Pemeliharaan TBM Karet

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 19

PEMELIHARAAN TANAMAN BELUM MENGHASILKAN

(Tugas Terstruktur)
Budidaya Tanaman Karet
PPM 1504

Oleh
Achmad Fauzi Thaher 09722001
Annisa Nuraisah
09722005
Novia Rahmawati
09722018

PROGRAM STUDIPRODUKSI DAN MANAJEMEN INDUSTRI


PERKEBUNAN
JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2011

I.

PENDAHULUAN

Produktivitas tanaman karet sangat ditentukan oleh kapasitas produksi


tanaman dan hamparan, sedangkan kapasiatas produksi secara langsung
dipengaruhi oleh tingkat pemeliharaan tanaman. Oleh sebab itu, pemeliharaan
memegang peranan penting dalam peningkatan produktivitas tanaman. Seperti
halnya tanaman perkebunan pada umumnya. Tanaman karet yang tidak dipelihara
dengan baik akan menghasilkan tanaman karet yang heterogen pertumbuhannya
sehingga produktivitas pada areal tersebut menjadi rendah. Disamping itu,
tanaman juga mengalami hambatan pertumbuhan dan perkembangan sdalam
ehingga matang sadap dicapaiwaktu yang lebih lama.
Pemeliharaan tanaman yang baik hendaknya dilakukan sejak pertama kali
tanaman

dipindah

kelapangan.

Dalam

makalah

ini

disajikan

kegiatan

pemeliharaan tanaman karet pada fase tanaman belum menghasilkan (TBM).


Pemeliharaan tanaman karet pada fase TBM dititikberatkan pada upaya
mengoptimalkan pertumbuhan vegetatif tanaman terutama lilit batang untu
mempercepat tercapainya matang sadap serta menyeragamkan pertumbuhan
tanaman. Kegiatan pemeliharaan pada tanaman karet fase TBM yang akan dibahas
pada makalah ini meliputi: 1). Penyulaman, 2). Pewiwilan, 3) Induksi
Percabangan, 4). Penyiangan/Pengendalian Gulma, 5). Pemupukan, dan 6).
Pengukuran lilit batang.

II.

PEMELIHARAAN TBM KARET

II.1 Penyisipan/penyulaman
Penyisipan adalah tindakan penggantian tanaman karet yang mati dengan
bibit karet yang baru dengan tujuan untuk mempertahankan populasi tanaman dan
tingkat keseragaman. Pemeriksaan tanaman dilakukan selama dua minggu sekali
dalam kurun waktu tiga bulan. Tanaman yang mati sesegera mungkin disulam
dengan bahan tanam dari klon yang sama dan relatif sama umurnya atau lebih tua
dari tanaman yang disulam. Untuk memperoleh bahan tanaman yang seumur,
haruslah disediakan bahan tanam dalam polibeg sebanyak maksimal 10% ketika
menyiapkan bibitan. Selain bibit dalam polibeg, bahan tanam yang dapat
digunakan untuk penyulaman adalah stum mini, stum tinggi, dan core stump (CS).
Penggunaan bahan tanam tersebut disesuaikan berdasarkan umur tanaman utama.
Jika tidak tersedia tanaman dalam polibeg, bahan tanaman disediakan di
pembibitan dan disulamkan sebagai stum mini. Stum mini adalah bibit hasil
okulasi yang tunas okulasinya ditumbuhkan di pembibitan selama 6-8 dibongkar.
Stum mini memilki persentase kematian lebih rendah bila disbanding stum mata
tidur. Stum mini hanya dapat disulamkan pada tahun pertama. Jika penyulaman
masih harus dilakukan pada tahun kedua dan merupakan penyulaman terakhir,
maka bahan penyulaman menggunakan stum tinggi atau bibit core stump (CS).

