat spesies akan memudahkan pilihan
obat dan mencegah kegagalan terapi. Identifikasi Candida
sampai tingkat spesies penting untuk menegakkan diagnosis, dan memprediksi kepekaan jamur terhadap obat antifungal sehingga obat yang diberikan sesuai.
Akhir-akhir ini terjadi peningkatan tajam infeksi sistemik
yang disebabkan Candida, karena bertambahnya pasien
imunokompromais oleh berbagai sebab. Di Amerika Serikat,
dilaporkan bahwa Candida spp. merupakan mikroorganisme
peringkat ke-4 yang diisolasi dari darah pasien rawat inap
sedangkan di Eropa menduduki peringkat ke-6. Mortalitasnya
berkisar antara 50 - 90% dan pasien dengan kandidemia dapat
meninggal dalam satu minggu setelah terjadi fungemia.10,11
J Indon Med Assoc, Volum: 62, Nomor: 3, Maret 2012

Identifikasi Candida spp. dengan Medium Kromogenik


Identifikasi spesies jamur membutuhkan waktu yang
lama diperlukan cara identifikasi yang cepat dan mudah.
Untuk mengatasi lamanya proses identifikasi dengan metode
konvensional, saat ini telah tersedia medium kromogenik yang
mampu membedakan spesies Candida berdasarkan
perbedaan warna koloni yang tumbuh pada medium tersebut.
Warna yang terbentuk merupakan hasil reaksi enzimatik yang
spesifik untuk masing-masing spesies. Dengan metode
tersebut identifikasi dapat dilakukan dengan cepat karena
hanya diperlukan waktu 24-48 jam setelah inokulasi.12-14
Berbagai media kromogenik telah tersedia di pasaran, seperti
Candiselect (Sanofi Diagnostics Pasteur, Perancis) dan
Albicans ID (bioMerieux, Perancis). Medium tersebut
umumnya digunakan untuk identifikasi C. albicans.15 Medium yang telah tersedia di Indonesia adalah CHROMagarCandida (Paris, Perancis) yang dapat mengidentifikasi
spesies yang sering mengakibatkan penyakit seperti C.
albicans, C. tropicalis, C. krusei, C. parapsilosis, dan C.
glabrata. 12,16 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
sensitifitas serta spesifisitas medium CHROMagar-Candida
(CAC) dalam mengidentifikasi Candida galur yang ada di
Jakarta yang berasal dari berbagai bahan klinik.
Metode
Penelitian dilakukan di Laboratorium Mikologi,
Departemen Parasitologi FKUI sejak tahun 2004. Bahan
penelitian adalah jamur koleksi Departemen Parasitologi
FKUI. Jamur yang digunakan berasal dari bahan klinik darah,
sputum, tinja, urin, kerokan kulit, sekret vagina, usap mulut
dan fistula. Sebelum disimpan semua bahan klinik dibiak pada
media agar sabouraoud dekstrosa (ASD) yang mengandung
kloramfenikol 0,5 mg/ml (ASD +) dan tidak mengandung
kloramfenikol ASD (-). Selanjutnya jamur dimurnikan dan
disimpan kemudian disegarkan sebelum digunakan untuk
identifikasi dengan media kromogenik dan metode konvensional.
Pemurnian Candida yang tumbuh pada biakan primer
ditujukan untuk mendapat koloni tunggal. Biakan primer
biasanya menghasilkan koloni yang tumbuh menyatu atau
berdekatan satu sama lain. Untuk mendapatkan koloni tunggal
maka dipilih empat koloni berbeda yang tumbuh terpisah
untuk diidentifikasi. Koloni tersebut disuspensi dalam 1 ml
akuades dengan konsentrasi 105 sel/ml. Selanjutnya suspensi
Candida ditanam pada ASD (+) dalam cawan petri dan
diperam dalam suhu kamar (26oC) selama 2-3 hari. Setelah
dimurnikan jamur siap untuk diidentifikasi dengan medium
kromogenik dan metode konvensional.
Untuk identifikasi dengan medium kromogenik
digunakan CHROMagar-Candida (CAC- Kat. no. CA220,
Paris-France) yang telah tersedia di Indonesia. Medium CAC
disiapkan sesuai dengan aturan produsen. Untuk menanam
jamur dalam media tersebut, dibuat suspensi Candida
dengan konsentrasi McFarland 0,5 (5x106 sel/ml) yang
dihomogenkan dengan vorteks supaya sel jamur saling
J Indon Med Assoc, Volum: 62, Nomor: 3, Maret 2012

