SKRIPSI
Diajukan oleh:
Moch Reza Agung Yudhalaksana
NPM 134060018326
DIPLOMA IV AKUNTANSI KURIKULUM KHUSUS BPKP
Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat
Guna Mencapai Gelar Sarjana Terapan
Pada Politeknik Keuangan Negara - STAN
Februari 2015
: 134060018326
Bidang Skripsi
Judul Skripsi
Mengetahui
Menyetujui
Direktur,
Dosen Pembimbing,
...................................
NIP 196009151981121001
NIP .....................................
Nama
: 134060018326
Bidang Skripsi
Judul Skripsi
2.
NIP 1234567890
.................................................................
3. .
NIP 1234567890
(Ketua Penguji)
(Anggota Penguji/Pembimbing)
(Anggota Penguji)
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, nikmat tuhanmu yang manakah yang kau dustakan, segala puji bagi
Allah SWT, Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang atas petunjuk serta
pertolongan-Nya sehingga penulis dapat menghasilkan karya terbaik skripsi ini di Politeknik
Keuangan Negara STAN sebagai tanda kelulusan. Teramat indah skenario hidup yang telah
dipersiapkan bagi hamba ini sehingga tak akan pernah cukup rasa syukur ini untuk
diucapkan. Penyelesaian skripsi ini tidaklah lepas dari berbagai pihak yang telah Allah SWT
siapkan untuk membantu penulis dalam menyusunnya. Oleh karena itu, dengan rasa tulus dan
penuh kerendahan hati, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Ayahanda Eddy Suwardi (Alm.), Ibunda Yati Nurhayati, Ayahanda Sanny Warokka,
Ibunda Ai Permata Sulaeman selaku orang tua dari penulis yang senantiasa memberikan
dukungan, semangat, kasih sayang serta menyebut nama penulis dalan setiap doanya.
2. Saudara-saudari penulis Lufi Yusufudin Yuda Permana, Hilman Ismail Yuda Sukmana
(Alm.), Fitri Rizki Aprilia, Sulistyo Tri Cahyono, Endah Kristiningrum, Datuk Awalludin
Sri Surya Sumirat, Giovanca Warokka, Srirezeki Warnaen, Triana Putri Asih, Satria
Lukman Hakim, Sumardiono Rahardjo, Muhammad Nurrohmat, Rizki Aulia Harahap,
Bayu Novrianto, Pandi Arsyah dan para saudara ipar yang selalu memberikan doa dan
dukungannya.
3. Keponakan-keponakanku Faza Nadhira Lutfia, Maisya Adilla Lutfia, Taufan Rafian
Adhima, Luftansya Arya Perdana, Sachi Mikayla Serazade, yang selalu membuat penulis
tersenyum dan tertawa melihat keriangannya, dan memotivasi penulis agar segera
menikah dan mempunyai anak sendiri.
3
Bapak A selaku dosen pembimbing materi skripsi atas setiap bimbingan, ilmu
pengetahuan, motivasi, perhatian serta berbagai rekomendasinya atas referensi yang
berkualitas.
8. Ibu B selaku dosen penilai outline, Ibu C selaku dosen pembimbing teknis penulisan
skripsi, Bapak D dan Ibu E, selaku dosen penguji skripsi yang telah memberikan saran
dan masukan untuk perbaikan skripsi ini.
9. Bapak Budi Karya Sumadi selaku Presiden Direktur PT Angkasa Pura II, Bapak Erwin
Syahputra selaku Kepala Satuan Pengawas Internal PT Angkasa Pura II, Bapak Joko
Nugroho Edi selaku Pengawas Senior pada SPI PT Angkasa Pura II yang telah
memberikan akses informasi sebagai bahan penyusunan skripsi ini.
10. Bapak Hyeronimus Saktyo Pranggono selaku Kepala Sub Direktorat BUMN/BUMD
Direktoratpada Deputi Investigasi Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
11. Teman-teman Diploma IV Kurikulum Khusus BPKP Angkatan II yang telah berbagi
kebersamaan dalam kegiataan perkuliahan ini dengan slogan Masuk bareng-bareng,
Lulus bareng-bareng.
12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas segala bantuan dan
dukungan baik secara langsung maupun tidak langsung selama proses penyusunan skripsi
ini.
Penulis menyadari banyak terdapat kekurangan baik dari segi teknis maupun
penyajian skripsi ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan masukan yang
membangun dari semua pihak. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat
baik bagi penulis, pembaca, dan dunia pendidikan pada umumnya.
Daftar Isi
Halaman
HALAMAN JUDUL....
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI.
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI............
PERNYATAAN LULUS UJIAN KOMPREHENSIF
KATA PENGANTAR.
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR...
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian ........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah Penelitian ................................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian ..................................................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian ................................................................................................... 4
E. Ruang Lingkup Penelitian........................................................................................ 5
F. Sistematika Pembahasan................................................................................
G. Metodologi Penelitian...................................................................................
BAB II
LANDASAN TEORI
F.
G.
H.
I.
J.
K.
BAB V
SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN
A. Simpulan..
B. Keterbatasan.......
C. Saran..
DAFTAR PUSTAKA..
LAMPIRAN
Ceklis Observasi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Setiap organisasi baik swasta maupun pemerintahan, baik yang berorientasi laba maupun
nirlaba memiliki risiko dicurangi baik oleh pihak internal maupun eksternal. Secara
internal, kecurangan (fraud) dapat dilakukan pada tingkat pimpinan, manajerial
menengah, maupun pelaksana operasional.
Dampak dari tindakan fraud menyebabkan tujuan organisasi tidak tercapai, menimbulkan
kerugian
keuangan,
konsekuensi
hukum,
penurunan
kepercayaan
masyarakat,
kebijakan
makro
perusahaan
telah
terintegrasi
sehingga
struktur
Kebijakan makro ini pada tingkat stratejik tercermin dalam corporate plan,
management plan, dan standard operating procedures. Pada tingkat operasional
tercermin dalam uraian tugas dan jabatan, perintah, dan petunjuk. Adapun elemenelemen dari dimensi ini antara lain:
1) Pernyataan Pimpinan Puncak mengenai komitmen anti fraud
2) Komunikasi nilai-nilai organisasi dan best practice yang anti fraud
3) Identifikasi faktor kunci yang mempengaruhi risiko keterjadian fraud
4) Penanganan risiko fraud yang responsif dan tepat
2. Apakah perusahaan telah secara berkesinambungan melakukan penilaian risiko?
Penilaian ini perlu dilakukan untuk memberikan informasi aktual atas titik-titik yang
berpotensi terjadinya fraud.
Hasil dari penilaian risiko ini menjadi dasar untuk mendesain atau membuat
penyempurnaan elemen-elemen lain dari FCP.
Elemen dari dimensi ini antara lain:
1) Identifikasi Risiko
2) Penilaian Risiko
3) Pemetaan Risiko
3. Apakah masyarakat, karyawan, dan manajemen telah memiliki kepedulian dalam
mengawasi perilaku fraud?
