PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Tujuan Pembangunan Kesehatan adalah tercapainya kemampuan untuk hidup
sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang
optimal, sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari Tujuan Nasional. Untuk itu
perlu ditingkatkan upaya guna memperluas dan mendekatkan pelayanan kesehatan
kepada masyarakat dengan mutu yang baik dan biaya terjangkau.
Peningkatan mutu merupakan prioritas utama di semua rumah sakit. Upaya
tersebut dilaksanakan melalui pembangunan sarana, prasarana, pengadaan peralatan dan
ketenagaan serta perangkat lunak lainnya, sejalan dengan pembangunan rumah sakit
pada umumnya. Namun demikian, disadari pula masih banyak kendala yang dihadapi,
terutama yang berkaitan dengan standar kebutuhan dan tuntutan sistem pelayanan yang
masih belum selaras dengan perkembangan iptek kedokteran yang semakin pesat.
Dengan semakin meningkatnya pendidikan dan keadaan sosial ekonomi
masyarakat maka sistem nilai dan orientasi dalam masyarakatpun mulai berubah,
masyarakat mulai cenderung menuntut pelayanan umum yang lebih baik, lebih ramah
dan lebih bermutu termasuk pula pelayanan kesehatan.Dengan semakin meningkatnya
tuntutan masyarakat akan mutu pelayanan tadi maka fungsi pelayanan kesehatan
termasuk pelayanan dalam rumah sakit secara bertahap perlu terus ditingkatkan agar
menjadi lebih efektif dan efisien serta memberi kepuasan terhadap pasien, keluarga
maupun masyarakat.
Maka agar upaya peningkatan mutu
diharapkan maka dirasa perlu disusun buku Pedoman Upaya Peningkatan Mutu Rumah
Sakit yang merupakan konsep dan prinsip peningkatan mutu
pedoman ini diharapkan dapat sebagai acuan bagi rumah sakit dalam melaksanakan
upaya peningkatan mutu pelayanan Rumah Sakit RS Sehat Kota ......
B.
C.
TUJUAN
1. TUJUAN UMUM
Agar buku pedoman yang merupakan konsep dasar dan prinsip upaya peningkatan
mutu ini dapat digunakan oleh pimpinan dan pelaksana Rumah Sakit RS Sehat
sebagai acuan dalam melaksanakan Upaya Peningkatan Mutu Rumah Sakit RS
Sehat .
2. TUJUAN KHUSUS
a. Tercapainya satu pengertian tentang Upaya Peningkatan Mutu Rumah Sakit di
Rumah Sakit RS Sehat Kota ......
b. Mengetahui konsep dasar dan prinsip Upaya Peningkatan Mutu Rumah Sakit
RS Sehat Kota ......
c. Mengetahui cara-cara dan langkah-langkah dalam melaksanakan Upaya
Peningkatan Mutu Rumah Sakit RS Sehat Kota ......
BAB II
SEJARAH PERKEMBANGAN
UPAYA PENINGKATAN MUTU RUMAH SAKIT
Upaya peningkatan mutu sebenarnya bukanlah hal yang baru. Pada tahun 1820-1910
Florence Nightingale seorang perawat dari Inggris menekankan aspek-aspek keperawatan
pada peningkatan mutu pelayanan. Salah satu ajaranya yang terkenal sampai sekarang adalah
hospital should do the patient no harm, rumah sakit jangan sampai merugikan atau
mencelakakan pasien.
Di Amerika Serikat, upaya peningkatan mutu pelayanan medik dimulai oleh ahli
bedah Dr. E.A Codman dari Boston dalam tahun 1917. Dr.E.A Codman dan beberapa ahli
bedah lain kecewa dengan hasil operasi yang seringkali buruk, karena sering terjadinya
penyulit. Mereka berkesimpulan bahwa penyulit itu terjadi karena kondisi yang tidak
memenuhi syarat di rumah sakit. Untuk itu perlu ada penilaian dan penyempurnaan tentang
segala sesuatu yang terkait dengan pembedahan. Ini adalah upaya pertama yang berusaha
mengidentifikasikan masalah klinis, dan kemudian mencari jalan keluarnya.
Kelanjutan dari upaya ini, pada tahun 1918 The American College of Surgeons (ACS)
menyusun suatu Hospital Standardization Programe. Program standarisasi adalah upaya
pertama yang terkoordinasi dengan tujuan meningkatkan mutu medis. Program ini ternyata
sangat berhasil meningkatkan mutu medis sehingga banyak rumah sakit ikut serta. Dengan
berkembangnya ilmu dan teknologi maka spesialisasi ilmu kedokteran diluar bedah cepat
berkembang. Oleh karena itu program standarisasi perlu diperluas agar dapat mencakup
disiplin lain secara umum.
Pada tahun 1951 American College of Surgeon, American College of Physicians,
American Hospital Association, American Medical Association dan Canadian Medical
Association bekerja sama membentuk suatu Joint Commission on Accreditation of Hospital
(JCAH), suatu badan gabungan untuk menilai dan mengakreditasi rumah sakit.