A. Penyisipan menggunakan stum tinggi


Stum tinggi adalah bibit hasil okulasi yang ditumbuhkan di pembibitan
selama 1 - 2,5 tahun sebelum pembongkaran. Di samping sebagai bahan tanam,
stum tinggi dipakai juga sebagai bahan tanam penyisip untuk tanaman yang sudah
berumur 2-3 tahun. Keuntungan penggunaan stum tinggi yaitu: masa tanaman
belum menghasilkan lebih singkat (3 tahun) dan pertumbuhan lebih seragam,
sehingga produksi pada awal penyadapan lebih tinggi. Kelemahan penggunaan
stum tinggi yaitu : waktu penyiapan bahan tanam lebih lama, harga lebih mahal
serta waktu penanaman harus bertepatan dengan musim hujan besar (Siagian,
2005).
Stum tinggi diproduksi melalui pembibitan batang bawah yang
dipersiapkan untuk menghasilkan stum okulasi mata tidur. Setelah pengokulasian,
sebagian bibit hasil okulasi dibongkar dan disisakan sebagian untuk memproduksi
stum tinggi. Pembongkaran sebagian bibit hasil okulasi dilakukan sedemikian
rupa, sehingga bibit hasil okulasi yang tinggal di pembibitan yang diperuntukkan
menjadi stum tinggi menjadi berjarak 90 cm x 90 cm. Jika pembibitan batang
bawah khusus dibangun untuk produksi stum tinggi, jarak tanam di pembibitan
adalah 90 cm x 90 cm. Pada setiap lobang ditanam dua kecambah dan akhirnya
dipelihara satu yang terjagur.
Pada umur 5-6 bulan dapat dilakukan okulasi hijau atau okulasi coklat
pada umur selanjutnya. Bibit yang berhasil okulasinya diserong dan tunas okulasi

yang tumbuh dipelihara sampai umur 1-2,5 tahun. Selanjutnya, batang ditunas
dari tunas-tunas liar sampai ketinggian 2,4 m. Bahan tanam seperti ini siap untuk
dipindahkan ke lapangan (kebun produksi). Dalam pembongkaran stum tinggi,
pada sebelah sisi pohon, tanah digali sedalam 50-60 cm. Penggalian lobang
kedalam mengarah ke ujung akar. Dari lobang ini akar lateral dipotong, sehingga
tinggal 5-10 cm, akar tunggang dipotong miring pada kedalaman 50-60 cm.
Pemotongan akar tunggang dilakukan 4 minggu sebelum pencabutan bibit.
Selanjutnya lobang ditutup tanpa memadatkan tanah. Kemudian pemenggalan
batang dilakukan 2 minggu sebelum pencabutan bibit, pada ketinggian 2,7 3
m, tepat 5 cm dibawah karangan mata daun.
Pembongkaran stum tinggi dilakukan dengan menggali kembali tanah
galian pertama dan selanjutnya bibit dibongkar secara hati-hati. Dalam
pengangkutan bahan tanam stum tinggi, akar dan mata yang sudah membengkak
sangat mudah mengalami kerusakan. Untuk mengatasi kerusakan tersebut, bagian
pucuk stum dibungkus dengan gedebok pisang, sedangkan bagian akar dibungkus
dengan goni basah. Dalam truk, stum tinggi disusun secara berlapis dan setiap
lapisan dilapisi dengan daun-daunan. Dengan cara ini, dalam satu truk bisa
diangkut sebanyak 150-200 stum tinggi.
Dalam penanaman stum tinggi, ukuran lobang tanam pada umumnya
adalah 80 x 80 x 80 cm, akan tetapi bisa juga digunakan ukuran lobang 60 x 60 x
40 cm, di mana pada bagian dasarnya diberi rongga sebesar ujung akar
tunggangnya. Rongga ini berfungsi untuk tempat menancapkan batang agar
batang dapat berdiri tegak. Rongga biasanya berbentuk kerucut. Penanaman stum
tinggi harus pada puncak musim hujan. Pada saat penanaman, bagian bawah

dibuat padat dengan cara menginjak tanah isian dan bila memungkinkan setelah
selesai menanam dilakukan penyiraman. Setelah selesai penanaman, batang
diolesi dengan larutan kapur agar transpirasi berkurang. Pengapuran dilakukan
sampai di bawah karangan payung daun terakhir. Kemudian ujung batang ditutup
dengan daun alang-alang kering.