Komunitas yang dimaksud adalah karyawan, stakeholder, mitra kerja/usaha, serta
pelanggan/masyarakat sebagai penikmat layanan.
10
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang dan perumusan masalah tersebut, tujuan yang ingin
dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah PT Angkasa Pura II Persero
telah memiliki kecukupan perangkat pengendalian yang memadai dalam mengatasi
kelemahan sistem dan prosedur sehingga risiko kesalahan teknis dan fraud bisa
dikendalikan.
D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penulisan tersebut, maka penulis mengharapkan hasil penelitian ini
dapat berguna bagi pihak-pihak terkait antara lain:
1. Bagi Penulis
Penelitian ini diharapkan dapat memperdalam pengetahuan yang berkaitan dengan
peranan pengendalian internal dalam mengatasi kelemahan sistem dan prosedur
sehingga risiko kesalahan teknis dan fraud bisa dikendalikan.
2. Bagi Pemerintah dan Obyek Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan bahan masukan bagi pemerintah
dan BUMN/D pada umumnya dan PT Angkasa Pura II Persero dalam merancang
suatu sistem pengendalian sebagai alarm yang dapat mencegah dan mendeteksi
secara dini terjadinya kelemahan sistem dan prosedur sebagai upaya peningkatan
produktivitas dan kinerja yang berlandaskan tata kelola yang baik (good
governance).
3. Bagi Pembaca
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat serta masukan serta
memberikan tambahan pemikiran terkait sistem pengendalian intern yang substantif
11
dan aplikatif.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian terhadap persepsi auditor atas kegiatan pengawasan dilakukan dengan
pembatasan lingkup sebagai berikut:
1. Obyek penelitian adalah PT Angkasa Pura II.
2. Dalam rangka perencanaan sistem pengendalian internal yang diharapkan mampu
mendeteksi keterjadian fraud secara dini terdapat 5 (lima) dimensi yaitu kebijakan
makro yang terintegrasi, penilaian risiko terjadinya kecurangan, kepedulian
komunitas, sistem pelaporan, serta standar pedoman dan aturan disiplin.
3. Responden penelitian
Responden penelitian adalah komisariat, direksi, karyawan tingkat manajerial
menengah, serta karyawan tingkat operasional pada PT Angkasa Pura II.
F. Sistematika Pembahasan
Skripsi ini direncanakan akan terdiri dari lima bab, dimana tiap-tiap bab tersebut akan
berisi pembahasan sebagai berikut:
BAB I
PENDAHULUAN
Bab ini akan menguraikan mengenai latar belakang penelitian, ruang lingkup dan batasan
penelitian, permasalahan dan pernyataan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
serta
sistematika
pembahasan
yang
menggambarkan
garis
besar/pokok-pokok
LANDASAN TEORI
Bab ini akan menguraikan mengenai teori-teori yang diambil dari literatur-literatur yang
12
dianggap relevan.
BAB III TINJAUAN UMUM ATAS OBYEK PENELITIAN
Pada bab ini, penulis akan menguraikan tentang gambaran umum objek penelitian, visi,
misi struktur organisasi, proses bisnis yang dijalankan, serta pengendalian intern yang
telah dijalankan perusahaan.
BAB IV ANALISIS
ATAS
PERANAN
AUDIT
INTERNAL
DALAM
Dalam bab terakhir ini, penulis akan mengambil simpulan berdasarkan analisis yang
telah dilakukan pada bab sebelumnya, serta mencoba memberikan saran-saran perbaikan
yang dipandang perlu.
G. METODOLOGI PENELITIAN
Data yang digunakan adalah data kualitatif dan kuantitatif baik yang diperoleh dari data
primer maupun data sekunder.
Pemerolehan data primer dilakukan dengan cara menyebarkan kuesioner mengenai
persepsi atas variabel penelitian yang kemudian dilengkapi dengan dokumen/bukti atau
keterangan melalui observasi, wawancara kepada narasumber penelitian dan Focus
Group Discussion (FGD).
Sedangkan data sekunder berupa laporan keuangan, laporan kinerja, profil bisnis,
informasi statistik perusahaan, Pedoman Pengelolaan dan Pengendalian Gratifikasi,
Pedoman Perilaku, Pedoman Sistem Pengaduan, Pedoman Tata Kelola Perusahaan,
13
pemahaman mengenai konsep dan teori yang akan dipergunakan sebagai dasar
analisis.
2) Studi lapangan
Studi lapangan dilakukan dengan pengamatan dan pengumpulan data yang
relevan dari obyek penelitian secara langsung untuk mendapatkan data
penelitian.
16
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Penelitian Sebelumnya
1. Keandalan Efektivitas Internal Audit Dalam Pencegahan dan Deteksi Kecurangan
(fraud) pada PT Semen Padang, sebuah skripsi oleh Rien Nofiyarni Mahasiswa
Program S1 Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Andalas Tahun 2011.
2. Analisis
Peranan
Auditor
dalam
Meningkatkan
Efisiensi
dan
Efektivitas
Pengendalian Internal pada Fungsi Bank dan Kas (studi kasus pada PT (persero))
Angkasa Pura II Cabang BIM, sebuah skripsi oleh Isnamawati Dewan tahun 2009.
3. Pengaruh Penerapan Sistem Pengendalian Intern Kas dan Implementasi Good
Corporate Governance Terhadap Kecurangan Studi Empiris Pada Perusahaan BUMN
di Kota Padang, sebuah skripsi oleh Fitriatil Husna Mahasiswa Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Padang Tahun 2013.
B. Konsep Sistem Pengendalian Manajemen
1. The Association of CFE (2008):
Pegawai mengetahui lebih banyak dari siapapun bilamana terdapat kesenjangan,
kelemahan, dan kegagalan dalam sistem organisasi
2. Louis E. Boone dan David L. Kurts (1984) mengemukakan, pengawasan sebagai the
process by which manager determine wether actual operation are consistent with
plans
3. Robert J. Mocker sebagaimana disampaikan oleh T. Hani Handoko (1995)
mengemukakan definisi pengawasan yang didalamnya memuat unsur esensial proses
pengawasan, bahwa pengawasan adalah suatu usuha sistematik untuk menetapkan
17
Enterprise Risk Management (ERM) adalah sebuah proses, berpengaruh pada sebuah
entitas jajaran direksi, pihak manajemen, dan personel lain, diaplikasikan dalam
pengesetan strategi di dalam perusahaan, didesain untuk mengidentifikasi event yang
potensial yang dapat berpengaruh pada entitas, dan mengelola resiko dengan
penerimaan resiko yang diharapkan, untuk menyediakan jaminan yang beralasan
terhadap penerimaan setiap objek entitas.