terpisah. Selanjutnya suspensi Candida ditanam pada media CAC dan dibungkus dengan kertas aluminium untuk
menghindari pengaruh cahaya dan diinkubasi pada suhu 3537oC selama 48 jam. Spesies ditentukan berdasarkan warna
koloni yang tumbuh. Candida albicans tumbuh sebagai
koloni hijau terang (HT) dengan bagian tepi memucat, C.
tropicalis berwarna ungu tua di puncak koloni dan bagian
tepi ungu pucat, sedangkan koloni C. krusei berwarna merah
muda dengan permukaan kasar, dan C. parapsilosis tumbuh
sebagai koloni berwarna putih pucat dan koloni C. glabrata
berwarna merah muda gelap dengan bagian tepi memucat.12,13
Sebagai baku emas digunakan metode klasik (fisiologi)
uji fermentasi-asimilasi sesuai dengan cara Wickerham.5 Uji
fermentasi karbohidrat dilakukan untuk mengetahui
kemampuan Candida dalam memecah karbohidrat tertentu
sehingga menurunkan pH media basal menjadi asam yang
terlihat sebagai perubahan warna indikator dan terbentuknya
gas dalam tabung Durham. Karbohidrat yang dipakai adalah
glukosa, galaktosa, sukrosa, maltosa, laktosa dan trehalosa5
dengan konsentrasi 6% yang disterilkan dengan cara filtrasi
menggunakan filter berdiameter pori 0,2 m (Sartorius AG,
Jerman). Konsentrasi sel Candida yang ditanam dalam medium adalah 5x106sel/ml. Fermentasi dianggap positif (P) bila
terjadi perubahan warna hijau menjadi kuning, dan P+ jika
terjadi perubahan warna dan terbentuk gas dalam tabung
Durham. Fermentasi dianggap negatif (N) bila tidak terjadi
perubahan warna pada media setelah 21 hari inkubasi.
Penentuan spesies Candida dilakukan dengan mencocokkan
pola fermentasi yang terbentuk dengan acuan.5,17
Uji asimilasi karbohidrat dilakukan untuk melihat
kemampuan Candida dalam menggunakan karbohidrat
sebagai sumber energi. Uji asimilasi dilakukan dengan
menanam Candida dalam campuran medium basal (6,7 g yeast
nitrogen base (YNB) dan 5 g karbohidrat: glukosa, maltosa,
sukrosa, trehalosa, galaktosa, mellibiosa, selobiosa, inositol,
D-xylosa dan pati/starch, kecuali raffinosa sebanyak 10 g).
Masing-masing dilarutkan dalam 100 ml akuades steril, dan
bila perlu dipanaskan. Larutan disterilkan memakai filter-cellulose acetate, dengan pori 0,2 m (Sartorius AG, Jerman).
Untuk kontrol digunakan medium YNB tanpa karbohidrat.
Biakan diinkubasi pada suhu kamar (25C) paling lama 21
hari. Asimilasi dianggap positif (P) bila terjadi kekeruhan pada
media dan dianggap negatif bila media tetap jernih setelah 21
hari inkubasi. Penentuan spesies Candida dilakukan dengan
mencocokkan pola asimilasi yang terbentuk dengan acuan.5,17
Identifikasi secara morfologi dilakukan pada biakan tipis
corn meal agar (CMA) untuk melihat pertumbuhan hifa dan
spora. Pemeriksaan dilakukan menurut cara Halley dan
Callaway, hasilnya dicocokan dengan acuan.3,5,17
Statistik
Untuk mencari kesesuaian antara metode konvensional
dan medium CAC dilakukan uji McNemar. Selain itu juga
dihitung spesifisitas, sensitivitas, nilai prediksi positif dan
85

