besar kecilnya biaya produksi usahatani maupun biaya pemasaran. Produk dalam pertaniaan ini
nilai produksinya tergantung pada harga pemasaran, sehingga untung ruginya dalam suatu
usahatani akan dipengaruhi oleh faktor manusia (human element), sehingga akan berpengaruh
(menentukan) besarnya rasio antara input dan output. Bila selisih antara input dan output besar,
berarti pendapatan (pertaniaan) akan tinggi dan sebaliknya.
Model lain sistem usahatani adalah model dari Morgan dan Muton, (1971). Dalam model
tersebut disebutkan bahwa sistem usahatni sebenarnya merupakan suatu kegiatan yang komplek
kerena petani bertindak sebagai pengusaha, pemodal dan pekerja sekaligus. Petani menghadapi
masalah dalam membuat keputusan karena mereka perlu memahami alam secara fisikal,
menghadapi masalah ketidakpastian, perubahan masa, produksi dan penggunaan alat teknologi.
Model sistem usahatani ini digambarkan dalam Gambar 3.3.
Input merupakan masukan berbagai sumber yang digunakan proses produksi. Input
usahatani ini terdiri dari ternak, benih tanaman, bajak, makanan ternak, nutrisi ternak, tenaga
buruh, tanah, saluran air, peralatan pertanian dan bangunan. Input usatani ini terdiri dari dua
komponen yaitu input tetap dan input tidak tetap. Input tetap dapat dikatakan sebagai input
yang seragam dan stabil dalam jangka waktu yang panjang, kecuali jika terjadi perubahan
teknologi dan penemuan baru. Input tetap terdiri dari modal, bangunan, alat-lat pertanian,
tanah dan buruh tetap. Input tidak tetap merupakan input yang dapat diukur dan ditentukan
costnya dengan lebih mudah. Input tidak tetap ini meliputi input benih, bibit ternak, pakan
ternak, racun serangga, tenaga buruh tidak tetap dan perawat kesehatan pada binatang
ternak.
b.
c.
Pekerjaan yang berkaitan dengan proses akhir dalam output seperti penunaian,
penyembelihan, pemerasan susu, pengumpulan hasil, pengemasan dan penyimpanan hasil
tanaman atau ternak, sebelum diangkut ke pasar.
Pada dasarnya sistem usahatani ini melibatkan proses pembuatan keputusan yang dilakukan
oleh petani sendiri. Ada dua aspek yang dilibatkan dalam kegiatan keputusan usahatani 1) hal
yang berkaitan dengan keputusan tentang perencanaan dan kebij akan terutam tentang jenis
usaha yang akan dilakukan dan penentuan sumberdaya, 2) hal yang berkaitan dengan keputusankeputusan organisasi yang harus dilaksanakan setiap hari, minggu, bulan dan musim yang
didasarkan pada keadaan cuaca dan pasar. Keputusan yang dibuat oleh petani tersebut
dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu a) faktor ekonomi yaitu berkaitan dengan pengeluaran,
pendapatan dan kekayaan, b) faktor sosial yaitu berkaitan dengan status sosial, penghargaan,
penghormatan ataupun kekuasaan dalam suatu kumpulan atau masyarakat di mana petani tinggal,
dan c) faktor idiologi yaitu berkaitan dengan semangat kebangsaan, tanggungjawab terhadap
keluarga dan masyarakat setempat. Namun demikian secara keseluruhan keputusan-keputusan
tersebut sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti harapan masa depan petani, fisik alam
dan lingkungan, ekonomi, politik dan perubahan lainnya sepanjang masa.
3.3 Klasifikasi Sistem Pertaniaan
3.3.1 Karakteristik Sistem Pertanian
Di dunia terdapat berbagai jenis sistem pertanian yang dijalankan dalam keadaan geografi
fisikal dan sosial ekonomi yang berbeda-beda. Kajian dalam Geografi Pertanian bukan saja
memberikan perhatian penyebaran kegiatan penanaman dan peternakan yang dijalankan oleh
manusia, tetapi juga melihat faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya sistem pertanian di
kawasan atau wilayah tertentu. Kegiatan pertanian dapat diklasifikasikan menjadi beberapa
sitem pertanian yang didasarkan pada kriteria tertentu. Secara umum ada beberapa dasar yang
digunakan untuk menentukan kriteria sistem pertanian disuatu wilayah yaitu:
a.