Pada akhir tahun 1960 JCAH tidak lagi hanya menentukan syarat minimal dan
essential untuk mengatasi kelemahan-kelemahan yang ada di rumah sakit, namun telah
memacu rumah sakit agar memberikan mutu pelayanan yang setinggi-tingginya sesuai
dengan sumber daya yang ada. Untuk memenuhi tuntutan yang baru ini antara tahun 19531965 standar akreditasi di revisi enam kali, selanjutnya beberapa tahun sekali diadakan revisi.
Atas keberhasilan JCAH dalam meningkatkan mutu pelayanan, Pemerintah Federal
memberi pengakuan tertinggi dalam mengundangkan Medicare ACT .Undang-undang ini
3
mengabsahkan akreditasi rumah sakit menurut standar yang ditentukan oleh JCAH. Sejak
saat itu rumah sakit yang tidak terakreditasi oleh JCAH tidak dapat ikut program asuransi
kesehatan pemerintah federal (medicare), padahal asuransi di Amerika sangat menentukan
utilisasi rumah sakit karena hanya 9,3% biaya rumah sakit berasal dari pembayaran langsung
oleh pasien.
Sejak tahun 1979 JCAH membuat standar tambahan, yaitu agar dapat lulus akreditasi
suatu rumah sakit harus juga membuat program pengendalian mutu yang dilaksanakan
dengan baik.
Di Australia, Australian Council on Hospital Standars (ACHS) didirikan dengan susah
payah pada tahun 1971, namun sampai tahun 1981 badan ini baru berhasil beroperasi dalam 3
negara bagian. Tetapi lambat laun ACHS dapat diterima kehadirannya dan diakui manfaatnya
dalam upaya peningkatan mutu pelayanan sehingga sekarang kegiatan ACHS telah mencakup
semua negara bagian. Pelaksanaan peningkatan mutu di Australia pada dasarnya hampir sama
dengan di Amerika.
Di Eropa barat perhatian terhadap mutu pelayanan sangat tinggi, namun masalah itu
tetap merupakan hal baru dengan konsepsi yang masih sangat kabur bagi kebanyakan tenaga
profesi kesehatan. Sedangkan pendekatan secara Amerika sukar diterapkan karena perbedaan
sistem kesehatan di masing-masing negara di Eropa. Karena itu kantor regional WHO untuk
Eropa pada awal tahun 1980-an mengambil inisiatif untuk membantu negara-negara Eropa
mengembangkan pendekatan peningkatan mutu pelayanan disesuaikan dengan sistem
pelayanan kesehatan masing-masing.
Pada tahun 1982 kantor regional tersebut telah menerbitkan buku tentang upaya
meningkatkan mutu dan penyelenggaraan simposium di Utrecht, negeri Belanda tentang
Metodologi peningkatan mutu pelayanan. Dalam bulan Mei 1983 di Barcelona, Spanyol
suatu kelompok kerja yang dibentuk oleh WHO telah mengadakan pertemuan untuk
mempelajari peningkatan mutu khusus Eropa. Walaupun secara regional WHO telah
melakukan berbagai upaya, namun pada simposium peningkatan mutu pada bulan Mei 1989
terdapat kesan bahwa secara nasional upaya peningkatan mutu di berbagai Eropa Barat masih
pada perkembangan awal.
Di Asia, negara pertama yang mempunyai program peningkatan mutu dan akreditasi
rumah sakit secara nasional adalah Taiwan. Negara ini banyak menerapkan metodologi dari
Amerika. Sedangkan Malaysia mengembangkan mutu pelayanan dengan bantuan konsultan
ahli dari negeri Belanda.
Di Indonesia, langkah awal yang sangat mendasar dan terarah yang telah dilakukan
Departemen Kesehatan dalam rangka upaya peningkatan mutu yaitu penetapan kelas rumah
sakit pemerintah melalui Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 033/Birhup/1972. Secara
umum telah ditetapkan beberapa kriteria untuk tiap kelas rumah sakit A,B,C dan D. Kriteria
ini kemudian berkembang menjadi standar-standar.Kemudian dari tahun ke tahun disusun
berbagai standar baik menyangkut pelayanan, ketenagaan, sarana dan prasarana untuk
masing-masing kelas rumah sakit. Disamping standar, Departemen Kesehatan juga
mengeluarkan berbagai pedoman dalam rangka meningkatkan penampilan pelayanan rumah
sakit. Untuk rumah sakit swasta telah keluar Keputusan Menteri Kesehatan No.
806b/SK/XII/87 dimana selain menetapkan kelas rumah sakit, juga dilengkapi dengan standar
berdasarkan kemampuan pelayanan.
