Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Sejak pertama kali ditemukan tahun 1987 sampai dengan Maret 2014,
HIV-AIDS tersebar di 368 (72%) dari 497 kabupaten/kota di seluruh provinsi di
Indonesia. Provinsi pertama kali ditemukan adanya kasus HIV-AIDS adalah
provinsi Bali, sedangkan yang terakhir melaporkan adalah Provinsi Sulawesi
Barat pada tahun 2011.
Dari bulan Januari sampai dengan Maret 2014 jumlah infeksi HIV yang
baru dilaporkan sebanyak 6.626 kasus. Persentase infeksi HIV tertinggi
dilaporkan pada kelompok umur 25-49 tahun(72,3%), diikuti kelompok umur 2024 tahun (15%) dan kelompok umur 50 tahun (5,8%). Rasio HIV antara laki-laki
dan perempuan adalah 1:1, persentase faktor risiko HIV tertinggi adalah hubungan
seks berisiko pada heteroseksual (55,6%), LSL (Lelaki Seks Lelaki) (14,7%) dan
penggunaan jarum suntik tidak steril pada penasun.
Sedangkan data mengenai AIDS dari bulan Januari sampai dengan Maret
2014 jumlah AIDS yang dilaporkan hanya sebanyak 308 orang. Persentase AIDS
tertinggi pada kelompok umur 30-39 tahun (33,4%), diikuti kelompok umur 20-29
tahun (31,2%) dan kelompok umur 40-49 tahun (21,4%). Rasio AIDS antara lakilaki dan perempuan adalah 2:1. Sedangkan persentase faktor risiko AIDS tertinggi
adalah hubungan seks berisiko pada heteroseksual (88%), LSL (Lelaki Seks
Lelaki) (5,5%), dari ibu positif HIV ke anak (2,6%) dan penggunaan jarum suntik
tidak steril pada penasun (1,3%).1
Menurut WHO sampai 30% bayi lahir dari ibu yang terinfeksi HIV akan
tertular jika ibunya tidak melakukan terapi antiretroviral (ART). Bila ibu terinfeksi
HIV menyusui bayi, risiko keseluruhan naik menjadi 35-50%. Ibu dengan viral
load HIV yang tinggi lebih mungkin menularkan infeksi pada bayinya.

Kebanyakan ahli menganggap bahwa risiko penularan pada bayi amat sangat
rendah bila viral load ibu dibawah 1000 sewaktu melahirkan. Walaupun janin
dalam kandungan dapat terinfeksi, sebagian besar penularan terjadi dalam proses
melahirkan. Bayi lebih mungkin tertular jika persalinan berlanjut lama. Selama
persalinan, bayi dalam keadaan berisiko tertular oleh darah ibunya.
Kondisi di atas menunjukkan pentingnya

implementasi program

prevention of mother to child transmission of HIV (PMTCT) yang bertujuan untuk


menyelamatkan ibu dan bayi dari infeksi HIV. Program PMTCT komprehensif
berupaya meningkatkan kepedulian dan pengetahuan perempuan usia reproduktif
tentang HIV dan AIDS; meningkatkan akses perempuan hamil untuk
mendapatkan layanan konseling dan testing HIV (VCT); meningkatkan akses
perempuan hamil HIV positif untuk mendapatkan layanan pengurangan risiko
penularan HIV ke bayinya (dari semula 25 45 persen menjadi sekitar 2 persen);
serta meningkatkan akses perempuan HIV positif dan keluarganya untuk
mendapatkan layanan psikologis dan sosial agar kualitas hidupnya terjaga. Bila
seorang ibu berperilaku berisiko penularan HIV selama kehamilan, sebaiknya dia
dites HIV pada setiap trimester dan tiga bulan setelah berperilaku berisiko.
Pedoman terbaru di Indonesia mengusulkan semua ibu hamil memakai
ART. Bayi diberi satu AZT sesaat setelah lahir, dengan AZT diteruskan dua kali
sehari selama enam minggu. Dengan cara ini, angka penularan dapat ditekan
menjadi di bawah 2%.

ii

B. TUJUAN
a. Tujuan Umum
Mencegah penularan HIV dari ibu ke bayi
b. Tujuan Khusus
Setiap ibu hamil yang HIV positif mengikuti program PMTCT
Setiap bayi yang lahir dari ibu dengan HIV positif memiliki status HIV negatif.

BAB II

PEMBAHASAN
II.1 Prevention of Mother to Children for HIV Transmission (PMTCT)3
Salah satu target Millenium Development Goals (MDG) kesehatan ibu dan
anak adalah menurunkan angka kematian anak dan meningkatkan kesehatan ibu,
dan mencegah penyebaran HIV/AIDS pada tahun 2015. Sementara sesuai haisl
pertemuan Unitd Nation General Assembly Special Session on HIV/AIDS
(UNGASS) tahun 2007, dicapai komitmen untuk menurunkan bayi yang terinfeksi
HIV/AIDS (20% pada tahun 2005 dan 50% sampai dengan tahun 2010), serta
menjamin 80% ibu hamil yang berkunjung ke pelayanan antenatal care (ANC)
untuk mendapat konseling dan pelayanan pencegahan HIV/AIDS.

Gambar 1. Millenium Development Goals

Indikator
Prevalensi HIV pada wanita hamil berusia 15 24 tahun
Penggunaan kondom pada hubungan seks berisiko tinggi
Angka penggunaan kondom
Presentase penduduk usia 15 24 tahun yang memiliki pengetahuan komprehensif
tentang HIV / AIDS

Rasio kehadiran sekolah anak yatim piatu terhadap kehadiran sekolah anak bukan
yatim piatu berusia 10-14 tahun.