B. Penyisipan menggunakan core stump (CS)


Bahan tanam Core Stump (CS) dihasilkan untuk mengatasi kelemahan
stum tinggi. Bibit Core Stump merupakan stum tinggi, di mana pada saat
pemindahan akar tanaman adalah utuh. Penggunaan CS sebagai bahan tanam
belum berkembang di perkebunan di Indonesia. Hanya satu perusahaan besar
swasta asing yang telah menggunakan CS secara besar-besaran dan menunjukkan
keberhasilan yang cukup tinggi (Siagian, 2006).
CS diproduksi dengan cara melakukan okulasi tanaman muda di polibeg.
Setelah diperoleh tanaman polibeg satu payung daun, lalu ditanam di pembibitan
CS dengan jarak 1,5 x 1 m (mata lima). Pada saat penanaman, dasar polibeg
dipotong dan penanaman dilakukan mengikut sertakan dinding polibeg. Selama di
pembibitan CS yaitu 1,5 s.d 2 tahun, pemeliharaan seperti penyiangan,
pemupukan, pengendalian penyakit dan penunasan dilakukan sesuai anjuran. Bibit
CS dapat dibongkar setelah terlebih dahulu dilakukan topping pada ketinggian 3
m atau pada batas tertinggi batang yang masih berwarna coklat. Ujung batang
yang ditopping dioles TB 192 dan batang dioles dengan larutan kapur dinding.

Seminggu setelah topping, bibit CS dibongkar mengikut sertakan akar yang masih
terbungkus polibeg hitam.
Pada saat pengangkutan, akar dibungkus goni plastik untuk menghindari
pecahnya kolom tanah pada perakaran. Karena tunas sudah mulai membengkak,
pengangkutan dilakukan secara hati-hati dan bibit disusun berlapis. Tiap lapis di
tutup dengan gedebog pisang untuk menghindari terjadinya gesekan antara tunas.
Penanaman dilakukan sesegera mungkin, setelah bibit CS dibongkar.

II.2 Penunasan/Pewiwilan
Penunasan adalah kegiatan membuang tunas palsu dan tunas cabang.
Tunas palsu adalah tunas yang tumbuh bukan dari mata okulasi. Tunas ini banyak
dijumpai pada stum mata tidur, sedangkan pada bibitan dalam polibeg tunas palsu
tersebut relatif kecil. Tunas palsu perlu dibuang supaya tanaman dalam satu blok
dapat tumbuh seragam. Tunas palsu dapat menghambat tumbuhnya mata okulasi
dan bahkan dapat menyebabkan mata okulasi tidak dapat tumbuh sama sekali.
Pemotongan tunas palsu harus dilakukan sebelum tunas berkayu.
Tujuan utama dari penunasan ini adalah untuk mendapatkan bidang sadap
yang baik yaitu berbentuk bulat, lurus dan tegak. Sehingga prinsip pelaksanaan
penunasan atau pewiwilan ini adalah dengan membuang tunas-tunas yang muncul
pada ketinggian 2,5 3 meter diatas tanah. Karena pada ketinggian tersebut
merupakan daerah bidang sapad yang harus dipelihara agar mendapatkan bidang
sadap yang baik sesuai