Sejak tahun 1984 Departemen Kesehatan telah mengembangkan berbagai indikator
untuk mengukur dan mengevaluasi penampilan rumah sakit pemerintah kelas C dan rumah
sakit swasta setara yaitu dalam rangka Hari Kesehatan Nasional. Indikator ini setiap dua
tahun ditinjau kembali dan disempurnakan.Evaluasi penampilan untuk tahun 1991 telah
dilengkapi dengan indikator kebersihan dan ketertiban rumah sakit dan yang di evaluasi
selain kelas C juga kelas D dan kelas B serta rumah sakit swasta setara. Sedangkan evaluasi
penampilan tahun 1992 telah dilengkapi pula dengan instrumen mengukur kemampuan
pelayanan. Evaluasi penampilan rumah sakit ini merupakan langkah awal dari konsep
Continuous Quality Improvement (CQI). Berbeda dengan konsep QA tradisional dimana
dalam monitor dan evaluasi dititikberatkan kepada pencapaian standar, maka pada CQI fokus
lebih diarahkan kepada penampilan organisasi melalui penilaian pemilik, manajemen, klinik
dan pelayanan penunjang. Perbedaan yang sangat mendasar yaitu keterlibatan seluruh
karyawan.
BAB III
KONSEP DASAR
UPAYA PENINGKATAN MUTU
RUMAH SAKIT RS SEHAT KOTA .....
Agar upaya peningkatan mutu di Rumah Sakit RS Sehat dapat dilaksanakan secara
efektif dan efisien maka diperlukan adanya kesatuan bahasa tentang konsep dasar upaya
peningkatan mutu . Dalam membahas konsep dasar ini maka akan dibahas dulu tentang
konsep mutu baru kemudian dibahas tentang konsep upaya peningkatan mutu.
A. MUTU RUMAH SAKIT RS SEHAT
1. Pengertian Mutu
Pengertian mutu beraneka ragam dan di bawah ini ada beberapa pengertian yang
secara sederhana melukiskan apa hakekat mutu.
a. Mutu adalah tingkat kesempurnaan suatu produk atau jasa.
b. Mutu adalah expertise, atau keahlian dan keterikatan (commitment) yang selalu
dicurahkan pada pekerjaan.
c. Mutu adalah kegiatan tanpa salah dalam melakukan pekerjaan.
2. Definisi Mutu Rumah Sakit RS Sehat
Adalah derajat kesempurnaan pelayanan Rumah Sakit RS Sehat untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat konsumen akan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan
standar profesi dan standar pelayanan dengan menggunakan potensi sumber daya
yang tersedia di Rumah Sakit RS Sehat secara wajar, efisien, efektif serta diberikan
secara aman dan memuaskan sesuai dengan norma, etika, hukum dan sosio budaya
dengan memperhatikan keterbatasan dan kemampuan Rumah Sakit RS Sehat dan
masyarakat konsumen.
3. Pihak Yang Berkepentingan Dengan Mutu
Banyak pihak yang berkepentingan dengan mutu, pihak-pihak tersebut adalah :
a. Konsumen
b. Pembayar/ perusahaan/ asuransi
c. Manajemen Rumah Sakit RS Sehat
d. Karyawan Rumah Sakit RS Sehat
e. Masyarakat
f. Pemerintah
g. Ikatan Profesi
6
Setiap kepentingan yang disebut di atas berbeda sudut pandang dan kepentingannya
terhadap mutu, karena itu mutu adalah multi dimensional.
4. Dimensi Mutu
Dimensi atau aspeknya adalah :
a. Keprofesian
b. Efisiensi
c. Keamanan pasien
d. Kepuasan pasien
e. Aspek sosial budaya
5. Mutu Terkait Dengan Struktur, Proses dan Outcome
Mutu suatu rumah sakit adalah produk akhir dari interaksi dan ketergantungan yang
rumit antara berbagai komponen atau aspek rumah sakit sebagai suatu sistem. Aspek
tersebut terdiri dari struktur, proses dan outcome.
Struktur :
Adalah sumberdaya manusia, sumberdaya fisik, sumberdaya keuangan dan
sumberdaya lain-lain pada fasilitas pelayanan kesehatan. Baik tidaknya struktur dapat
diukur dari kewajaran, kuantitas, biaya dan mutu komponen-komponen struktur itu.
Proses :
Adalah apa yang dilakukan dokter dan tenaga profesi lain terhadap pasien : evaluasi,
diagnosa, perawatan, konseling, pengobatan, tindakan, penanganan jika terjadi
penyulit, follow up. Baik tidaknya proses dapat diukur dari relevansinya bagi pasien,
efektifitasnya dan mutu proses itu sendiri.
Pendekatan proses adalah pendekatan paling langsung terhadap mutu asuhan.
Outcome :
Adalah hasil akhir kegiatan dan tindakan dokter dan tenaga profesi lain terhadap
pasien dalam arti perubahan derajat kesehatan dan kepuasannya serta kepuasan
provider. Outcome yang baik sebagian besar tergantung kepada mutu struktur dan
mutu proses yang baik. Sebaiknya outcome yang buruk adalah kelanjutan struktur
atau proses yang buruk.
Rumah Sakit RS Sehat
kompleks, padat karya dan padat modal. Kompleksitas ini muncul karena pelayanan
di Rumah Sakit RS Sehat menyangkut berbagai fungsi pelayanan, pendidikan serta
mencakup berbagai tingkatan maupun jenis disiplin. Agar Rumah Sakit RS Sehat
mampu melaksanakan fungsi yang demikian kompleks, maka Rumah Sakit RS Sehat
7
harus memiliki sumber daya manusia yang profesional baik di bidang teknis medis
maupun administrasi. Untuk menjaga dan meningkatkan mutu, Rumah Sakit RS Sehat
harus mempunyai suatu ukuran yang menjamin peningkatan mutu di semua tingkatan.