Menurut Depkes RI (2008), Prevention Mother to Child Transmission


(PMTCT) atau Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak (PPIA), merupakan
program pemerintah untuk mencegah penularan virus HIV/AIDS dari ibu ke bayi
yang dikandungnya. Program tersebut mencegah terjadinya penularan pada usia
produktif, kehamilan dengan HIV positif, penularan dari ibu hamil ke bayi yang
dikandungnya. Prevalensi kasus AIDS lebih besar karena merupakan kewajiban
untuk melaporkan kasus kematian karena AIDS, tetapi kasus HIV cenderung
untuk tidak dilaporkan. Kecenderungan tidak melaporkan ini secara tidak
langsung menunjukkan masih besarnya stigma terhadap HIV/AIDS di
masyarakat. Seperti fenomena gunung es, kasus HIV yang ada di masyarakat
kemungkinan jauh lebih besar daripada yang dilaporkan.
Menurut WHO (2009), kecenderungan infeksi HIV pada perempuan dan
anak meningkat, sehingga diperlukan berbagai upaya unuk mencegah penularan
HIV dari ibu hamil ke bayi antara lain dengan PMTCT. Program PMTCT dapat
dilaksanakan pada perempuan usia produktif, melibatkan para remaja pranikah
dengan dengan jalan meyebarkan informasi tentang HIV/AIDS, meningkatkan
kesadaran perempuan tentang bagaimana cara menghindari penularan HIV/AIDS
dan Infeksi Menular Seksual (IMS), menjelaskan manfaat dari konseling dan tes
HIV/AIDS secara sukarela, melibatkan kelompok yang beresiko, petugas
lapangan, kader PKK, dan bidan.
Sementara menurut WHO (2010) beberapa tujuan diterapkannya program
pencegahan penularan HIV dari ibu ke bayi, antara lain:
1. Mencegah penularan HIV dari ibu ke bayi. Hal ini disebabkan karena
sebagian besar infeksi HIV pada bayi ditularkan dari ibu. Diperlukan

upaya intervensi dini yang baik, mudah dan mampu laksana guna menekan
proses penularan tersebut;
2. Mengurangi dampak epidemi HIV terhadap Ibu dan Bayi. Dampak akhir
dari epidemi HIV berupa berkurangnya kemampuan produksi dan
peningkatan beban biaya hidup yang harus ditanggung oleh ODHA dan
masyarakat Indonesia dimasa mendatang karena morbiditas dan mortalitas
terhadap ibu dan bayi.
Sedangkan program PMTCT pada ibu hamil di Indonesia, menjadi kebijakan
resmi pemerintah. Kebijakan ini menurut Depkes RI (2005) mencakup hal-hal
penting

dalan

tiap

langkah

intervensi

program

diantaranya

dengan integrasi program, konseling dan testing HIV sukarela, pemberian obat
ARV, persalinan yang aman, serta pemberian makanan bayi. Langkah dini paling
efektif untuk mencegah terjadinya penularan HIV pada bayi adalah mencegah
perempuan usia reproduktif tertular HIV, dengan mencegah perempuan muda di
usia reproduktif, ibu hamil dan penangana bumil agar tidak terinfeksi HIV.
Terdapat beberapa strategi yang dilakukan dalam kegiatan PMTCT, antara lain:
1. Pencegahan penularan HIV pada perempuan usia reproduksi
2. Pencegahan kehamilan yang tidak direncanakan pada ibu HIV positif
3. Pencegahan terjadinya penularan HIV dari ibu hamil HIV positif pada bayi
yang dikandungnya.
4. Merujuk ibu dengan HIV positif ke sarana layanan kesehatan tingkat
kabupaten atau propinsi untuk mendapatkan layanan tindak lanjut

5. Dukungan psikologis, sosial dan perawatan kepada ibu positif beserta


keluarganya dengan merujuk ibu HIV positif ke sarana layanan kesehatan
tingkat kabupaten atau propinsi untuk mendapatkan layanan tindak lanjut.

Strategi dan Implementasi Kebijakan Program Pencegahan Penularan HIV


dari Ibu ke Anak
Kebijakan umum pencegahan penularan HIV/AIDS dari ibu ke bayi dilaksanakan
sejalan dengan kebijakan umum kesehatan ibu dan anak dan kebijakan
penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia.

Gambar 2. Prosedur PMTCT


Beberapa kebijakan tersebut serta target yang ditetapkan meliputi beberapa
program dan kegiatan, yaitu :
1. Semua perempuan yang datang ke pelayanan kesehatan ibu dan anak dan
layanan keluarga berencana di tiap jenjang pelayanan kesehatan
mendapatkan informasi pencegahan penularan HIV/AIDS selama masa
kehamilan dan menyusui.

2. Semua ibu hamil yang datang ke pelayanan KIA untuk ANC diharapkan
mendapatkan informasi penularan HIV, melakukan tes dan konseling pada
semua wanita hamil yang datang ANC, skrining pasangan wanita yang
mengikuti tes HIV PMTCT, serta wanita dengan HIV menerima ARV
atau profilaksis PMTCT.
Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak (PPIA) atau Prevention of Mother-to
Child Transmission (PMTCT) merupakan bagian dari upaya pengendalian HIVAIDS dan Infeksi Menular Seksual (IMS) di Indonesia serta Program Kesehatan
Ibu dan Anak (KIA). Layanan PMTCT diintegrasikan dengan paket layanan KIA,
KB, kesehatan reproduksi, dan kesehatan remaja di setiap jenjang pelayanan
kesehatan dalam strategi Layanan Komprehensif Berkesinambungan (LKB) HIVAIDS dan IMS.
Sedangkan Kebijakan Program Nasional Pengendalian HIV-AIDS dan IMS untuk
mencegah penularan HIV dari ibu ke anak antara lain meliputi:
1. Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak dilaksanakan oleh seluruh
fasilitas pelayanan kesehatan baik pemerintah maupun swasta sebagai
bagian

dari

Layanan

Komprehensif

Berkesinambungan

dan

menitikberatkan pada upaya promotif dan Preventif


2. Pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak diprioritaskan pada daerah
dengan epidemi HIV meluas dan terkonsentrasi, sedangkan upaya
pencegahan IMS dan eliminasi sifilis kongenital dapat dilaksanakan di
seluruh fasilitas pelayanan kesehatan dasar dan rujukan tanpa melihat
tingkat epidemi HIV
3. Memaksimalkan kesempatan tes HIV dan sifilis bagi perempuan usia
reproduksi (seksual aktif), ibu hamil dan pasangannya dengan penyediaan
tes diagnosis cepat HIV dan sifilis; memperkuat jejaring rujukan layanan
HIV dan IMS (termasuk akses pengobatan ARV)
6