2. IIA Position Paper: The Three Lines of Defense (2013)
management control is the first line of defense in risk management, the various risk
control and compliance over- sight functions established by management are the
second line of defense, and independent assurance is the third. Each of these three
lines plays a distinct role within the organizations wider governance framework
3. T. Hani Handoko (1995) mengemukakan, proses pengawasan memiliki lima tahapan,
yaitu (1) Penetapan standar pelaksanaan, (2) Penentuan pengukuran pelaksanaan
kegiatan, (3) Pengukuran pelaksaan kegiatan nyata, (4) Pembandingan pelaksanaan
kegiatan dengan standard dan penganalisaan penyimpangan, dan (5) Pengambilan
tindakan koreksi bila diperlukan. Kemudian, Peraturan Pemerintah Republik No.60
Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah menyatakan bahwa
pengendalian intern merupakan seluruh proses kegiatan audit, review, evaluasi,
pemantauan, dan kegiatan pengawasan lain terhadap penyelenggaraan tugas dan
fungsi organisasi dalam rangka memberikan keyakinan yang memadai bahwa
kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan tolok ukur yang telah ditetapkan secara
efektif dan efisien untuk kepentingan pimpinan dalam mewujudkan pemerintahan
yang baik.
20
D. Konsep Fraud
1. Pengertian
Menurut Kamus Webster, Fraud adalah perilaku menipu atau kebohongan untuk
tujuan merugikan pihak lain.
Menurut kamus Blacks Law, Fraud adalah salah saji kebenaran atau penyembunyian
fakta material sehingga orang lain melakukan tindakan yang merugikan.
Menurut ACFE, Occupational Fraud and Abuse merupakan penggunaan kedudukan
seseorang untuk memperkaya diri sendiri melalui penyalahgunaan yang disengaja
atau penyalahgunaan sumberdaya atau aset organisasi.
Institute of Internal Auditors (IIA) menyatakan bahwa kecurangan mencakup
suatu kesatuan ketidakberesan (irregularities) dan tindakan ilegal yang bercirikan
penipuan yang disengaja.
Menurut kamus hukum, mengartikan fraud (Inggris) atau fraude (Belanda) sebagai
kecurangan. Frauderen/verduisteren (Belanda) berarti menggelapkan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 278 KUHP, Pasal 268 KUHPer. Sedangkan definisi fraud
menurut Black Law Dictionary adalah:
A knowing misrepresentation of the truth or concealment of material fact to induce
another to act to his or her detriment; is usual a tort, but in some cases (especially
when the conduct is willful) it may be a crime; (2)
a misrepresentation made
recklessly without belief in its truth to induce another person to act; (3) a tort arising
from knowing misrepresentation, concealment
of
material
fact,
or
reckless
itu,
Institute
of
Internal
Auditors
(IIA)
menyatakan
bahwa
23
24
Dogget (2005), para praktisi menganggap logika CRT sangat kaku. Saran-saran
dan keberatan dalam metode CRT harus dinyatakan dalam CLR sehingga
membutuhkan lebih banyak waktu.
Selain itu, Scholtes (1988) dalam Dogget (2005) menuturkan bahwa penggunaan
CED akan efektif dilaksanakan ketika karakteristik permasalahan sudah diketahui
dengan baik, sudah terdokumentasi, dan data tersedia.
1) Fishbone diagrams atau The Cause-and-Effect Diagrams (CED).
Tujuan menggambarkan masalah dalam suatu diagram atau gambar adalah untuk
lebih memudahkan kita memahami gambaran permasalahan dan faktor-faktor
penyebab munculnya permasalahan dalam satu diagram atau gambar. Menurut
Scarvada (2004) dalam Asmoko (2012, 2), konsep dasar dari diagram fishbone
adalah permasalahan mendasar diletakkan pada bagian kanan dari diagram atau
pada bagian kepala dari kerangka tulang ikannya. Penyebab permasalahan
digambarkan pada sirip dan durinya.
Langkah-langkah dalam penyusunan Diagram Fishbone atau CED menurut
Ishikawa (1982) dalam Dogget (2005) yaitu:
(1) Tetapkan permasalahan yang akan dipecahkan atau dikendalikan.
(2) Tuliskan permasalahan dibagian kanan dan gambar panah dari arah kiri ke
kanan.
(3) Tuliskan faktor-faktor utama yang berpengaruh atau berakibat pada
permasalahan pada cabang utama.
Faktor-faktor utama permasalahan dapat ditentukan dengan menggunakan
4M (Material, Method, Mechanism, dan Manpower) atau menggunakan 4P
26
2) The 5-whys.
5-whys adalah metode paling sederhana untuk analisis akar penyebab terstruktur.
Ini
adalah
metode
mengajukan
pertanyaan
yang
digunakan
untuk
Why?
why?
why?
Why?
Why?
Root Cause
28
MENDEFINISIKAN
MASALAH
TEMUAN BPK RI
FISHBONE DIAGRAMS
MELAKUKAN
INVESTIGASI
AKAR PENYEBAB
MASALAH
FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI
IMPLEMENTASI
KEBIJAKAN PUBLIK:
1. KOMUNIKASI
2. SUMBER DAYA
3. DISPOSISI/SIKAP
4. STRUKTUR
BIROKRASI
5-WHYS
MENGAJUKAN
ACTION PLAN
29
BAB III
GAMBARAN UMUM TENTANG PT ANGKASA PURA II PERSERO
Objek penelitian yang akan dianalisis sistem pengendalian internalnya terkait keandalannya
mendeteksi fraud adalah PT Angkasa Pura II Persero yang beralamat di Komplek Bandara
Soekarno Hatta, Cengkareng, Tangerang, Banten. Dengan gambaran sebagai berikut:
A. Sejarah Singkat Perusahaan
Angkasa Pura II Persero merupakan Badan Usaha Milik Negara pada Kementerian
Perhubungan yang memiliki lini usaha pelayanan jasa kebandarudaraan dan jasa terkait
bandar udara dengan cakupan wilayah Indonesia bagian barat.
Pada awalnya didirikan dengan nama Perum Pelabuhan Udara Jakarta Cengkareng
melalui Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1984 kemudian berubah menjadi Perum
Angkasa Pura II melalui Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 1986, dan kembali
berubah menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) Angkasa Pura II melalui Peraturan
Pemerintah Nomor 14 Tahun 1992 yang secara sah menjadi PT Angkasa Pura II
(Persero) dengan terbitnya Akta Notaris Silvia Abbas Sudrajat, SH, SpN Nomor 38 pada
tanggal 18 November 2008.
B. Cakupan Bisnis
1. Wilayah
Sampai tahun 2014, Angkasa Pura II telah mengelola 13 Bandara, antara lain yaitu
Bandara Soekarno-Hatta (Jakarta), Halim Perdanakusuma (Jakarta), Kualanamu
(Medan), Supadio (Pontianak), Minangkabau (Padang), Sultan Mahmud Badaruddin
30
pengusahaan
dan
pengembangan
fasilitas
terminal
untuk
31
32
4) Menjalin kerjasama yang saling menguntungkan dengan mitra usaha dan mitra
kerja serta mengembangkan secara sinergis dalam pengelolaan jasa bandar
udara;
5) Memberikan nilai tambah yang optimal bagi masyarakat dan lingkungan.
