Isi PMTCT 2014
Isi PMTCT 2014
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Sejak pertama kali ditemukan tahun 1987 sampai dengan Maret 2014,
HIV-AIDS tersebar di 368 (72%) dari 497 kabupaten/kota di seluruh provinsi di
Indonesia. Provinsi pertama kali ditemukan adanya kasus HIV-AIDS adalah
provinsi Bali, sedangkan yang terakhir melaporkan adalah Provinsi Sulawesi
Barat pada tahun 2011.
Dari bulan Januari sampai dengan Maret 2014 jumlah infeksi HIV yang
baru dilaporkan sebanyak 6.626 kasus. Persentase infeksi HIV tertinggi
dilaporkan pada kelompok umur 25-49 tahun(72,3%), diikuti kelompok umur 2024 tahun (15%) dan kelompok umur 50 tahun (5,8%). Rasio HIV antara laki-laki
dan perempuan adalah 1:1, persentase faktor risiko HIV tertinggi adalah hubungan
seks berisiko pada heteroseksual (55,6%), LSL (Lelaki Seks Lelaki) (14,7%) dan
penggunaan jarum suntik tidak steril pada penasun.
Sedangkan data mengenai AIDS dari bulan Januari sampai dengan Maret
2014 jumlah AIDS yang dilaporkan hanya sebanyak 308 orang. Persentase AIDS
tertinggi pada kelompok umur 30-39 tahun (33,4%), diikuti kelompok umur 20-29
tahun (31,2%) dan kelompok umur 40-49 tahun (21,4%). Rasio AIDS antara lakilaki dan perempuan adalah 2:1. Sedangkan persentase faktor risiko AIDS tertinggi
adalah hubungan seks berisiko pada heteroseksual (88%), LSL (Lelaki Seks
Lelaki) (5,5%), dari ibu positif HIV ke anak (2,6%) dan penggunaan jarum suntik
tidak steril pada penasun (1,3%).1
Menurut WHO sampai 30% bayi lahir dari ibu yang terinfeksi HIV akan
tertular jika ibunya tidak melakukan terapi antiretroviral (ART). Bila ibu terinfeksi
HIV menyusui bayi, risiko keseluruhan naik menjadi 35-50%. Ibu dengan viral
load HIV yang tinggi lebih mungkin menularkan infeksi pada bayinya.
Kebanyakan ahli menganggap bahwa risiko penularan pada bayi amat sangat
rendah bila viral load ibu dibawah 1000 sewaktu melahirkan. Walaupun janin
dalam kandungan dapat terinfeksi, sebagian besar penularan terjadi dalam proses
melahirkan. Bayi lebih mungkin tertular jika persalinan berlanjut lama. Selama
persalinan, bayi dalam keadaan berisiko tertular oleh darah ibunya.
Kondisi di atas menunjukkan pentingnya
implementasi program
ii
B. TUJUAN
a. Tujuan Umum
Mencegah penularan HIV dari ibu ke bayi
b. Tujuan Khusus
Setiap ibu hamil yang HIV positif mengikuti program PMTCT
Setiap bayi yang lahir dari ibu dengan HIV positif memiliki status HIV negatif.
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Prevention of Mother to Children for HIV Transmission (PMTCT)3
Salah satu target Millenium Development Goals (MDG) kesehatan ibu dan
anak adalah menurunkan angka kematian anak dan meningkatkan kesehatan ibu,
dan mencegah penyebaran HIV/AIDS pada tahun 2015. Sementara sesuai haisl
pertemuan Unitd Nation General Assembly Special Session on HIV/AIDS
(UNGASS) tahun 2007, dicapai komitmen untuk menurunkan bayi yang terinfeksi
HIV/AIDS (20% pada tahun 2005 dan 50% sampai dengan tahun 2010), serta
menjamin 80% ibu hamil yang berkunjung ke pelayanan antenatal care (ANC)
untuk mendapat konseling dan pelayanan pencegahan HIV/AIDS.