4. Pengintegrasian kegiatan PMTCT ke layanan KIA, KB, kesehatan


reproduksi, dan kesehatan remaja. Pendekatan intervensi struktural,
dengan melibatkan masyarakat dan pemangku kepentingan dalam bentuk
advokasi sektor terkait untuk peningkatan kapasitas dan pengembangan
kebijakan yang mendukung pelaksanaan program
5. Peningkatan peran aktif berbagai pihak termasuk mobilisasi masyarakat
dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan pengembangan upaya
PMTCT.
Sesuai Pedoman PPIA (2011), pengembangan strategi implementasi PMTCT
merupakan bagian dari tujuan utama pengendalian HIV-AIDS, yaitu untuk
menurunkan kasus HIV serendah mungkin dengan menurunnya jumlah infeksi
HIV baru, mengurangi stigma dan diskriminasi, serta menurunnya kematian
akibat AIDS (Getting to Zero). Sedangkan dalam pelaksanaannya, PMTCT perlu
memperhatikan beberapa hal sebagai berikut :
1. Semua perempuan yang datang ke pelayanan KIA, KB, dan kesehatan
reproduksi, dan kesehatan remaja bisa mendapatkan informasi terkait
reproduksi sehat, penyakit IMS/ HIV, dan pencegahan penularan HIV dari
ibu ke anak selama masa kehamilan dan menyusui
2. Tes HIV, skrining IMS dan tes sifilis merupakan pemeriksaan yang wajib
ditawarkan kepada semua ibu hamil pada daerah epidemi HIV meluas dan
terkonsentrasi yang datang ke layanan KIA/KB. Di layanan KIA tes HIV,
skrining IMS dan tes sifilis ditawarkan sebagai bagian dari paket
perawatan antenatal terpadu mulai kunjungan antenatal pertama hingga
menjelang persalinan. Apabila ibu menolak untuk dites HIV, petugas dapat
melaksanakan konseling pra-tes HIV atau merujuk ke layanan konseling
dan testing sukarela

3. Konseling pasca tes bagi ibu yang hasil tesnya positif sedapatnya
dilaksanakan bersamaan (couple conselling), termasuk pemberian kondom
sebagai alat pencegahan penularan IMS dan HIV di fasilitas pelayanan
kesehatan
4. Perlu partisipasi laki-laki dalam mendukung keberhasilan PMTCT.
Kebijakan PPIA/PMTCT tersebut terintegrasi dalam Pelayanan Kesehatan Ibu dan
Anak yang komprehensif, antara lain meliputi:
1. Pelaksanaan pelayanan pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak
(PPIA) diintegrasikan pada layanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA),
Keluarga Berencana (KB), dan konseling remaja di setiap jenjang
pelayanan kesehatan dengan ekspansi secara bertahap, dengan melibatkan
peran swasta serta LSM
2. Pelaksanaan kegiatan PPIA/PMTCT terintegrasi dalam pelayanan KIA
merupakan bagian dari Program Nasional Pengendalian HIV-AIDS dan
IMS
3. Setiap perempuan yang datang ke layanan KIA, KB, dan kesehatan remaja
harus mendapat informasi mengenai PPIA/PMTCT
4. Di daerah epidemi HIV meluas dan terkonsentrasi, tenaga kesehatan di
fasilitas pelayanan kesehatan wajib menawarkan tes HIV kepada semua
ibu hamil secara inklusif pada pemeriksaan laboratorium rutin lainnya saat
pemeriksaan antenatal atau menjelang persalinan.
5. Di daerah epidemi HIV rendah, penawaran tes HIV oleh tenaga kesehatan
diprioritaskan pada ibu hamil dengan IMS dan TB secara inklusif pada
pemeriksaan laboratorium rutin lainnya saat pemeriksaan antenatal atau
menjelang persalinan

6. Untuk daerah yang belum mempunyai tenaga kesehatan yang mampu atau
berwenang, pelayanan PPIA/PMTCT dapat dilakukan dengan cara
merujuk ibu hamil ke fasilitas pelayanan HIV yang memadai atau
pelimpahan wewenang (task shifting) kepada tenaga kesehatan yang
terlatih. Penetapan daerah yang memerlukan task shifting petugas
dilakukan oleh Kepala Dinas Kesehatan setempat
7. Setiap ibu hamil yang positif HIV wajib diberi obat ARV dan mendapatkan
pelayanan perawatan, dukungan dan pengobatan lebih lanjut (PDP)
8. Kepala Dinas Kesehatan merencanakan ketersediaan logistik (obat dan
pemeriksaan tes HIV) berkoordinasi dengan Ditjen P2PL, Kemenkes
9. Pelaksanaan pertolongan persalinan baik secara per vaginam atau per
abdominam harus memperhatikan indikasi obstetrik ibu dan bayinya serta
harus menerapkan kewaspadaan standar
10. Sesuai dengan kebijakan program bahwa makanan terbaik untuk bayi
adalah pemberian ASI secara ekslusif selama 0-6 bulan, maka ibu dengan
HIV perlu mendapat konseling laktasi dengan baik sejak perawatan
antenatal pertama, namun apabila ibu memilih lain (pengganti ASI) maka,
ibu, pasangan, dan keluarganya perlu mendapat konseling makanan bayi
yang memenuhi persyaratan teknis

Program PMTCT di Kota Semarang mulai dirintis pada tahun 2006. Pada
tahun 2007 program setempat berhenti karena berhentinya dana dari Global Fund

Foundation dan dimulai kembali pada Mei 2008 hingga saat ini. Pendanaan
kegiatan PMTCT ini diperoleh dari Global Fund yang sebelum sampai ke Griya
Asa disalurkan ke Dinas Kesehatan Kota dan Yayasan Pelita Ilmu terlebih dahulu.
Jawa Tengah merupakan daerah yang dipercaya untuk mengolah dana tersebut
dari total 6 propinsi di seluruh Indonesia. Saat ini kegiatan PMTCT masih berjalan
dan berusaha mendapatkan dukungan dana dari propinsi. Dengan adanya
keterbatasan dana ini, maka program PMTCT dilakukan tanpa ada periode yang
pasti. Kegiatan PMTCT hanya dapat dilakukan jika ada dana yang diturunkan
oleh Global Fund.2
Program PMTCT secara komprehensif menggunakan 4 prong, yang
menjadi pilar pelaksanaan kegiatan, yaitu:1,2
1. Mencegah penularan HIV pada perempuan usia produktif
Untuk menghindari penularan HIV digunakan konsep ABCD yang terdiri dari:
A (Abstinence): Absen seks atau tidak melakukan hubungan seksual bagi orang

yang belum menikah.