Pengukuran mutu medis di Rumah Sakit RS Sehat sudah diawali dengan
penilaian akreditasi Rumah Sakit RS Sehat
masalah pada tingkat struktur dan proses. Pada kegiatan ini Rumah Sakit RS Sehat
harus melakukan berbagai standar dan prosedur yang telah ditetapkan. Rumah Sakit
RS Sehat dipacu untuk dapat menilai diri (self assesment) dan memberikan pelayanan
sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Sebagai kelanjutan untuk mengukur
hasil kerjanya perlu ada alat ukur yang lain yaitu instrumen mutu pelayanan Rumah
Sakit RS Sehat yang menilai dan memecahkan masalah pada hasil (Outcome). Tanpa
mengukur hasil kinerja Rumah Sakit RS Sehat
struktur dan proses yang baik telah menghasilkan outcome yang baik pula.
Pelaksanaan indikator mutu Rumah Sakit RS Sehat disusun dengan mengacu pada
Buku Petunjuk Pelaksanaan Indikator Mutu Rumah Sakit yang telah diterbitkan oleh
World Health Organization dan Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Departemen
Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2001 dan Standar Pelayanan Minimal Rumah
Sakit Departemen Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2008.
B. UPAYA PENINGKATAN MUTU RUMAH SAKIT RS SEHAT
Upaya peningkatan mutu dapat diartikan keseluruhan upaya dan kegiatan secara
komprehensif dan integratif memantau dan menilai mutu pelayanan Rumah Sakit RS
Sehat , memecahkan masalah-masalah yang ada dan mencari jalan keluarnya, sehingga
mutu Rumah Sakit RS Sehat akan menjadi lebih baik.
Di Rumah Sakit RS Sehat
Berdasarkan hal tersebut diatas disusunlah definisi dan tujuan dari upaya peningkatan
mutu Rumah Sakit RS Sehat .
1. Definisi Upaya Peningkatan Mutu Rumah Sakit RS Sehat
Adalah keseluruhan upaya dan kegiatan yang komprehensif dan integratif yang
menyangkut struktur, proses dan outcome secara obyektif, sistematik dan berlanjut
memantau dan menilai mutu dan kewajaran pelayanan terhadap pasien, dan
memecahkan masalah-masalah yang terungkapkan sehingga pelayanan yang
diberikan Rumah Sakit RS Sehat berdaya guna dan berhasil guna.
2. Tujuan Upaya Peningkatan Mutu Rumah Sakit RS Sehat
Umum : Meningkatkan pelayanan kesehatan melalui upaya peningkatan mutu Rumah
Sakit RS Sehat
optimal.
Khusus : Tercapainya peningkatan mutu Rumah Sakit RS Sehat melalui :
a. Optimalisasi tenaga, sarana, dan prasarana.
b. Pemberian pelayanan sesuai dengan standar profesi dan standar pelayanan yang
dilaksanakan secara menyeluruh dan terpadu sesuai dengan kebutuhan pasien.
c. Pemanfaatan teknologi tepat guna, hasil penelitian dan pengembangan pelayanan
kesehatan.
3. Indikator Mutu Rumah Sakit RS Sehat
Pengelompokan Indikator Mutu Rumah Sakit RS Sehat adalah sebagai berikut:
I.
5.
6.
7.
8.
9.
Rata-Rata Pasien Yang Kembali Ke Perawatan Intensif Dengan Kasus Yang Sama <
2.
72 Jam
Kejadian Pneumonia Akibat Pemakaian Ventilator (VAP)
VII. Radiologi
1.
2.
3.
4.
Angka Keterlambatan Penerimaan Hasil Foto Pasien Rawat Jalan Lebih Dari 3 Jam
Penolakan Expertise
Angka Pemeriksaan Ulang Radiologi
Angka Kesalahan Penyerahan Hasil Radiologi
X. Farmasi
1.
2.
3.
XI. Gizi
1.
2.
XII.Rekam Medis
1.
2.
3.
3.
2.
Ketersediaan APD
Sasaran I
Sasaran II
Sasaran III
Sasaran IV
Sasaran V
Sasaran VI
Sasaran VII
4. Strategi
Untuk meningkatkan mutu Rumah Sakit RS Sehat maka disusunlah strategi sebagai
berikut :
a.
Setiap petugas harus memahami dan menghayati konsep dasar dan prinsip mutu
pelayanan Rumah Sakit RS Sehat sehingga dapat menerapkan langkah-langkah
upaya peningkatan mutu di masing-masing unit kerjanya.
b.
c.