Indikator
Prevalensi HIV pada wanita hamil berusia 15 24 tahun
Penggunaan kondom pada hubungan seks berisiko tinggi
Angka penggunaan kondom
Presentase penduduk usia 15 24 tahun yang memiliki pengetahuan komprehensif
tentang HIV / AIDS
Rasio kehadiran sekolah anak yatim piatu terhadap kehadiran sekolah anak bukan
yatim piatu berusia 10-14 tahun.
upaya intervensi dini yang baik, mudah dan mampu laksana guna menekan
proses penularan tersebut;
2. Mengurangi dampak epidemi HIV terhadap Ibu dan Bayi. Dampak akhir
dari epidemi HIV berupa berkurangnya kemampuan produksi dan
peningkatan beban biaya hidup yang harus ditanggung oleh ODHA dan
masyarakat Indonesia dimasa mendatang karena morbiditas dan mortalitas
terhadap ibu dan bayi.
Sedangkan program PMTCT pada ibu hamil di Indonesia, menjadi kebijakan
resmi pemerintah. Kebijakan ini menurut Depkes RI (2005) mencakup hal-hal
penting
dalan
tiap
langkah
intervensi
program
diantaranya
dengan integrasi program, konseling dan testing HIV sukarela, pemberian obat
ARV, persalinan yang aman, serta pemberian makanan bayi. Langkah dini paling
efektif untuk mencegah terjadinya penularan HIV pada bayi adalah mencegah
perempuan usia reproduktif tertular HIV, dengan mencegah perempuan muda di
usia reproduktif, ibu hamil dan penangana bumil agar tidak terinfeksi HIV.
Terdapat beberapa strategi yang dilakukan dalam kegiatan PMTCT, antara lain:
1. Pencegahan penularan HIV pada perempuan usia reproduksi
2. Pencegahan kehamilan yang tidak direncanakan pada ibu HIV positif
3. Pencegahan terjadinya penularan HIV dari ibu hamil HIV positif pada bayi
yang dikandungnya.
4. Merujuk ibu dengan HIV positif ke sarana layanan kesehatan tingkat
kabupaten atau propinsi untuk mendapatkan layanan tindak lanjut
2. Semua ibu hamil yang datang ke pelayanan KIA untuk ANC diharapkan
mendapatkan informasi penularan HIV, melakukan tes dan konseling pada
semua wanita hamil yang datang ANC, skrining pasangan wanita yang
mengikuti tes HIV PMTCT, serta wanita dengan HIV menerima ARV
atau profilaksis PMTCT.
Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak (PPIA) atau Prevention of Mother-to
Child Transmission (PMTCT) merupakan bagian dari upaya pengendalian HIVAIDS dan Infeksi Menular Seksual (IMS) di Indonesia serta Program Kesehatan
Ibu dan Anak (KIA). Layanan PMTCT diintegrasikan dengan paket layanan KIA,
KB, kesehatan reproduksi, dan kesehatan remaja di setiap jenjang pelayanan
kesehatan dalam strategi Layanan Komprehensif Berkesinambungan (LKB) HIVAIDS dan IMS.
Sedangkan Kebijakan Program Nasional Pengendalian HIV-AIDS dan IMS untuk
mencegah penularan HIV dari ibu ke anak antara lain meliputi:
1. Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak dilaksanakan oleh seluruh