B (Be faithful): Bersikap saling setia kepada satu pasangan seks (tidak berganti-

ganti)
C (Condom): Cegah dengan kondom. Kondom harus dipakai oleh pasangan

apabila salah satu atau keduanya diketahui terinfeksi HIV


D (Drug No): Dilarang menggunakan napza, terutama napza suntik dengan jarum
bekas secara bergantian.
Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan dalam upaya pencegahan primer

antara lain:
Menyebar luaskan informasi mengenai HIV/AIDS
Meningkatkan kesadaran perempuan tentang bagaimana cara menghindari

penularan HIV dan IMS


Menjelaskan manfaat dari konseling dan tes HIV secara sukarela
Mengadakan penyuluhan HIV/AIDS secara berkelompok
Mempelajari tentang pengurangan risiko penularan HIV dan IMS (termasuk

penggunaan kondom)
Bagaimana bernegosiasi seks aman (penggunaan kondom) dengan pasangan
Mobilisasi masyarakat untuk membantu masyarakat mendapatkan akses terhadap
informasi tentang HIV/AIDS

10

Melibatkan petugas lapangan (kader PKK, bidan, dan lainnya ) untuk memberikan
informasi pencegahan HIV dan IMS kepada masyarakat dan untuk membantu

klien mendapatkan akses layanan kesehatan.


Konseling untuk perempuan HIV negatif
- Ibu hamil yang hasilnya tesnya HIV negatif perlu didukung agar status dirinya

tetap HIV negatif


Menganjurkan agar pasangannya menjalani tes HIV
Layanan yang bersahabat untuk pria
Membuat layanan kesehatan ibu dan anak yang bersahabat untuk pria sehingga

mudah diakses oleh suami / pasangan ibu hamil


Mengadakan kegiatan kunjungan pasangan pada kunjungan ke layanan

kesehatan ibu dan anak


2. Mencegah kehamilan yang tidak direncanakan pada ibu HIV-positif
Pemberian alat kontrasepsi yang aman dan efektif serta konseling yang
berkualitas akan membantu ODHA dalam melakukan seks yang aman,
mempertimbangkan jumlah anak yang dilahirkannya, serta menghindari lahirnya
anak yang terinfeksi HIV.
Untuk mencegah kehamilan alat kontrasepsi yang dianjurkan adalah
kondom, karena bersifat proteksi ganda. Kontrasepsi oral dan kontrasepsi hormon
jangka panjang (suntik dan implan) bukan kontraindikasi pada ODHA.
Pemakaian AKDR tidak dianjurkan karena bisa menyebabkan infeksi
asenden. Spons dan diafragma kurang efektif untuk mencegah terjadinya
kehamilan maupun penularan HIV.
Jika ibu HIV positif tetap ingin memiliki anak, WHO menganjurkan jarak
antar kelahiran minimal 2 tahun.
3. Mencegah terjadinya penularan HIV dari ibu hamil HIV positif ke bayi yang
dikandungnya.
Merupakan inti dari intervensi PMTCT. Bentuk intervensi berupa:
Pelayanan kesehatan ibu dan anak yang komprehensif
Layanan konseling dan tes HIV secara sukarela (VCT)
Pemberian obat antiretrovirus (ARV)
Konseling tentang HIV dan makanan bayi, serta pemberian makanan bayi
Persalinan yang aman
4. Memberikan dukungan psikologis, sosial dan perawatan kepada ibu HIV-positif
beserta bayi dan keluarganya.
Upaya PMTCT tidak terhenti setelah ibu melahirkan. Karena ibu tersebut
terus menjalani hidup dengan HIV di tubuhnya, maka membutuhkan dukungan

11

psikologis, sosial dan perawatan sepanjang waktu. Jika bayi dari ibu tersebut tidak
terinfeksi HIV, tetap perlu dipikirkan tentang masa depannya, karena
kemungkinan tidak lama lagi akan menjadi yatim dan piatu. Sedangkan bila bayi
terinfeksi HIV, perlu mendapatkan pengobatan ARV seperti ODHA lainnya.5
Dengan dukungan psikososial yang baik, ibu HIV positif akan bersikap
optimis dan bersemangat mengisi kehidupannya. Diharapkan ia akan bertindak
bijak dan positif untuk senantiasa menjaga kesehatan diri dan anaknya, dan
berperilaku sehat agar tidak terjadi penularan HIV dari dirinya ke orang lain.
Informasi tentang adanya layanan dukungan psikososial untuk ODHA ini
perlu diketahui masyarakat luas. Diharapkan informasi ini bisa meningkatkan
minat mereka yang merasa berisiko tertular HIV untuk mengikuti konseling dan
tes HIV agar mengetahui status HIV mereka sedini mungkin.

Gambar 3. Alur Upaya PMTCT Komprehensif


Cegah Penularan HIV

Perempuan Usia Reproduktif

HIV Positif
Perempuan HIV Positif

Cegah Kehamilan tak Direncanakan

Hamil

Perempuan Hamil HIV Positif

HIV Negatif

Tidak Hamil

Cegah Penularan HIV ke Bayi

Bayi HIV Positif

Bayi HIV
negatif

Dukungan Psikologis & Sosial


12

Gambar 4. Alur Proses Ibu Hamil Menjalani Kegiatan Prong 3 dalam


Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Bayi 2,5
Partisipasi Pria

IBU HAMIL

Pelayanan KIA untuk


Ibu Hamil di Klinik
KIA, Puskesmas

Mobilisasi Masyarakat

Penyuluhan Kesehatan
dan PMTCT

Informasi Konseling dan Tes HIV Sukarela/VCT

Tak Bersedia dikonseling


Pra Tes

Tidak bersedia dites HIV

Konseling untuk tetap HIV


negatif dan evaluasi berkala

Bersedia dikonseling
Pra Tes

Bersedia dites HIV

Pemeriksaan Laboratorium

Konseling Pasca Tes

Hasil Tes HIV Negatif

II.2 Profil

Hasil Tes HIV positif


Konseling dan Pemberian
antiretroviral

1. Griya PMTCT PKBI Kota Semarang


dan Pemberian
Griya PMTCT Kota Semarang didirikan Konseling
pada tanggal
10 Juli 2006.
Makanan Bayi

