Anda di halaman 1dari 23

PERBEDAAN PENGARUH ANTARA NASI DENGAN PENGOLAHAN

TRADISIONAL DAN DENGAN MAGICOM TERHADAP KADAR


GLUKOSA DARAH WANITA PRA DIABETES

disusun oleh
Hasri Ndaru Kusumawati
22030111120005

PROGRAM STUDI ILMU GIZI FAKULTAS KEDOKTERAN


UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG 2013

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..............................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................3
1.1

Latar Belakang Masalah..................................................................................... 3

1.2

Rumusan Masalah............................................................................................. 4

1.3

Tujuan Penelitian.............................................................................................. 4

1.3.1 Tujuan Umum.................................................................................................. 4


1.3.2 Tujuan Khusus................................................................................................. 4
1.4

Manfaat........................................................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................5


2.1

Landasan teori.................................................................................................. 5

2.2

Kerangka Teori............................................................................................... 10

2.3

Kerangka konsep............................................................................................ 11

2.4

Hipotesis....................................................................................................... 11

BAB III METODE PENELITIAN...........................................................................................12


DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................19

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu penyakit gangguan metabolik yang ditandai
dengan kadar glukosa darah melebihi nilai normal. Tingginya kadar glukosa dalam darah
bisa terjadi karena kelainan sekresi insulin, resistensi insulin, atau keduanya. Diabetes
Melitus dibagi menjadi 2 jenis, yaitu diabetes tipe 1 dan tipe 2. Diabetes tipe 1 terjadi
karena kerusakan sel beta pankreas sehingga tidak mampu mensekresi insulin. Sedangkan
diabetes tipe 2 terjadi akibat kombinasi dari kecacatan produksi insulin dan resistensi
insulin pada membran sel tubuh. Lebih dari 90% dari total penderita diabetes adalah
diabetes tipe 2. Apabila tidak diatasi, penyakit diabetes mellitus dapat menimbulkan
berbagai komplikasi, baik komplikasi pada mikroangiopati maupun makroangiopati.
Komplikasi mikroangiopati kronis dapat berakibat retinopati, nefropati, dan neuropati.
Sedangkan komplikasi makroangiopati dapat berakibat ateroskelorosis, stroke, jantung
koroner, dan penyakit pembuluh darah lainnya. Dalam suatu penelitian observasional,
DM tipe 2 merupakan faktor risiko tertinggi dari stroke iskhemik yaitu sebesar 47,89%1.
Prevalensi penderita diabetes di Indonesia cukup tinggi dan cenderung meningkat
setiap tahunnya. Berdasarkan Riskesdas 2013, prevalensi diabetes di Indonesia meningkat
dari 1,1% di tahun 2007 menjadi 2,1% di tahun 2013 untuk penduduk usia diatas 15
tahun2. Sedangkan prevalensi kasus DM tipe 2 di Jawa Tengah menurun dari 0,63% di
tahun 2011 menjadi 0,55% di tahun 2012. Kementerian Kesehatan Replublik Indonesia
menyatakan prevalensi penderita diabetes akan mencapai 21,3 juta orang di tahun 2030.
Penyakit diabetes sangat berkaitan dengan pola makan, terutama diabetes tipe 2.
Penyebab umum DM tipe 2 adalah terlalu banyak asupan glukosa secara terus menerus.
Sumber glukosa yang dikonsumsi mayoritas penduduk Indonesia adalah nasi. Beberapa
penelitian menyebutkan kandungan amilosa nasi dipengaruhi oleh cara pengolahan dan
berkaitan dengan indeks glikemik. Pengolahan nasi dengan cara tradisional memiliki
kandungan amilosa lebih tinggi dibanding dengan cara steam cooked3.
Kadar amilosa yang lebih tinggi pada pemasakan tradisional diduga juga memiliki
indeks glikemik yang lebih rendah dibanding dengan pemasakan steam. Kadar amilosa
yang tinggi diikuti kadar pati resisten yang tinggi pula. Pati resisten adalah struktur pati
yang tidak tercerna di usus halus, tetapi terfermentasi oleh mikroflora di usus besar.
3