dengan tujuan utama dari penunasan. Dalam

pelaksanaannya pembuangan tunas harus dilakukan secepat mungkin jangan

menunggu sampai berkayu karenadalam pemotongan akan menimbulkan bekas


yang akan merusak bidang sadap. Untuk rotasi yang biasa dilakukan adalah 12 x
pertahun, namun tidak menutup kemungkinan jika memang sudah ada tunas yang
tumbuh pada daerah bidang sadap maka harus segera dilakukan penunasan, jadi
rotasi tersebut tidak menjadi patotakan waktu pelaksanaan penunasan.
II.3 Induksi cabang (Branch Induction)
Induksi percabangan adalah suatu kegiatan pemeliharaan TBM karet yang
bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan lilit batang tanaman sehingga waktu
matang sadap bisa lebih cepat. Cara yang dilakukan adalahmelakukan
perangsangan percabangan dan memodifikasi bentuk tajuk tanaman sehingga
dengan demikian maka pertumbuhan tajuk tanaman akan semakin baik dan
rimbun yang akan mengoptimalkan laju fotosintesis, dengan demikian
pertumbuhan tanaman akan lebih optimal.
Perinsip pelaksanaan dalam kegiata induksi percabangan ini adalah
melakukan perangsangan percabangan katika pada TBM karet tersebut pada
Ketinggian 2.5-3 m dari pertautan okulasi tidak terdapat cabang. Jadi daerah
perangsangan cabang dilakukan pada ketinggian 2,5-3 m dari pertautan
okulasi.Untuk merangsang pertumbuhan cabang dapat dilakukan dengan cara
sebagai berikut
a. Clipping
Sebagian helaian daun pada payung teratas yang cukup tua (berumur 1,52
tahun) dipotong hingga tangkai daun, sehingga hanya menyisakan 3-4 helaian

daun yang letaknya paling ujung saja. Dua-tiga minggu kemudian tunas cabang
akan tumbuh. Pelihara cabang yang bertingkat, agar tanaman lebih kuat terhadap
angin kencang dan serangan jamur upas. Cara pengguguran daun ini kurang
efisien, sebab cabang yang terbentuk hanya sedikit sekali dan tingkat
keberhasilannya hanya 55% saja.

b. Melipat Daun Pucuk (folding)


Bila sampai ketinggan 175cm tidak terbentuk cabang, maka titik tumbuh
batang ditutup dengan cabang meliputi daun bagian atas dan mengikatnya dengan
karet. Pelipatan dilakukan bila semua daun pada paying teratas tersebut telah
mengeras. Lipatan diperiksa setiap minggu pada musim penghujan atau setiap dua
miggu pada musim kemarau. Bila tunas-tunas telah tumbuh, maka lipatan dibuka.
Apabila tunas tidak tumbuh, penutupan titik tumbuh diulangi lagi pada payung
berikutnya.

c. Pemotongan Batang (topping)


Apabila sampai pada ketinggian 3m tidak terbentuk cabang, maka
dilakukan pemotongan batang tanam (topping) pada ketinggian 310cm. cabang
yang dihasilkan dibiarkan tumbuh dan tidak bertunas. Topping agar dilakukan
pada musim penghujan. Jangan dilakukan pada musim kemarau. Selain system
folding tersebut diatas, ada juga yang lebih baik, yaitu system utrimuing, yaitu

daun muda yang baru muncul pada ketinggian diatas 175cm agar dipotong
daunnya dengan setengah, kecuali pucuknya.
Dengan system pruning dan branch induction maka pertambahan girth
(lingkar batang) akan cepat, sehingga dapat cepat dideres, yang berarti
mempersingkat masa TBM (tanaman belum menghasilkan) selain itu mencegah
pokok doyong atau tumbang. Hal tersebut berarti penghematan biaya dan cepat
mendapatkan produksi. Biasanya untuk budgraft umur 4 - 4,5 tahun sudah dapat
dideres.

2.4 Pengendalian gulma TBM


Masalah gulma di perkebunan karet merupakan masalah serius karena
mengakibatkan terjadinya persaingan dalam penyerapan unsur hara. Di samping
itu, juga ada beberapa jenis gulma yang bisa mengeluarkan zat penghambat
pertumbuhan seperti zat alelopati pada gulma alang-alang (Imperata cylindrica,
sehingga tanaman terhambat dan menjelang waktu penyadapan produksinya
rendah. Gulma juga dapat menjadi tanaman inang (host plant) dari hama dan
penyakit tanaman. Oleh karena itu, gulma harus dikendalikan.
Jenis-jenis gulma pada TBM karet adalah sebagai berikut:
1.

Cyperus spp

2. Ageratum conyzoides
3.

Imperata cylindrica

4.

