Anda di halaman 1dari 7

FLOW SHEET PABRIK DETERGENT

1.

Flow Sheet
Flow sheet adalah diagram yang dapat menunjukkan rangkaian peralatan

dan kondisi operasi dengan jelas dan mudah. Flow sheet harus mencantumkan
semua data yang di perlukan sesuai jenis flow sheet nya supayamenjadi jelas dan
pasti bagi setiap orang yang membutuhkannya. Flow sheet juga sering digunakan
sebagai dasar penyusunan Standard Operating Procedure(SOP) yang menjadi
pegangan para operator alat proses.
Flow sheet yang sering disebut juga flow diagram merupakan dokumen
kunci dalam suatu plant design. Flow sheet adalah dokumen kunci dalam proses
design, yang menunjukkan rangkaian peralatan proses yang terpilih, hubungan
arus material/bahan, flow rate dan komposisi arus bahan serta kondisi operasi
proses.Adapun kegunaan atau manfaat dengan adanya flow sheet antara lain flow
sheet dapat menunjukkan rangkaian peralatan dan kondisi operasi dengan jelas
dan mudah. serta mendesain piping, instrumentation, equipments dan plant lay
out.
Sebuah flow sheet harus mencantumkan semua data yang diperlukan
sesuai jenis flow sheetnya supaya menjadi jelas dan pasti bagi setiap orang yang
membutuhkannya. Dengan demikian, dapat dikatakan flow sheet merupakan inti
dari sebuah design karena kesalahan data dalam flow sheet akan mengakibatkan
kesalahan dalam penyelesaian suatu proyek.
2. Detergent
Detergent adalah campuran berbagai bahan, yang digunakan untuk
membantu pembersihan yang terbuat dari bahan-bahan turunan minyak bumi.
Bahan utama detergent adalah sodium lauryl sulfonat hasil reaksi antara alkyl
benzenesulfonat (ABS) dengan natrium hidroksida (NaOH). Zat-zat yang terdapat
dalam detergent adalah sebagai berikut:
a) Surfaktan untuk mengikat lemak dan membasahi permukaan.
b) Abrasive untuk menggosok kotoran.
c) Substansi pengubah pH untuk mempengaruhi penampilan ataupun stabilitas
dari komponen lain.

d) Water softener untuk menghilangkan efek kesadahan.


e) Oxidants untuk memutihkan dan menghancurkan kotoran.
f) Material lain selain surfaktan untuk mengikat kotoran didalam suspensiuntuk
mengikat protein, lemak, ataupun karbohidrat dalam kotoran.
Bahan-bahan baku dari detergent adalah sebagai berikut:
a) Bahan aktif (active ingredient)
Bahan aktif ini merupakan bahan inti dari deterjen sehingga bahan ini
harus ada dalam pembuatan deterjen.Secara kimia bahan kimia ini dapat
berupa sodium lauryl sulfonate. Sodium lauryl sulfonate dengan beberapa
nama dagang dengan nama texapone, emal, luthensol, dan neopelex. Secara
fungsional bahan mempunyai andil dalam meningkatkan daya bersih. Ciri dari
bahan aktif ini mempunyai busa banyak dan bentuknya jel (pasta).
b) Bahan Pengisi (filler)
Bahan ini berfungsi sebagai bahan pengisi dari keseluruhan bahan baku.
Pemberian bahan pengisi ini dimaksudkan untuk memperbesar atau
memperbanyak volume. Keberadaan bahan ini dalam deterjen semata-mata
dilihat dari aspek ekonomis. Bahan pengisi deterjen disini menggunakan
Sodium sulfat (Na2SO4). Bahan lain sebagai pengisi deterjen dapat
menggunakan tetra sodium pyroposphate dan sodium sitrat. Bahan ini
berbentuk serbuk, berwarna putih dan mudah larut dalam air.
c) Bahan Penunjang
Salah satu contoh bahan penunjang deterjen adalah soda abu (Na 2CO3)
yang berbentuk serbuk putih. Bahan penunjang ini berfungsi sebagai
meningkatkan daya bersih.Keberadaan bahan inidalam deterjen tidak boleh
terlalu banyak, sebab dapat menimbulkan efek panas pada tangan saat
mencuci pakaian. Bahan penunjang lainnya adalah STPP (Sodium Tripoly
Posphate) yang juga penyubur tanaman. Ini dapat dibuktikan air bekas cucian
disiramkan ke tanaman akan menjadi subur. Hal ini disebabkan oleh
kandungan fosfat yng merupakan salah satu unsur dalam jenis pupuk tertentu.
d)

