Anda di halaman 1dari 5

Cara Menentukan Letak Perusahaan

Secara umum terdapat 2 (dua) macam cara untuk menentukan lokasi


perusahaan yaitu :
1. Cara Kualitatif
Cara ini diadakan penilaian secara kualitatif terhadap faktor-faktor yang dianggap
relevan atau memegang peranan pada setiap pilihan lokasi. Ukuran penilaian dinyatakan
dalam : baik sekali (bs), baik (b), sedang (s), kurang (k), dan kurang sekali (ks).
Misalnya suatu industri baik akan memilih 4 (empat) kota sebagai lokasi perusahaan :
1. Solo
2. Yogyakarta
3. Semarang
4. Purwokerto
Faktor yang dinilai ialah : bahan baku, tenaga kerja, tenaga pembangkit listrik,
transportasi, pasar (konsumen).
Faktor-Faktor
Bahan baku
Tenaga kerja
Listrik
Transportasi
Pasar

Lokasi
Solo
b
bs
b
bs
bs

Yogyakarta
bs
b
b
s
k

Semarang
b
s
b
b
b

Purwokerto
bs
bs
s
k
k

Dari hasil analisis pada masing masing alternatif tersebut dapat disimpulkan lokasi
yang paling ideal adalah Solo.

2. Cara Kuantitatif (sederhana)


Dengan cara ini hasil analisis kualitatif dikuantifikasikan dengan cara memberikan skor
(nilai) pada masing masing kiteria. Dengan contoh pada tabel 1, ditetapkan nilai untuk
masing masing kriteria : bs=5 , b=4, s=3, b=4, s=3, k=2, ks=1. keadaan selanjutnya
dapat dilihat pada tabel berikut.
FAKTORFAKTOR

LOKASI
SOLO

JUMLAH
NILAI

YOGYAKARTA

SEMARANG

PURWOKERTO

KEADAAN
b
bs
b
bs
bs

NILAI
4
5
4
5
5

KEADAAN
bs
b
b
s
k

NILAI
5
4
4
3
2

KEADAAN
b
s
b
b
b

NILAI
4
3
4
4
4

KEADAAN
bs
bs
s
k
k

NILAI
5
5
3
2
2

23

18

19

17

Dapat dilihat bahwa, kota PEKALONGAN memang mempunyai nilai tertinggi


dibandingkan dengan ke tiga kota lainnya.
Penetapan Lokasi Perusahaan menurut Teori Alfred Weber
Dalam teorinya, Weber mengemukakan ada dua faktor yang mempengruhi penetapan
lokasi perusahaan, yaitu :
Biaya Pengangkutan
Biaya Tenaga Kerja

1.
2.

Titik tolak analisis weber terletak pada faktor biaya pengangkutan, kemudian
diperhatikan pula biaya tenaga kerja. Apabila suatu industri menganggap biaya
pengangkutan menjadi faktor utama dalam menetapkan lokasi perusahaan, maka
perusahaan akan didirikan pada suatu titik pada garis lurus yang menghubungkan Tempat
Bahan Mentah (TBM) dan Daerah Konsumen (DK).
(TBM)x..x (DK)
Untuk dapat menetapkan Tempat Kediaman Perusahaan (TKP) antara TBM dan DK,
maka menurut Weber harus dilihat sifat bahan mentah yang digunakan perushaan dan
corak proses produksinya.

1.

Sifat bahan mentah dan corak proses produksinya dapat dibedakan sebagai berikut :
Ubikuitas mutlak
Yaitu bahan baku yang tersedia dalam jumlah tidak terbatas dan terdapat dimana saja.
Misalnya udara bagi pabrik gas.

2.

Ubikuitas Relatif
Yaitu bahan baku yang tersedia dalam jumlah tidak terbatas, tetapi hanya ada di beberapa
tempat tertentu saja. Misalnya tanah liat untuk pabrik batu bata. Ubikuitas Relatif ini ada
dua jenis yaitu:
-

bahan baku seluruhnya habis dipakai dalam proses produksi


bahan baku hanya sebagian saja yang dipakai dalam proses produksi atau
terdapat kemerosotan berat bahan baku.

3. Dibutuhkan berbagai bahan baku yang tempatnya terpisah-pisah.

Apabila jenis bahan baku yang digunakan oleh perusahaan adalah


Ubikuitas Mutlak maka tentu saja TKP akan berada di DK sebab jika diluar DK berarti
perusahaan akan mengeluarkan biaya pengangkutan hasil produksi ke DK. Jika bahan baku
yang diperlukan perusahaan terdapat juga di DK maka perusahaan cenderung memilih TKP
mendekati DK.

