Anda di halaman 1dari 65

Demam Berdarah Dengue

Hani Aqmarina
030.10.120
Pembimbing
Dr. Santi Sumihar, Sp.PD

Laporan Kasus
Nama

: Tn. A
No. RM
: 01329399
Usia
: 18 tahun
Jenis kelamin
: Pria
Alamat
: Jl. Johir RT 05, RW 07, Ragunan,
Kecamatan Pasar Minggu, Jakarta Selatan
TTL
: Jakarta, 20/12/1995
Agama
: Islam
Pekerjaan : Pelajar
Status
: Belum kawin
Pendidikan
: SMA

Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis dan
aloanamnesis dengan ibu pasien pada tanggal 28
Oktober 2014, di bangsal IRNA Teratai, ruang 522 A,
RSUP Fatmawati

Keluhan
Utama

Demam sejak 6 hari


SMRS

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien seorang pria, 18 tahun, datang dengan keluhan demam
sejak 6 hari SMRS disertai menggigil, sudah dikompres dan
diberi obat penurun panas namun tidak membaik. Demam naik
turun, tidak pernah diukur dengan termometer, selama 6 hari
tidak pernah ada hari bebas demam. Pasien juga mengeluh
mual dan muntah setiap kali makan. Muntah berisi makanan
atau cairan yang baru diminum. Pasien mengaku sakit kepala
didaerah sekitar dahi, nyeri ulu hati dan sakit diseluruh
persendian sejak 6 hari SMRS. BAB sedikit encer, namun
frekuensi normal. BAK berwarna kuning. Pasien sempat berobat
ke klinik dan diberi obat penurun panas, obat pusing, dan obat
lambung namun keluhan tidak juga membaik. 2 hari SMRS,
pada tangan dan kaki pasien muncul bintik-bintik merah. Pasien
langsung dibawa ke puskesmas, cek darah hasilnya trombosit
18.000, dan didiagnosis demam berdarah.

Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien tidak pernah mengalami keluhan yang
serupa sebelumnya. Darah tinggi, kencing manis,
asma, alergi dan penyakit jantung-paru disangkal.
Pasien mengaku memiliki riwayat sakit maag.

Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada keluarga yang mengalami hal yang
sama. Riwayat darah tinggi, kencing manis,
asma, dan penyakit jantung-paru pada
keluarga disangkal.

Riwayat Kebiasaan dan


Lingkungan
Pasien merokok namun jarang, tidak mengonsumsi
alkohol, sering minum jamu jika badan panas dingin
tapi tidak rutin. Pasien mengaku tidak pernah jajan
sembarangan. Selama sebulan ini tidak pernah
berpergian keluar dari Jakarta. Lingkungan rumah
pasien sering dilakukan penyemprotan nyamuk
demam berdarah sebulan sekali, tidak ada air
tergenang, dan warga sekitarnya sangat menjaga
kebersihan. Tidak ada tetangga maupun teman
sekolah pasien yang menderita DBD.

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 28 Oktober
2014, di bangsal IRNA Teratai, ruang 522 A, RSUP
Fatmawati.

Keadaan Umum

Tanda vital

Keadaan Umum

Tekanan Darah

Tampak sakit sedang


Kesadaran

: Compos

Mentis
BB

: 60 kg

TB

: 170 cm

BMI

: 20,7

Keadaan Gizi : Gizi normal

110/70 mmHg
Nadi
: 78 x/menit
Pernapasan : 24 x/menit
Suhu
: 36,7C

Kepala dan Leher


Bentuk kepala
Rambut

: Normocephal
: Hitam, distribusi rata, tidak mudah

dicabut
Wajah
: Simetris, tidak ditemukan benjolan,
malar rash (-)
Mata
Tidak ada oedem palpebra dextra dan sinistra
Konjunctiva anemis -/ Sklera ikterik -/ Pupil isokor, 3 mm
Tidak ada kekeruhan pada lensa mata dextra dan sinistra
Reflek cahaya langsung +/+
Refleks cahaya tidak langsung +/+

Telinga
Tidak ditemukan kelainan pada preaurikula dextra dan sinistra
Bentuk aurikula dextra dan sinistra normal, tidak ditemukan

kelainan kulit, tidak hiperemis


Tidak ditemukan kelainan pada retroaurikula dextra dan sinistra
Nyeri tekan tragus -/ Nyeri tekan aurikula -/ Nyeri tarik aurikula -/ Nyeri tekan retroaurikula -/-