Bahan Tambahan (additive)


Bahan tambahan ini sebenarnya tidak harus ada didalam pembuatan
deterjen. Namun demikian, produsen mencari hal-hal baru untuk mengangkat

nilai dari deterjen itu sendiri.Salah satu contoh bahan tambahan ini adalah
CMC (Carboxyl Methyl Cellulose).Bahan ini berbentuk serbuk putih yang
berfungsi mencegah kotoran kembali ke pakaian.
d) Bahan Pewangi (Parfum)
Keberadaan bahan wangi ini sangat penting keberadaannya, sebab suatu
deterjen dengan kualitas baik bila menberi parfum salah akan berakibat fatal
dalam penjualan. Parfum untuk deterjen bentuknya cair kekuning-kuningan.
3. Proses Produksi Detergent
a) Sulfonasi
Alkylbenzene dialirkan secara continue dengan penambahan sejumlah
oleum, menggunakan dominant bath principle. Suhu yang harus dipertahankan
sekitar 55C. Di dalam campuran sulfonasi dimasukkan fatty tallow alcohol dan
oleum. Semuanya dipompa menuju sulfator, beroperasi juga dalam dominant bath
principle untuk menjaga suhu agar tetap pada kisaran 500 hingga 550C.
Reaksi kimia yang terjadi adalah:
a.

Sulfonasi
R
+ H2SO4.SO3
Alkilbenzena
oleum
R

SO3H + H2SO4.SO3

SO3H + R

R
SO3H + H2SO4
Alkilbenzena
Sulfonat (ABS)
R
SO3H + H2SO4
Disulfonat
R
SO3
R
Sulfone 1 %

b.

Sulfasi
Reaksi Utama
R-CH2OH + SO3H2O
ROSO3H + H2O H= -325 sd -350 Kj/kg
Reaksi tambahan
R-CH2OH + R-CH2-OSO3H
R-CH2-O-CH2-R + H2SO4
R-CH2-CH2OH + SO3
R-CH=CH2 + H2SO4
R-CH2OH + SO3
RCHO + H2O +SO2
R-CH2OH + 2 SO3
RCOOH + H2O +SO2
b) Proses Netralisasi
Produk hasil dari sulfonasi-sulfasi dinetralisasi di dalam alat bernama
netralizer dengan menggunakan larutan NaOH dibawah temperature yang
terkontrol untuk menjaga fluiditas bubur surfaktan. Surfaktan dimasukkan dalam
storage. Bubur surfaktan, natrium tripolyphostphate dan zat aditif yang lain

dimasukkan ke dalam alat bernama crutcher. Sejumlah besar air dikeluarkan dan
pasta menebal dikareakan reaksi hidrasi natrium tripolyphostphate. Reaksi kimia
yang terjadi adalah:
Na5P3O11 + 6 H2O
Sodium Tripoliphosphate

Na5P3O11.6 H2O
Sodium Tripoliphosphate Hexahydrate

Campuran ini dipompa ke upper story, dimana campuran ini disemprotkan


dibawah tekanan tinggi ke dalam high spray tower setinggi 24 meter, melawan
udara panas dari furnace. Butiran kering dengan bentuk yang dapat diterima,
ukuran dan kerapatan yang sesuai pun telah terbentuk. Butiran yang sudah
dikeringkan di alirkan ke upper story lagi melalui lift yang dapat mendinginkan
mereka dari temperatur 1150C dan menstabilkan butiran. Butiran ini dipisahkan
dalam cyclone. Cyclone adalah alat yang menggunakan prinsip gaya sentrifugal
dan tekanan rendah karena adanya perputaran untuk memisahkan materi
berdasarkan

perbedaan massa jenis dan ukuran. Adapun prinsip kerja dari

cyclone ini sebagai berikut:


a) Gas atau aliran fluida diinjeksikan melalui pipa input.
b) Bentuk kerucut cyclone menginduksikan aliran gas atau fluida untuk berputar,
menciptakan vortex.
c) Partikel dengan ukuran atau kerapatan yang lebih besar didorong ke arah luar
vortex.
d) Gaya gravitasi menyebabkan partikel-partikel tersebut jatuh ke sisi kerucut
menuju tempat pengeluaran.
e) Partikel dengan ukuran atau kerapatan yang lebih kecil keluar melalui bagian
atas dari cyclone melalui pusat yang bertekanan rendah.
f)

