PERCOBAAN I DAN VI
PENGARUH CARA PEMBERIAN TERHADAP ABSORBSI OBAT DAN
EFEK SEDATIF
Disusun Oleh :
Golongan
1.
2.
3.
4.
5.
IV Kelompok
(G1F013034)
(G1F013036)
(G1F013038)
(G1F013040)
(G1F013042)
Tanggal Praktikum
: 1. Esti Dyah
2. Heni Ekowati
: 1. Galih Samodra
2. Arya S
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2014
PERCOBAAN I DAN VI
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Absorbsi merupakan proses masuknya obat dari tempat
pemberian kedalam darah. Obat baru dapat berkhasiat apabila
mencapai konsentrasi yang sesuai pada tempat kerjanya. Absorbsi
kebanyakan obat terjadi secara pasif melalui difusi. Kecepatan
absorbsi terhadap jumlah yang diberikan tergantung pada banyak
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
faktor, yaitu, :
Kelarutan obat berdasarkan sifat fisik kimia bahan obat
Kemampuan obat untuk berdifusi melintasi sel membran
Konsentrasi obat berdasarkan dosis obat
Sirkulasi darah pada tempat absorbsi
Luas permukaan kontak obat dengan organ yang mengarbsorbsi
Bentuk sedian obat
Rute oemberian obat dan tempat pemberian obat.
Farmakokinetik, adalah aspek farmakologi yang mencangkup
nasib obat dalam tubuh, yaitu absorbsi, distribusi, metabolisme, dan
ekskresi. Proses sejak obat diberikan sampai timbulnya efek
terapeutik disebut proses farmakokonetik (Ranu Anggara, 2009)
Pengertian Sedasi
Sedasi dapat didefinisikan sebagai suatu penekanan (supresi)
dari kesiapsiagaan terhadap suatu tingkat stimulasi tetap, dengan
penurunan aktivitas spontan, penurunan ketegangan dan penurunan
timbulnya ide-ide. Perubahan perilaku ini terjadi pada dosis efektif
yang terendah dari obat hipnotik-sedatif yang biasa digunakan.
Belum jelas apakah kerja anticemas yang terlihat secara klinis
equivalen atau berbeda dari efek sedatif.
Pada penilaian kualitatif dari obat tidur, perlu diperhatikan
faktor-faktor kinetik berikut:
barbiturat,
contohnya:
fenobarbital,
tiopental,
butobarbital;
hipnotik
sedatif
lain,
contohnya:
kloralhidrat,
golongan
Benzodiazepin,
disamping
B. Tujuan Percobaan
1. Mengenal, mempraktekkan,
dan
membandingkan
cara-cara
serta
kondisi
pasien.
Oleh
sebab
itu,
perlu
bermacam-macam rute
Kemampuan pasien menelan obat melalui oral.
Bentuk sediaan yang diberikanakan mempengaruhi kecepatan dan
, baik untuk
yang
dalam
dosis
harus
dapat
keadaan tidur. Efek hipnotik lebih mendepresi system saraf pusat dari
pada sedasi dan mudah dicapai boleh kebanyakan obat dalam
golongan sedative hanya dengan meningkatkan dosis. Depresi
bertingkat fungsi system saraf pusat yang berkaitan dengan dosis obat
adalah ciri kebanyakan hipnotik-sedatif. Peningkatan dosis obat-obat
hipnotik-sedatif lebih dari yang diperlukan untuk hipnotis dapat
menimbulkan keadaan anestesi umum. Jika dosis ditinggikan lagi,
hipnotik-sedatif yang lebih tua ini dapat menekan pusat pernapasan
dan pusat vasomotor di medulla oblongata, menimbulkan koma dan
kematian (Munaf ST, 1994).
Sedative menekan reaksi
terhadap
perangsangan,
terutama
: kloralhidrat, etklorvinol,
kerja,
dan
hubungan
pribadi.
Sensitivitas
yang
B. Bahan
i)
Percobaan I
Bahan-bahan yang digunakan yaitu aquabidest, diazepam,
ii)
III.