Kondisi Airnya
Berdasarkan kondisi airnya pertanian di suatu wilayah dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
Intensitas Rotasinya
Pertanian berdasarkan intensitas rotasinya pertanian di suatu wilayah dapat dibedakan
menjadi dua yaitu:
Tingkat Komersialnya
Pertanian berdasarkan tingkat komersialisasinya dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
Berdasarkan kriteria tersebut maka sistem pertanian dapat dikelompokan menjadi beberapa
sistem pertanian dengan ciri dan karakteristik tertentu, yaitu :
a. Pertanian berpindah
Pertanian berpindah-pindah (Shifting cultivation) ini banyak dilakukan oleh masyarakat yang
masih primitif, penggunaan lahan relatif luas, pengolahan lahan belum intensif, alat-alat
pertanian yang digunakan masih sederhana, tenaga kerja yang digunakan tenaga kerja
keluarga, intensitas penggunaan lahan relatif singkat, terdapat priode kosong (Follow/bera),
terjadi field rotation (pergiliran penggunaan lahan), tanaman yang diusahakan cenderung
tanaman pangan (foor crops), belum ada hak milik tanah dan teknologi yang digunakan
sangat sederhana.
b. Pertanian Menetap
Pertanian menetap merupakan tipe pertanian yang diusahakan sepanjang tahun secara
kontinyu, penggunnaan lahannya sempit sampai luas, pengolahan lahannya lebih intensif
karena lahan dapat diusahakan sepanjang tahun. Untuk meningkatkan produksinya digunakan
teknologi modern sehinggga pertanian ini lebih mengarah pada pertanian agribisnis.
Penggunnaan tenaga kerja bervariasi, ada yang menggunakan tenaga kerja luar dan keluarga
dengan diupah atau tanpa upah. Kerena intensifnya penggunaan lahan, maka kadang-kadang
tak ada saat bero/kosong. Jenis tanaman yang diusahakan juga bervariasi (tidak terbatas
pada food crops), sedangkan lahan yang di garap sudah ada hak milik dan dilakukan oleh
masyarakat yang sudah lebih maju.
c. Pertanian Subsisten
Pertanian subsisten mempunyai orintasi produksi untuk kebutuhan konsumsi keluarga, jika
produksi surplus bukan merupakan tujuan utama karena tujuan utama untuk konsumsi dan
bila terjadi suplus biasanya produksi dijual ke pasar lokal, tenaga kerja yang digunakan
biasanya keluarga dan tidak di upah, tanah merupakan input dominan, modal yang digunakan
untuk usahatani relatif kecil, input yang berupa bibit dan pupuk merupakan hasil usahatani
sendiri.
d. Pertanian Komersial
Pada pertanian ini orientasi produksi untuk dijual atau pemenuhan kebutuhan pasar, tenaga
kerja yang digunakan sebagian besar tenaga kerja upahan, biaya untuk produksi ditekan
seminimal mungkin, sedangkan produksi ditingkatkan sampai maksimum, proporsi input
sebagian besar dibeli, modal dan lahan merupakan bagian besar input, pola tanam
monoculture, lahan yang diusahakan relatif luas, produksi usahatani diperdagangkan secara
teratur dan uang yang diperoleh digunakan untuk investasi kembali dalam usahatani, tujuan
utama sahatani ini adalah mencapai keuntungan maksimum.
e. Pertanian Intensif
Tujuan utama usahatani ini adalah untuk mendapatkan keuntungan maksimum, hasil produksi
per hektar sangat tinggi dan sedikit potensi lahan yang terbuang, jenis tanaman yang
diusahakan secara ekonomis menguntungkan, pertanian ini dijumpai di negara yang padat
penduduknya dan di negara maju yang langka akan sumberdaya lahan pertanian, pertanian
ini memperhatikan atau melaksanakan beberapa hal seperti 1) crop rotion (pergiliran tanaman,
2) penggunaan bibit, pupuk dan pengelolaannya dilakukan secara terencana dengan teknologi
tepat guna, 3) pembuatan teras (pengelolaan lingkungan fisik yang maksimum) untuk
menghindari atau mengurangi percemaran lingkungan dan, 4) pola tanam bersifat mixed
croping atau tanaman campuran.
f.
Pertanian Ektensif
Pertanian ini menggunakan lahan relatif luas dan ada usaha-usaha untuk menambah luas
lahan, efesiensi penggunaan lahan kurang karena banyak lahan yang tidak termanfaatkan
secara optimum, produktivitas per hektar lebih rendah dari pertanian intensif, teknologi yang
digunakan masih rendah atau terbatas, dalam pengelolaannya tidak begitu mengharapkan
return yang sangat tinggi, keuntungan yang diperoleh tidak menentu, jenis tanaman yang
diusahakan pun sangat bervariasi dan tidak memperhatikan nilai ekonomi dari tanaman yang
diusahakan, penggunaan tenaga kerja sebagaian besar adalah keluarga dengan tanpa atau
diupah yang lebih rendah, biasanya usahatani ini terdapat pada wilayah atau negara yang
lahannya masih luas dan pertaniannnya belum maju dengan ditandai aksesibilitas ke pasar
atau ke konsumen masih rendah.
dan taman semusim seperti buah-buahan. Kebun campuran merupakan lahan kering yang
didominasi oleh tanaman tahunan dan hanya sedikit tanaman semusim serta letaknya jauh
dari permukiman penduduk. Tegalan merupakan lahan kering yang terletak di daerah lebih
tinggi dari lahan sawah dan jauh dari rumah penduduk dengan tanaman dominan adalah
tanaman palawija, semusim dan terkadang sedikit tanaman tahunan.
i.