Hidung
Deviasi septum nasi -, tidak ada napas cuping

hidung, nyeri tekan


Nares anerior: sekret -/-, darah -/-, hiperemis -/ Tidak ditemukan deviasi septum

Mulut
Bentuk mulut normal saat bicara dan diam, tidak terdapat gangguan

bicara, sudut bibir kanan dan kiri tampak simetris saat bicara dan
tersenyum.
Tidak ditemukan kelainan kulit daerah perioral
Bibir tidak kering, tidak sianosis
Oral higiene cukup baik
Lidah tidak kotor, tidak tremor, lurus terjulur ditengah, tidak hiperemis,

tidak kering
Uvula terletak ditengah, tidak oedem
Faring tidak hiperemis
Tonsil T1-T1 tenang

Leher
Inspeksi

: Bentuk leher tidak tampak ada kelainan, tidak


tampak pembesaran kelenjar tiroid, tidak tampak pembesaran
KGB, tidak tampak deviasi trakea
Palpasi
: Tidak teraba pembesaran kelenjar tiroid,
trakea teraba di tengah, JVP 5-2 cmH2O.
Auskultasi

: Tidak terdengar bruit

Thorax anterior
Inspeksi
Bentuk thorax simetris pada saat statis dan dinamis, tidak ada

pernapasan yang tertinggal, pernapasan abdominotorakal


Tidak tampak retraksi sela iga
Tidak ditemukan eflouresensi yang bermakna pada kulit dinding dada
Tidak terdapat kelainan tulang iga dan sternum
Tidak terlihat spider navy

Palpasi
Pada palpasi secara umum tidak terdapat nyeri tekan dan tidak

teraba benjolan pada dinding dada


Gerak nafas simetris
Vocal fremitus simetris pada seluruh lapangan paru, thrill (-)
Teraba ictus cordis pada sela iga V, 1 jari medial dari linea

midclavicularis kiri

Thorax anterior
Perkusi
Kedua hemithoraks secara umum terdengar sonor
Batas kanan paru-jantung pada sela iga IV, garis parasternalis

kanan
Batas kiri paru-jantung pada sela iga V, 1 jari medial dari garis

midcavicularis kiri
Batas atas kiri paru-jantung pada sela iga III, garis parasternalis kiri

Auskultasi
Suara nafas vesikuler +/+, reguler, ronkhi -/-, wheezing-/BJ I, BJ II regular, murmur (-), gallop (-), splitting (-)

Thorax posterior
Inspeksi

Perkusi

Bentuk simetris saat

Tidak terdapat nyeri ketuk

dinamis dan saat statis


Tidak terlihat eflouresensi

Perkusi secara umum

terdengar sonor

Tidak terlihat benjolan

Batas bawah paru kanan

Tidak terdapat kelainan

vertebra

pada sela iga X, batas bawah


paru kiri pada sela iga XI

Palpasi

Auskultasi

Gerak nafas simetris

Suara nafas vesikuler +/+

Vocal fremitus simetris


Tidak ditemukan nyeri

tekan

Abdomen
Inspeksi
Bentuk perut datar
Venektasi (-), caput

medusae (-), striae alba


(-)
Umbilikus terletak di
garis tengah
Tidak tampak pulsasi
abdomen pada regio
epigastrika

Auskultasi
Bising usus (+) normal
Arterial bruit (-)

Palpasi
Dinding abdomen teraba

supel, defans muskular (-),


turgor kulit baik
Nyeri tekan epigastrium

(+)
Hepar teraba 1 jari

dibawah arcus costae.


Lien tidak teraba membesar
Ballotement -/Undulasi (-)

Perkusi
Shifting dullness (-)

Ekstremitas atas
Inspeksi

Palpasi

Tangan kiri dan kanan

Tidak terdapat nyeri tekan

simetris, tampak petekie


tersebar di lengan atas
dan bawah kiri- kanan

Akral hangat
Pitting edema -/- -/-

Palmar eritema (-)

Refleks patologis Hoffmann

Oedem (-)

Tromner -/-

Tidak sianosis, tidak ikterik

Flapping tremor -/-

Clubbing finger

Tidak ada atrofi otot, tidak

Tidak tampak

terdapat rigiditas sendi

pembengkakan sendi, kedua


extremitas atas dapat
bergerak aktif dan bebas

Kekuatan otot normal

Tidak ada gerakan

involunter

5555
5555

5555
5555

Ekstremitas bawah
Inspeksi
Tungkai kiri dan kanan simetris, tampak petekie pada

kedua tungkai bawah kanan dan kiri


Tidak sianosis, tidak ikterik
Clubbing finger
Kedua tungkai dapat bergerak aktif dan bebas