Identifikasi Candida spp. dengan Medium Kromogenik


negatif medium CAC.
Hasil
Pemeriksaan dilakukan terhadap 134 bahan klinik yang
berasal dari 134 pasien dengan dugaan menderita kandidosis
dan dikirim ke Laboratorium Mikologi Departemen
Parasitologi FKUI untuk diagnosis. Dari biakan primer
kemudian didapat 340 isolat Candida spp. yang selanjutnya
diidentifikasi dengan cara konvensional dan dengan media
kromogenik. Bahan klinik tersebut berasal dari 46 pasien lakilaki (34,3%) dan 69 pasien perempuan (51,5%) sedangkan 19
pasien (14,2%) tidak tercatat jenis gendernya.
Darah merupakan bahan klinik terbanyak (87 sampel)
yang terdiri dari 52 sampel neonatus, dua sampel bayi, lima
sampel anak, sembilan sampel dewasa dan 19 sampel tidak
diketahui usianya. Terdapat 26 sampel bahan klinik usap
vagina; lima sampel remaja dan 21 sampel dewasa, Bahan
klinik lain seperti tinja, sputum, kerokan kulit, urin, fistula,
usap mulut diperoleh dalam jumlah yang lebih sedikit.
Identifikasi spesies Candida dengan medium CAC pada 340
isolat, didapatkan 148 isolat (43,5%) dapat diidentifikasi,
sedangkan 192 isolat (56,5%) tidak dapat diidentifikasi.
Identifikasi spesies Candida dengan medium CAC
didasarkan atas warna koloni yang tumbuh. Sebaran spesies
berdasarkan warna koloni yang tumbuh pada medium CAC.
Spesies terbanyak yang dapat diidentifikasi adalah C.
tropicalis 73 isolat (21,47%), C. albicans 40 isolat (11,76%),
C. parapsilosis 20 isolat (5,88%), C. glabrata tujuh isolat
(2,06%) dan C. krusei hanya satu isolat. Semua menghasilkan
koloni dengan tesktur halus kecuali Trichosporon sp.
Media CHROMagar-Candida dapat mengidentifikasi
lima spesies Candida dan satu genus Trichosporon
berdasarkan warna dan tipe koloni yang tumbuh pada agar
tersebut (Tabel 1). Dalam penelitian ini, sebanyak 73 isolat
C. tropicalis yang teridentifikasi memperlihatkan warna ungu
tua pada puncak koloni dengan tepi ungu pucat, sedangkan
C. albicans memberikan warna hijau terang. Candia
parapsilosis membentuk warna koloni putih hingga merah
muda pucat (pale pink), warna koloni merah muda pucat
dibentuk oleh C. glabrata dengan tipe koloni halus dan C.
krusei dengan tipe koloni kasar. Spesies lain seperti C.
guilliermondii, C. pelliculosa, C. lusitaniae tidak memberikan warna yang khas yaitu membentuk warna koloni
ungu dan merah muda. Identifikasi berdasarkan fisiologi jamur
menghasilkan 15 spesies Candida, dua spesies Trichoporon
dan satu spesies Rhodotorula.
Dengan cara konvensional spesies paling banyak yang
diidentifikasi dari darah adalah C. tropicalis (39 sampel),
tinja (enam sampel), usap vagina (tiga sampel), sputum, urin
dan kerokan kulit masing-masing satu sampel. Candida
albicans ditemukan pada usap vagina (18 sampel), C. krusei
hanya ditemukan dari feses dan C. famata dari usap mulut.
Spesies lain yang jarang diisolasi dari bahan klinik adalah C.
pelliculosa, C. langeronii, C. intermedia, C. mogii. dan C.
86

Tabel 1. Perbandingan Metode Fermentasi-Ssimilasi, CHRO


Magar-Candida dan Corn Meal Agar
Spesies

Fermentasiasimilasi

CHRO
Magar

Corn Meal
Agar

C. tropicalis
C. albicans
C. parapsilosis
C. glabrata
C. guilliermondii
C. krusei
Candida spp.
Trichosporon sp.
Tidak teridentifikasi

90
58
10
0
34
1
115
32
10

73
40
20
7
0
1
0
7
192

13
58
10
8
65
1
0
31
157

Jumlah

340

340

340

lusitaniae (Tabel 1).