Dengan melihat visi dan misi yang ada, pengelolaan Angkasa Pura II bertujuan
untuk menjalankan dan mendukung kebijakan dan program perusahaan dalam
segmen ekonomi dan pembangunan, serta mengumpulkan keuntungan bagi
perusahaan dengan menjalankan bisnis kebandarudaraan yang sesuai dengan
asas-asas perusahaan. Angkasa Pura II telah menetapkan sasaran Perusahaan
dalam rangka mensukseskan tujuan Perusahaan untuk periode tahun 20092013
sebagai berikut:
6) Tercapainya pengembangan kegiatan bisnis yang menjadi fokus Angkasa Pura II
serta peningkatan produktivitas kegiatan usaha Angkasa Pura II;
7) Tercapainya kepuasan pengguna jasa melalui pelayanan prima yang didukung
dengan jaminan Service Level Agreement (SLA) dan Service Level Guarantee
(SLG) serta ketersediaan sarana dan prasarana yang dibutuhkan pengguna jasa;
8) TerseIenggaranya
perbaikan
berkeIanjutan
dalam
proses
bisnis
yang
kapabilitas
dan
kapasitas
SDM
secara
efektif
dan
Tentang
Pedoman
Pengelolaan
dan
DKOM.390.2/HK.201/APII-2014
KEP.01.02.01/08/2014.1
37
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Penerapan Pedoman Etika dan Perilaku
Pedoman etika dan perilaku yang ditetapkan melalui keputusan bersama Dewan
Komisaris dan Direksi PT. Angkasa Pura II nomor: DKOM.036.1/HK.201/AP II-2014
dan KEP.02.03.01/01/2014.1, beriisikan sistem nilai, etika bisnis, etika kerja, komitmen
serta penegakan terhadap peraturan-peraturan perusahaan bagi individu. Selain menjadi
pedoman bagi individu, adanya pedoman ini dapat digunakan sebagai kriteria dalam
evaluasi perilaku manajemen dan karyawan.Dengan menerapkan pedoman etika dan
perilaku ini diharapkan dapat tercipta suasana kerja yang sehat dan nyaman serta
membentuk karakter individu perusahaan yang disiplin dan beretika dalam bekerja.
Dalam mengembangkan pedoman ini, PT. Angkasa Pura II berpegang pada nilai-nilai
dasar yaitu kerjasama, keramahtamahan, keunggulan, keseimbangan, tepat sasaran dan
tepat guna, kepuasan, terpercaya. Nilai-nilai tersebut mendasari etika perusahaan dalam
berbisnis dan bekerja.
Dalam melaksanakan bisnisnya dengan para stakeholder, PT. Angkasa Pura II
menerapkan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik. Disamping itu, perusahaan
juga melaksanakan sepenuhnya prinsip-prinsip integritas perusahaan sebagaimana diatur
dalam Undang Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yaitu ketaatan
pada AD/ART, independensi, kehati-hatian, bebas dari konfilk kepentingan dan
kepatuhan hukum.
Dengan mengacu pada nilai-nilai dasar yang telah disebutkan, diatur pula etika bekerja
dan tata perilaku individu perusahaan baik di dalam dan di luar perusahaan, sebagai
38
atasan atau bawahan dan terhadap sesama insan PT. Angkasa Pura II.Etika tersebut harus
menunjukan sikap patuh, jujur, disiplin, terbuka, saling menghargai dan egaliter.
Dalam pedoman tersebut juga diatur perihal perlindungan informasi perusahaan dan
kewajiban pengamanan harta perusahaan.Setiap insan PT. Angkasa Pura II wajib
melindungi dan mengelola informasi dan harta perusahaan sesuai dengan kebijakan dan
kepentingan perusahaan.Hal ini merupakan bentuk pengembangan nilai keseimbangan
dan terpercaya.
Terkait dengan risiko kecurangan dan tindakan ilegal, pedoman etika dan perilaku PT.
Angkasa Pura II juga mengatur mengenai suap. Angkasa Pura II melarang menyuap siapa
pun, di mana pun atas alasan apa pun. Seluruh insan PT. Angkasa Pura II harus
menghindari tindakan terlarang berupa:
1. Penawaran atau pemberian apapun kepada eksternal perusahaan dengan maksud
mendapatkan atau mempertahankan bisnis, atau untuk segala tujuan yang tidak patut,
termasuk pembayaran untuk mengurangi kewajiban pajak.
2. Membuat pembyaran tanpa persetujuan, atau menyetujui pembayaran atau hadiah
yang tidak benar (tunai maupun lainnya) secara langsung atau melalui perantara.
3. Menjanjikan pemberian sesuatu yang bernilai kepada pejabat pemerintah untuk
melakukan sesuatu yang ilegal.
4. Mengabaikan atau tidak melaporkan adanya pembayaran, pemberian hadiah atau
hiburan yang tidak benar.
5. Menyelenggarakan dana yang tidak tercatat untuk tujuan apapun.
6. Membuat laporan palsu atau menyesatkan dalam pembukuan perusahaan.
39
40
benturan kepentingan terdapat dalam pedoman perilaku insan Angkasa Pura II. Terhadap
benturan kepentingan tersebut, seluruh insan PT. Angkasa Pura II:
1. Tidak diperkenankan untuk memegang jabatan rangkap apapun di luar perusahaan
yang dapat menimbulkan benturan kepentingan bisnis dengan perusahaan
sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. Tidak diperkenankan untuk melakukan ikatan bisnis secara pribadi maupun
melibatkan keluarga, dengan pihak lain yang dapat menimbulkan benturan
kepentingan bisnis dengan perusahaan.
3. Membuat pernyataan tahunan terkait benturan kepentingan bagi Direksi dan Dewan
Komisaris.
4. Tidak diperbolehkan terlibat dalam proses diskusi dan pengambilan keputusan bagi
insan PT. Angkasa Pura II yang memiliki benturan kepentingan.
Diketahui sampai dengan tahun 2013, Dewan Komisaris dan Direksi PT. Angkasa Pura II
tidak memiliki hubungan keluarga dengan organ PT. Angkasa Pura II dan hubungan
kepengurusan di perusahaan lain. Untuk meminimalisir benturan kepentingan, Dewan
Komisaris dan Direksi juga diwajibkan membuat Daftar Khusus, yang berisikan
keterangan kepemilikan saham setiap Direktur dan/atau keluarganya pada Angkasa Pura
II maupun perusahaan lain. Daftar Khusus disimpan dan diadministrasikan oleh
Sekretaris Komisaris dan Sekretaris Perusahaan.