Otochloa nodosa,
Pada tanaman belum menghasilkan (TBM) terutama tahun pertama sampai

tahun ketiga, tanah masih terbuka sehingga gulma, seperti alang-alang, Mekania,
Eupatorium, dan lain-lain, tumbuh subur dan cepat. Oleh karena itu, gulma harus
dikendalikan agar tanaman karet dapat tumbuh subur dan dapat mencapai
produksi optimal. Untuk mencapai hal tersebut, penyiangan pada tahun pertama
dilakukan berdasarkan umur tanaman.
Pengendalian gulma pada tanaman belum menghasilkan dipusatkan di
sekitar barisan tanaman. Pada tahap awal, daerah di sekitar pangkal batang
dibebaskan dari gulma. Dengan bertambahnya umur tanaman pada daerah yang
dibebaskan dari gulma adalah daerah satu meter sebelah kiri dan kanan barisan
tanaman. Dengan cara demikian, maka kegiatan pemeliharaan selanjutnya dan
penyadapan dapat dilakukan dengan mudah. Pada masa TBM, pengendalian
gulma lebih banyak menggunakan cara manual, yaitu dengan mencabut atau
membersihkan gulma secara langsung dengan tangan atau kored. Pada saat yang
bersamaan juga dilakukan pengaturan tanaman penutup tanah yang melilit batang
karet. Cara pengendalian dengan menggunakan herbisida hanya dilakukan
secukupnya saja. Selain itu, Pengendalian gulma pada tanaman yang belum
menghasilkan juga dilakukan dengan cara penanaman tanaman penutup tanah,
pemeliharaan piringan atau jalur tanaman, dan pemeliharaan gawangan tanaman
(Mangoensoekarjo, 1983):

1.

Piringan Tanaman

Piringan tanaman dengan jari-jari 0,5 1,0 m agar selalu bersih dari gulma
atau penutupan tanah oleh gulma maksimum 30%. Pengendalian gulma dapat
dilakukan secara manual atau kimiawi.
a. Penyiangan secara manual yakni dengan mencabur atau menggunakan
kored/cangkul, dilakukan sebulan sekali atau tergantung pada perkembangan
gulma. Arah penyiangan dibuat silih berganti. Penyiangan I menjauhi batang
tanaman sedangkan penyiangan ke II menuju batang tanaman, demikian
selanjutnya. Hal ini juga berlaku pada penyiangan jalur tanaman untuk
menghindarkan terjadinya pencekungan tanah sekeliling pangkal batang.
b. Pengendalian secara kimiawi yakni dengan menggunakan herbisida. Herbisida
yang digunakan adalah Paracol 1,5/lt/ha, Ustinex SP 2,0/2,0 kg/ha,
masingmasing dalam 600 liter air, penyemprotan dilakukan dua kali berselang
dua minggu, penyemprotan selanjutnya disesuaikan dengan perkembangan
gulma. Menjelang tanaman mulai menghasilkan, kebun yang penyiangannya
hanya pada piringan diubah menjadi penyiangan jalur atau dibuat jalan panen
selebar satu meter.

2.

Gawangan Tanaman

a.

Penanaman tanaman penutup tanah kacangan (PTK).


Setelah pengolahan tanah atau pembukaan lahan selesai segera dilakukan

pengajiran. Penanaman PTK dilakukan setelah pengajiran diupayakan satu tahun


sebelum penanaman karet atau paling lambat bersamaan dengan penanaman karet.
PTK ditanam 1,5-2,0 meter dari ajir atau barisan tanaman dalam 4 baris.
Kacangan yang digunakan adalah:

Campuran konvensional yaitu Centrosema pubesncens, Calpogonium


mucunoides

dan

Pueraria

javanica

dengan

perbandingan

2:2:1.