Program ini bertujuan menjangkau ibu hamil terutama bumil risiko tinggi (suami
potensial risiko tinggi). Griya PMTCT merupakan kerjasama PKBI Kota
Persalinan yang Aman

Semarang dengan Global Fund ( GF ATM )dengan menjalin kerjasama dengan


Dinas Kesehatan Kota Semarang dan Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah.
Menjalin kerjasama dengan Ikatan Bidan Indonesia
(IBI) Psikososial
dan Klinikdan
VCT di
Dukungan
Perawatan bagi Ibu HIV positif
dan bayinya

13

Semarang (RSUP dr. Karyadi, RSUD Kota Semarang, RS Panti Wilasa, RSU
Tugurejo).
Griya PMTCT ini juga bekerjasama dengan Lembagalembaga yang
bersama-sama menangani permasalahan HIV-AIDS, diantaranya GF ATM, YPI
Jakarta, LSM peduli AIDS
2. Susunan pengurus dan SDM Griya PMTCT
Ketua PKBI Kota Semarang
dr. Dwi Yoga Yulianto

Manager Program PMTCT


dr. Bambang Darmawan Sp.OG

Lapangan

Finance&Administrative Staff

Nurul Aini, Amd. Keb

Wiwik Sugiatmi, S.Psi

Lapangan
Amrizaro Ismail
Lapangan
Team asistensi
kasus dan konselor) Wiwik Sugiatmi, S. Psi dan Anita
Ulfa Nur(manager
Izza, S. KM
Thoresia.
II.3 Sasaran

Semua ibu hamil di Mlati Harjo dan Argorejo


II.4 Target

Semua ibu hamil yang pernah menderita IMS harus menjalani VCT
Semua ibu hamil dengan suami yang menderita IMS harus menjalani VCT

14

II.5 Strategi

Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan prosedur PMTCT


Kerjasama dengan PKBI Kota Semarang, Global Fund, Dinas Kesehatan Kota
Semarang, Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah, Ikatan Bidan Indonesia (IBI).
Menjalin kerjasama dengan Klinik VCT di Semarang (RSUP dr. Karyadi, RSUD

Kota Semarang, RS Panti Wilasa, RSU Tugurejo).


Pelayanan VCT menjadi one day service
Merujuk penderita ke MK, KDS, layanan kesehatan
II.6 Program kegiatan

Penjangkauan Ibu hamil pada Bidan Praktik Swasta


Penjangkauan Ibu hamil melalui kader PKK dan kader Kesehatan
VCT (Voluntary, Counseling and Testing)
Pendampingan dan pemberian dukungan psikologis pada ibu hamil HIV positif
Pemberian Nutrisi pada ibu hamil HIV-positif
Pencegahan transmisi dari ibu positif (persalinan caesar dan pemberian Susu

Formula pada bayi)


Penyuluhan PMTCT pada masyarakat (bumil, remaja usia produktif, kader

kesehatan desa)
VCT (Voluntary, Counseling and Testing) dilakukan bekerjasama dengan RS di

Kota Semarang yang memiliki Klinik VCT.


Penjangkauan dan pendampingan dilakukan pada ibu hamil yang memeriksakan
dirinya ke Bidan Praktik Swasta untuk diberikan pengetahuan tentang PMTCT
(Prevention of Mother to Child HIV Transsmission), layanan pemeriksaan IMS
(Infeksi Menular Seksual) di Klinik Satelit Griya ASA PKBI Kota Semarang serta

tes VCT.
Pemberian dukungan psikologis pada ibu hamil berupa kunjungan ke rumah
(Home Visit) ibu hamil yang berstatus HIV positif untuk diberikan nutrisi ibu
hamil, mengetahui permasalahan yang dihadapi ibu hamil dan diberikan

solusinya.
Pemberian susu formula pada bayi berupa pemberian susu formula pada bayi yang
dilahirkan oleh ibu HIV positif agar tidak diberi ASI oleh ibunya, sehingga akan
memperkecil penularan virus HIV dari ibu ke bayi.
II.7 Aktivitas
15

Kegiatan PMTCT dilaksanakan dengan metode statis VCT dan mobile


VCT. Statis VCT adalah pusat konseling dan testing HIV/AIDS sukarela
terintegrasi dalam sarana kesehatan dan sarana kesehatan lainnya, artinya
bertempat dan menjadi bagian dari layanan kesehatan yang telah ada. Sedangkan
mobile VCT adalah layanan konseling dan testing HIV/AIDS sukarela model
penjangkauan dan keliling yang dilaksanakan oleh LSM atau layanan kesehatan
yang langsung mengunjungi sasaran kelompok masyarakat yang memiliki
perilaku berisiko atau berisiko tertular HIV/AIDS di wilayah tertentu.
Dari hasil kegiatan, apabila terdapat ibu hamil dengan HIV-positif, akan
diberikan ARV selama kehamilan dan persalinan, serta bantuan nutrisi sampai
umur kehamilan cukup bulan kemudian dirujuk ke spesialis Obstetri dan
Ginekologi untuk dilakukan persalinan secara sectio caesaria. Program dikatakan
berhasil bila ibu hamil dengan HIV-positif melahirkan bayi dengan HIV-negatif.
Setelah itu akan diberikan bantuan susu formula sampai usia 11 bulan.
Pemeriksaan untuk bayi berupa pemeriksaan PCR, yang dilakukan sesegera
mungkin untuk mengetahui status infeksi HIV.
Skrining yang dilakukan oleh Mahasiswa IKM FK Trisakti di Mlati Harjo
dan Argorejo, pada tanggal 22 dan 26 Agustus 2014:
No.
1.