Semakin tinggi pati resisten diduga semakin lambat pelepasan glukosa ke dalam darah
(indeks glikemik rendah). Oleh karena itu dilakukan penelitian dengan judul Perbedaan
Pengaruh antara Nasi dengan Pengolahan Tradisional dan dengan Magicom
terhadap Kadar Glukosa Darah pada Wanita Pra Diabetes. Hal ini karena penderita
diabetes membutuhkan sumber karbohidrat yang pemecahannya lambat, sehingga
pelepasan glukosa ke dalam darah juga lambat. Salah satu yang mempengaruhi cepat
lambatnya pelepasan glukosa ke dalam darah adalah cara pemasakan nasi.
1.2 Rumusan Masalah
Apakah ada perbedaan pengaruh antara nasi dengan pengolahan tradisional dan
dengan magicom terhadap kadar glukosa darah pada wanita pra diabetes ?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui perbedaan pengaruh antara nasi dengan pengolahan tradisional dan
dengan magicom terhadap kadar glukosa darah pada wanita pra diabetes.
1.3.2

Tujuan Khusus
1. Mengetahui pengaruh nasi dengan pengolahan tradisional terhadap kadar
glukosa darah pada wanita pra diabetes.
2. Mengetahui pengaruh nasi dengan pengolahan magicom terhadap kadar
glukosa darah pada wanita pra diabetes.

1.4 Manfaat
1.4.1 Segi teoritis
Mengetahui perbedaan pengaruh antara nasi dengan pengolahan tradisional dan
dengan magicom terhadap kadar glukosa darah pada wanita pra diabetes.
1.4.2 Segi praktis
Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai pengolahan nasi yang
lebih baik antara cara triadisional dan menggunakan magicom untuk penderita
diabetes.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan teori
2.1.1 Glukosa Darah
Glukosa darah adalah glukosa yang terdapat dalam darah yang terbentuk dari
pemecahan/hidrolisis karbohidrat di saluran pencernaan. Glukosa dalam darah kemudian
akan melalui proses metabolisme di dalam sel untuk menghasilkan energi. Dalam
keadaan normal, kadar glukosa darah dijaga tetap stabil melalui mekanisme homeostasis.
Umumnya, kadar glukosa darah diatur dalam batasan yang sempit. Pada keadaan
pascapenyerapan, kadar glukosa darah dipertahankan antara 4,5-5,5 mmol/L (80-100
mg/dl). Setelah mengonsumsi karbohidrat, kadar tersebut dapat meningkat menjadi 6,57,2 mmol/L (120-130 mg/dl) dan pada kelaparan kadarnya dapat menurun menjadi 3,33,9 mmol/L (60-70 mg/dl)4. Pengaturan kadar glukosa darah ini dilakukan melalui
mekanisme metabolik dan hormonal yang melibatkan hati, jaringan ekstrahepatik dan
beberapa hormon seperti insulin dan glukagon. Apabila kadar glukosa dalam darah
rendah, hormon glukagon akan mengubah glukosa menjadi glikogen. Sebaliknya, apabila
kadar glukosa tinggi di dalam darah, maka insulin akan mengubah glukosa menjadi
glikogen melaui pemasukan glukosa dari darah ke dalam sel oleh GLUT4. Namun, pada
penyakit diabetes, mekanisme tersebut kacau dan tidak berjalan sebagaimana mestinya.
Pra diabetes merupakan kondisi diamana toleransi glukosa terganggu (TGT). Pra
diabetes ditandai oleh kadar glukosa darah tinggi, tetapi belum termasuk dalam batas
klasifikasi diabetes. Berdasarkan PERKENI kadar glukosa darah puasa pra diabetes yaitu
100-125 mg/dl, sedangkan diabetes mellitus 126 mg/dl5. Apabila tidak diatasi, kondisi
pra diabetes dapat berkembang menjadi diabetes mellitus.
Kadar glukosa darah dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain6 :
1. Makanan (diet)
2. Aktivitas fisik
3. Penyakit yang sedang dialami
4. Obat-obatan
5. Alkohol
6. Terapi komplementer
7. Stres fisik dan emosional
8. Kehamilan
9. Usia
10. Status gizi
5