Apabila seluruh bahan mentah habis digunakan dalaln proses produksi


yaitu jenis Ubikuitas Relatif, maka TKP akan berada di DK atau pada tiap-tiap titik antara
TBM dan DK. Jadi disini misalkan digunakan 300 kg ahan mentah yang dimasukkan kedalam
proses produksi maka akan dihasilkan 300 kg barang jadi. Oleh karena itu mengangkut bahan
mentah resikonya lebih kecil dibanding jika mengangkut barang jadi, maka perusahaan
cenderung menempatkan TKP dan DK.
CONTOH :
Jarak antara TBM-DK=200 km
Biaya pengangkutan untuk 1 kg/200 km=Rp 200,00
Jumlah bahan mentah yang digunakan= 400 kg

Penyelesaian :
1. Apabila TKP berada di DK, maka besarnya biaya pengangkutan yang dikeluarkan
hanyalah biaya pengangkutan bahan mentah dari TBM ke DK yaitu sebesar : 400
x Rp. 200,00 = Rp. 80.000,00
2. Apabila TKP berada 100 km dari TBM dan dari Dk (TKP berada ditengah jarak
TBM-DK), maka biaya pengangkutan yang dikeluarkan ialah untuk mengankut
bahan mentah dari TBM ke TKP serta biaya pengankutan barang jadi dari TKP ke
DK.
200 km

TBM

TKP

DK

Jadi biaya yang dikeluarkan :


400 kg bahan mentah @ Rp 100,-/100 km
= Rp 40.000,400 kg bahan jadi @ RP 100.-/100 km
= Rp 40.000,Jumlah biaya pengangkutan
= RP 80.000,Dari contoh diatas maka TKP akan berada di DK maupun pada setiap titik antara TBM
dan DK.
o

Apabila hanya sebagian saja dari bahan mentah akan menjadi barang jadi, maka TKP
akan berada di TBM.
CONTOH :
150 kg bahan mentah yang diproses akan menjadi 90 kg barang jadi.
Biaya pengangkutan bahan mentah tiap kg/tiap km =Rp 100,00
Biaya pengangkutan barang jadi tiap kg/km
=150,00
Jarak TBM-DK=100 km.
Dalam hal ini kita akan mencoba mencari TKP antara TBM-DK yang mempunyai biaya
pengangkutan paling rendah:
TBM

50 km
25 km
DK

TKP I

TKP II

TKP III

100 km
Misalkan :
Kita ambil TKP 1 di TBM, maka biaya pengangkutan bahan mentah menjadi barang jadi
sebesar: (150x0xRp 100,-)+(90x100xRp 150,-) = Rp 1.350.000,00
2. Kita ambil TKP II di tengah-tengah jarak TBM-DK yaitu 50 km dari TBM dan 50 km
dari DK; maka biaya pengangkutan bahan mentah dan barang jadi sebesar:
(150x50xRp 100,-)+(90x50xRp 150,-) =Rp. 1.425.000,00
3. Kita ambil TKP III di titik sejauh 75 km dari TBM dan 25 km dari DK, maka biaya
pengangkutan bahan mentah dan barang jadi sebesar:
(150x75xRp 100,-)+(90x25xRp 150,-) = Rp 1.462.500,00
1.

Kesimpulan:
1. Biaya pengangkutan paling rendah sebesar Rp 1.350.000,- yaitu apabila TKP terletak di
TBM
2. Terlihat apabila semakin jauh TKP dari TBM (atau semakin mendekati DK), maka biaya
total pengangkutan semakin besar, karena terdapat kemerosotan berat bahan mentah yang
cukup besar sehingga berat barang jadi lebih kecil dari berat bahan mentahnya.

o Apabila dibutuhkan berbagai bahan mentah yang tempatnya terpisah-pisah, maka


TKP seperti dalam contoh berikut ini akan berada dimana: ax+by+cz adalah terkecil.
X km
TBM I

TKP
a. kg bahan mentah
b. kg bahan pembantu

c kg barang jadi
z km

DK

TBM II
Y km
1.
2.
3.

Dari TBM I di dapat a kg bahan mentah; jarak TBM TKP=x km


Dari TBM II diperoleh b kg bahan pembantu; jarak TBM II TKP=y km
Kedua bahan tersebut diproses di TKP dan menghasilkan c kg barang jadi; jarak TKP
DK=z km
Maka pada saat ax + by + cz = angka paling kecil, ini disebut Titik Biaya Total
Pengangkutan yang optimal atau merupakam TKP terbaik.
INDEKS MATERIAL
Indeks material merupakan hasil bagi antara berat bahan mentah ditambah berat bahan
pembantu dibagi berat barang jadi.
Indeks material = ( a + b )/c

1.
2.

Ketentuan :
Jika indeks material lebih besar daripada satu berarti tidak semua bahan yang digunakan
dalam proses produksi menjadi barang jadi atau terdapat sisa dari bahan yang tidak dapat
dipergunakan. Dalam hal ini maka TKP akan cenderung berada di TBM.
Apabila indeks material sama dengan satu, berarti semua bahan yang digunakan dalam
proses produksi dipakai (tidak ada sisa bahan). Dalam hal ini TKP didirikan dimanapun
sama saja. Hanya karena pertimbangan resiko kerusakan barang, maka lebih baik TKP
berada di DK saja.
CONTOH :
Berat bahan baku =120 Ton; berat bahan pembantu=160 ton; berat barang jadi=200 ton.
Maka indeks mateialnya adalah= (120+160)/200=1,4 atau >1.
Berat bahan baku =120 ton; berat bahan pembantu =80 ton; berat barang jadi=200 ton.
Maka indeks materialnya adalah = (120+80)/200=1

Anda mungkin juga menyukai