11
pemecahan
masalah
merupakan
suatu
proses
siklus
yang
12
BAB IV
PRINSIP DASAR UPAYA PENINGKATAN MUTU
RUMAH SAKIT RS SEHAT
Prinsip dasar upaya peningkatan mutu
ditingkatkan dengan menetapkan indikator, kriteria serta standar yang digunakan untuk
mengukur mutu pelayanan Rumah Sakit RS Sehat
Indikator :
Adalah ukuran atau cara mengukur sehingga menunjukkan suatu indikasi. Indikator
merupakan suatu variabel yang digunakan untuk bisa melihat perubahan. Indikator yang baik
adalah yang sensitif tapi juga spesifik.
Kriteria :
Adalah spesifikasi dari indikator
Standar :
Tingkat performance atau keadaan yang dapat diterima oleh seseorang yang berwenang
dalam
situasi
tersebut,
atau
oleh
mereka
yang
bertanggungjawab
untuk
Suatu norma atau persetujuan mengenai keadaan atau prestasi yang sangat baik.
Sesuatu ukuran atau patokan untuk mengukur kuantitas, berat, nilai atau mutu.
Dalam melaksanakan upaya peningkatan mutu maka harus memperhatikan prinsip dasar
sebagai berikut :
1.
2.
d. Dapat mendorong intervensi sejak tahap awal pada aspek yang dipilih untuk
dimonitor
e. Didasarkan pada data yang ada
3.
4.
14
BAB V
INDIKATOR MUTU RUMAH SAKIT
I. Pelayanan Gawat Darurat
1. Waktu Tanggap Pelayanan Dokter Di Gawat Darurat
Ruang lingkup
Dimensi mutu
Tujuan
Definisi operasional
Dimensi mutu
Kenyamanan, keselamatan
Tergambarnya ketanggapan rumah sakit dalam menyediakan
Tujuan
Definisi operasional
Kriteria inklusi
Kriteria eksklusi
Numerator
Denominator
Standar
II.
Ruang lingkup
Dimensi mutu
Tujuan
Definisi operasional
Kriteria inklusi
Kriteria eksklusi
Numerator
Denominator
Standar
Ruang lingkup
Dimensi mutu
Tujuan
Definisi operasional
Kriteria inklusi
Kriteria eksklusi
Numerator
Denominator
Standar
III.
Kriteria inklusi
Kriteria eksklusi
Numerator
Denominator
Standar
Kriteria inklusi
Kriteria eksklusi
Numerator
Jumlah kasus infeksi aliran darah perifer karena jarum infus per bulan
Denominator
Standar
3. Kejadian ISK
Ruang lingkup
Dimensi mutu
Tujuan
Definisi operasional
Kriteria inklusi
Pada daerah uretra terjadi iritasi, gatal-gatal, rasa sakit atau panas,
17
Jika keadaan tersebut timbul oleh suatu tindakan lain atau oleh
karena penyakitnya.
Numerator
Denominator
Standar
Definisi operasional
Kriteria inklusi
Kriteria eksklusi
Luka lecet yang terjadi diluar area pada pasien tirah baring
Numerator
Denominator
Standar
Definisi operasional
Kriteria inklusi
Kriteria eksklusi
Numerator
Denominator
Standar
KETERANGAN
6. Kejadian Sepsis
Ruang lingkup
Dimensi mutu
Tujuan
Definisi operasional
Kejadian Sepsis
Keselamatan dan kompetensi
Terselenggaranya pelayanan keperawatan sesuai standar prosedur
sehingga tidak terjadi sepsis.
Sepsis yang terjadi setelah pasien dirawat di rumah sakit
Gejala yang timbul : panas, hiperventilasi, alkalosis respiratoris,
Kriteria inklusi
Kriteria eksklusi
Numerator
Denominator
Standar
Kriteria eksklusi
Numerator
Denominator
Standar
Definisi operasional
Kriteria inklusi
Kriteria eksklusi
Numerator
Denominator
Standar
Definisi operasional
kurun waktu kurang dari tujuh hari setelah pasien pulang dari rumah
sakit
Kriteria inklusi
Kriteria eksklusi
Numerator
Denominator
Standar
IV.
Kamar Operasi
Ruang lingkup
Dimensi mutu
Tujuan
Definisi operasional
Kriteria inklusi
Kriteria eksklusi
Numerator
Denominator
Standar
Kriteria inklusi
Kriteria eksklusi
Semua pasien yang saat mulainya operasi tertunda lebih dari 30 menit
yang disebabkan oleh faktor pasien dan atau keluarganya
Numerator
Denominator
Standar
Denominator
Standar
Definisi operasional
Kriteria inklusi
Kriteria eksklusi
Numerator
Denominator
Standar
V.
Kriteria inklusi
Kriteria eksklusi
Numerator
Denominator
Standar
Kriteria eksklusi
Numerator
Denominator
Standar
Kriteria inklusi
Kriteria eksklusi
Numerator
Denominator
Standar
23
Tujuan
Definisi operasional
Kriteria inklusi
Kriteria eksklusi
Numerator
Denominator
Standar
Tujuan
Definisi operasional
Kriteria inklusi
Kriteria eksklusi
Numerator
Jumlah ibu sehat yang melahirkan dengan LOS > standar per bulan
Denominator
Standar
VI.