Pengukuran kadar glukosa darah dapat dibedakan menjadi 2 yaitu pengkuran


glukosa darah sewaktu (GDS) dan glukosa darah puasa (GDP). Pengukuran glukosa darah
sewaktu dilakukan tanpa mempertimbangkan waktu makan terakhir dan pengukuran
glukosa darah puasa dilakukan setelah berpuasa sekurangnya 8 jam. Sedangkan
pengukuran glukosa darah postprandial dilakukan beberapa jam setelah makan biasa.
2.1.2 Pati
Pada umumnya karbohidrat dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis, yaitu
monosakarida, oligosakarida, dan polisakarida. Yang termasuk monosakarida antara lain
glukosa, fruktosa, dan galaktosa. Di alam, glukosa banyak terkandung dalam buahbuahan, sayuran, dan sirup jagung. Fruktosa banyak terkandung di dalam madu (bersama
dengan glukosa) dan juga banyak terkandung pada berbagai buah-buahan. Sedangkan
galaktosa merupakan hasil pencernaan dari laktosa sehingga tidak terdapat bebas di alam.
Polisakarida merupakan karbohidrat kompleks yang terbentuk lebih dari 10 unit
monosakarida. Polisakarida dalam bahan makanan berfungsi sebagai penguat tekstur
(selulosa, pektin,lignin) dan sebagai sumber energi (pati, dekstrin, glikogen). Jenis
polisakarida yang merupakan sumber utama bahan makanan yang umum dikonsumsi
adalah pati. Pati merupakan homopolimer glukosa dengan ikatan -glikosidik. Berbagai
macam pati tidak sama sifatnya, tergantung panjang rantai dan bentuknya apakah lurus
atau bercabang. Pati terdiri dari 2 fraksi yang dapat dipisahkan dengan air panas. Fraksi
terlarut disebut amilosa dan fraksi tidak terlarut disebut amilopektin7.
Amilosa mempunyai struktur lurus dengan ikatan -(1,4)-D-glukosa. Sedangkan
amilopektin mempunyai cabang dengan ikatan -(1,4)-D-glukosa dan ikatan -(1,6)
sekitar 5%. Amilosa dalam pati berada dalam bentuk amorfus non-kristal yang diselingi
dengan amilopektin. Amilosa terkonsentrasi pada tepi granul pati (periferal). Struktur
amilosa ini berperan pada kecepatan hidrolisis enzimatik dengan meningkatkan stabilitas
granul pati.
2.1.3 Gelatinisasi
Pati mentah bila dimasukkan dalam air dingin, granula pati akan menyrerap air dan
membengkak. Namun, jumalh air yang terserap dan pembengkakannya terbatas. Air yang
terserap tersebut hanya dapat mencapai 30%. Pembengkakan granula pati ini dapat
kembali pada kondisi semula. Granula pati dapat dibuat membengkak luar biasa, tetapi
tidak dapat kembali pada kondisi semula. Perubahan inilah yang disebut gelatinisasi.
Suhu pada saat granula pati pecah disebut suhu gelatinisasi yang dilakukan dengan
6