C. Pengelolaan Transparansi Harta Kekayaan
Untuk mendukung semangat transparansi dan akuntabilitas dalam penyelenggaraan
perusahaan, PT. Angkasa Pura II telah menetapkan kewajiban penyampaian Laporan
Hasil Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) kepada Komisi Pemberantasan Korupsi
41
mengenai
pelaporan
LHKPN
penulis
dapatkan
dari
situs
Nama
Penyampaian
Jabatan
Terakhir
M. Iksan Tatang
Komisaris Utama
Effendi Batubara
Anggota
08-04-2013
Dewan -
2
Komisaris
Tursandi Alwi
Anggota
Dewan 31-03-2011
3
Komisaris
Rubani Pranoto
Anggota
Dewan 30-12-2010
4
Komisaris
W. Budi Santoso
Anggota
Dewan 01-05-2005
5
Komisaris
Wahyu Kuncoro
Anggota
Dewan -
6
Komisaris
42
Direksi
Tanggal
No.
Nama
Jabatan
Penyampaian
Terakhir
Tri S. Sunoko
Endang
Direktur Utama
29-01-2014
01-04-2013
A.
2
Sumiarsa
Salahudin Rafi
18-01-2011
& Tekonologi
Rinaldo J. Aziz
01-04-2009
22-02-2011
Laurensius
6
Dir. Keuangan
04-06-2010
16-04-2010
Manurung
RP.
7
Hari
Cahyono
Dari kedua tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar Dewan Komisaris dan
Direksi PT. Angkasa Pura II belum memperbaharui LHKPN sampai dengan minimal
tahun 2013.
Belum optimalnya pengelolaan harta kekayaan juga terlihat dalam hasil penilaian
implementasi GCG PT. Angkasa Pura II tahun 2013. Adapaun dalam indikator
Perusahaan melakukan koordinasi pengelolaan dan administrasi LHKPN, PT. Angkasa
43
Pura dalam hal ini Direksi mendapat rekomendasi untuk perbaikan agar menetapkan
ketentuan batas waktu penyampaian LHKPN pada administrator serta menetapkan sanksi
bagi Pejabat yang ditetapkan untuk menyampaikan LHKPN namun tidak menyampaikan.
D. Sistem Pengaduan Pelanggan
PT Angkasa Pura II (Persero) telah mengatur terkait Sistem Pengaduan Pelanggan
(Whistle-Blowing System) melalui Keputusan Bersama Dewan Komisaris dan Direksi PT
Angksa Pura II (Persero) Nomor:
DKOM.036.3/HK.201/APII-2014
KEP.02.03.01/01/2014.2
1. Mekanisme
Secara garis besar PT Angkasa Pura II (Persero) membagi dua sistem pelaporan yaitu
jika terlapor adalah direksi dan selain direksi, dengan alur sebagai berikut:
1) Jika Terlapor adalah Direksi
Penyampaian pengaduan oleh pelanggan disampaikan melalui amplop tertutup
dengan memberi kode WBS pada bagian kanan atas amplop tersebut, ditujukan
kepada Direktur Utama atau Kepala SPI ke alamat:
PT Angkasa Pura II (Persero)
Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta, Gedung 600
Kotak Pos 1001 JKT 19120
Tangerang
44
: 021-5505042
Fax
: 021-5501536
Website
: www.angkasapura2.co.id
45
: Spi.wbs@angkasapura2.co.id
Direktur Utama dalam menerima laporan dapat menugaskan Kepala SPI dan/atau tim
untuk menindaklanjuti pengaduan pelanggaran tersebut, kemudian membuat laporan
pelaksanaan Pengaduan Pelanggaran kepada Dewan Komisaris. Surat Keputusan
terkait dengan pemberian sanksi maupun tindak lanjut kepada pihak berwajib
diputuskan oleh Direksi.
2. Tanda Terima Pengaduan
Atas penyampaian pengaduan, maka pengadu akan menerima tanda terima pengaduan
dengan format sebagai berikut:
46
3. Tindak Lanjut
Direktur Utama atau Kepala SPI bertanggung jawab atas pengaduan terlapor non
direksi, sedangkan Komisaris Utama bertanggung jawab atas pengaduan terlapor
direksi.
Pengaduan anonim tetap diproses setelah melalui proses pertimbangan kesungguhan
isi laporan, kredibilitas, bukti-bukti yang diajukan, dan kemungkinan untuk
melakukan konfirmasi pengaduan.
47
2) Bebas dari bias dan dilakukan tidak tergantung siapa yang melakukan ataupun
siapa yang terlapor;
3) Jika laporan pengaduan bersifat material dan mempengaruhi citra perusahaan
dan/atau melibatkan Direksi, Dewan Komisaris, dan Karyawan satu tingkat di
bawah Direksi sehingga harus menggunakan Tim Investigasi Eksternal, maka
perusahaan harus menyediakan auditor/investigator yang memiliki integritas untuk
menjaga objektivitas hasil investigasi. Di luar kriteria tersebut, investigasi
dilakukan Tim Investigasi Internal;
4) Investigasi dapat dilakukan oleh Investigator Eksternal maupun Internal;
5) Susunan Tim Investigasi Internal terdiri dari unsur-unsur SPI, Sekretaris
Perusahaan, Biro Hukum, Biro Manajemen Risiko dan Kepatuhan, dan unit terkait
lainnya;
6) Tim Investigasi harus independen, bebas dari tekanan dari pihak manapun;
7) Proses Investigasi berdasarkan prinsip keadilan dan penilaian hasil temuan secara
obyektif;
8) Seluruh proses Investigsi dibuatkan Berita Acara dalam bentuk laporan yang
ditandatangani oleh pihak-pihak yang terlibat dalam proses investigasi;
9) Proses Investigasi didokumentasikan dengan baik, sehingga memudahkan proses
peninjauan ulang, penelahaan kembali atas sasaran yang ingin dicapai, dan
pembuatan keputusan-keputusan penting selama proses berlangsung;
10) Hasil laporan investigais tidak berupa opini/pendapat tapi berupa kesimpulan
akhir yang akan digunakan sebagai dasar putusan pengambilan tindakan.
49
5. Perlindungan Pelapor
Perusahaan wajib memberikan perlindungan pelapor dan menjamin kerahasiaan
identitasnya. Informasi pelaporan terdokumentasikan dengan baik dan hanya boleh
diketahui Direktur Utama/Kepala SPI dan/atau Dewan Komisaris/Komite Audit.
Perusahaan berkomitmen untuk patuh terhadap segala peraturan perundangan dan best
practice yang berlaku dalam penyelenggaraan sistem penyelenggaraan perlindungan
pelapor.