Pertanian Ektratif
Pertanian ektratif merupakan pertanian dengan usaha mengambil hasil dari alam dan tanpa
pengembalian untuk mengembalikan sebagian hasil tersebut untuk keperluan pengambilan
dikemudian hari. Pertanian ini banyak dilakukan oleh petani prinitif untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya seperti mengambil ikan di kali atau di Taut, mengambil hasil hutan untuk
kebutuhan konsumsi rumahtangga.
j.
Pertanian Generatif
Pertanian yang memerlukan usaha-usaha pembibitan atau pembenihan, pengolahan,
pemupukan baik untuk tanaman atau hewan. Pertanian ini lebih cenderung berupaya untuk
melakukan regenerasi dari suatu variatas tertentu. Harapan dari pertanian ini adalah
mengembangkan janis komoditi tanaman atau hewan untuk mendapatkan bibit yang lebih
unggul. Oleh karena itu dalam usahanya selalu melakukan penelitian dengan melakukan
percobaan untuk menemukan varitas baru yang lebih unggul.
Tujuan secara ekonomi pertanian tradisional lebih difokuskan pada pemenuhan kebutuhan
konsumsi keluarga, penggunaan modal yang kecil, sedangkan untuk lahan dan tenaga kerja
besar, tanaman yang diusahakan bervariasi tapi tidak punya nilai ekonomi, hasil produksi per
hektar rendah dan petani sebagain besar takut terhadap resiko kegalan panen jika menggunakan
input baru.
3.5 Sistem Pertanian Modern
Pada pertanian modern petani sudah bersifat rasional sehinggga kegiatan usahatani lebih
banyak ditunjukkan untuk pemenuhan kebutuhan pasar sehingga proporsi produk yang dijual
sangat tinggi. Bahkan hasil produknya ditunjukkan untuk pemenuhan kebutuhan industri, asal
input yang digunakan berupa tenaga adalah minyak dan mesin, penggunaan pupuk kimia
sangat intensif, pengendalian hama lebih banyak menggunakan insektisida, fungisida, break
crops, penyiangan atau kontrol tanaman dilakukan dengan herbisida, alat yang digunakan
berupa teknologi modern seperti mesin traktor dan bibit yang digunakan berupa variatas
unggul. Untuk kegiatan usahatani ternak, pakan yang digunakan adalah pakan buatan yang
dibeli dari toko.
Tujuan secara ekonomi dari kegiatan usahatani modern adalah mencapai keuntungan
masksimum. Modal dan lahan cukup besar dan dikelola dengan manjemen yang baik,
penggunan tenaga kerja manusia rendah, jenis tanaman yang diusahakan bernilai ekonomis
sehingga ada spesielisasi produksi. Produk per hektar untuk setiap petani sangat tinggi
dengan biaya minimum dan petani modern selalu mencari inovasi barn. Ada beberap hal yang
menjadi persyaratan untuk terciptanya pertanian modern:
1. Adanya teknologi dan efesiensi usahatani yang terus menerus ditingkatkan dan diperbaiki
2. Hasil pertanian yang diproduksi kontinyu dan jika berubah sesuai dengan perubahan
permintaan (konsumen) dan perubahan biaya produksi sebagai akibat perubahan teknologi.
3. Perbandingan antara penggunaan lahan, tenaga kerja dan modal pada usahatani terus
berubah, sesuai dengan adanya perubahan penduduk, perubahan alternatif kesempatan kerja
dan perubahan dalam teknologi usahatani.
Tahap revolusi pertanian kedua dicirikan oleh adanya perubahan dari pertanian subsisten
ke pertanian komersial (market oriented), pada saat itu pertanian tradisional mulai tidak mampu
memenuhi permintaan pasar, ketidaktergantungan pada inovasi (pembaharuan), adanya
peningkatan produksi dan perubahan yang cukup mendasar dari petani kamunal ke petani
komersial.