penambahan air panas. Suhu gelatinisasi tergantung pada jenis dan konsentrasi pati.
Semakin kental pati, pembengkakan granula pati semakin lambat sehingga suhu
gelatinisasi semakin sulit dicapai akibatnya suhu gelatinisasi lebih tinggi. Suhu
gelatinisasi berbagai varietas beras berbeda-beda yaitu suhu rendah (55-69 0C), medium
(70-740C), dan tinggi (75-770C)7.
2.1.4 Pati resisten
Pati resisten adalah struktur pati yang tidak tercerna di usus halus, tetapi
terfermentasi oleh mikroflora di usus besar. Pati resisten telah dinyatakan memiliki efek
yang positif dalam mencegah kanker kolon, diabetes, obesitas, dan penyakit jantung.
Terdapat 5 jenis pati resisten :
1. Pati resisten tipe 1, pati yang secara fisik sulit dicerna karena ukuran partikel yang
besar seperti hasil penggilingan yang tidak sempurna, sehingga enzim pencernaa tidak
dapat masuk ke molekul pati.
2. Pati resisten tipe 2, granula pati yang resisten dalam bentuk tidak digelatinisasi,
memiliki kristalinitas tipe B, dan terhidrolisis secara lambat oleh -amilase. Pati
resisten akan berkurang dengan pemasakan dan pengolahan pangan.
3. Pati resisten tipe 3, pati retrogradasi yang terbentuk ketika pati dimasak dan
didinginkan. Tipe ini memiliki kecepatan cerna yang lambat, ketercernaan meningkat
jika dipanaskan berulang. Kadar pati resisten dipengaruhi oleh kondisi proses
pengolahan.
4. Pati resisten tipe 4, pati resisten hasil hasil modifikasi secara kimia seperti esterifikasi,
cross-linking, grafting, dekomposisi asam, dan hidrolisa dengan mneggunakan enzim.
5. Pati resisten tipe 5 yaitu pati resisten dari kompleks amilosa-lipid.
Pati resisten sering dimanfaatkan secara komersial dalam produksi makanan karena
memiliki efek yang bermanfaat bagi penderita diabetes. Pati resisten memiliki efek
terhadap indeks glikemik dan respon insulin. Hal ini karena proses pencernaan pati
resisten berjalan lambat dimana berlangsung sekitar 5-7 jam setelah konsumsi sehingga
menurunkan glukosa postprandial dan dapat meningkatkan respon insulin.
2.1.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi pati resisten
Keberadaan pati resisten dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor :
a. Proses pengolahan.
Pati resisten dapat dipengaruhi oleh cara pengolahan. Pada suatu penelitian
menunjukkan bahwa ada perbedaan bermakna kandungan pati resisten antara
7

beberapa cara pengolahan yang berbeda pada sereal. Selain itu, cara
pemasakan nasi juga memiliki hubungan dengan kandungan pati resisten. Cara
memasak nasi dengan rice cooker memiliki kandungan pati resisten lebih
rendah dari pada memasak dengan sedikit minyak (stir frying). Hal ini
dikarenakan penambahan senyawa lain seperti lemak dan protein dapat
meningkatkan kandungan pati resisten. Kemudiaan proses penyimpanan
dengan suhu 40C juga dapat meningkatkan pati resisten dengan adanya proses
retrogradasi dari amilosa yang terkandung pada nasi. Proses atau keadaan
pengolahan seperti suhu dan waktu pengolahan juga berpengaruh terhadap pati
resisten8.
b. Ukuran partikel.
Ukuran partikel dapat berpengaruh pada pati resisten. Seperti yang telah
diuraikan sebelumnya, pati resisten ada beberapa tipe. Pati resisten tipe 1
memiliki sifat sulit dicerna karena ukuran partikelnya yang besar. Seperti
halnya beras yang digiling tidak sempurna memiliki kandungan serat yang
lebih besar sehingga proses pencernaannya relatif lebih lambat.
c. Kadar amilosa dan amilopektin
Suatu penelitian menunjukkan bahwa kadar amilosa pada bahan berkorelasi
positif dengan kandungan pati resisten. Semakin tinggi kadar amilosa semakin
besar pula pati resisten yang terkandung pada bahan makanan. Hal ini dapat
ditunjukkan oleh suatu analisis pati resisten pada varietas beras Indica dengan
kadar amilosa yang lebih tinggi memiliki kandungan pati resisten yang lebih
tinggi pula dibandingakn varietas japonica. Amilosa memiliki bentuk molekul
yang linier dengan rantai glukosa 1,4. Struktur amilosa ini berpengaruh pada
kecepatan hidrolisis pati dengan meningkatkan stabilitas granula pati sehingga
menurunkan kecepatan pemecahan enzimatik9.
d. Keberadaan Senyawa lain
Kehadiran atau penambahan zat additif seperti minyak, rempah-rempah dan
garam dapat berpengaruh terhadap pati resisten. Selain itu juga dapat
dipengaruhi oleh lemak dan protein dengan adanya interaksi antara amilosa
dan protein serta terbentuknya kompleks amilosa-lipid yang berpengaruh pada
pembentukan pati resisten. Adanya senyawa-senyawa tersebut memungkinkan
pati resisten yang terbentuk lebih tinggi kadarnya.