Nama

Nama

Bumil

Suami

Ny. A

Tn. W

Status Risiko

Alamat
Jl. Chandwi

HIV
Pekerjaan

No.14

suami sebagai

kelurahan

pegawai

Melati Harjo RT

restoran yang

05 RW 04

bekerja 8 jam

Rekomendasi
VCT bagi ibu
dan suami

sehari tiap
hari, serta istri
yang juga
bekerja
sebagai

16

karyawan
swalayan
yang bekerja
sore-malam.
2.

Ny. E

Tn. KM

Jl. Cimanuk V Pekerjaan

VCT bagi ibu

No. H 40 Kec

dan suami

suami sebagai

Semarang Timur karyawan


Kel Mlati Harjo,

swasta

RT 5 / RW 2

dimana
frekwensi
bertemu
dengan suami
jarang karena
pekerjaan

3.

Ny. L

Tn. R

Jalan Argorejo,

Tinggal di

VCT bagi ibu

Wisma Crystal

daerah risiko

dan suami

gang III

penularan
IMS tinggi,,
memiliki
pekerjaan
sebagai WPS,
tinggal
terpisah
dengan suami
dan bertemu
sebulan sekali

II.8 Intervensi dan Kebijakan


Melakukan kegiatan PMTCT di Mlati Harjo Argorejo. Apabila didapatkan
ibu hamil risiko tinggi segera disarankan untuk melakukan VCT.

17

II.9 Kesimpulan dan Saran


1. Kesimpulan
Kegiatan PMTCT terlaksana dengan menjangkau sasaran 3 ibu hamil dan
didapatkan 1 ibu hamil dengan risiko tinggi terinfeksi HIV.
2. Saran
a. PMTCT mencari sumber dana lain agar kegiatan PMTCT dapat terlaksana terus
menerus dan berkesinambungan.
b. Dilakukan PMTCT pada setiap ibu hamil dan dilakukan pemeriksaan VCT pada
ibu hamil risiko tinggi sebagai bagian dari ANC rutin.
c. Menyebarluaskan informasi mengenai HIV dan AIDS.
d. Mempromosikan kegiatan PMTCT ke masyarakat luas melalui media massa
sehingga meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai kegiatan dan fungsi
dari PMTCT.

18

BAB III
LAMPIRAN
LAPORAN KASUS PMTCT DI MELATI HARJO
TANGGAL 22 DAN 26 AGUSTUS 2014

A. LAPORAN KASUS 1
Identitas Pasien
Nama

: Ny. A

Usia

: 22 tahun

Alamat

: Jl. Chandwi No.14 RT 4 RW 5 Kelurahan Mlati Harjo


dan Argorejo

Pekerjaan

: Wiraswasta

Agama

: Islam

Pendidikan

: SMK

Status obstetri

: G1P0A0

Identitas Suami

19

Nama

: Tn.W

Usia

: 26 tahun

Alamat

: Jl. Chandwi No.14 RT 4 RW 5 Kelurahan Mlati Harjo

Pekerjaan

: Pegawai Restoran

Status pernikahan : Menikah


Pendidikan

: SMK

Keluhan Utama : Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien hamil G1P0A0 dengan usia kehamilan saat ini 26 minggu 4 hari.
ANC 2x di Bidan
Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat hipertensi sebelum dan saat kehamilan disangkal

Riwayat infeksi selama kehamilan disangkal

Riwayat keputihan patologis disangkal

Riwayat asma disangkal

Riwayat penyakit jantung disangkal

Riwayat transfusi disangkal

Riwayat Obstetri
G1P0A0. HPHT 21 Februari 2014.

Hamil ini, ANC 2x di bidan. USG (-).

Taksiran partus 28 November 2014.


Riwayat Ginekologi
Usia pasien saat pertama kali haid adalah 12 tahun. Menstruasi teratur.
Pasien pernah mengalami keputihan berwarna kuning tidak berbau, rasa nyeri saat

20

berkemih maupun rasa gatal di kemaluan disangkal. Sebelumnya pasien belum


pernah menggunakan KB.
Riwayat Kebiasaan dan Pekerjaan
Pasien tidak merokok, tidak minum-minuman beralkohol dan tidak pernah
mengkonsumsi obat-obatan terlarang yang di minum maupun disuntik. Pasien
tidak pernah melakukan seks bebas dan hanya setia pada satu pasangan. Pasien
juga belum pernah menerima transfusi darah.
Menurut pasien, suami pasien tidak merokok, tidak minum minuman
beralkohol dan tidak pernah mengkonsumsi obat-obatan terlarang yang di minum
maupun disuntik. Suami pasien juga belum pernah menerima transfusi darah
selama hidupnya.
Riwayat pernikahan
Pasien baru menikah sekali. Pernikahan saat pasien berusia 21 tahun,
pernikahan telah berlangsung selama 1 tahun. Sebelum menikah pasien dan suami
tidak menjalani konseling pra-nikah termasuk pemeriksaan kesehatan. Hubungan
intim dilakukan pertama kali setelah menikah dengan frekuensi 1-2x/ minggu
tanpa menggunakan pengaman (kondom).
Pengetahuan
Penderita hanya mengetahui penularan HIV/AIDS melalui hubungan seks
namun belum tahu tentang penyebab, gejala, penularan ke bayi dan melalui
narkoba, serta cara pencegahan, dan komplikasi dari HIV/AIDS.
Penilaian Risiko
Individu
Pengetahuan yang kurang tentang HIV
Saat ini pasien hamil 26 minggu 4 hari
Kelompok

Bukan merupakan potensial risti


21

Suami bekerja dengan jam kerja 8 jam sehari

Rekomendasi

Memberikan informasi tentang IMS, HIV beserta penyebab, gejala,


cara penularan, cara penularan, pencegahan, dan komplikasi, serta cara
menjaga higiene alat reproduksi dengan cara direct education oleh petugas
kesehatan.