Palpasi
Tidak terdapat nyeri tekan pada kedua tungkai kanan dan kiri
Pitting oedem

Klonus patella -/-, klonus achilles -/ Tidak ada atrofi otot, tidak terdapat rigiditas sendi

Hasil laboratorium
Pemeriksaan

27/10/2014; 17:45

Nilai Rujukan

Hematologi
Hemoglobin

18,9

13,2- 17,3 g/dl

Hematokrit

52

33-45 %

Leukosit

4,1

5-10 ribu/UL

Trombosit

30

150-440 ribu/UL

Eritrosit

5.96

4,4-5,9 juta/UL

VER/HER/KHER/RDW
VER

86,4

80-100 fl

HER

31,6

26-34 pg

KHER

36,0

32-36 g/dl

RDW

14,2

11.5-14.5 %

Elektrolit Darah
Natrium

135

135 147 mmol/L

Kalium

5,00

3.10 5.10 mmol/L

Klorida

100

95 108 mmol/L

SERO-IMUNOLOGI
Anti Dengue IgG

Positif

Negatif

Anti Dengue IgM

Positif

Negatif

Follow up laboratorium
Pemeriksaan

28/10
06:10

28/10
19:21

29/10
17:09

30/10
04:43

30/10
21:24

31/10
07:52

01/10
05:27

Hematologi
Hemoglobin

17.2

15.6

15.4

15.2

14.7

14.2

14.9

Hematokrit

51

47

44

45

44

42

43

Leukosit

5.8

4.3

3.9

5.5

7.0

10.5

8.9

Trombosit

11

10

15

14

23

42

83

Eritrosit

5,92

5,47

5.07

5.37

5.14

4.95

4.96

VER

85.5

85

87.1

84

85.7

84.9

87.0

HER

29.1

28.5

30.3

28.4

28.7

28.7

30.1

KHER

34.1

33.6

34.8

33.8

33.5

33.8

34.6

RDW

13.9

14.2

13.0

14.0

14.4

14.2

13.4

Resume
Pasien laki-laki, 18 tahun datang dengan keluhan
demam naik turun sejak 6 hari sebelum masuk rumah
sakit. Pasien mengeluh demam disertai mual, muntah
setiap kali makan, nyeri kepala, nyeri ulu hati, dan
sakit di seluruh persendian tubuh. Pada kedua tungkai
atas dan bawah pasien keluar bintik-bintik merah.
Mimisan, gusi berdarah, muntah darah maupun BAB
hitam disangkal. Kebiasaan jajan sembarangan
disangkal. Riwayat bepergian disangkal.

Resume
Pemeriksaan fisik :
Tampak sakit sedang, compos mentis, gizi normal (20,7)
Terdapat nyeri tekan epigastrium.
Palpasi hepar teraba 1 cm dibawah arcus costae.
Tampak petekie tersebar di kedua tungkai atas dan bawah.

Pemeriksaan Laboratorium :
Kesan :
Peningkatan hematokrit
Leukopenia
Trombositopenia

Subjektif

Demam tidak ada, mual (+), muntah (-),

Objektif

makan habis.
TSS.CM.
TD : 100/70 mmHg

FN : 72 x/menit

RR : 20

x/menit T : 37oC
Mata

: Konjungtiva pucat -/-, sklera ikterik -/-

Leher

: JVP 5-2 cmH2O, tidak ada

pembesaran KGB
Paru

: Vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-

Jantung

: BJ I/II regular, murmur (-), gallop (-)

Abdomen : Datar, supel, nyeri tekan epigastrium


(+), Hepar dan lien tidak teraba, Bising usus (+)
normal
Ekstremitas : Akral hangat, edema -/- / -/-, lesi kulit
-/- -/Assessment
Planning

DHF grade 1
Rdx/ Cek DPL/12 jam
Rtx/
IVFD: Ringer laktat 500 ml/ 6 jam
Diet lunak 1900 kkal/hari
UMU balans / 24 jam
Paracetamol 3 x 500 mg p.o

Follow up
29/10/201
4

Subjekti

Demam

tidak

ada,

f
Objektif

muntah (-), makan habis.