Cyclone membuat suatu gaya sentrifugal yang berfungsi untuk memisahkan


partikulat dari udara kotor.

g) Gaya sentrifugal timbul saat partikulat di dalam udara masuk ke puncak


kolektor silindris pada suatu sudut dan diputar dengan cepat mengarah ke
bawah seperti pusaran air. Aliran udara mengalir secara melingkar dan
partikulat yang lebih berat mengarah ke bawah setelah menabrak ke arah
dinding cyclone dan meluncur ke bawah.

Setelah keluar dari cyclone. Granul tersebut lalu disaring di screen. Di dalam alat
screen terjadi proses pengayakan (sizing/screening). Pengayakan atau penyaringan
adalah proses pemisahan secara mekanik berdasarkan perbedaan ukuran partikel.
Pengayakan (screening) dipakai dalam skala industri, sedangkan penyaringan
(sieving)

dipakai

untuk

skala

laboratorium.

Produk

dari

proses

pengayakan/penyaringan ada 2 (dua), yaitu ukuran lebih besar daripada ukuran


lubang-lubang ayakan (oversize) dan ukuran yang lebih kecil daripada ukuran
lubang-lubang ayakan (undersize). Dalam proses industri, biasanya digunakan
material yang berukuran tertentu dan seragam. Untuk memperoleh ukuran yang
seragam, maka perlu dilakukan pengayakan. Pada proses pengayakan zat padat itu
dijatuhkan atau dilemparkan ke permukaan pengayak. Partikel yang di bawah
ukuran atau yang kecil (undersize), atau halusan (fines), lulus melewati bukaan
ayak, sedang yang di atas ukuran atau yang besar (oversize), atau buntut (tails)
tidak lulus. Pengayakan lebih lazim dalam keadaan kering. Beberapa hal yang
perlu diperhatikan dalam pengayakan, yaitu: jenis ayakan, cara pengayakan,
kecepatan pengayakan, ukuran ayakan,waktu pengayakan dan sifat bahan yang
akan diayak. Tujuan dari proses pengayakan ini adalah
a) Mempersiapkan produk umpan (feed) yang ukurannya sesuai untuk beberapa
proses berikutnya.
b) Mencegah masuknya mineral yang tidak sempurna dalam peremukan
(Primary crushing) atau oversize ke dalam proses pengolahan berikutnya,
sehingga dapat dilakukan kembali proses peremukan tahap berikutnya
(secondary crushing).
c) Untuk meningkatkan spesifikasi suatu material sebagai produk akhir.
d) Mencegah masuknya undersize ke permukaan
Setelah keluar dari screen, granul tersebut diberi pewangi dan menuju ke
tempat pengemasan (packing).

Gambar
3.1.
Flowsheet
Industri
Detergent

DAFTAR PUSTAKA

Andriani,

R.

2015.

Industri

Pembuatan

Sabun

dan

Detergen.

https://www.scribd.com/doc/258440210/INDUSTRIPEMBUATAN-SA

[Online].
BUN-DAN-

DETERGEN-docx. (Diakses tanggal 15 Maret 2015)


Lee, N,S. 2014. TU Sapon. [Online]. https://www.scribd.com/doc/241289462/TU-SAPON.
(Diakses tanggal 15 Maret 2015).
Setiawan,P,A. 2010. PRA RENCANA PABRIK ALKYL BENZENE SULFONATE DARI ALKYL
BENZENE

DENGAN

PROSES

SULFONASI

CONTINUOUS.

[Online].

http://core.ac.uk/download/pdf/12215710.pdf. (Diakses tanggal 15 Maret 2015).


Wibawa,I.

2012.

Prinsip

Kerja

Cyclone.

[Online].

https://indrawibawads.word

press.com/tag/prinsip-kerja-cyclone/. (Diakses tanggal 15 Maret 2015).


Wiryawan. 2010. Sulfonasi. [Online]. http://wir-wiryawan.blogspot.com/2010/06 /sulfonasi.html.
(Diakses tanggal 15 Maret 2015).

Anda mungkin juga menyukai