Memotivasi ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya pada


pelayanan kesehatan terdekat (bidan atau puskesmas) dengan frekuensi
sesuai dengan masa kehamilannya

Memotivasi ibu hamil untuk melakukan skrining IMS dan VCT

Memotivasi ibu hamil untuk menganjurkan pasangannya untuk


melakukan skrining IMS dan VCT

Praktik persalinan aman dengan menggunakan operasi caesar di


tempat pelayanan kesehatan yang memadai jika hasil VCT pada saat
kehamilan positif

B. LAPORAN KASUS 2
Identitas Pasien
Nama

: Ny. E

Usia

: 30 tahun

Alamat

: Jl. Cimanuk V No. H 40 Kec Semarang Timur Kel Mlati


Harjo, RT 5 / RW 2

Pekerjaan

: Guru

Agama

: Islam

Pendidikan

:S1

22

Status obstetri

: G3P0A2

Identitas Suami
Nama

: Tn.KM

Usia

: 31 tahun

Alamat

: Jl. Cimanuk V No. H 40 Kec Semarang Timur Kel Mlati


Harjo, RT 5 / RW 2

Pekerjaan

: Karyawan Swasta

Status perkawinan : Menikah


Pendidikan

:S1

Keluhan Utama

: Pusing, mual

Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien hamil G3P0A2 dengan usia kehamilan saat ini 26 minggu. ANC 5x
di Bidan. Pasien mengaku selama kehamilannya pasien memiliki keluhan mual
dan pusing. Keluhan muntah disangkal pasien. Nafsu makan pasien baik. Keluhan
keputihan disangkal pasien.
Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat hipertensi sebelum dan saat kehamilan disangkal

Riwayat infeksi selama kehamilan disangkal


Riwayat keputihan patologis disangkal
Riwayat asma disangkal
Riwayat penyakit jantung disangkal
Riwayat transfusi disangkal

23

Riwayat Obstetri

G3P0A2. HPHT 24 Februari 2014. Hamil 26 minggu, ANC 5x di bidan.


USG (+) 1 kali. Taksiran partus 1 Desember 2014.

Pasien telah mengalami keguguran sebanyak 2 kali.

Anak ketiga

: hamil ini.

Pasien mengatakan bahwa selama hamil kondisi pasien sering merasa pusing dan
mual. Anak yang dikandungnya dalam kondisi baik.
Riwayat Ginekologi
Usia pasien saat pertama kali haid adalah 14 tahun. Haid teratur, tidak ada
nyeri saat haid. Pasien mengatakan sebelum hamil pasien pernah memiliki
keluhan keputihan, terutama saat sebelum dan sesudah haid. Menurut pasien,
keputihannya dahulu warnanya jernih, tidak gatal, tidak berbau dan tidak
mengganggu aktifitas sehari-hari. Rasa nyeri saat berkemih maupun riwayat nyeri
di daerah pinggang disangkal. Pasien belum pernah menggunakan KB.
Riwayat Kebiasaan dan Pekerjaan
Pasien tidak merokok, tidak minum minuman beralkohol dan tidak pernah
mengkonsumsi obat-obatan terlarang yang di minum maupun disuntik. Pasien
tidak pernah melakukan sex bebas dan hanya setia pada satu pasangan. Pasien
juga belum pernah menerima transfusi darah. Pasien bekerja sebagai guru.
Menurut pasien, suami pasien tidak merokok, tidak minum minuman
beralkohol dan tidak pernah mengkonsumsi obat-obatan terlarang yang di minum
maupun disuntik. Suami pasien juga belum pernah menerima transfusi darah
selama hidupnya. Suami pasien bekerja sebagai karyawan swasta.
Riwayat pernikahan

24

Pasien baru menikah sekali. Pernikahan saat pasien berusia 26 tahun,


pernikahan telah berlangsung selama 4 tahun. Sebelum menikah pasien dan suami
tidak menjalani konseling pra-nikah termasuk pemeriksaan kesehatan. Hubungan
intim dilakukan pertama kali setelah menikah dengan frekuensi 2-3x/ minggu
tanpa menggunakan pengaman (kondom).
Pengetahuan
Pasien cukup mengetahui tentang HIV/AIDS, bagaimana gejalanya,
bagaimana cara penularannya dan cara pencegahan. Namun pasien tidak
mengetahui tentang komplikasi dari HIV/AIDS.
Penilaian Risiko
Individu

Saat ini pasien hamil 26 minggu

Kelompok

Bukan merupakan potensial risti

Lingkungan sekitar tempat tinggal tidak termasuk lingkungan yang


berisiko tinggi

Rekomendasi

Memberikan informasi tentang IMS, HIV beserta cara penularan,


pencegahan, dan komplikasi, serta cara menjaga higiene alat reproduksi
dengan cara direct education oleh petugas kesehatan.

Memotivasi ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya pada pelayanan


kesehatan terdekat (bidan atau puskesmas) dengan frekwensi sesuai
dengan masa kehamilannya

Memotivasi ibu hamil untuk melakukan skrining IMS dan VCT

Memotivasi ibu hamil untuk menganjurkan pasangannya untuk melakukan


skrining IMS dan VCT

25

Praktik persalinan aman dengan menggunakan operasi caesar di tempat


pelayanan kesehatan yang memadai jika hasil VCT pada saat kehamilan
positif

C. LAPORAN KASUS 3
Identitas Pasien
Nama

: Ny. L

Usia

: 23 tahun

Alamat

: Jalan Argorejo, Wisma Crystal gang 2

Pekerjaan

: WPS

Agama

: Islam

Pendidikan

: SMK

Status Perkawinan : Menikah


Status obstetri

: G3P1A1

Identitas Suami
Nama

: Rangga

Usia

: 27 tahun

Alamat

: Temanggung

Pekerjaan

: Tidak Tentu

Status pernikahan : Menikah


Pendidikan

: SMA

Keluhan Utama : -

26

Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien hamil G3P1A1 dengan usia kehamilan saat ini 32 minggu. ANC
4x di Bidan.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat hipertensi sebelum dan saat kehamilan disangkal
Riwayat infeksi selama kehamilan disangkal
Riwayat keputihan patologis disangkal
Riwayat asma disangkal
Riwayat penyakit jantung disangkal
Riwayat transfusi disangkal
Riwayat Obstetri

G3P1A1. HPHT 25 Desember 2013. Hamil saat ini 36 minggu, ANC 4x


di bidan. USG (-). Taksiran partus 1 Oktober 2014.