Perusahaan menyediakan perlindungan hukum sesuai UU Nomor 15 Tahun 2002 jo
UU Nomor 25 Tahun 2003 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang UU Nomor 13
Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban, dan Peraturan Pemerintah
Nomor 57 Tahun 2003 tentang Tata Cara Perlindungan Khusus bagi Pelapor dan
Saksi dalam Tindak Pidana Pencucian Uang, sebagai berikut:
1) Perlindungan dari tuntutan pidana dan/atau perdata;
2) Perlindungan atas keamanan pribadi, dan/atau keluarga Pelapor dari ancaman fisik
dan/atau mental;
3) Pemberian keterangan tanpa bertatap muka dengan terlapor, pada setiap tingkat
pemeriksaan perkara dalam hal pelanggaran tersebut masuk pada sengketa
pengadilan;
4) Jika dirasa perlu, pelapor dapat meminta bantuan pada Lembaga Perlindungan
Saksi dan Korban (LPSK).
6. Penghargaan dan Sanksi
1) Bentuk sanksi terhadap terlapor ditentukan sesuai dengan ketentuan dan peraturan
yang berlaku di perusahaan;
50
51
Gratifikasi yang berhubungan dengan atau yang diterima pada saat mewakili PT
AP II secara resmi yang ditandai dengan adanya undangan, surat tugas/disposisi,
dan/atau laporan pelaksanaan tugas.
3) Gratifikasi yang tidak melawan hukum
Gratifikasi yang bersifat sosial dan berlaku umum, pada saat berlangsungnya sesi
ibadah keagamaan, upacara adat, syukuran kekeluargaan, apresiasi atas prestasi
pribadi, dan promosi.
2. Penerimaan Gratifikasi
Gratifikasi yang dianggap suap/melawan hukum dilarang untuk diterima. Gratifikasi
boleh diterima jika:
1) Benda promosi, cinderamata, buah tangan, atau kenang-kenangan yang tidak
dimaksudkan sebagai pemberian suap yang tidak berbentuk tunai/voucher, tertera
logo/nama perusahaan, dan tidak bernilai lebih dari Rp2.500.000,00.
2) Berupa hiburan bisnis/kegiatan olahraga yang diberikan untuk tujuan Perusahaan
yang sah, untuk meningkatkan hubungan dengan para pelanggan/pemasok;
3) Berupa barang/uang/setara uang dalam rangka acara pernikahan, khitanan,
kelahiran, atau terkait musibah, tidak bermaksud mempengaruhi pengambilan
keputusan, tidak melebihi dari Rp2.500.000,00, dan dilaporkan kepada UPPG AP
II;
4) Berupa honorarium/uang transport rapat sehubungan kehadiran rapat, sebagai
pembicara/narasumber yang diundang secara resmi;
5) Dalam kondisi tertentu yang tidak terhindarkan untuk menerima pemberian dari
pihak ketiga, wajib dilaporkan kepada UPPG AP II.
52
53
54
4. Pemberian Gratifikasi
Segala janji dan pemberian gratifikasi yang dianggap suap/melawan hukum tidak
diperbolehkan. Namun demikian gratifikasi dapat diberikan jika memenuhi kriteria
sebagai berikut:
55
kecil
masyarakat
sekitar
denan
persetujuan
56
5. Permintaan Gratifikasi
57
Jika terdapat permintaan gratifikasi yang bersifat pemerasan dan/atau pemaksaan diri,
dapat dilaporkan dengan format berikut ini:
58
59
7. Sanksi
1) Pelanggaran atas ketentuan gratifikasi akan diproses melalui pemeriksaan dan
dapat dikenakan sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku, tindakan pembinaan
dan/atau tindakan tegas dari perusahaan;
2) Pelanggaran yang mengakibatkan timbulnya proses hukum dugaan perkara tipikor
tetap berhak mendapatkan bantuan hukum dari perusahaan;
3) Jika putusan hukum telah berkekuatan tetap, maka yang bersangkutan wajib
menanggung segala konsekuensi hukum secara pribadi, termasuk mengganti
segala biaya yang telah dikeluarkan oleh perusahaan dalam proses hukum
tersebut.
F. Peran Auditor Internal
1. Komite Audit
Komite Audit Dewan Komisaris memiliki tugas, fungsi, hak, dan kewajiban sebagai
berikut:
1) Menilai kecukupan dan efektivitas sistem pengendalian intern, kecukupan
pelaporan dan pengungkapan laporan keuangan serta tugas-tugas lain seperti yang
tercantum dalam Piagam Komite Audit;
2) Pelaksanaan tugas Komite Audit didasarkan pada kebijakan, sasaran dan program
kerja yang disahkan oleh Dewan Komisaris;
3) Komite audit dapat dibantu SPI membuat request for proposal yang dilampiri
Kerangka Aucan Kerja dalam rangka pemilihan kantor Akuntan Publik sebagai
auditor eksternal yang akan dipekerjakan untuk kepentingan perusahaan dan
RUPS;
60
4) Melakukan kajian atas rencana, metodologi, dan hasil audit yang dilaksanakan
oleh SPI dan KAP untuk meyakinkan efektivitas pelaksanaan audit;
5) Meminta penjelasan Direksi/pejabat terkait atas rekomendasi hasil audit yang
belum ditindaklanjuti.
2. Satuan Pengawas Internal
Satuan Pengawas Internal (SPI) memiliki tugas, fungsi, hak, dan kewajiban sebagai
berikut:
1) Bertanggung jawab langsung kepada Direktur Utama;
2) Memastikan sistem pengendalian intern perusahaan telah berjalan efektif;
3) Berwenanga mengakses dokumen dan data ke seluruh unit kerja Perusahaan;
4) pelaksanaan audit didasarkan pada kebijakan, sasarn, dan program kerja yang
dijabarkan dalam Rencana Induk Audit dan Program Kerja Audit Tahunan yang
ditetapkan oleh Direktur Utama;
5) SPI berpedoman kepada kode etik, standar audit, Piagam SPI, peraturan lainnya
yang berkaitan dengan SPI dan senantiasa menunjung tinggi prinsip-prinsip
objektivitas, kerahasiaan, ketelitian, dan kehati-hatian;
6) Metodologi yang dikembangkan dan diterapkan harus meliputi audit atas dasar
risiko pada proses bisnis perusahaan serta kepatuhan pada ketentuan perundangundangan dan standar yang berlaku;
7) Bersama fungsi terkait melaksanakan assessment pengendalian intern berbasis
risiko yang akan digunakan sebagai dasar dalam menentukan rencana perbaikan
proses bisnis, metodologi, dan prosedur audit;
61
8) Melakukan pemantauan secara intensif atas pelaksanaan tindak lanjut dari temuan
hasil audit SPI dan Kantor Akuntan Publik serta melaporkan kepada Direktur
Utama dan Dewan Komisaris melalui Komite Audit secara berkala.
(3) Komite Audit bersama dengan SPI melakukan pemantauan atas pelaksanaan
tugas KAP.