Spesies terbanyak yang diidentifikasi dengan metode
fisiologi-morfologi adalah C. tropicalis 26,47%, C. albicans
17,05%, C. pelliculosa 12,64% dan C. guilliermondii 10%,
sedangkan spesies lain ditemukan dalam jumlah yang lebih
sedikit. Identifikasi dengan metode fisiologi mampu
mengidentifikasi seluruh isolat yang diperiksa, sedangkan
metode morfologi (CAC dan CMA) tidak dapat mengidentifikasi seluruh isolat yang diperiksa yaitu hanya 192 isolat
dengan CAC dan 157 isolat dengan CMA yang dapat
diidentifikasi.
Spesifitas dan sensitivitas CHROMagar-Candida dalam
mengidentifikasi isolat Candida spp dihitung berdasarkan
kemampuannya untuk identifikasi tiap spesies. Media CAC
memiliki spesifisitas dan sensitivitas untuk C. tropicalis 80,8%
dan 27,8%, C. albicans 99,3% dan 65,5%, C.parapsilosis
96,9% dan 100%, Trichosporon sp., 100% dan 21,8%.
Berdasarkan uji McNemar, tidak terdapat kesesuaian hasil
antara CHROMagar-Candida dengan baku emas (p>0,05)
dalam mengidentifikasi C. tropicalis. Sedangkan untuk
identifikasi C. albicans, C. parapsilosis dan Trichosporon
sp terdapat kesesuaian hasil yang bermakna (p<0,05).
Diskusi
Bahan Klinik dan Isolat yang Diteliti
Akhir-akhir ini peran Candida sebagai penyebab infeksi
tidak dapat diabaikan. Perannya tidak hanya terbatas sebagai
saproba komensal dalam tubuh manusia, namun mampu
menyebabkan infeksi superfisial maupun sistemik yang fatal. Identifikasi spesies menjadi suatu hal yang menentukan
dalam penanganan kandidosis, karena akan membantu dalam
memperkirakan sumber infeksi, prediksi obat yang sesuai
maupun untuk pencegahan infeksi.
Selama ini cara identifikasi dilakukan dengan metode
konvensional dengan memeriksa sifat biokimia/fisiologi jamur
yaitu dengan cara fermentasi-asimilasi dan cara morfologi
untuk mempelajari bentuk jamur yang ditumbuhkan dalam
medium khusus. Beberapa spesies membutuhkan waktu 7
21 hari untuk mendapatkan hasil. Pada penelitian ini dilakukan
J Indon Med Assoc, Volum: 62, Nomor: 3, Maret 2012

Identifikasi Candida spp. dengan Medium Kromogenik


identifikasi dengan menggunakan metode kromogenik dan
membandingkannya dengan metode konvensional, baik
secara fisologis maupun secara morfologis.
Sebanyak 340 isolat klinik yang berasal dari 134 pasien
yang diduga menderita berbagai bentuk kandidosis telah
diperiksa. Bahan klinik yang diteliti berasal dari kulit, usap
mulut, cairan vagina, darah, sputum, tinja, urin dan fistula
yang berasal dari perempuan dan laki-laki yang tersebar dalam
berbagai kelompok umur, mulai dari bayi berusia satu hari
sampai orang dewasa berumur 74 tahun.
Bahan klinik kulit, kuku dan mukosa mewakili kandidosis
superfisial sedangkan darah, sputum dan urin dianggap
mewakili kandidosis sistemik. Saat ini infeksi sistemik menjadi
sangat penting karena merupakan infeksi nosokomial yang
menginfeksi pasien yang sangat sakit (critically ill patient).
Infeksi biasanya terjadi pada orang dengan faktor risiko berat
seperti kelainan hematologik, pembedahan ataupun bayi baru
lahir yang sistem kekebalannya belum sempurna. 3,4,18
Berdasarkan hal di atas, pemilihan bahan klinik yang
digunakan dalam penelitian ini cukup mewakili gambaran
kandidosis pada umumnya.
Kandidosis sering disebabkan oleh lebih dari satu
spesies Candida. Untuk mencegah luputnya identifikasi,
biakan primer pada ASD dimurnikan dengan mengambil isolat
dari empat lokasi yang berbeda, dan selanjutnya ditanam
pada media ASD yang baru sehingga didapatkan 340 isolat
Candida.
Hasil Identifikasi Spesies Candida
Identifikasi secara fisiologis terhadap 340 isolat Candida memperlihatkan C. tropicalis sebagai spesies yang
dominan (90 isolat) diikuti C.albicans (58 isolat). Seluruh
isolat yang sering menyebabkan infeksi, seperti C. tropicalis,
C. albicans, C. parapsilosis dan C. krusei dapat diidentifikasi
oleh metode konvensional maupun dengan medium
kromogenik (p>0,05). Spesies yang jarang menginfeksi
manusia seperti C. guilliermondii, C. pelliculosa, dan C.
mogii tidak dapat diidentifikasi oleh medium CAC dan
dilaporkan sebgai Candida sp.
Sebanyak 192 (56,7%) dari 340 isolat yang diteliti tidak
dapat diidentifikasi oleh CAC termasuk spesies yang jarang
ditemukan. Melihat hasil identifikasi medium CAC tidak sebaik
metode asimilasi-fermentasi dalam mengidentifikasi Candida
sampai tingkat spesies. Kemampuannya terbatas pada
spesies yang dianggap sering menyebabkan infeksi. Hal itu
sesuai dengan penelitian lain yang memperlihatkan
kemampuan CAC dalam mengidentifikasi spesies penting
yang sering menyebabkan kelainan pada manusia. 19-21,
Kemampuan CAC untuk mengidentifikasi lima spesies
penting penyebab kandidosis hanya dalam waktu 48 jam
sangat membantu dalam penanganan kandidosis, namun bila
terjadi kegagalan identifikasi diperlukan konfirmasi dengan
metode fermentasi-asimilasi/morfologi.