TSS.CM.
TD : 100/70 mmHg

lemas

(+),

mual

FN : 74 x/menit

(+),

RR : 20

x/menit T : 37oC
Mata

: Konjungtiva pucat -/-, sklera ikterik -/-

Leher

: JVP 5-2 cmH2O, tidak ada pembesaran

KGB

Follow up
30/10/20
14

Paru

: Vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-

Jantung

: BJ I/II regular, murmur (-), gallop (-)

Abdomen : Datar, supel, nyeri tekan (-), hepar dan


lien tidak teraba, bising usus (+) normal
Ekstremitas : Akral hangat, edema -/- / -/-, lesi kulit
-/- -/Assessm DHF grade 1
ent
Planning Rdx/ DPL/12 jam
Rtx/
IVFD: Ringer laktat 500 ml/ 6 jam
Diet lunak 1900 kkal/hari
Paracetamol 3 x 500 mg p.o
Omeprazole 1 x 40 mg iv

Subjektif Demam tidak ada, lemas (-), mual (-), muntah


Objektif

(-), makan habis.


TSS.CM.
TD : 100/70 mmHg FN : 80 x/menit RR : 20 x/menit
T : 36,7oC
Mata

: Konjungtiva pucat -/-, sklera ikterik -/-

Leher

: JVP 5-2 cmH2O, tidak ada pembesaran

KGB
Paru

: Vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-

Jantung

: BJ I/II regular, murmur (-), gallop (-)

Abdomen : Datar, supel, nyeri tekan (-), hepar dan


lien tidak teraba, bising usus (+) normal
Ekstremitas : Akral hangat, edema -/- / -/-, lesi kulit
-/- -/Assessm DHF grade 1
ent
Planning Rdx/ DPL/24 jam
Rtx/
IVFD: Ringer laktat 500 ml/ 6 jam
Diet lunak 1900 kkal/hari
Omeprazole 1 x 40 mg iv
Ondancetron 3 x 8 mg iv

Follow up
31/10/201
4

Tinjauan Pustaka

Definisi
Demam

berdarah dengue (DBD) atau dengue


haemorrhagic fever/DHF adalah penyakit infeksi yang
disebabkan virus dengue dengan manifestasi klinis
berupa demam, nyeri otot atau nyeri sendi, disertai
leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan
diatesis hemoragik.

Pada kasus DBD, terjadi kebocoran plasma sehingga

menyebabkan
hemokonsentrasi
(peningkatan
hematokrit) atau penumpukan cairan di rongga tubuh.
Sindrom renjatan dengue (dengue shock syndrome)

adalah demam berdarah dengue yang ditandai oleh


renjatan/syok.(1)

Epidemiologi
Demam berdarah dengue tersebar di wilayah Asia Tenggara,

Pasifik Barat dan Karibia. Indonesia merupakan endemis dengan


sebaran di seluruh wilayah tanah air.
Indonesia dimasukkan dalam kategori A dalam stratifikasi DBD

oleh
World
Health
Organization
(WHO)
2001
yang
mengindikasikan tingginya angka perawatan rumah sakit dan
kematian akibat DBD, khususnya pada anak. Data Departemen
Kesehatan RI menunjukkan pada tahun 2006 (dibandingkan
tahun 2005) terdapat peningkatan jumlah penduduk, provinsi
dan kecamatan yang terjangkit penyakit ini, dengan case
fatality rate sebesar 1,01% (2007).(2)
Menurut data dari WHO tahun 2009, di Indonesia terdapat

150.000 kasus DBD dilaporkan di tahun 2007 dengan lebih dari


25.000 kasus dilaporkan dari Jakarta dan Jawa Barat. (3)

Tabel 3.2.1. Data kasus dengue yang dilaporkan pada


negara-negara di South East Asia dari tahun 1985-2009.(4)

Etiologi
Virus
Dengue

4 serotipe virus
yaitu DEN-1,
DEN-2, DEN-3,
dan DEN-4
Paling banyak di
Indonesia DEN-3

Genus
Flavivirus

Patofisiologi

Patofisiologi [2]

Manifestasi klinis

Setelah masa inkubasi (4-6 hari), maka muncul fase


penyakit yaitu fase febris, fase kritis, dan fase
penyembuhan.