fasilitas pelayanan kesehatan baik pemerintah maupun swasta sebagai
bagian
dari
Layanan
Komprehensif
Berkesinambungan
dan
3. Konseling pasca tes bagi ibu yang hasil tesnya positif sedapatnya
dilaksanakan bersamaan (couple conselling), termasuk pemberian kondom
sebagai alat pencegahan penularan IMS dan HIV di fasilitas pelayanan
kesehatan
4. Perlu partisipasi laki-laki dalam mendukung keberhasilan PMTCT.
Kebijakan PPIA/PMTCT tersebut terintegrasi dalam Pelayanan Kesehatan Ibu dan
Anak yang komprehensif, antara lain meliputi:
1. Pelaksanaan pelayanan pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak
(PPIA) diintegrasikan pada layanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA),
Keluarga Berencana (KB), dan konseling remaja di setiap jenjang
pelayanan kesehatan dengan ekspansi secara bertahap, dengan melibatkan
peran swasta serta LSM
2. Pelaksanaan kegiatan PPIA/PMTCT terintegrasi dalam pelayanan KIA
merupakan bagian dari Program Nasional Pengendalian HIV-AIDS dan
IMS
3. Setiap perempuan yang datang ke layanan KIA, KB, dan kesehatan remaja
harus mendapat informasi mengenai PPIA/PMTCT
4. Di daerah epidemi HIV meluas dan terkonsentrasi, tenaga kesehatan di
fasilitas pelayanan kesehatan wajib menawarkan tes HIV kepada semua
ibu hamil secara inklusif pada pemeriksaan laboratorium rutin lainnya saat
pemeriksaan antenatal atau menjelang persalinan.
5. Di daerah epidemi HIV rendah, penawaran tes HIV oleh tenaga kesehatan
diprioritaskan pada ibu hamil dengan IMS dan TB secara inklusif pada
pemeriksaan laboratorium rutin lainnya saat pemeriksaan antenatal atau
menjelang persalinan
6. Untuk daerah yang belum mempunyai tenaga kesehatan yang mampu atau
berwenang, pelayanan PPIA/PMTCT dapat dilakukan dengan cara
merujuk ibu hamil ke fasilitas pelayanan HIV yang memadai atau
pelimpahan wewenang (task shifting) kepada tenaga kesehatan yang
terlatih. Penetapan daerah yang memerlukan task shifting petugas
dilakukan oleh Kepala Dinas Kesehatan setempat
7. Setiap ibu hamil yang positif HIV wajib diberi obat ARV dan mendapatkan
pelayanan perawatan, dukungan dan pengobatan lebih lanjut (PDP)
8. Kepala Dinas Kesehatan merencanakan ketersediaan logistik (obat dan
pemeriksaan tes HIV) berkoordinasi dengan Ditjen P2PL, Kemenkes
9. Pelaksanaan pertolongan persalinan baik secara per vaginam atau per
abdominam harus memperhatikan indikasi obstetrik ibu dan bayinya serta
harus menerapkan kewaspadaan standar
10. Sesuai dengan kebijakan program bahwa makanan terbaik untuk bayi
adalah pemberian ASI secara ekslusif selama 0-6 bulan, maka ibu dengan
HIV perlu mendapat konseling laktasi dengan baik sejak perawatan
antenatal pertama, namun apabila ibu memilih lain (pengganti ASI) maka,
ibu, pasangan, dan keluarganya perlu mendapat konseling makanan bayi
yang memenuhi persyaratan teknis
Program PMTCT di Kota Semarang mulai dirintis pada tahun 2006. Pada
tahun 2007 program setempat berhenti karena berhentinya dana dari Global Fund
Foundation dan dimulai kembali pada Mei 2008 hingga saat ini. Pendanaan
kegiatan PMTCT ini diperoleh dari Global Fund yang sebelum sampai ke Griya
Asa disalurkan ke Dinas Kesehatan Kota dan Yayasan Pelita Ilmu terlebih dahulu.