J Indon Med Assoc, Volum: 62, Nomor: 3, Maret 2012

Pada penelitian ini ditemukan ketidaksesuaian


identifikasi antara medium CAC dan metode konvensional
fisiologi-morfologi. Sebanyak 20 isolat yang diteliti teridentifikasi oleh medium CAC sebagai C. parapsilosis karena
pembentukan koloni berwarna putih, ternyata hanya 10 isolat
yang terindentifikasi sebagai C. parapsilosis dengan metode
fisologi-morfologi sedangkan 10 isolat lainnya teridentifikasi
sebagai C. tropicalis (lima isolat), C. albicans (dua isolat),
C. langeronii (satu isolat) dan C. mogii (dua isolat). Hasil
identifikasi yang berbeda antara CAC dengan metode
fisiologi-morfologi juga ditemuan pada spesies lainnya yaitu
tujuh isolat teridentifikasi sebagai C. glabrata karena memiliki
koloni berwarna merah muda, tetapi setelah dikonfirmasi
dengan fisiologi-morfologi ternyata semuanya teridentifikasi
sebagai C. intermedia (dua isolat), C. fennica ( satu isolat),
C. tropicalis (satu isolat), C. guilliermondii (satu isolat), C.
langeronii (satu isolat) dan Rhodotorulla rubra (satu isolat).
Metode fermentasi-asimilasi dan morfologi selama ini
dianggap sebagai baku emas dan telah digunakan secara
luas serta dikenal memiliki kemampuan tinggi dalam identifikasi
berbagai spesies Candida. Metode fermentasi-asimilasi
menilai kemampuan jamur dalam metabolism berbagai
karbohidrat dan sumber karbon, sementara media kromogenik
dalam hal ini CHROMagar-Candida hanya menilai reaksi
enzimatik yang terlihat sebagai pembentukan warna pada
koloni yang tumbuh dan seringkali sulit dibedakan terutama
pada koloni yang tumbuh sebagai koloni berwarna merah
muda dan keunguan. Pada penelitian ini C. tropicalis
membentuk koloni berwarnga ungu di bagian puncak dan
tepi ungu pucat, tetapi selain itu jamur tersebut juga akan
membentuk warna merah muda-merah muda pucat-putih.15,20
Menurut Willinger et al,15 besar kemungkinan C. tropicalis
akan teridentifikasi sebagai C. parapsilosis karena warna
koloni yang terbentuk merah muda pucat-putih. Koloni warna
merah muda pucat dan putih dibentuk oleh beberapa spesies
Candida yaitu C. glabrata, C. kefyr, C. guilliermondii, C.
tropicalis, C. lusitaniae, C. famata, C. humicola dan
beberapa spesies Candida lainnya. Pada penelitian ini warna
yang dihasilkan oleh Rhodotorulla rubra juga merah muda,
sehingga sangat sulit untuk menetapkan spesies atau dapat
terjadi kesalahan identifikasi. Terdapat kesulitan untuk
membuat batasan warna, karena warna yang dibentuk
kadang-kadang bukan warna tunggal tetapi gabungan warna/
polikromatik, seperti warna ungu muda kemerahan atau hijau
kebiruan.
Candida albicans yang sampai saat ini merupakan
spesies terpenting, tumbuh pada medium CAC sebagai koloni
berwarna hijau terang yang relatif mudah dibedakan dari
spesies. Khamir C. albicans menghasilkan enzim -Nasetilgalaktosaminidase, yang mampu menggunakan substrat
kromogenik atau flourogenik langsung dari media, sehingga
menghasilkan koloni berwarna hijau terang pada suhu 37oC.15
Dibandingkan dengan hasil pemeriksaan fermentasi-asimilasi