Diagnosis
Demam Dengue (DD) merupakan penyakit demam akut selama
2-7 hari ditandai dengan dua atau lebih manifestasi klinis
sebagai berikut:
Nyeri kepala
Nyeri retro-orbital
Mialgia/artralgia
Ruam kulit
Manifestasi perdarahan (ptekie atau uji bendung positif)
Leukopenia
Dan pemeriksaan serologi dengue positif, atau ditemukan
pasien DD/DBD yang sudah dikonfirmasi pada lokasi dan waktu
yang sama.(1,3,4)

Demam Berdarah Dengue (DBD) berdasarkan kriteria WHO


1997, diagnosis DBD ditegakkan bila semua hal di bawah ini
dipenuhi yaitu:
Demam atau riwayat demam akut selama 2-7 hari, biasanya tipe
demam bifasik.
Terdapat minimal satu diantara manifestasi perdarahan berikut:
Uji bendung positif

Petekie, ekimosis, atau purpura


Perdarahan mukosa (epistaskis atau perdarahan gusi) atau

perdarahan di tempat lain


Hematemesis atau melena
Trombositopenia (jumlah trombosit < 100.000/L)
Terdapat minimal satu diantara tanda plasma leakage atau
kebocoran plasma yaitu :
Hematokrit meningkat > 20% dibandingkan standar sesuai umur dan

jenis kelamin
Penurunan hematokrit < 20% setelah pemberian cairan

dibandingkan nilai Ht sebelumnya.


Tanda-tanda kebocoran plasma seperti efusi pleura, asites,
hipoproteinemia, atau hiponatremia. (1,3,4)

Klasifikasi derajat DBD


Deraj
Gejala
at
I
Demam disertai 2 atau
lebih tanda : sakit kepala,
nyeri retro-orbital, mialgia,
artalgia
ditambah
uji
bending postif
II
Gejala di atas ditambah
perdarahan spontan
III
Gejala di atas ditambah
kegagalan sirkulasi (nadi
cepat dan lemah, hipotensi,
kulit dingin dan lembab
serta gelisah)
1V Syok berat disertai tekanan
darah
dan
nadi
tidak
terukur

Laboratorium
Trombositopenia (<100.000/l),
bukti ada kebocoran plasma

Trombositopenia (<100.000/l),
bukti ada kebocoran plasma
Trombositopenia (<100.000/l),
bukti ada kebocoran plasma

Trombositopenia (<100.000/l),
bukti ada kebocoran plasma

Diagnosis Banding
Demam tifoid
Campak
Chikungunya
Leptospirosis
Malaria.(5)

Tatalaksana pada dewasa


Pada dasarnya terapi DBD adalah bersifat
suportif dan simptomatis.
Penatalaksanaan ditujukan untuk mengganti
kehilangan cairan akibat kebocoran plasma dan
memberikan terapi substitusi komponen darah
bilamana diperlukan.

Non Farmakologis
Tirah baring (pada trombositopeni berat)
Pemberian makanan dengan kandungan gizi

yang cukup, lunak, dan tidak mengandung zat


atau bumbu yang mengiritasi saluran cerna

Farmakologis
Antipiretik parasetamol
Obat simptomatis untuk mengatasi keluhan

dispepsia

Penanganan tersangka DBD


tanpa syok

Pemberian cairan pada


tersangka dewasa DBD di
ruang rawat

Penatalaksanaan DBD dengan


peningkatan hematokrit >20%

Penatalaksanaan perdarahan
spontan pada DBD dewasa

Tatalaksana
sindroma
syok dengue
pada dewasa

Menurut WHO 2009

Komplikasi
Komplikasi biasanya berhubungan dengan syok
berkepanjangan
yang
mengakibatkan
asidosis
metabolik dan perdarahan berat sebagai akibat dari
DIC dan multiorgan failure seperti disfungsi hepatik
dan renal. Terapi pengganti cairan selama periode
kebocoran plasma dapat menyebabkan efusi yang
masif sehingga terjadi kongesti pulmonal dan atau
gagal jantung. Jika meneruskan terapi pengganti
cairan setelah periode kebocoran plasma dapat
menyebabkan udem pulmonal akut atau gagal
jantung.(4)

Prognosis
Ad vitam : bonam
Ad sanationam

bonam
Ad functionam : bonam

Pengkajian Masalah

Dasar Diagnosis Demam Berdarah


Dengue:
Anamnesis
Pasien demam tinggi sejak 6 hari sebelum masuk RS
Demam mendadak tinggi disertai nyeri kepala disekitar dahi

dan mata, sakit di seluruh persendian tubuh, nyeri ulu hati,


mual, muntah
Mimisan, gusi berdarah, muntah darah, dan BAB hitam
disangkal
Muncul bintik-bintik merah 2 hari sebelum masuk RS

Pemeriksaan fisik
Nyeri tekan epigastrium positif
Palpasi hepar teraba 1 jari di bawah arcus costae
Petekie tersebar di kedua tungkai atas dan bawah

Dasar Diangnosis Demam Berdarah


Dengue:
Pemeriksaan penunjang
Hematokrit : 52 % Peningkatan hematokrit
Leukosit
Trombosit

: 4.100 sel/mm3 Leukopeni


: 30.000 sel/mm3 Trombositopeni

Demam berdarah dengue yang terjadi pada pasien ini


termasuk ke dalam derajat I dimana terdapat gejala dan
tanda berupa:
Demam tinggi dengan mendadak dan terus menerus selama 2-

7 hari, biasanya bifasik.