CARA KERJA
a. Peroral
TIKUS
- Ditimbang
DIAZEPAM
- TABLET
Ditimbang
- Digerus
- Diambil sesuai dengan dosis (1,602 mg/ml)
- Dibuat larutan stok
- Diambil 3,5 ml denganjarum sonde
- Diinjeksikan dalam tikus melalui mulut tikus
TIKUS
- Didiamkan 15 menit
- Dicatat onset diazepam secara peroral
- Dimasukkan dalam rotarod selama 2 menit pada menit
-
DATA PERORAL
b. Subcutan
TIKUS
Ditimbang
DIAZEPAM
- AMPUL
Diambil sesuai dengan dosis (0,09 ml)
- Diencerkan dalam labu ukur (di ad air 25 ml)
- Diambil 3 ml dengan jarum suntik
- Diinjeksikan dalam tikus melalui kulit ditengkuk tikus
TIKUS
- Didiamkan 15 menit
- Dicatat onset diazepam secara subcutan
- Dimasukkan dalam rotarod selama 2 menit pada menit
-
DATA SUBCUTAN
c. Intramuskular
TIKUS
- Ditimbang
DIAZEPAM
- AMPUL
Diambil sesuai dengan dosis (1,8 ml)
- Diencerkan dalam labu ukur (di ad air 10 ml)
- Diambil 0,09 ml dengan jarum suntik
- Diinjeksikan dalam tikus melalui paha
tikus
(intramuskular)
TIKUS
- Didiamkan 15 menit
- Dicatat onset diazepam secara intramuskular
- Dimasukkan dalam rotarod selama 2 menit pada menit
-
DATA INTRAMUSKULAR
IV.
Larutan stok=
Volume pemberian=
0,018
mg
178 mg
ml
mg
=1,602
2mg
ml
BBtikus 1
140 1
v max=
5=3,5 ml
100
2
100 2
Subcutan (SC)
Larutan stok=
Volume pemberian=
BBtikus 1
120 1
v max=
5=3 ml
100
2
100 2
Larutan stok=
Pengenceran : M 1 V 1=M 2 V 2
0,9 10=5 V 2
V 2=1,8 ml di ad 10 ml
Volume pemberian=
BBtikus 1
180 1
v max=
0,1=0,09 ml
100
2
100 2
Data Pengamatan :
Kelompok 1
Onset
Durasi
PO
20
35
IV
5
33
IP
7
25
Kelompok 2
Onset
Durasi
PO
25
40
SC
16
27
IM
13
22
Kelompok 3
Onset
Durasi
PO
25
20
IV
10
>90
IP
20
40
Kelompok 4
Onset
Durasi
PO
14
16
SC
12
33
IM
10
35
PO
3
4
2
3
0
IV
9
9
2
4
2
IP
5
3
9
6
3
PO
19
17
14
19
15
SC
16
7
5
4
1
IM
18
18
6
11
12
Kelompok 2 :
Menit
15
30
45
60
90
Kelompok 3 :
Menit
15
30
45
60
90
PO
8
1
0
0
0
IV
20
18
8
12
8
IP
15
4
2
0
0
PO
7
4
4
3
2
SC
9
9
4
3
1
IM
13
3
1
1
2
Kelompok 4 :
Menit
15
30
45
60
90
V. PEMBAHASAN
Range T1/2 diazepam antara 20-100 jam dengan rata-rata t 1/2nya adalah
30 jam. Onset adalah waktu yang dibutuhkan obat untuk menimbulkan efek
mulai obat itu diberikan. Didapatkan hasil onset yang terpendek adalah
intravena, intraperitonial, intramuscular, subcutan, dan peroral.
Durasi adalah lamanya waktu yang diperlukan obat mulai dari obat
berefek sampai efek hilang. Durasi dipengaruhi oleh kadar obat dalam darah
dalam waktu tertentu.
Macam-macam rute pemberian obat Vaskuler terdiri dari intravena,
intraarteri,
intracardial
intramuscular,
sedangkan
intraperitonial,
ekstravaskuler
sublingual.
Urutan
subcutan,
peroral,
kecepatan
absorbsi
pahit. Kelarutan agak sukar larut dalam air tidak larut dalam etanol(95%)
mudah larut dalam kloroform(Anonim,1995).
Alkohol Pemerian cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap, dan
mudah bergerak, bau khas rasa panas, mudah terbakar dengan memberikan
biru yang tidak berasap(Anonim,1979).
Fenobarbital Pemerian hablur kecil atau serbuk hablur putih berkilat, tidak
berbau, tidak berasa, dapat terjadi polimerfisma. Stabil di udara pH larutan
jenuh lebih kurang 5. Kelarutan sangat sukar larut dalam air larut dalam
larutan alakali hidroksida, dan dalam alkali karbonat, agak sukar larut dalam
kloroform(Anonim,1995).