Jawa Tengah merupakan daerah yang dipercaya untuk mengolah dana tersebut
dari total 6 propinsi di seluruh Indonesia. Saat ini kegiatan PMTCT masih berjalan
dan berusaha mendapatkan dukungan dana dari propinsi. Dengan adanya
keterbatasan dana ini, maka program PMTCT dilakukan tanpa ada periode yang
pasti. Kegiatan PMTCT hanya dapat dilakukan jika ada dana yang diturunkan
oleh Global Fund.2
Program PMTCT secara komprehensif menggunakan 4 prong, yang
menjadi pilar pelaksanaan kegiatan, yaitu:1,2
1. Mencegah penularan HIV pada perempuan usia produktif
Untuk menghindari penularan HIV digunakan konsep ABCD yang terdiri dari:
A (Abstinence): Absen seks atau tidak melakukan hubungan seksual bagi orang
ganti)
C (Condom): Cegah dengan kondom. Kondom harus dipakai oleh pasangan
antara lain:
Menyebar luaskan informasi mengenai HIV/AIDS
Meningkatkan kesadaran perempuan tentang bagaimana cara menghindari
penggunaan kondom)
Bagaimana bernegosiasi seks aman (penggunaan kondom) dengan pasangan
Mobilisasi masyarakat untuk membantu masyarakat mendapatkan akses terhadap
informasi tentang HIV/AIDS
10
Melibatkan petugas lapangan (kader PKK, bidan, dan lainnya ) untuk memberikan
informasi pencegahan HIV dan IMS kepada masyarakat dan untuk membantu
11
psikologis, sosial dan perawatan sepanjang waktu. Jika bayi dari ibu tersebut tidak
terinfeksi HIV, tetap perlu dipikirkan tentang masa depannya, karena
kemungkinan tidak lama lagi akan menjadi yatim dan piatu. Sedangkan bila bayi
terinfeksi HIV, perlu mendapatkan pengobatan ARV seperti ODHA lainnya.5
Dengan dukungan psikososial yang baik, ibu HIV positif akan bersikap
optimis dan bersemangat mengisi kehidupannya. Diharapkan ia akan bertindak
bijak dan positif untuk senantiasa menjaga kesehatan diri dan anaknya, dan
berperilaku sehat agar tidak terjadi penularan HIV dari dirinya ke orang lain.
Informasi tentang adanya layanan dukungan psikososial untuk ODHA ini
perlu diketahui masyarakat luas. Diharapkan informasi ini bisa meningkatkan
minat mereka yang merasa berisiko tertular HIV untuk mengikuti konseling dan
tes HIV agar mengetahui status HIV mereka sedini mungkin.
HIV Positif
Perempuan HIV Positif
Hamil
HIV Negatif
Tidak Hamil
Bayi HIV
negatif
IBU HAMIL
Mobilisasi Masyarakat
Penyuluhan Kesehatan
dan PMTCT
Bersedia dikonseling
Pra Tes
Pemeriksaan Laboratorium
II.2 Profil
Program ini bertujuan menjangkau ibu hamil terutama bumil risiko tinggi (suami
potensial risiko tinggi). Griya PMTCT merupakan kerjasama PKBI Kota
Persalinan yang Aman
13
Semarang (RSUP dr. Karyadi, RSUD Kota Semarang, RS Panti Wilasa, RSU
Tugurejo).
Griya PMTCT ini juga bekerjasama dengan Lembagalembaga yang
bersama-sama menangani permasalahan HIV-AIDS, diantaranya GF ATM, YPI
Jakarta, LSM peduli AIDS
2. Susunan pengurus dan SDM Griya PMTCT
Ketua PKBI Kota Semarang
dr. Dwi Yoga Yulianto
Lapangan
Finance&Administrative Staff
Lapangan
Amrizaro Ismail
Lapangan
Team asistensi
kasus dan konselor) Wiwik Sugiatmi, S. Psi dan Anita
Ulfa Nur(manager
Izza, S. KM
Thoresia.
II.3 Sasaran
Semua ibu hamil yang pernah menderita IMS harus menjalani VCT
Semua ibu hamil dengan suami yang menderita IMS harus menjalani VCT
14
II.5 Strategi
kesehatan desa)
VCT (Voluntary, Counseling and Testing) dilakukan bekerjasama dengan RS di
tes VCT.
Pemberian dukungan psikologis pada ibu hamil berupa kunjungan ke rumah
(Home Visit) ibu hamil yang berstatus HIV positif untuk diberikan nutrisi ibu
hamil, mengetahui permasalahan yang dihadapi ibu hamil dan diberikan
solusinya.