2.1.6 Pengaruh metode pengolahan terhadap struktur pati


Pati yang terkandung pada nasi terdiri dari amilosa dan amilopektin. Proporsi
antara amilosa dan amilopektin pada setiap varietas beras berbeda. Berdasarkan
kandungan amilosanya, beras dapat digolongkan menjadi 4 yaitu beras dengan kadar
amilosa tinggi (25-33%), beras dengan kadar amilosa menengah (20-25%), beras dengan
kadar amilosa rendah (9-20%) dan beras dengan kadar amilosa sangat rendah (< 9%) 10.
Beras berkadar amilosa rendah mempunyai sifat nasi yang pulen, tidak terlalu basah
maupun kering. Sedangkan beras berkadar amilosa tinggi mempunyai sifat nasi yang
keras, kering, dan pera.
Suatu penelitian menunjukkan ada pengaruh antara metode pengolahan nasi
terhadap kadar amilosa. Nasi pada pengolahan tradisional memiliki kadar amilosa yang
lebih tinggi dibanding dengan pengolahan rice cooker. Sedangkan pengolahan dengan
mikrowave memiliki kadar amilosa yang lebih tinggi dibanding pengolahan tradisional
dan rice cooker3. Hal ini menunjukkan bahwa dengan metode pengolahan yang berbeda
menghasilkan struktur pati yang berbeda pula.
2.1.7 Pengaruh metode pengolahan terhadap kecepatan hidrolisis pati
Beberapa metode pengolahan nasi mempunyai suhu dan waktu pemasakan yang
berbeda. Suatu penelitian membandingkan metode pengolahan nasi dengan microwave,
stone pot, electric cooker, dan pressure cooking. Dari beberapa metode tersebut
didapatkan bahwa pengolahan dengan menggunakan microwave memiliki periode yang
paling cepat yaitu 9 menit 36 detik. Sedangkan untuk pengolahan dengan stone pot,
electric cooker, dan pressure cooking memiliki periode 15 menit, 25 menit, dan 45 menit.
Perbedaan periode waktu pemasakan tersebut didasarkan pada kecepatan naiknya suhu
pada tiap pengolahan. Pengolahan dengan microwave memiliki kenaikan suhu yang
paling cepat, diikuti oleh pengolahan stone pot, electric cooker dan pressure cooking.
Perbedaan pola pemanasan ini dapat berpengaruh pada struktur fisik nasi. Sebagaimana
yang telah diuraikan sebelumnya, beberapa metode pengolahan nasi menunjukkan
perbedaan struktur pati terkait kadar amilosa. Semakin tinggi kadar amilosa yang
terkandung pada pati, proses hidrolisis pati oleh enzim akan semakin lambat karena sifat
struktur amilosa yang meningkatkan stabilitas granul pati. Oleh sebab itu, perbedaan
kecepatan peningkatan suhu pada beberapa metode tersebut juga akan berpengaruh pada
kecepatan hidrolisis pati11.