87

Identifikasi Candida spp. dengan Medium Kromogenik


dan morfologi, hasil identifikasi CAC untuk C.albicans cukup
baik.21 Berdasarkan hal itu, CAC dapat digunakan sebagai
medium penapis untuk membedakan Candida albicans dan
Candida non C. albicans. Kemungkinan yang harus
diperhatikan antara lain adalah pemunculan spesies baru C.
dubliniensis, penyebab kandidosis orofarings pada AIDS,
yang memiliki sifat sangat mirip dengan C. albicans dan dapat
membentuk warna hijau gelap yang mendekati warna
C.albicans yang hijau terang, namun perbedaan warna
tersebut sangat subjektif karena warna yang terbentuk sangat
tergantung pada aktivitas enzim -N-asetilgalaktosaminidase.
Perbedaan suhu inkubasi dapat membedakan kedua spesies
tersebut. Candida dubliniensis tidak tumbuh pada suhu 4245oC sedangkan C. albicans mampu tumbuh pada suhu
tersebut.7 Pada penelitian ini inkubasi dilakukan hanya pada
suhu 37oC selama 48 jam sehingga tidak dapat membedakan
keduanya. Candida albicans juga dapat memberikan warna
biru dan putih pada medium CAC.15 Menurut Odds dan
Davidson,22 media CAC tidak dapat digunakan bila diinkubasi
pada suhu kamar (25oC) karena warna yang terbentuk akan
menyimpang, misalnya koloni C. albicans akan berwarna
merah muda dan koloni C. tropicalis tidak membentuk warna
biru-ungu.

warna tidak spesifik seperti biru, merah muda dan ungu, maka
diperlukan uji fermentasi-asimilasi dan morfologi untuk
identifikasi, yang relatif mahal, membutuhkan waktu dan
memerlukan keahlian khusus dalam pembuatan media,
penanaman dan interpretasi hasil.
Warna koloni yang dibentuk pada media CAC jarang
merupakan warna tunggal tetapi merupakan gabungan warna
(polikromatis) sehingga tampaknya diperlukan alat bantu
khusus untuk mempermudah pembacaan warna koloni agar
lebih tepat.
Dilihat dari efisiensi waktu dan biaya, penggunaan CAC
dapat mempersingkat waktu, dan menurunkan biaya
pemeriksaan karena bila menggunakan isolat murni, dalam
waktu empat hari telah ada hasil. Tetapi bila bahan klinik
langsung ditanam pada media CAC maka beberapa jamur
yang tumbuh cepat seperti C. albicans dalam dua hari telah
memberikan hasil. Hal lain yang perlu diperhatikan bila
menanam bahan klinik darah langsung pada media CAC. Ada
beberapa spesies Candida yang tumbuh lambat (4 -7 hari),
hal itu dikhawatirkan akan mempengaruhi kerja enzim
kromogenik dalam media yang peka terhadap cahaya,
sehingga medium CAC kehilangan kemampuan sebagai medium identifikasi.

Spesifisitas dan Sensitivitas CHROMagar-Candida


Pada penelitian ini spesifisitas CAC dalam mengidentifikasi C. tropicalis sebesar 80,9%, C. albicans 99,3%, C.
parapsilosis 96,9% dan Trichosporon sp., seluruhnya dapat
diidentifikasi. Sensitivitas tertinggi ditemukan dalam
identifikasi C. parapsilosis (100%) dan C. albicans (65%).
Hal itu sedikit lebih tinggi dibandingkan penelitian Willinger
et al,15 yang mendapatkan 49,6%, tetapi lebih rendah dari
penelitian Freydiere et al23 yang mendapatkan angka 88,57%,
sehingga dapat dikatakan CAC cukup baik digunakan untuk
mengidentifikasi kedua spesies Candida tersebut. Medium
CAC memiliki sensitivitas yang rendah dalam identifikasi C.
tropicalis (27,8%) dan Trichosporon sp. (21,8%), dan hanya
mampu mengidentifikasi Trichosporon sampai taraf genus.
Untuk melihat kesesuaian hasil antara identifikasi
menggunakan CAC dengan baku emas, maka dilakukan uji
McNemar. Untuk mengidentifikasi C. tropicalis didapat
p=0,132 (p>0,05) atau tidak terdapat kesesuaian antara kedua
metode tersebut dalam mengidentifikasi C. tropicalis. Medium CAC mempunyai kemampuan yang sama dengan baku
emas dalam mengidentifikasi C. albicans, C. parapsilosis
dan Trichosporon (p<0.05), tetapi untuk C. parapsilosis
didapat nilai positif palsu tinggi, agaknya karena jumlah
spesimen terlalu sedikit.
Hasil penelitian ini memperlihatkan medium CAC hanya
dapat digunakan untuk uji penapisan, dan mendapatkan
koloni tunggal yang diperlukan dalam identifikasi, karena
warna koloni yang spesifik untuk C. albicans, C. parapsilosis
dan Trichosporon sehingga mudah dikenali. Bila terbentuk