3) Hubungan SPI dengan KAP
(1) SPI bersama dengan Komite Audit melakukan pembahasan terhadap sasaran
dan ruang lingkup audit yang akan dilakukan Kantor Akuntan Publik dan untuk
memastikan semua risiko yang penting telah dipertimbangkan;
(2) SPI melaksanakan koordinasi dan memfasilitasi pelaksanaan tugas Kantor
Akuntan Publik;
(3) SPI bersama dengan Komite Audit melakukan pemantauan atas pelaksanan
tugas Kantor Akuntan Publik.
G. Efektivitas Penerapan Instrumen Pencegahan Fraud
Pada tahun 2013, PT Angkasa Pura II melaksanakan Assessment GCG yang dilakukan
oleh Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan didampingi tim internal
perusahaan. Proses assessment dilaksanakan pada seluruh kegiatan direksi, manajemen,
dewan komisaris, dan stakeholder lainnya di kantor pusat serta melakukan sampling di 4
lokasi kantor cabang menggunakan parameter sesuai keputusan Sekretaris Kementerian
BUMN Nomor SK-16/S.MBU/2012.
Atas hasil assessment tersebut, PT Angkasa Pura II melakukan perbaikan regulasi
internal serta inovasi program sebagai berikut:
1. Revisi Pedoman Tata Kelola Perusahaan (Code of Corporate Governance) dan
Pedoman Perilaku (Code of Conduct) serta Board Manual agar sesuai perkembangan
bisnis dan strategi perusahaan. Board Charter yang semula disatukan dalam CoCG,
dipisahkan menjadi pedoman tersendiri.
63
64
1. Implementasi Pedoman Tata Kelola Perusahaan yang Baik dan Pedoman Perilaku
secara Konsisten
Direksi agar menginstruksikan kepada para karyawan untuk menandatangani secara
berkala pernyataan kepatuhan terhadap Pedoman Perilaku.
2. Koordinasi Pengelolaan dan Administrasi LHKPN
1) Direksi agar menetapkan ketentuan batas waktu penyampaian LHKPN pada
administrator.
2) Direksi
agar
menetapkan
sanksi
bagi
Pejabat
yang
ditetapkan
untuk
65
Komisaris
agar
memuat
rencana
telaah/pembahasan
rancangan
isu-isu
terkini
mengenai
perubahan
lingkungan
bisnis
dan
67
pada tahun 2012-2013 yang melibatkan oknum Angkasa Pura II dan rekanan CV 22 Juni
yang berdasarkan laporan hasil perhitungan kerugian keuangan negara yang dibuat oleh
BPKP telah merugikan keuangan negara sebesar Rp490.743.259,00 dari dugaan awal
kerugian negara sebesar Rp1,3 Milyar.
Berikut ini penyajian temuan yang diungkapkan dalam Laporan Tahunan 2013
berdasarkan klasifikasi yang dibuat oleh Satuan Pengawasan Intern Perusahaan:
1. Komposisi Temuan Per Direktorat
No
Direktorat
Persentase (%)
Keuangan
18
Komersial Kebandarudaraan
20
Operasi Kebandarudaraan
27
16
Panitia Pelelangan
Dari data di atas, pelanggaran SOP masih banyak terjadi pada Direktorat Operasi
Kebandarudaraan dan Direktorat Komersial Kebandarudaraan.
2. Komposisi Temuan Per Aspek Usaha
No
Aspek Operasi
Persentase (%)
Keselamatan (Safety)
14
Keamanan (Security)
6
72
No
Aspek Operasi
Persentase (%)
Pelayanan (Services)
16
Kepatuhan (Compliance)
64
Dari data di atas, temuan masih banyak terjadi terkait aspek kepatuhan. Dalam hal
ini, dapat disimpulkan bahwa permasalahan tersebut terjadi akibat masih rendahnya
komitmen dalam melaksanakan regulasi yang telah ditetapkan.
3. Komposisi Temuan Per Penyebab Terjadinya Masalah
No
Sumber Penyebab
Persentase (%)
Pengendalian Intern
63
Perencanaan
13
Kompetensi
15
Data pada tabel di atas erat kaitannya dengan data pada tabel poin 2, bahwa penyebab
terjadinya permasalahan adalah masih lemahnya pengendalian intern sehingga
berakibat pada rendahnya tingkat kepatuhan.
4. Komposisi Permasalahan atas Proyek Pengembangan Bandara
No
Tahapan Proyek
Persentase (%)
Pelelangan
Pembuatan Kontrak
33
Pelaksanaan Pekerjaan
58
73
No
4
Tahapan Proyek
Persentase (%)
Pembayaran Pekerjaan
Dari data di atas, terlihat bahwa permasalahan terbesar adalah pada proses
pelaksanaan pekerjaan dan pembuatan kontrak. Hal tersebut memiliki risiko fraud
yang dapat merugikan keuangan perusahaan dan/atau negara.
5. Komposisi Permasalahan yang Memerlukan Pemeriksaan Khusus
No
Jenis Fraud
Persentase (%)
31
23
Penyalahgunaan Wewenang
31
Lokasi
Jumlah Kasus
Bandara
Sultan
Mahmud
Badaruddin
II
74
No
Lokasi
Jumlah Kasus
Palembang
4
Governance, namun keterjadian fraud tersebut masih tetap terjadi seperti yang telah
dijelaskan pada poin sebelumnya.
Selanjutnya penulis mencoba melakukan wawancara dan observasi pada beberapa
layanan usaha PT Angkasa Pura II untuk meneliti kelemahan sistem pengendalian
manajemen yang menyebabkan keterjadian fraud masih tetap eksis.