Metode pengolahan nasi dengan cara tradisional dan dengan menggunakan


magicom selain dari segi suhu pengolahan juga periode waktu pengolahan yang berbeda.
Hal-hal ini yang mungkin akan berpengaruh pada kecepatan hidrolisis pati oleh enzim
dan mempengaruhi kadar glukosa darah.

10

2.2 Kerangka Teori

11

Usia

12

dengan(125
pengolahan
magicom (125 g)
Nasi dengan pengolahanNasi
tradisional
g)
Penyakit
Status gizi

2.3 Kerangka
konsep
Aktivitas
fisik

Obat-obatan

Dalam kerangka teori, ada beberapa variabel yang mempengaruhi kadar glukosa
darah yaitu aktivitas fisik, alkohol, stres fisik dan emosional, kehamilan, terapi yang
Kadar glukosa darah
dilakukan, obat-obatan, penyakit, satus gizi, usia dan diet. Namun, dalam penelitian ini
Alkohol
Terapi
tujuannya adalah mengetahui perbedaan pengaruh nasi dengan pengolahan tradisional dan
nasi dengan pengolahan magicom terhadap kadar glukosa darah, maka variabel yang
mempengaruhi kadar glukosa darah adalah diet dan variabel lain tidak diperhatikan.
Diet
VariabelStres
kondisi
kesehatan
(obat-obatan,
terapi,
penyakit
yang
diderita),
usia, dan status
fisik dan emosional
gizi dapat dikendalikan.
Kehamilan

125 g nasi dengan pengolahan tradisional


Kadar glukosa darah
125 g nasi dengan pengolahan magic com

2.4 Hipotesis
Ada perbedaan pengaruh antara pemasakan nasi dengan cara tradisional dan dengan
magicom terhadap kadar glukosa darah pada subjek pra diabetes.

13

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Ruang Lingkup Penelitian
3.1.1

Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Kota Boyolali

3.1.2

Waktu Peenelitian
Terbagi dari beberapa tahap, yaitu
Pembuatan Proposal : November-Desember 2013

3.1.3

Pengambilan Data

: Januari-Februari 2014

Analisis Data

: Februari 2014

Penulisan Laporan

: Februari 2014

Disiplin Ilmu Terkait


Penelitian ini masuk lingkup penelitian gizi klinik.

3.2 Rancangan penelitian


Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental dengan rancangan pre and
post test controlled group design. Penelitian ini menggunakan manusia sebagai subjek
penelitian.

KP1

P0

X1

P1

Subjek

KP2

P0

X2

P2

14

Keterangan :
KP1

: Kelompok Perlakuan 1

KP2

: Kelompok perlakuan 2

P0

: Kadar glukosa darah sebelum perlakuan

X1

: Pemberian nasi yang diolah dengan cara tradisional

X2

: Pemberian nasi yang diolah dengan magicom

P1

: Kadar glukosa darah setelah pemberian nasi yang diolah dengan tradisioanl

P2

: Kadar glukosa darah setelah pemberian nasi yang diolah dengan magicom

: Membandingkan kadar glukosa darah setelah pemberian nasi yang diolah


dengan cara tradisional dan dengan magicom

3.3 Populasi dan Sampel


3.3.1

Populasi
Populasi target yang akan digunakan pada penelitian ini adalah wanita pra
diabetes di kota Boyolali. Sedangkan populasi terjangkau yang akan
digunakan adalah wanita pra diabetes RW XI Kelurahan Siswodipuran
Boyolali.

3.3.2

Sampel
Sampel yang akan digunakan diambil dengan cara consecutive sampling dari
populasi terjangkau yang memenuhi kriteria terntentu.
1. Kriteria Inklusi :
a. Berjenis kelamin wanita
b. Usia 50-75 tahun
c. IMT (Indeks Masa Tubuh ) 18,5-25 kg/m2
d. Tidak dalam kondisi sakit atau dalam perawatan dokter terkait penyakit
kronis
e. Glukosa darah puasa (GDP) 100-125 mg/dl
2. Kriteria drop out :
a. Sampel mengundurkan diri
b. Sampel tidak taat pada prosedur penelitian
15

c. Jumlah nasi yang dikonsumsi <80%

2 2 ( z z ) 2
n1 n2

( 1 2 ) 2
Besar sampel dihitung menggunakan rumus

uji beda rata-rata 2 kelompok independen.