Anak pertama: perempuan, usia 3,5 tahun, lahir normal, ditolong oleh
bidan, berat lahir 3100 gram, status gizi saat balita baik, keadaan
sekarang sehat

Riwayat Ginekologi
Usia pasien saat pertama kali haid adalah 15 tahun. Menstruasi teratur.
Pasien mengatakan sebelum hamil pasien sering mengalami keputihan,
terutama saat sebelum dan sesudah haid. Menurut pasien, keputihannya dahulu
warnanya jernih, tidak gatal, tidak berbau dan tidak mengganggu aktifitas
sehari-hari. Rasa nyeri saat berkemih maupun riwayat nyeri di daerah
pinggang disangkal.

27

Sebelumnya pasien pernah mengkonsumsi pil KB, namun berhenti setelah


2 hari konsumsi karena alergi berupa kulit gatal-gatal dan merah setelah itu
pasien tidak pernah menggunakan KB.
Riwayat Kebiasaan dan Pekerjaan
Pasien tidak merokok, dan tidak minum-minuman beralkohol serta
tidak pernah mengkonsumsi obat-obatan terlarang yang di minum maupun
disuntik.
Pasien memiliki pekerjaan sebagai Wanita Pekerja Seks (WPS) di
daerah resosialisasi Sunan Kuning. Pekerjaan ini telah dilakukan selama 4
bulan. Pasien dan mitra seksualnya selalu menggunakan kondom saat
melakukan hubungan seksual. Frekwensi berhubungan seksual 1 kali sehari.
Riwayat pernikahan
Pasien menikah satu kali. Pernikahan saat pasien berusia 18 tahun,
pernikahan berlangsung sampai sekarang. Sebelum menikah pasien dan suami
tidak menjalani konseling pra-nikah termasuk pemeriksaan kesehatan. Saat ini
pasien dan suaminya tinggal terpisah dan jarang bertemu. Pasien bertemu
dengan suaminya kurang lebih 1 bulan sekali dan berhubungan seksual saat
mengunjungi suaminya di Jakarta.
Pengetahuan
Penderita mengetahui tentang HIV/AIDS dan penularannya namun
belum mengetahui tentang penyebab HIV/AIDS, gejala klinis pasien
HIV/AIDS, cara pencegahan, maupun komplikasi dari HIV/AIDS.
Penilaian Risiko
Individu

Pengetahuan yang kurang tentang HIV

Saat ini pasien hamil 36 minggu

Pekerjaan pasien sebagai WPS


28

Kelompok

Merupakan potensial risti

Lingkungan sekitar tempat tinggal termasuk lingkungan yang


kurang baik

Rekomendasi

Memberikan informasi tentang IMS, HIV/AIDS mengenai


penyebab, gejala klinis, cara penularan, pencegahan, dan komplikasi,
serta cara menjaga higiene alat reproduksi dengan cara direct
education oleh petugas kesehatan.

Memotivasi ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya pada


pelayanan kesehatan terdekat (bidan atau puskesmas) dengan
frekwensi sesuai dengan masa kehamilannya

Memotivasi ibu hamil untuk melakukan skrining IMS dan VCT


secara teratur

Memotivasi ibu hamil untuk menganjurkan pasangannya untuk


melakukan skrining IMS dan VCT

Praktik persalinan aman dengan menggunakan operasi caesar di


tempat pelayanan kesehatan yang memadai jika hasil VCT pada saat
kehamilan positif

29

KESIMPULAN
Program PMTCT secara komprehensif menggunakan 4 prong, yang
menjadi pilar pelaksanaan kegiatan, yaitu: Mencegah penularan HIV pada
perempuan usia produktif, Mencegah kehamilan yang tidak direncanakan pada ibu
HIV-positif, Mencegah terjadinya penularan HIV dari ibu hamil HIV positif ke
bayi yang dikandungnya, Memberikan dukungan psikologis, sosial dan perawatan
kepada ibu HIV-positif beserta bayi dan keluarganya.
Kegiatan PMTCT terlaksana dengan menjangkau sasaran 3 ibu hamil dan
didapatkan 1 ibu hamil dengan risiko tinggi terinfeksi HIV. Dari 3 ibu hamil,
mereka hanya mengetahui penularan HIV/AIDS melalui hubungan seks namun
belum tahu tentang penyebab, gejala, penularan ke bayi dan melalui narkoba, serta
cara pencegahan, dan komplikasi dari HIV/AIDS. Hanya terdapat 2 dari 3 ibu
hamil yang mengetahui tentang adanya penyakit menular melalui hubungan
sexual.
Pada 1 dari 3 ibu hamil, merupakan ibu hamil resiko tinggi karena ia
berprofesi sebagai WPS yang masih aktif. Hal ini menjadi perhatian khusus bagi
pihak medis dan pemerhati kesehatan agar anak yang dikandung ibu hamil
tersebut bisa terlahir dengan selamat.
SARAN
Dalam menjalankan program PMTCT kami memberikan saran sebagai berikut :
- Memberikan pendampingan pada ibu hamil dengan resiko tinggi agar bayi di
-

kandungan ibu hamil dapat lahir dengan sehat dan tidak ada halangan apapun.
Memberikan pengetahuan lebih lanjut tentang penyakit menular seksual agar

dapat meningkatkan waspada pada penyakit tersebut.


Melakukan evaluasi terhadap hasil PMTCT yang telah dilakukan

DAFTAR PUSTAKA

30

1.

Program Pencegahan Penularan HIV dari ibu ke Bayi (PMTCT). Diunduh dari
http://www.ypi.or.id/informasi/berita/51-program-pencegahan-penularan-hiv-dariibu-ke-bayi-pmtct-pengalaman-yayasan-pelita-ilmu.

Diakses

tanggal

22

Desember 2012
2.

Griya

PMTCT PKBI Kota

Semarang.

Griya

PMTCT. Ditemukan

di

http://griyapmtct.blogspot.com. Diakses tanggal 22 Desember 2012


3.

PMTCT. Diunduh dari http://spiritia.or.id/cst/bacacst.php?artno=1075. Diakses


tanggal 23 Desember 2012

4.

WHO. Background. PMTCT Strategic Vision 2010-2015. Ditemukan di


http://www.who.int/hiv/pub/mtct/strategic_vision.pdf.

Diakses

tanggal

23

Desember 2012
5.

Kuntoro A. Handout Pencegahan Penularan HIV Pada Perempuan Bayi dan Anak.
Semarang 2011.

31

Anda mungkin juga menyukai