Dari daftar pertanyaan observasi terperinci dalam lampiran 1, ternyata PT Angkasa Pura
II masih memiliki kelemahan sistem pengendalian sebagai berikut:
1. Belum ada petugas yang ditunjuk dan bertanggung jawab untuk melaksanakan
investigasi internal atas fraud yang terjadi
2. Belum dilakukan analisis periodik kecenderungan terjadinya fraud berdasarkan
database
3. Tidak banyak laporan keterjadian fraud dari karyawan
4. Organisasi belum secara kontinyu menilai efektivitas kegiatan peningkatan
kepedulian karyawan
5. Pegawai tidak diberikan kesempatan mengembangkan system/ tata kelola untuk
perbaikan operasional yang mendukung kelancaran pelayanan PT AP-II
6. Penyampaian hasil tindakan perbaikan belum dilaksanakan atas pengaduan
masyarakat
7. Karyawan
belum
dikondisikan
peduli
pentingnya
melaporkan
situasi
menyimpang/curang
8. Tidak cukup bukti bahwa karyawan yang telah melaporkan aktivitas menyimpang
kemudian mendapat hukuman, dikorbankan, atau dirugikan
76
9. Belum jelasnya komitmen dan netralitas untuk mendukung dan melindungi setiap
pihak yang memberikan pengaduan yang menginformasikan kejadian fraud
10. Pihak pegawai berpotensi mendapat teguran/sanksi jika melakukan pengaduan atas
kegiatan yang berindikasi fraud
11. Tidak ada kebijakan khusus yang mengharuskan pelaporan ke pihak luar yang
berwenang jika ditemui fraud
12. Tidak secara khusus terdapat kriteria, bentuk, tanggung jawab, dan proses pelaporan
ke pihak luar
13. Pimpinan belum memahami benar tentang kapan dan bagaimana memulai investigasi
terhadap kejadian fraud
14. Belum ada pelatihan staf secara khusus untuk penanganan fraud
15. Belum ada sistem pelaporan yang cukup agar pimpinan dan pihak lain yang relevan,
mendapat informasi atas status penanganan fraud
16. PT AP-II belum menyusun standard Investigasi untuk menangani setiap kejadian yang
berindikasi fraud
17. Belum ada pedoman yang mengatur luas dan sifat, tanggungjawab dan kewenangan
petugas, pelaksanaan, pengumpulan bukti dan pengembangan simpulan investigasi
18. Belum ada pelatihan yang tepat pada petugas untuk dapat melaksanakan tugas
penanganan fraud secara efektif
19. Belum ada kebijakan dan standar perusahaan tentang disiplin secara efektif
melengkapi dan mendukung pesan tertentu dan penekanannya terhadap strategi
memerangi fraud
77
belum
dikondisikan
peduli
pentingnya
melaporkan
situasi
menyimpang/curang
4) Belum jelasnya komitmen dan netralitas untuk mendukung dan melindungi setiap
pihak yang memberikan pengaduan yang menginformasikan kejadian fraud
5) Pihak pegawai berpotensi mendapat teguran/sanksi jika melakukan pengaduan
atas kegiatan yang berindikasi fraud
6) Pimpinan belum memahami benar tentang kapan dan bagaimana memulai
investigasi terhadap kejadian fraud
7) Belum ada pelatihan staf secara khusus untuk penanganan fraud
8) Belum ada pelatihan yang tepat pada petugas untuk dapat melaksanakan tugas
penanganan fraud secara efektif
2. Faktor Kelemahan Sistem dan Regulasi
1) Belum dilakukan analisis periodik kecenderungan terjadinya fraud berdasarkan
database
2) Tidak banyak laporan keterjadian fraud dari karyawan
78
79
81
BAB V
SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SASARAN
A. Simpulan
PT Angkasa Pura II telah secara berkesinambungan meningkatkan kualitas kinerjanya
dengan menyusun sistem pengendalian intern atas proses bisnis sampai dengan
pencegahan terjadinya risiko kecurangan (fraud) untuk mendukung terciptanya Good
Corporate
Governance.
Dengan
diterbitkannya
Pedoman
Perilaku,
Pedoman
B. Keterbatasan
Root cause analysis memiliki tahap-tahap yang berkelanjutan dalam menyelesaikan
permasalahan. Tahap-tahap tersebut yaitu 1) define the non-conformity, 2) investigate the
root cause, 3) create proposed action plan & define timescales, 4) implement proposed
action, dan 5) verification & monitoring of effectiveness. Dalam penelitian ini tahapan
RCA tidak dapat dilaksanakan secara keseluruhan. Tahap ke-4 dan tahap ke-5 belum
dapat dilakukan karena kedua tahap tersebut membutuhkan waktu yang lama untuk
diselesaikan sementara penelitian memiliki waktu yang terbatas.
C. Saran
1. PT Angkasa Pura II disarankan untuk bisa menerapkan rencana aksi yang telah dibuat
oleh penulis untuk meningkatkan tata kelola perusahaan yang baik sehingga
keterjadian fraud dapat diminimalisasi untuk meningkatkan kinerja operasional dan
keuangan perusahaan.
82
83
DAFTAR PUSTAKA
1. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengedalian Intern
Pemerintah.
2. DeZoort, Todd and Harisson, Paul, et al. (2008). An Evaluation of Internal Auditor
Responsibility for Fraud Detection. Institute of Internal Auditor.
3. Institute of Internal Auditor. (2010) International Standards for The Professional
Practice of Internal Auditing.
4. Badan Pengawasan Keuangan Dan Pembangunan. (2008). Fraud Auditing. Edisi
kelima. Bogor: Pusdiklatwas BPKP.
5. Priantara, Diaz. (2013). Fraud Auditing and Investigation. Jakarta: Mitra Wacana
Media
6. Keputusan Sekretaris Kementerian BUMN Nomor: SK-16/S. MBU/2012 tanggal 6
Juni 2012
7. Merchant, Kenneth A and Van der Stede, Wim A. (2007). Management Control
Systems: Performance Measurement, Evaluation and Incentive. Essex: Pearson
Education Limited.
8. Miqdad, Muhammad.(2008). Mengungkap Praktek Kecurangan (fraud) pada
Korporasi dan Organisasi Public Melalui Audit Forensic. Jurnal Ilmu Ekonomi,
volume 3 nomor 2.
9. David, Fred. R. (2011). Strategic Management Concepts and Cases 13th edition. New
Jersey: Prentice Hall.
10. http://www.angkasapura2.co.id
84
13. Keputusan Bersama Dewan Komisaris dan Direksi PT Angkasa Pura II (Persero)
Nomor:
DKOM.036.1/HK.201/APII-2014
KEP.02.03.01/01/2014.1
85
16. Keputusan Bersama Dewan Komisaris dan Direksi PT Angkasa Pura II (Persero)
Nomor:
DKOM.390.2/HK.201/APII-2014
KEP.01.02.01/08/2014.1
86
Lampiran 1:
Ceklis Observasi
No
1
PERTANYAAN
Ya
Tidak
02.02
87
No
PERTANYAAN
Apakah ada fungsi/personil/struktur yang bertugas menerima
02.03
dan menyampaikan hasil setiap pengaduan yang masuk
Apakah ada petugas yang ditunjuk dan bertanggung jawab
02.04 untuk melaksanakan investigasi internal atas fraud yang
terjadi
Pengkajian Risiko Fraud
03.01 Apakah Penilaian Risiko terjadi fraud telah dilaksanakan
03.02 Apakah data base (data induk) kejadian fraud telah dibuat
Apakah secara periodik dilakukan analisis kecenderungan
03.03
terjadinya fraud berdasarkan dabase fraud
Ya
Tidak
05.04
6
No
PERTANYAAN
Apakah perusahaan menunjuk secara formal Petugas atau
06.01
Pejabat yang bewenang menerima laporan kejadian fraud
06.02
Ya
Tidak
07.08
07.09
07.10
No
8
PERTANYAAN
Ya
Tidak
10
No
PERTANYAAN
Apakah seluruh peran organisasional, tanggung-jawab, dan
10.06 wewenang dalam kaitan dengan penanganan fraud telah
didefinisikan dengan jelas
Apakah PT AP-II telah menerapkan kebijakan yang jelas
10.07 mengenai kode etik pegawai yang berlaku dilingkungan PT
AP-II
10.08 Apakah terdapat reviu berkala atas kode etik tersebut
Ya
Tidak
91