Pola Jamur Penyebab pada Infeksi Sistemik


Pada penelitian ini bahan klinik yang paling banyak
diteliti adalah darah dan spesies yang paling banyak diisolasi
dari bahan tersebut adalah C. tropicalis (39 sampel), diikuti
C. albicans sebanyak 13 sampel. Berdasarkan hal tersebut
dapat dikatakan telah terjadi pergeseran penyebab infeksi
pada infeksi sistemik yang semula didominasi C. albicans.
Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya
oleh Wahyuningsih et al.3 bahwa C. albicans merupakan
penyebab terbanyak infeksi sistemik. Penelitian tersebut
dilakukan pada orang dewasa yang di rawat di ruang rawat
intensif, sementara pada penelitian ini sebagian besar sampel
berasal dari neonatus yang dirawat karena sepsis atau
berpotensi sepsis. Kemungkinan lain adalah penggunaan
azol untuk mengobatan kandidosis yang dapat mengeradikasi
C. albicans namun memunculkan spesies lain yang kurang
peka. Candida tropicalis mempunyai rentang konsentrasi
hambat minimum (KHM) yang lebih tinggi terhadap
flukonazol.24 Selain itu C. tropicalis secara filogeni merupakan kerabat dekat C. albicans sehingga patogenisitasnya
cukup tinggi seperti C. albicans.25
Dari bahan klinik darah juga dapat diidentifikasi spesies
lain, dan yang terbanyak adalah Trichosporon variabile (17
sampel). Hingga kini spesies tersebut belum pernah
dilaporkan merupakan penyebab kandidosis sistemik. Spesies
lain Trichosporon asahii dan Trichosporon cutaneum
merupakan penyebab infeksi sistemik yang sering ditemukan
pada pasien granulositopenia, defek fungsi fagosit dan
pencangkokan organ. Pada pasien tersebut T. asahii dapat

88

J Indon Med Assoc, Volum: 62, Nomor: 3, Maret 2012

Identifikasi Candida spp. dengan Medium Kromogenik


diisolasi dari darah, biopsi kulit, dan urin.26
Kesimpulan
Medium kromogenik dapat digunakan sebagai medium
isolasi dan identifikasi untuk beberpa spesies Candida yang
penting. Selain itu juga dapat digunakan untuk membedakan
C. albicans dan lima spesies Candida penting penyebab
infeksi sistemik, karena sensitivitas dan spesifisitasnya cukup
baik. Diluar spesies tersebut perlu dilakukan pemeriksaan
lanjutan dengan metode fisiologi.
Daftar Pustaka
1.

Aliyu SH, Enoch DA, Abubakar II, Ali R, Carmichael AJ.


Farrington M, et al. Candidaemia in a large teaching hospital: a
clinical audit. Q J Med. 2006;99:655-63.
2. Mulyati R, Wahyuningsih R, Widiastuti S, Syarifuddin PK. Isolasi
spesies Candida dari tinja pasien HIV/AIDS. Makara Kes.
2002;6:50-4.
3. Wahyuningsih R, Freisleben HJ, Sonntag HG, Schnitzler P. Simple
and rapid detection of C. albicans DNA in serum by PCR for
diagnosis of invasive candidiasis. J Clin Microbiol. 2000;38:301621.
4. Dismukes WE, Pappas PG, Sobel JD. Clinical Mycology. Oxford
University Press America. 2003.
5 . Ellis D, Davis S, Alexiou H, Handke R, Bartley R. Description of
medical fungi. 2nd ed. Adelaide: Mycology unit womens and
childrens hospital; 2007.
6 . Fleck R, Dietz A, Hof H. In vitro susceptibility of Candida
species to five antifungal agents in a German university hospital
assessed by the reference broth microdilution method and Etest.
J Antimicrob Chemother. 2007;59:767-71.
7 . Kirkpatrick WR, Revankar SG, McAtee RK, Lopez-Ribot JL,
Fothergill AW, McCarthy DI, et al. Detection of Candida
dubliniensis in oropharyngngeal samples from HIVirus-infected
patient in North America by primary CHROMagar Candida
screening and susceptility testing of Isolates. J Clin Microbiol.
1998;36:3007-12.
8 . Sullivan DJ, Moran G, Pinjon E, Al-Mosaid A, Stokes C, Vaughan
C, Coleman DC. Mini review: Comparison of the epidemiology,
drug resistance mechanisms, and virulence of Candida dubliniensis
and Candida albicans. FEMS Yeast Res. 2004;4:369-76.
9 . Ambler JE, Kerawala M, Yaneza A, Drabu YJ. Evaluation of
CHROMagar Candida for rapid identification and Etest for
antuifungal susceptibility testing in a district general hospital
laboratory. J Clin Pathol. 2001;54:158-60.
10. Patel M, Kunz DF, Trivedi VM, Jones MG, Moser SA, Baddley
JW. Initial management of candidemia at an academic medical
center: evaluation of the IDSA guidelines. Diag Microbiol Infect
Dis. 2005;52:29-34.
11. Tortorano AM, Peman J, Bernhardt H, Klingspor L, Kibbler CC,
Faure O, et al. Epidemiology of candidaemia in Europe: results of