Pemberian susu formula pada bayi berupa pemberian susu formula pada bayi yang
dilahirkan oleh ibu HIV positif agar tidak diberi ASI oleh ibunya, sehingga akan
memperkecil penularan virus HIV dari ibu ke bayi.
II.7 Aktivitas
15
Nama
Nama
Bumil
Suami
Ny. A
Tn. W
Status Risiko
Alamat
Jl. Chandwi
HIV
Pekerjaan
No.14
suami sebagai
kelurahan
pegawai
Melati Harjo RT
restoran yang
05 RW 04
bekerja 8 jam
Rekomendasi
VCT bagi ibu
dan suami
sehari tiap
hari, serta istri
yang juga
bekerja
sebagai
16
karyawan
swalayan
yang bekerja
sore-malam.
2.
Ny. E
Tn. KM
No. H 40 Kec
dan suami
suami sebagai
swasta
RT 5 / RW 2
dimana
frekwensi
bertemu
dengan suami
jarang karena
pekerjaan
3.
Ny. L
Tn. R
Jalan Argorejo,
Tinggal di
Wisma Crystal
daerah risiko
dan suami
gang III
penularan
IMS tinggi,,
memiliki
pekerjaan
sebagai WPS,
tinggal
terpisah
dengan suami
dan bertemu
sebulan sekali
17
18
BAB III
LAMPIRAN
LAPORAN KASUS PMTCT DI MELATI HARJO
TANGGAL 22 DAN 26 AGUSTUS 2014
A. LAPORAN KASUS 1
Identitas Pasien
Nama
: Ny. A
Usia
: 22 tahun
Alamat
Pekerjaan
: Wiraswasta
Agama
: Islam
Pendidikan
: SMK
Status obstetri
: G1P0A0
Identitas Suami
19
Nama
: Tn.W
Usia
: 26 tahun
Alamat
Pekerjaan
: Pegawai Restoran
: SMK
Riwayat Obstetri
G1P0A0. HPHT 21 Februari 2014.
20
Rekomendasi
B. LAPORAN KASUS 2
Identitas Pasien
Nama
: Ny. E
Usia
: 30 tahun
Alamat
Pekerjaan
: Guru
Agama
: Islam
Pendidikan
:S1
22
Status obstetri
: G3P0A2
Identitas Suami
Nama
: Tn.KM
Usia
: 31 tahun
Alamat
Pekerjaan
: Karyawan Swasta
:S1
Keluhan Utama
: Pusing, mual
23
Riwayat Obstetri
Anak ketiga
: hamil ini.
Pasien mengatakan bahwa selama hamil kondisi pasien sering merasa pusing dan
mual. Anak yang dikandungnya dalam kondisi baik.
Riwayat Ginekologi
Usia pasien saat pertama kali haid adalah 14 tahun. Haid teratur, tidak ada
nyeri saat haid. Pasien mengatakan sebelum hamil pasien pernah memiliki
keluhan keputihan, terutama saat sebelum dan sesudah haid. Menurut pasien,
keputihannya dahulu warnanya jernih, tidak gatal, tidak berbau dan tidak
mengganggu aktifitas sehari-hari. Rasa nyeri saat berkemih maupun riwayat nyeri
di daerah pinggang disangkal. Pasien belum pernah menggunakan KB.
Riwayat Kebiasaan dan Pekerjaan
Pasien tidak merokok, tidak minum minuman beralkohol dan tidak pernah
mengkonsumsi obat-obatan terlarang yang di minum maupun disuntik. Pasien
tidak pernah melakukan sex bebas dan hanya setia pada satu pasangan. Pasien
juga belum pernah menerima transfusi darah. Pasien bekerja sebagai guru.