Pelayanan Intensif
Tujuan
Definisi operasional
Kriteria inklusi
- Pasien kembali ke Instalasi Pelayanan Intensif atas permintaan
Kriteria eksklusi
Numerator
Denominator
Standar
sendiri
- Pasien keluar dari Instalasi Pelayanan Intensif atas permintaan
sendiri
Jumlah pasien yang kembali ke perawatan intensif dengan kasus yang
sama dalam waktu < 72 jam
Jumlah seluruh pasien yang dirawat di ruang intensif dalam 1 bulan
2%
Definisi operasional
Kriteria inklusi
Kriteria eksklusi
Numerator
Denominator
Standar
VII. Radiologi
1. Angka Keterlambatan Penerimaan Hasil Foto Pasien Rawat Jalan Lebih Dari
3 Jam
Ruang lingkup
Dimensi mutu
Tujuan
Definisi operasional
Kriteria inklusi
Kriteria eksklusi
Numerator
per bulan
Denominator
Penolakan Expertise
Kompetensi teknis
Tergambarnya kompetensi ahli radiologi di Rumah Sakit RS Sehat .
Angka yang menunjukkan banyaknya penolakan expertise oleh
dokter pengirim
Semua perbedaan pandangan baik verbal maupun tertulis mengenai
hasil radiologi antara Dokter Pengirim dengan Radiolog
Jumlah penolakan expertise per bulan
Jumlah seluruh pelayanan di radiologi pada bulan tersebut
3%
Kriteria inklusi
Kriteria eksklusi
Numerator
Denominator
Standar
radiologi
Definisi operasional
Kriteria inklusi
Kriteria eksklusi
Numerator
Denominator
Standar
Kriteria inklusi
Kriteria eksklusi
Numerator
Denominator
Standar
Dimensi mutu
Tujuan
Definisi operasional
Kriteria inklusi
Kriteria eksklusi
Numerator
Denominator
Standar
Dimensi mutu
Tujuan
Efektivitas
Tergambarnya efektivitas pelayanan laboratorium
Definisi operasional
Kriteria inklusi
Kriteria eksklusi
Numerator
Denominator
Standar
Kriteria inklusi
Kriteria eksklusi
Numerator
Denominator
tersebut
2%
Standar
Ruang lingkup
Direncanakan
Kesinambungan pelayanan dan efektifitas
Tergambarnya kesinambungan pelayanan rehabilitasi sesuai yang
Dimensi mutu
Tujuan
direncanakan
Drop out pasien terhadap pelayanan rehabilitasi yang direncanakan
Definisi operasional
Kriteria inklusi
Kriteria eksklusi
Numerator
direncanakan
Jumlah seluruh pasien yang drop out dalam 1 bulan
Jumlah seluruh pasien yang diprogram rehabilitasi medis dalam bulan
Denominator
tersebut
3%
Standar
Dimensi mutu
Tujuan
Definisi operasional
Kriteria inklusi
Kriteria eksklusi
Numerator
Denominator
tersebut
0 %
Standar
X.
Farmasi
Ruang lingkup
Dimensi mutu
Tujuan
Definisi operasional
pasien rawat jalan > 20 menit setelah diterimanya resep oleh petugas
Kriteria inklusi
Instalasi Farmasi
Semua pasien rawat jalan yang menyerahkan resep obat non racikan
kepada petugas Farmasi
Kriteria eksklusi
Numerator
Jumlah pasien rawat jalan yang menerima obat non racikan > 20
menit per bulan
Denominator
Standar
Jumlah pasien rawat jalan yang menerima obat non racikan dalam
bulan tersebut
3%
Dimensi mutu
Tujuan
Definisi operasional
pasien rawat jalan > 60 menit setelah diterimanya resep oleh petugas
Kriteria inklusi
Kriteria eksklusi
Numerator
Instalasi Farmasi
Semua pasien rawat jalan yang menyerahkan resep obat racikan
kepada petugas Farmasi
Jumlah pasien rawat jalan yang menerima obat racikan > 60 menit
per bulan
Denominator
Standar
Jumlah pasien rawat jalan yang menerima obat racikan dalam bulan
tersebut
3%
Kesalahan penyerahan
Kriteria inklusi
Kriteria eksklusi
Numerator
Jenis obat
Dosis
Tujuan/tempat
Jumlah
Denominator
Standar
XI.
Gizi
Dimensi mutu
Tujuan
Efektivitas
Tergambarnya mutu dan efektivitas pelayanan gizi
Definisi operasional
Jumlah pasien non diit yang menyisakan makan siangnya > setengah
porsi
Kriteria inklusi
Kriteria eksklusi
Numerator
Denominator
Standar
Jumlah pasien non diit rawat inap yang bisa makan siang dalam bulan
tersebut
3%
Dimensi mutu
Tujuan
Definisi operasional
Kesesuaian jenis diit antara yang diminta oleh dokter dengan yang
disajikan pada saat makan siang
31
Petugas diit menyajikan makanan yang tidak sesuai dengan jenis diet
Kriteria inklusi
Diet bebas
Jumlah kejadian ketidaksesuaian jenis diit pada saat makan siang per
Numerator
bulan
Denominator
Standar
Jumlah pasien diit pada saat makan siang dalam bulan tersebut
0%
Jumlah kalori
Jenis makanan
Definisi operasional
Kriteria inklusi
Kriteria eksklusi
Numerator
Denominator
Standar
Kriteria inklusi
Kriteria eksklusi
Numerator
Denominator
Standar
Dimensi mutu
Tujuan
Kriteria inklusi
Kriteria eksklusi
Numerator
Denominator
Standar
XIII.