Terdapat minimal 1 dari manifestasi perdarahan berikut:
Uji bendung positif
Petekie, purpura, ekimosis
Perdarahan mukosa (paling sering epistaksis atau perdarahan
gusi)
Hematemesis dan melena
Terdapat minimal satu tanda-tanda kebocoran plasma sebagai
berikut:
Hemokonsentrasi (nilai hematokrit lebih 20% dari normal)
Penurunan hematokrit >20% setelah mendapat terapi cairan,
dibandingkan dengan nilai hematokrit sebelumnya.
Tanda kebocoran plasma seperti : Efusi pleura, asites,
hipoproteinemia
Trombositopenia (<100.000/uL)

Pada pasien ini juga didapatkan adanya gejala


berupa mual, muntah setiap kali makan, nafsu
makan menurun, sakit kepala didaerah sekitar
dahi, nyeri ulu hati dan sakit diseluruh persendian.
Gejala-gejala tersebut sering menyertai pasien
dengan demam berdarah dengue.

Penatalaksanaan
Tirah baring
Pemeriksaan DPL/12 jam
Diet lunak 1900 kkal
IVFD RL 500 cc/ 6 jam
Paracetamol 3 x 500 mg

p.o
Omeprazole 1 x 40 mg iv
Ondancentron 3 x 8 mg iv
Sucralfat 4 x CI
Observasi tanda-tanda

perdarahan

Pada dasarnya pengobatan


demam berdarah dengue
bersifat suportif, yaitu
mengatasi kehilangan cairan
plasma sebagai akibat
peningkatan permeabilitas
kapiler dan perdarahan.
Pada pasien ini termasuk
ke dalam demam berdarah
dengue derajat I, sehingga
tatalaksana cairan yang
diberikan sesuai dengan
kebutuhan cairan rumatan.

Kesimpulan
Demam berdarah dengue tersebar di wilayah Asia
Tenggara, Pasifik Barat, dan Karibia. Indonesia
merupakan wilayah endemis dengan sebaran di
seluruh wilayah tanah air. Demam berdarah
umumnya ditandai oleh demam tinggi mendadak
selama 2-7 hari, yang diikuti oleh fase kritis selama 23 hari. Pada waktu fase ini pasien sudah tidak
demam, akan tetapi mempunyai resiko untuk terjadi
renjatan jika tidak mendapat pengobatan yang
adekuat. Pasien juga mengeluh sakit kepala hebat,
rasa sakit di belakang mata, otot dan sendi,
hilangnya napsu makan, mual-mual dan ruam.

Daftar Pustaka
Suhendro, Nainggolan L, Chen K, Pohan HT. Demam Berdarah Dengue. In:

Sudoyo A, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, editors. Buku Ajar


Ilmu Penyakit Dalam. 5th Ed. Jakarta: Interna Publishing; 2010. p. 2773-9
Chen K, Pohan HT, Sinto R. Diagnosis dan Terapi Cairan pada Demam

Berdarah Dengue. Medicinus: Scientific Journal of Pharmaceutical


Development and Medical Application. Vol 22. Edisi Maret-Mei. Jakarta:
2009
WHO.

Dengue: Guidelines for Diagnosis, Treatment, Prevention and


Control. France: 2009.

WHO. Comprehensive Guidelines for Prevention and Control of Dengue

and Dengue Haemorrhagic Fever. India: 2011


Shepherd

SM.
Dengue.
Available
at:
http://emedicine.medscape.com/article/215840-overview#aw2aab6b2b2a
a
. Accessed on November 8th, 2014.

Rosita R, Suseno U, Lebang Y, Pohan HT, Suhendro, Satari HI et al.

Pedoman tatalaksana klinis infeksi dengue di sarana pelayanan kesehatan.


Depkes RI. Jakarta: Departemen Kesehatan; 2005.

Anda mungkin juga menyukai