Tahap ketiga adalah industrialisasi pertanian yaitu pada akhir perang dunia ke II. Pada
tahap ini dicirikan dengan adanya perubahan yang sangat kontemporer yang dipengaruhi oleh
sistem kapitalis dan sosialis. Akibatnya banyak perubahan yang bersifat menyeluruh (radikal),
sebagai respon terhadap proses industrialisasi pertanian dari pertanian subsisten atau tradisional
ke pertanian modern. Dalam kontek ini peranan birokrasi dan rasionalisasi aktivitas pertanian
mencermin pelaksanaan yang berlebihan melalui proses teknologi agro-industri. Proses teknologi
agro-industri terjadi dalam berbagai hal seperti peningkatan genetik tanaman, penggunaan energi
fleksibel, makanisasi pertanian, penggunaan bahan-bahan kimia, palayanan sistem otomatis dan
usahatani sebagai industri. Disamping itu perubahan yang cepat ini menuntun petani pada
efesiensi ekonomi dan rasionalisasi pertanian. Efesiensi ekonomi idiologinya didasarkan pada
skala ekonomi, produktivitas tenaga kerja dan lahan pertanian, peningkatan penggunaan
pengetahuan dan teknologi.
Dalam industrialisasi pertanian terjadi kombinasi hasil produksi melalui penambahan luas
unit produksi/skala produksi, intesifikasi input modal, spesialisasi produksi dan integrasi produksi
usahatani dengan bagian lain pada sistem pertanian melalui koperasi dengan mekanisme
komplek agro-industri, keterkaitan antara input, prosesing dan distribusi sektor agribisnis.
Industrialisasi pertanian di negara maju telah banyak menimbulkan masalah lingkungan,
perubahan sosial, ekonomi dan politik, seperti keseimbangan ekologis yang semakin berkurang,
munculnya polusi udara, pencemaran air dan tanah, terjadinya erosi dan degradasi lingkungan,
perubahan pola hidup masyarakat tani diperdesaan, terjadi maginalitas wilayah, perubahan dalam
menjemen lingkungan, perubahan dalam perencanaan pedesaan dan kesempatan kerja dan
perubahan subsidi program pembangunan regional.
3.7 Komponen Fungsional Petanian Modern
Dalam komponen funsional pertanian modern ada tiga aspek utama yaitu; farming (binis
usahatani), agri-millieu (Politik, ekonomi dan budaya) dan agri-suport (komersial dan non
komersial):
1.
2.
Agri-Suport
a. Pertanian Komersial
Agri-suport komersial lebih memperhatikan adanya distribusi input dan produk, marketing
produksi dan kridit usahatani.
b. Non-Komersial
Agri-suport non komersial lebih menekankan pada perluasan penelitian pertanian dan
training pertanian.
3.
Agri-Milieu
a. Politik
Agri-milieu politik melihat proses-proses partisipasi petani dalam politik yang meliputi
kegiatan, kebijakan penguasaan lahan (landtenure), kebijakan pembangunan pertanian
dan terdapat perluasan wawasan petani berpartisipasi dalam politik pertanian.
b. Ekonomi
Agri-milieu ekonomi lebih menekankan pada peningkatan industri rumahtangga sebagai
akibat permitaan kebutuhan di bidang pertanian (alat pertanian), perluasan kesempatan
kerja non pertanian, kenaikan harga dan pajak, meningkatkan kesempatan perdagangan
dengan luar negeri, meningkatkan distribusi pendapatan petani, peningkatan transportasi
untuk meningkatkan akses ke pasar dengan mempertimbangkan tingkat perkembangan
penduduk.
c. Kultur
Agri-milieu cultur lebih menekanan pada aspek tradisi masyarakat petani dan tingkat
pendidikan umum (formal dan non formal) dalam bidang pertanian.
3.8 Struktur Geografi Pertanian
Sruktur Geografi Pertanian meliputi komponen funsional penunjang pertanian yang
meliputi :
a.
Lokalitas usahatani
Lokalitas usahatani merupakan suatu daerah di perdesaan yang cukup rumit, setiap petani
yang tinggal pada daerah tersebut dengan alat angkut yang ada, sehingga dalam hari yang
sama mereka dapat kembali ke rumah. Lokasi usahatani ini terdiri dari beberapa unsur yaitu:
Distrik usahatani
Distrik usahatani terdiri atas beberapa lokalitas usahatani yang letaknya berbatasan satu
sama lain, menyediakan fasilitas dan jasa yang memungkinkan bekerjannya lokalitas
usahatani secara efektif.
c.
Variasi regional
Variasi reginal menunjukkan adanya perbedaan produksi akibat adanya perbedaan kondisi
lingkungan fisik daerah dan potensi daerah.
d.
penunjang
hams
berfungsi
lancar
(irigasi,
perhubungan,
tataniaga,