keperawatan
Kelengkapan adminstrasi dan keuangan, informed consent terhadap
tindakan operasi dan anaesthesi
Jumlah catatan rekam medis yang belum lengkap dan benar dalam
14 hari per bulan
Jumlah catatan rekam medis pada bulan tersebut
1%
Pengolahan limbah
33
Dimensi mutu
Keselamatan
Tergambarnya kepedulian rumah sakit terhadap keamanan limbah
Tujuan
Definisi operasional
Kriteria inklusi
Kriteria eksklusi
Numerator
Denominator
Standar
PH : 6 - 9
Hasil laboratorium pemeriksaan limbah cair rumah sakit yang sesuai
dengan baku mutu
Jumlah seluruh pemeriksaan limbah cair
100 %
Dimensi mutu
Keselamatan
Tergambarnya mutu penanganan limbah padat infeksius di rumah
Tujuan
sakit
Limbah padat berbahaya adalah sampah padat akibat proses
Definisi operasional
Kriteria inklusi
Kriteria eksklusi
Numerator
Denominator
Standar
Operasional
Jumlah total proses pengolahan limbah padat dalam bulan tersebut.
100 %
34
Ruang lingkup
Dimensi mutu
Kompetensi tehnis
Tergambarnya kepedulian rumah sakit terhadap kualitas sumber daya
Tujuan
Definisi operasional
Kriteria inklusi
Kriteria eksklusi
Numerator
Denominator
Standar
manusia
Pelatihan adalah semua kegiatan peningkatan kompetensi karyawan
yang dilakukan baik di rumah sakit ataupun di luar rumah sakit yang
bukan merupakan pendidikan formal. Minimal per karyawan 20 jam
per tahun
Jumlah karyawan yang mendapat pelatihan minimal 20 jam per tahun
Jumlah seluruh karyawan rumah sakit
90%
Dimensi mutu
Efektifitas, kenyamanan
Tergambarnya kecepatan pelayanan administrasi keuangan pasien
Tujuan
rawat inap
Informasi tagihan pasien rawat inap meliputi semua tagihan
pelayanan yang telah diberikan.
Definisi operasional
Kriteria inklusi
Kriteria eksklusi
Numerator
Denominator
Standar
Kriteria inklusi
Kriteria eksklusi
dilaporkan
Laporan dari unit terkait belum lengkap; pasien tanggungan
Jumlah ketidaktepatan pelayanan administrasi keuangan Rumah Sakit
Numerator
per bulan
Jumlah pelayanan administrasi keuangan rs pada bulan tersebut
0%
Denominator
Standar
XV.
Dimensi mutu
Tujuan
kerusakan alat.
Keterlambatan waktu menangani kerusakan alat adalah waktu yang
dibutuhkan mulai laporan alat rusak diterima (lisan maupun tertulis)
Definisi operasional
Kriteria inklusi
Kriteria eksklusi
Numerator
bulan
Jumlah seluruh laporan kerusakan alat dalam bulan tersebut
5%
Denominator
Standar
XVI.
Pelayanan Linen
Dimensi mutu
Tujuan
Definisi operasional
Kriteria inklusi
Kriteria eksklusi
Numerator
Denominator
Standar
36
2. Ketersediaan APD
Ruang lingkup
Dimensi mutu
Tujuan
Definisi operasional
Kriteria inklusi
Kriteria eksklusi
Numerator
Denominator
Standar
37
XVII.
Ruang Lingkup
Dimensi Mutu
Tujuan
Definisi Operasional
Keselamatan pasien
Tercapainya Keselamatan Pasien rawat inap
Ketidaktepatan identifikasi pasien adalah kesalahan
penentuan identitas pasien sejak awal pasien masuk
sampai dengan pasien keluar terhadap semua pelayanan
Kriteria Inklusi
Kriteria Eksklusi
Numerator
Denominator
Standar
Ruang Lingkup
Dimensi Mutu
Tujuan
Definisi Operasional
Sakit
Keselamatan pasien
Tercapainya Keselamatan Pasien Rawat Jalan
Ketidaktepatan identifikasi pasien adalah penentuan
identitas pasien rawat jalan dengan tepat sejak awal pasien
datang sampai dengan pasien pulang terhadap semua
Kriteria Inklusi
Kriteria Eksklusi
Numerator
Denominator
Standar
3.
Sasaran III
Ruang Lingkup
Dimensi Mutu
Tujuan
Definisi Operasional
yang efektif
Komunikasi yang kurang efektif adalah komunikasi lisan
yang tidak menggunakan prosedur: Write back, Read back
Kriteria Inklusi
prosedur SBAR
Prosedur spelling /ejaan tidak digunakan untuk obat
4.