Menurut pasien, suami pasien tidak merokok, tidak minum minuman
beralkohol dan tidak pernah mengkonsumsi obat-obatan terlarang yang di minum
maupun disuntik. Suami pasien juga belum pernah menerima transfusi darah
selama hidupnya. Suami pasien bekerja sebagai karyawan swasta.
Riwayat pernikahan
24
Kelompok
Rekomendasi
25
C. LAPORAN KASUS 3
Identitas Pasien
Nama
: Ny. L
Usia
: 23 tahun
Alamat
Pekerjaan
: WPS
Agama
: Islam
Pendidikan
: SMK
: G3P1A1
Identitas Suami
Nama
: Rangga
Usia
: 27 tahun
Alamat
: Temanggung
Pekerjaan
: Tidak Tentu
: SMA
Keluhan Utama : -
26
Anak pertama: perempuan, usia 3,5 tahun, lahir normal, ditolong oleh
bidan, berat lahir 3100 gram, status gizi saat balita baik, keadaan
sekarang sehat
Riwayat Ginekologi
Usia pasien saat pertama kali haid adalah 15 tahun. Menstruasi teratur.
Pasien mengatakan sebelum hamil pasien sering mengalami keputihan,
terutama saat sebelum dan sesudah haid. Menurut pasien, keputihannya dahulu
warnanya jernih, tidak gatal, tidak berbau dan tidak mengganggu aktifitas
sehari-hari. Rasa nyeri saat berkemih maupun riwayat nyeri di daerah
pinggang disangkal.
27
Kelompok
Rekomendasi
29
KESIMPULAN
Program PMTCT secara komprehensif menggunakan 4 prong, yang
menjadi pilar pelaksanaan kegiatan, yaitu: Mencegah penularan HIV pada
perempuan usia produktif, Mencegah kehamilan yang tidak direncanakan pada ibu
HIV-positif, Mencegah terjadinya penularan HIV dari ibu hamil HIV positif ke
bayi yang dikandungnya, Memberikan dukungan psikologis, sosial dan perawatan
kepada ibu HIV-positif beserta bayi dan keluarganya.
Kegiatan PMTCT terlaksana dengan menjangkau sasaran 3 ibu hamil dan
didapatkan 1 ibu hamil dengan risiko tinggi terinfeksi HIV. Dari 3 ibu hamil,
mereka hanya mengetahui penularan HIV/AIDS melalui hubungan seks namun
belum tahu tentang penyebab, gejala, penularan ke bayi dan melalui narkoba, serta
cara pencegahan, dan komplikasi dari HIV/AIDS. Hanya terdapat 2 dari 3 ibu
hamil yang mengetahui tentang adanya penyakit menular melalui hubungan
sexual.
Pada 1 dari 3 ibu hamil, merupakan ibu hamil resiko tinggi karena ia
berprofesi sebagai WPS yang masih aktif. Hal ini menjadi perhatian khusus bagi
pihak medis dan pemerhati kesehatan agar anak yang dikandung ibu hamil
tersebut bisa terlahir dengan selamat.
SARAN
Dalam menjalankan program PMTCT kami memberikan saran sebagai berikut :
- Memberikan pendampingan pada ibu hamil dengan resiko tinggi agar bayi di
-
kandungan ibu hamil dapat lahir dengan sehat dan tidak ada halangan apapun.
Memberikan pengetahuan lebih lanjut tentang penyakit menular seksual agar
DAFTAR PUSTAKA
30
1.
Program Pencegahan Penularan HIV dari ibu ke Bayi (PMTCT). Diunduh dari
http://www.ypi.or.id/informasi/berita/51-program-pencegahan-penularan-hiv-dariibu-ke-bayi-pmtct-pengalaman-yayasan-pelita-ilmu.
Diakses
tanggal
22
Desember 2012
2.
Griya
Semarang.
Griya
PMTCT. Ditemukan
di
4.
Diakses
tanggal
23
Desember 2012
5.
Kuntoro A. Handout Pencegahan Penularan HIV Pada Perempuan Bayi dan Anak.
Semarang 2011.
31