J Indon Med Assoc, Volum: 62, Nomor: 3, Maret 2012

12.

13.

14.

15.

16.

17.
18.

19.

20.

21.

22.
23.

24.

25.

26.

28-month European Confederation of Medical Mycology


(ECMM) hospital-based surveillance study. Eur J Clin Microbiol
Infect Dis. 2004;23:317-22.
Eraso E, Moragues MD, Villar-Vidal M, Sahand IH, GonzalezGomez N, Ponton J, et al. Evaluation of the new chromogenic
medium Candida ID 2 for isolation and identification of Candida
albicans and other medically important Candida species. J Clin
Microbiol. 2006; 44:3340-5.
Pfaller MA, Houston A, Coffmann S. Application of CHROMagar
Candida for rapid screening of clinical specimens for Candida
albicans, Candida tropicalis, Candida krusei and Candida (Torulopsis) glabrata. J Clin Microbiol. 1996;34:58-61.
Murray CK, Beckius ML, Green JA, Hospenthal DR. Use of
chromogenic medium in the isolation of yeasts from clinical
specimens. J Med Microbiol. 2005;54:981-5.
Willinger B, Hillowoth C, Selitsch B, Manafi M. Performance of
Candida ID, a new chromogenic medium for presumtive identification of Candida species, in comparison to CHROMagar Candida. J Clin Microbiol. 2001; 39:3793-5.
Jabra-Rizk MA, Brenner TM, Romagnoli M, Baqui AAMA, Merz
WG, Falkler Jr WA, et al. Evaluation a reformulated CHROMagar
Candida. J Clin Microbiol. 2001;39: 2015-6.
Yeasts of the world. ETI/CBSISBN: 3-540-14712-8 World distribution rights: ETI & UNESCO; 2002.
Wahyuningsih R, Rozalyani A, El Jannah SM, Amir I, Prihartono
J. Kandidemia pada neonatus yang mengalami kegagalan terapi
antibiotik. Maj Kedok Indon. 2008;58:110-5.
Odds FC, Bernarts R. CHROMagar Candida, a new differential
isolation medium for presumptive identification of clinically
important Candida species. J Clin Microbiol. 1994;32:1923-29.
Hospenthal DR, Murray CK, Beckius ML, Green JA, Dooley DP.
Persistence of pigment production by yeasts grown on
CHROMagar Candida. J Clin Microbiol. 2002;40:4768-70.
Horvath LL, Hospenthal DR, Murray CK, Dooley DP. Direct
isolation of Candida spp. from blood cultures on the chromogenic medium CHROMagar Candida. J Clin Microbiol. 2003;41(6):
2629-32.
Odds FC, Davidson A. Room temperature use of CHROMagar
Candida. Diagn Microbiol Infect Dis. 2000;38:14750.
Freydiere AM, Buchaille L, Gille Y. Comparison of three
comercial media for direct identification and discrimination of
Candida species in clinical specimens. Eur J Clin Microbiol Infect. 1997;16:464-7.
Rambach G, Oberhauser H, Speth C, Lassl-Florl C. Susceptibility
of Candida species and various moulds to antimycotic drugs: use
of epidemiological cutoff values according to EUCAST and CLSI
in an 8-year survey. Med Mycol. 2011;49:85663.
Fitzpatrick DA, Logue ME, Stajich JE, Butler G. A fungal phylogeny based on 42 complete genomes derived from supertree and
combined gene analysis. BMC Evol Biol. 2006;6:99.
deHoog GS, Guarro J, editors. Atlas of clinical fungi. Utrecht:
CBS and Universitat Rovira Virgilli; 1996.
WBS

89

Anda mungkin juga menyukai