Penanaman dilakukan denganmenugal sedalam kurang lebih 5 cm. Dalam


satu lubang diisi 3-5 butir biji,kemudian ditutup dengan tanah. Jarak dalam
barisan 40-50 cm atau didedersepanjang larikan.
-

Capologonium caeruleum, ditanam di lapangan dengan bibit dalam


polybag yang berasal dari biji maupun stek. Bibit yang berasal dari biji
lebih dahulu dikecambahkan kemudian dipindahkan ke pembibitan dalam
polybag. Bibit yang berasal dari stek, stek diambil 2 ruas dari tanaman
yang cukup tua dan sudah ada tumbuh akarnya, ditanam dalam polybag.
Setelah 3-4 minggu bibit dapat dipindahkan ke lapangan, jarak tanam
dalam barisan 1 m. tiap lubang tanaman diberi pupuk 3 gram rock
phospate. Penanaman dapat dilakukan pada awal musim hujan atau akhir
msim kemarau. Gulma yang tumbuh diantara PTK harus dikendalikan
dengan mencabut atau menggunakan kored agar tidak mengganggu
pertumbuhan PTK.

b.

Penanaman Tanaman Sela


Pada gawangan yang tidak ditanami PTK sebaiknya ditanami tanaman sela

seperti jagung, padi, kacang tanah, kedelai, dan sebagainya. Tanaman sela akan
membantu pendapatan petani dan sekaligus mendorong petani untuk melakukan
pemeliharaan tanaman. Bila ditanami tanaman sela maka jarak antara tanaman
sela dengan tanaman karet minimal 1 meter. Tanaman sela diberi pupuk yang
cukup. Penanaman tanaman sela diupayakan sepanjang tahun dengan menanam
tanaman yang sesuai dengan musimnya, seperti penanaman padi, jagung pada

musim hujan dan kedelai, kacang uci pada musim kemarau. Dengan demikian
tanaman terpelihara sepanjang tahun.

c. Gawangan yang Tidak Ditanami


Pada gawangan yang tidak ditanami, gulma berkayu didongkel, gulma
berbahaya diberantas, sedangkan gulma lainnya dibabat setinggi 30 cm.
Pembabatan dilakukan 1,5- 2,0 bulan sekali.

2.5 Pemupukan
Pemupukan pada TBM berfungsi untuk mempercepat tanaman mencapai
matang sadap. Pada umumnya unsur yang diberikan adalah N, P dan K dengan
dosis sesuai anjuran daerah setempat.Dosis pupuk bagi TBM karet disajikan pada
Tabel di bawah ini.
1. Dosis Pupuk TBM Karet
Umur(tahun
)
1

PUPUK
Aplikasi keI
II
III
IV
Jumlah
I
II
III
IV
Jumlah
I
II
III
IV

Urea(g/ph) SP 36(g/ph) KCL (g/ph)


20
20
20
30
20
20
40
30
30
50
50
50
140
120
120
50
50
50
75
50
50
75
50
50
75
75
75
275
225
225
75
75
75
100
75
75
100
75
75
100
75
75

Letak(Cm)

10 s/d 30
10 s/d 30
20 s/d 50
20 s/d 50
30 s/d 75
30 s/d 75
30 s/d 75
30 s/d 75
30 s/d 100
30 s/d 100
30 s/d 100
30 s/d 100

Jumlah
I
II
Jumlah
I
II
Jumlah

375
200
200
400
225
225
450

300
150
150
300
150
150
300

300
150
150
300
150
150
300

50 s/d 150
50 s/d 150
50 s/d 150
50 s/d 150
-

untuk mengeifisiensikan pemupukan yang dilakukan selain dengan penyiangan


maka harus juga memperhatikan hal-hal berikut:
2. Tepat dosis
Produktivitas TM berkorelasi positif dengan kecepatan pertumbuhan
TBM. Untuk itu pemupukan TBM karet perlu diberikan dosis maksimal apabila
TBM tidak deberikan pupuk secara maksimal pertumbuhan akan terlambat.
Kelambatan pertumbuhan tidak mungkin terkejar apalagi setelah tanaman
berumur lebih dari 3 tahun.
3. Tepat Jenis
Pemilihan jenis pupuk ditentukan oleh : 1) daya guna pupuk, (2) harga per
unit hara, (3) kemudahan pengadaan, (4) kemudahan aplikasi dan , (5) resiko
pencemaran.Pada TBM karet dibawah umur 3 tahun diperlukan pupuk P yang
mudah larut, misalnya TSP. Untuk tanah dipedalaman atau pegunungan
digunakan menggunakan ZA, karena resiko kehilangan unsur N lebih kecil
dibandingkan urea. Untuk tanah yang terletak dekat dengan pantai dapat
menggunakan berbagai jenis pupuk N tergantung harga per unit unsur N.