(n 1)s

(n2 1) s22
(n1 1) (n2 1)

2
1

Dengan n adalah jumlah sampel pada penelitian sebelumnya, S 1 standar


deviasi kelompok perlakuan 1 dan S2 standar deviasi kelompok perlakuan 2, 1
rata-rata kelompok perlakuan 1 dan 2 rata-rata kelompok perlakuan 2 dari
penelitian sebelumnya. Peneliti menginginkan tingkat kemaknaan sebesar 95%
dan power 80%, maka perhitungannya sebagai berikut

(10 1)6,91

(10 1)2,12 2
26,12
(10 1) (10 1)
2

2 x 26,121,96 0,84

107,6 103,25 2

21,64

Berdasarkan perhitungan tersebut didapatkan sampel minimal sebanyak 22


orang untuk tiap kelompok perlakuan. Untuk mengantisipasi terjadinya drop
out maka sampel ditambah 20% tiap kelompok sehingga menjadi 27 orang

16

tiap kelompok. Proses pengambilan sampel dilakukan dengan menawarkan


kesediaan untuk menjadi sampel penelitian pada populasi terjangkau.
3.4 Variabel dan Definisi Operasional
3.4.1

Variabel
a.

Variabel independen pada penelitian ini adalah nasi dengan pengolahan


tradisional dan nasi dengan pengolahan magicom yang diberikan masingmasing 125 g

b.

Variabel dependen pada penelitian ini adalah kadar glukosa darah

c.

variabel terkontrol pada penelitian ini adalah usia, jenis kelamin, IMT
(Indeks Masa Tubuh), dan kejadian penyakit.

3.4.2

Definisi Operasional Variabel

Variabel
Kadar glukosa darah

Definisi operasional

Hasil ukur

Kadar glukosa darah adalah mg/dl

Skala
Rasio

tingkat glukosa di dalam


darah. Kadar glukosa darah
dipertahankan dalam keadaan
normal berkisar antara 80100 mg/dl. Kadar GDP pada
pra diabetes yaitu 100-125
mg/dl. Kadar glukosa darah
bisa diukur setelah puasa
selama 8 jam (GDP) dan
glukosa darah post prandial
diukur

beberapa

waktu

setelah

makan

bisa

menggunakan
glukometer

alat
dengan

darah

kapiler.

17

Nasi

dengan Nasi diolah secara tradisional

pengolahan

dengan menggunakan panci

tradisional (125 g)

dan dandang. Beras yang


sudah

dicuci

dalam

panci

Nomina
l

dimasukkan
bersama

air

dengan perbandingan beras


dan air 1:1. Setelah air surut,
nasi diaduk-aduk kemudian
panci

ditutup

dikecilkan.

dan

Nasi

api
yang

setengah matang dipindah ke


dandang yang sudah diisi air
dan ditunggu hingga matang.
Perkiraan

waktu

memasak

adalah sekitar 40-50 menit.


Nasi

dengan Nasi

diolah

menggunakan

pengolahan

magicom

dengan

magicom (125 g)

perbandingan beras dan air

Nomina
l

1:1. Beras dicuci kemudian


dimasukkan dalam magicom
dan

tekan

tombol

pemasaknya. Beras dimasak


dalam

magicom

hingga

berhenti secara otomatis bila


sudah matang. Waktu yang
diperlukan sekitar 45 menit.

18

3.5 Alur Penelitian

19

20

Menawarkan kesediaan untuk menjadi subjek penelitian

Pengukuran kadar glukosa darah puasa, BB, dan TB

Diambil 54 subjek yang memenuhi kriterian inklusi


Pengolahan nasi dengan menggunakan magic
Pengolahan nasi dengan cara tradisional

125 g nasi yang diolah


teluryang
rebus
bumbu
balado
1 btr (60+g)
27dengan
wanita tradisional
diberi 125 g+nasi
diolah
dengan
magicom
telur rebus bumb

Pengukuran kadar glukosa darah , 1, 2 jam post prandial dengan alat glukometer

3.6 Prosedur Pengumpulan dan Analisis Data


3.6.1

Pengumpulan Data
21

Data yang dikumpulkan adalah data primer antara lain IMT (dari hasil
pengukuran BB dan TB), umur dan kondisi kesehatan (dari hasil wawancara), serta
kadar glukosa darah puasa dan kadar glukosa darah , 1, 2 jam post prandial dari
pengukuran dengan alat glukometer.
3.6.2

Analisis Data
Data yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan software nutrition,

dengan uji normalitas dari IMT, usia, kadar glukosa darah puasa, kadar glukosa darah
, 1, dan 2 jam post prandial dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov.
Kemudian biila distribusi data normal dilakukan uji beda dengan menggunakan uji
independent t-test, sedangkan bila distribusi data tidak normal menggunakan uji non
parametrik Mann Whitney.

22

1.

DAFTAR PUSTAKA
Dinata CA, Safrita Y, Sastri S. Artikel Penelitian Gambaran Faktor Risiko dan Tipe
Stroke pada Pasien Rawat Inap di Bagian Penyakit Dalam RSUD Kabupaten Solok
Selatan Periode 1 Januari 2010 - 31 Juni 2012. jurnal Kesehatan. 2013;2(2):5761.

2.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Penyajian


Pokok-Pokok Hasil Riset Kesehatan Dasar 2013. Riskesdas 2013. Indonesia; 2013.

3.

Jain A, Rao SM, Sethi S, Ramesh A, Tiwari S, Mandal K, et al. Effect of cooking on
amylose content of rice. jurnal eksperimental biologi. 2012;2(2):3858.

4.

Bender, David A and Mayes PA. Biokimia Harper. edisi 27. Maryam NS, editor. Buku
Kedokteran EGC. Jakarta: Buku Kedokteran EGC; 2009. p. 17983.

5.

Diabe- I. Konsensus Pengendalian dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 di


Indonesia 2011. Indonesia: Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI);

6.

Ui FIK. Pengaruh Relaksasi Otogenik terhadap Kadar Gula Darah dan Tekanan Darah
pada Klien Diabetes Mellitus Tipe 2 dengan Hipertensi di Instalasi Rawat Inap Rumah
Sakit di Diy dan Jawa Tengah. 2010;

7.

Winarno FG. Kimia Pangan dan Gizi. cetakan ke. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama; 2004. p. 2732.

8.

Vaidya RH, Sheth MK. Processing and storage of Indian cereal and cereal products
alters its resistant starch content. Journal of food science and technology [Internet].
2011 Oct [cited 2013 Dec 2];48(5):6227. Available from:
http://www.pubmedcentral.nih.gov/articlerender.fcgi?
artid=3551124&tool=pmcentrez&rendertype=abstract

9.

Reed M. Development and utilization of resistant starch in cooked rice grains and
breads. food science. 2012;

10.

VARIETAS BERAS BERAMILOSA RENDAH DAN TINGGI Oleh: TRI UTAMA


ARGASASMITA F24103127. Skripsi. 2008;

11.

Lee S-W, Lee J-H, Han S-H, Lee J-W, Rhee C. Effect of Various Processing Methods
on the Physical Properties of Cooked Rice and onin vitro Starch Hydrolysis and Blood
Glucose Response in Rats. Starch - Strke [Internet]. 2005 Nov [cited 2013 Dec
3];57(11):5319. Available from: http://doi.wiley.com/10.1002/star.200400371

23

Anda mungkin juga menyukai