Klorpromasin Pemeriaan serbuk hablur putih atau agak putih kuning
gading, tidak berbau oleh pengaruh cahaya warna menjadi tua. Kelarutan
sangat mudah larut dalam air mudah larut dalam etanol dan dalam kloroform,
praktis tidak larut dalam eter dan dalam benzen(Anonim,1995).
Disebut juga dengan tidur tenang atau slow wave sleeps. +/- 1 jam.
Ciri :
Denyutan jantung, tekanan darah dan pernapasan teratur.
Relaksasi tanpa gerakan otot muka dan mata.
b. Fasse REM atau active sleep
Disebut juga paradokial, 5-15 menit, siklus akhir rata-rata 20-30
menit.
Ciri :
Gerakan mata cepat kesatu arah.
Jantung, tekanan darah, dan pernapasan turun naik.
Aliran darah ke otak bertambah dan otot-otot mengendor.
Cara kerja dan perlakuan kenapa dikasih diazepam ?
Pemberian obat pada hewan coba (tikus) yang kelompok kami lakukan
yaitu melalui peroral, subkutan, intraperitoneal, dan intramuscular.
Dengan peroral yaitu pemberiaan obat diberikan melalui mulut sehingga
masuk kesaluran intestenial dengan menggunakan jarum injeksi yang
berujung tumpul yang bertujuan agar tidak menimbulkan dampak yang dapat
membahayakan bagi hewan coba
Dengan cara subkutan (cara injeksi obat melalui tenguk hewan uji tepatnya
injeksi dilakukan dibawah kulit).
Dengan cara peritonial (injeksi yang dilakukan pada rongga perut cara ini
jarang digunakan karena rentan menyebabkan infeksi)
Dengan cara intramuscular yaitu dengan menyuntikan obat daerah yang
berotot seperti paha ataua lengan atas (Muscthler,1991).
Cara kerja dengan pemberiaan peroral,mula-mula ambil satu buah tikus
dari tempatnya kemudian ditimbang, didapatkan berat tikus 120 mg. Selagi
penimbangan hitung konversi dosis,larutan,stok obat,jumlah obat yang harus
diambil,serta perhitungan volume diazepam yang akan diberikan pada tikus.
Setelah larutan selesai dibuat,masukan larutan diazepam ke dalam spuit
injeksi 3 ml, karena akan diberikan secara per oral maka digunakan jarum
soned/ujung/tumpul/membulat agar saat memasukkan larutan obat ke dalam
saluran pencernaan tikus, tanpa melalui tikus. Pada saat memasukkan jarum
ke dalam saluran pencernan tikus harus ditegakan agar dapat memasukan
jarum sonde secara tegak lurus. Setelah itu amati tikus dengan seksama dan
hitung onset waktu dan durasi waktu tidur diazepam. Dari percobaan diatas
muntah-muntah.
Sangat berguna dalam keadaan darurat
KESIMPULAN
1. Dosis Obat yang diberikan tergantung pada cara pemberiaan obat yang
dilakukan
2. Volume obat yang diberikan tergantung pada berat badan hewan uji
3. Onset merupakan waktu yang dibutuhkan dari pemeriaan obat sampai
timbulnya efek. Sedangkan Durasi adalah waktu suatu obat dari timbulnya
efek sampai hilangnya efek.
4. Berdasarkan praktikum kali ini urutan absorbsi dari yang paling cepat ke
yang paling lambat adalah : Intra Vena (IV), Intra peritonial (IP),
kemudian Subcutan (SC), dan terakhir Intra muscular (IM) yang memiliki
onset dan durasi lama.
5. Perbedaan urutan kecepatan absorbsi antara literatur dengan hasil
pengamatan saat praktikum disebabkan oleh perbedaan dalam menentukan
onset dan durasi,serta perbedaan kondisi pada masing-masing hewan uji,
kesalahan praktikan dalam menyuntikan dan menghitung dosis obat dan
juga obat yang diberikan tidak sampai pada daerah yang diingikan.
VII.
TUGAS
Tugas praktikum P1
1. Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi absorbsi obat dari saluran
cerna!
Jawab :
a. Bentuk sediaan :
Terutama berpengaruh terhadap kecepatan absorpsi obat yang
secara tidak langsung mempengaruhi intensitas respon biologis
obat. Dalam bentuk sediaan yang berbeda, maka proses absorpsi
obat memerlukan waktu yang berbeda dan jumlah ketersediaan
hayati yang berlainan.
b. Sifat fisik dan Kimia obat :
Bentuk ester, asam dan garam kompleks dari bahan obat dapat
mempengaruhi kelarutan dan proses absorpsi obat. Selain itu
bentuk kristal/poimorfi kelarutan dalam lemak atau air, dan derajat
ionisasi juga mempengaruhi proses absorpsi.
c. Faktor biologis :
pH saluran cerna, sekresi cairan lambung, gerakan saluran
cerna, waktu pengosongan lambung dan waktu transit dalam usus,
serta banyaknya pembuluh darah pada tempat absorpsi.
d. Faktor lain :
Umur, makanan, adanya interaksi obat dengan senyawa lain
dan penyakit tertentu.
2. Jelaskan bagaimana cara pemberian obat dapat mempengaruhi onset dan
durasi!
Jawab :
Cara pemberian obat dapat mempengaruhi onset dan durasi
dimana hubungannya dengan kecepatan dan kelengkapan absorbsi obat.
Kecepatan absorbsi obat di sini berpengaruh terhadap onsetnya
sedangkan kelengkapan absorbsi obat berpengaruh terhadap durasinya.
Misalnya lengkap atau tidaknya obat yang berikatan dengan reseptor
dan apakah ada factor penghambatnya. Untuk penggunaan peroral
memiliki onset dan durasi yang lebih lama dibandingakan yang dengan
cara injeksi. Karena rute per oral membutuhkan waktu untuk absorpsi
dalam saluran pencernaan. Untuk injeksi sendiri yang memiliki onset
dan durasi yang paling cepat adalah secara Intra Vena (IV), kerena
Tugas Praktikum P6
1. Apa tujuan mengadaptasikan mencit sebelum dilakukan percobaan?
Jawab :
Tujuan pengadaptasian mencit sebelum dilakukan percobaan
adalah agar mencit dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan dan
agar tidak stres jika dilakukan percobaan.
2. Jelaskan mekanisme terjadinya efek sedatif dan apa bedanya dengan efek
anastesi!
Jawab :
a. Fase non REM atau deep sleep
Disebut juga dengan tidur tenang atau slow wave sleeps. +/- 1 jam.
Ciri :
Denyutan jantung, tekanan darah dan pernapasan teratur.
Relaksasi tanpa gerakan otot muka dan mata.
b. Fasse REM atau active sleep
Disebut juga paradokial, 5-15 menit, siklus akhir rata-rata 20-30
menit.
Ciri :
Gerakan mata cepat kesatu arah.
Jantung, tekanan darah, dan pernapasan turun naik.
Aliran darah ke otak bertambah dan otot-otot mengendor.
Sedatif adalah zat-zat yang dalam dosis terapi yang rendah dapat
menekan aktivitas mental, menurunkan respon terhadap rangsangan
emosi sehingga menenangkan.
Sedangkan anastesi adalah hilangnya sensasi nyeri (rasa sakit)
disertai atau tidak disertai hilangnya kesadaran pada anastesi. Gerakan
mata dan refleks mata hilang dan dapat terjadi kelumpuhan sumsum
tulang otot menjadi lemas, pernapasan dangkal.
3. Cari dan jelaskan cara uji daya sedatif yang lain berikut alat-alat yang
digunakannya!
Jawab :
c. Traction Test
Alat : traction test, pengatur waktu.
Lengan hewan uji digantungkan pada traction test secara
horizontal. Hewan abnormal akan memerlukan waktu yang lama
untuk membalikkan badan bahkan akan terjatuh dibandingkan
dengan hewan normal, maksimal 5 detik.
d. Fireplace Test
Alat : tabung kaca, pengatur waktu, spuit injeksi, jarum sonde.
Hewan uji diletakkan ke dalam tabung kaca, hewan normal
akan berusaha lompat keluar dari tabungdalam waktu 30 detik,
sedangkan hewan abnormal yang telah memiliki efek sedatif akan
keluar tabung kaca lebih dari 30 detik. Pengamatan dilakukan
dengan melihat waktu lompat hewan keluar dari tabung setiap
rentang waktu pengujian.
2014.
http://www.news-medical.net/health/sedatives-what-are-
Tjay , Tan Hoan dan Kirana Rahardja. 2007. Obat-Obat Penting : Khasiat,
Penggunaan, dan Efek-Efek Sampingnya. Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo
Vane, Botting. 1996. Diagnosis Farmakologi. Jakarta: Balai Pustaka Press
Ketua Kelompok