4. Tepat Waktu
Saat pemupukan terbaik pada saat ketika tanaman memberikan respon
paling tinggi dan lengas tanah cukup lembab. Respon tertinggi adalah pada saat
mulai membentuk daun baru. Penyerapan unsur N terbaik, ketika pembentukan
daun baru sampai lima bulan sesudahnya.Pada TBM dianjurkan memumpuk
menjelang pembentukan kuncup daun baru agar dapat mendorong pertumbuhan
aktif.
5. Tepat frekuensi
Pada TBM umur kurang dari 3 tahun, frekuensi pemupukan disarankan
minimal 4 kali/tahun. Untuk tanaman yang berumur 4 tahun sampai dengan fase
TM frejuensi pemupukan minimal 2 kali/tahun.
6. Tepat letak
Pemberian pupuk yang efektif terjadi pada kondisi atau lokasi perakaran
rambut terbanyak. Pada TBM, perakaran rambut terbanyak dekat batang semakin
lama semakin jauh, mengikuti perkembangan tajuk.Pada areal berteras, perakaran
rambut terbanyak di bibir teras, tetapi tempat ini peka erosi. Untuk itu letak
pemberian pupuk disarankan di teras.
7. Tepat Cara
Pupuk dapat diberiakn dengan cara ditabur atau cara dibenam. Dasar
pertimbangan ini adalah biyaa aplikasi, jumlah tenaga kerja dan resiko kehilangan

unsur hara.Pemupukan dengan cara ditabur, kehilangan hara sekitar 30 %. Dengan


Cara dibenam sedalam 2 cm dari permukaan tanah, kehilangan hara sekitar 2 %.
2. Gejala defisiensi Unsur Hara
a. Gejala Defisiensi N
Jika kekurangan N maka pertumbuhan tanaman akan terhambat yaitu
tanaman akan kerdil, kemudian pertumbuhan akar terbatas dan daun-daun pada
TBM akan menguning dan gugur.
b. Gejala Defisiensi P
Pertumbuhan terhambat/kerdil, akibat pembelahan sel tergangguDaundaun menjadi ungui atau coklat mulai dari ujung daun, gejala visula ini terlihat
jelas pada TBM karet yag kekurangan P.
c. Gejala Defisiensi K
Unsur K dalam tanaman bersifat mobil, sehingga gejala kekurangan K
akan tampak jelas pada daun-daun tua.

Daun-daun muda memanfaatkan K

dengan menyedot dari daun tua.Pinggir daun berwarna coklat, mulai dari daun
tua.

2.6 Pengukuran Lilit Batang


Pengukuran

lilit

batang

dilakukan

untuk

melihat

perkembangan

pertumbuhan tanaman dan terutama untuk menentukan waktu matang sadap.

Pengukuran ini secara rutin dilakukan 6 bulan sekali pada semua tanaman yang
ada di lapangan. Dengan dilakukannya pengukuran lilit batang ini dapat
dipersiapkan jumlah peralatan dan tenaga kerja penyadap yang diperlukan.
Secara umum setiap tahun lilit batang tanaman karet akan bertambah
antara 10 sampai 12 cm. Tanaman karet baru dapat disadap jika (1) lilit batangnya
pada ketinggian 1 m dari pertautan lebih besar atau sama dengan 45 cm dan (2)
60% dari populasi.

DAFTAR PUSTAKA

Mangoensoekarjo S, Balai Penelitian Perkebunan, Medan. 1983. Gulma dan Cara


Pengendalian Pada Budidaya Perkebunan. Jakarta. Direktorat Jenderal
Perkebunan, Departemen Pertanian.
Purwito. 1977. Pedoman Bercocok Tanam Karet. Fakultas Pertanian UNSOED.
Purwokerto.
Setyamidjaja Djoehana. 1983. Karet: Budidaya dan Pengolahan. Cv. Yasaguna.
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai