Sean Silverthorne
Pengutip Buku
tombol Buy Now(Beli sekarang), persentase dari transaksi penjualan tidak berhasil
dilakukan.
Tim Megibow menginvestigasi penyebab kegagalannya, lagi lagi menggunakan
data metric WEB dan file log server dalam prosesnya. Rupanya, kolom Company
dibawah nama pelanggan yang menyebabkan masalah. Beberapa pelanggan
mengiranya sebagai nama bank yang menerbitkan kartu kredit, dan mereka juga
mengisi alamat bank di alamat penagihan. Hal ini menyebabkan kegagalan saat
pemrosesan kartu kredit. Hanya dengan menghilangkan kolom Company,
membuat keuntungan Expedia naik $12 juta. Megibow mengatakan bahwa Expedia
sudah mengalami banyak cerita yang mirip dengan CSI seperti ini, dan mereka
selalu menghasilkan keuntungan finansial atau operasional.
Kadang cerita CSI melibatkan analisis kuantitatif dan statistik yang lebih dalam.
Seorang anggota tim Megibow saat itu sedang menginvestigasi hal apa yang
menyebabkan pelanggan melakukan transaksi pembelian online. Analis tersebut
menggunakan model regresi Cox-sebuah pendekatan yang sebenarnya digunakan
untuk menentukan pasien mana yang akan meninggal dan yang mana yang akan
hidup setelah beberapa periode analisa bertahan hidup. Analisisnya menemukan
bahwa model sederhana yang sebelumnya dipakai kurang tepat dalam menentukan
pendekatan marketing yang membuat terjadinya penjualan. Megibow berkomentar,
Kami tidak tau kalau kami membiarkan uang begitu saja di atas meja.
digit dalam tiga tahun. Entah karena ada wabah mematikan, atau pelanggan tau
mereka bisa mendapat uangnya kembali dengan cara ini.
Eksekutif
Expedia
menyadari
pasar
telah
berubah,
tapi
biaya
penggantian/pembatalan membuat pendapatan yang besar. Mereka berpikir jika
biaya tersebut dihilangkan, apakah tingkat konversi(penjualan yang selesai)
meningkat? Di bulan April tahun 2009, mereka mengumumkan pembebasan
sementara dari biaya selama sebulan (sedikit cerita percobaan ilmuan gila,
dijelaskan dibawah). Tingkat konversi langsung meningkat tajam. Para eksekutif
merasa mereka punya bukti yang cukup untuk menghentikan pemberian biaya, dan
pesaing lain segera mengikuti.
Di sebuah kota di Seattle, terdapat Zillow, sebuah perusahaan yang
mendistribusikan informasi tentang perumahan real estate. Zillow mungkin paling
dikenal dengan Zestimatesnya, kepemilikan algoritma yang menghasilkan
perkiraan nilai rumah. Tapi, seperti Expedia, keseluruhan budaya Zillow didasarkan
pada data dan analisis-tidak mengejutkan, karena perusahaan tersebut didirikan
oleh Rich Barton, yang juga mendirikan Expedia.
Satu dari cerita Eureka Zillow melibatkan keputusan besar untuk mengubah
bagaimana mereka menghasilkan uang dari hubungan dengan agen real estate.
Zillow mulai bekerja dengan agen pada tahun 2008, setelah sebelumnya berfokus
pada pelanggan. Satu aspek dari model bisnisnya yang berhubungan dengan agen
adalah menjual iklan melalui agen dan memberikan patokan pada mereka. Zillow
membebankan biaya untuk patokan, tapi nilai per patokan tidak cukup di
pandangan eksekutif. Chole Harford, seorang eksekutif Zillow yang mengepalai
manajemen dan strategi produk, berfokus pada mencari model yang tepat untuk
menambah nilai patokan dan menoptimalkan harga patokan.
Harford, yang memiliki PhD dalam bidan volkanologi, atau mempelajari gunung
berapi, sanggup menangani analisis matematis yang cukup canggih. Tetapi, dia dan
temannya awalnya mengandalkan pada apa yang dia sebuh matematika serbet
untuk mengeksplorasi cara cara lin untuk menghasilkan lebih banyak patokan dan
memberikan harga yang cukup adil untuk para agen. Pada bulan April 2010, Zillow
membuat sebuah fitus baru-yang langsung ditiru oleh pesaing-melibatkan penjualan
iklan ke para agen. Itu membuat kontak pelanggan yang lebih banyak daripada
sebelumnya, dan membuat pelanggan langsung menghubungi agen. Zillow juga
memperkenalkan algoritma yang canggih untuk memberi harga patokan kea gen
yang mencoba menghitung nilai ekonomik dari patokan, dengan perkiraan dari
tingkat konversi. Pesaing juga melakukan ini sampai cukup jauh, tapi mungkin tidak
sampai secanggih yang Zillow lakukan. Model patokan dan pemberian harga dan
kesuksesan bisnisnya.
Diprint kembali dengan ijin dari Harvard Business Review Press, Dikutip dari Keeping
Up With the Quants: Your Guide to Understanding and Using Analytics, oleh Thomas
H. Davenport dan Jinho Kim. Copyright 2013 oleh Harvard Business School
Publishing Corporation.