Sasaran IV
Ruang Lingkup
Dimensi Mutu
Tujuan
Definisi Operasional
keamanan obat
Obat yang perlu diwaspadai adalah obat yang sering
Kriteria Inklusi
Numerator
NORUM/LASA
Angka kejadian kesalahan yang terkait dengan obat yang
Denominator
Standar
5.
Ruang Lingkup
Dimensi Mutu
Tujuan
Definisi Operasional
Kriteria Inklusi
Kriteria Eksklusi
Numerator
Denominator
Standar
6.
Sasaran VI
Ruang Lingkup
Dimensi Mutu
Tujuan
Keselamatan Pasien
Tercapainya Keselamatan Pasien melalui kegiatan
Definisi Operasional
mencucitangan.
Ketidakpatuhan mencuci tangan meliputi ketidakpatuhan
waktu atau 5 moment cuci tangan dan ketidakpatuhan 6
Kriteria Inklusi
tangan
Kriteria Eksklusi
Numerator
Denominator
Standar
kesehatan
0
7. Sasaran VII
Ruang Lingkup
Dimensi Mutu
Tujuan
Keselamatan Pasien
Tercapainya keselamatan pasien melalui pengurangan
Definisi Operasional
risiko jatuh.
Pasien jatuh di lingkungan rumah sakit oleh sebab apa
Kriteria Inklusi
pun.
- Tidak melakukan pengkajian Skala Morse Fall Risk pada
pasien Rawat Inap
Kriteria Eksklusi
Numerator
Denominator
Standar
BAB VI
PENGENDALIAN KUALITAS MUTU
RUMAH SAKIT RS SEHAT
41
Pengendalian adalah keseluruhan fungsi atau kegiatan yang harus dilakukan untuk
menjamin tercapainya sasaran perusahaan dalam hal kualitas produk dan jasa pelayanan yang
diproduksi. Pengendalian kualitas mutu pada dasarnya adalah pengendalian kualitas kerja dan
proses kegiatan untuk menciptakan kepuasan pelanggan ( quality os customers satisfaction )
yang dilakukan setiap orang dari bagian di Rumah Sakit RS Sehat .
Pengertian pengendalian kualitas mutu di atas mengacu pada siklus pengendalian
( control cycle ) dengan memakai siklus Plan Do Check Action( P- D C A ) =
Relaksasi ( rencanakan laksanakan periksa aksi ). Pola P-D-C-A ini dikenal sebagai
siklus Shewart, karena pertama kali dikemukakan oleh Walter Shewart beberapa puluh
tahun yang lalu. Namun dalam perkembangannya, metodologi analisis P-D-C-A lebih sering
disebut siklus Deming. Hal ini karena Deming adalah orang yang mempopulerkan
penggunaannya dan memperluas penerapannya. Dengan nama apapun disebut, P-D-C-A
adalah alat yang bermanfaat untuk melakukan perbaikan secara terus menerus ( continous
improvement ) tanpa berhenti.
Konsep P-D-C-A tersebut merupakan pedoman bagi setiap manajer untuk proses
perbaikan kualitas (quality improvement) secara terus menerus tanpa berhenti tetapi
meningkat ke keadaaan yang lebih baik dan dijalankan di seluruh bagian organisasi, seperti
tampak pada gambar 1.
Dalam gambar 1 tersebut, pengidentifikasian masalah yang akan dipecahkan dan
pencarian sebab-sebabnya serta penentuan tindakan koreksinya, harus selalu didasarkan pada
fakta.
pengambilan keputusan yang terlalu cepat serta keputusan yang bersifat emosional. Selain
itu, untuk memudahkan identifikasi masalah yang akan dipecahkan dan sebagai patokan
perbaikan selanjutnya perusahaan harus menetapkan standar pelayanan.
Hubungan pengendalian kualitas medis dengan peningkatan perbaikan berdasarkan
siklus P-D-C-A (Relationship between Control and Improvement under P-D-C-A Cycle)
diperlihatkan dalam gambar 2. Pengendalian kualitas berdasarkan siklus P-D-C-A hanya
dapat berfungsi jika sistem informasi berjalan dengan baik dan siklus tersebut dapat
dijabarkan dalam enam langkah seperti diperlihatkan dalam gambar 3.
Peningkatan
A
P
D
C
Standa
r
A
P
C
D
Standa
Pemecahan
r
masalah
dan peningkatan
Pemecahan
masalah
dan peningkatan
42
Plan
Do
(6)
Actio Corrective
n
Action
Action
Chec
k
(1)
Mengamb
il
Menentukan
Tujuan dan sasaran
(2)
tindakan
Menetapkan
yang
tepat
Metode untuk
Improvement
Mencapai
Menyelenggarak
tujuan
an
(5
)
Chec
k
Pla
Follow-upn
Memeriksa
akibat
pelaksanaan
Pendidikan dan
latihan
(4
Gambar 6. 2 Relationship Between Control and Improvement) Under P-D-C-A Cycle (3
Melaksanak
an
pekerjaan
Do
43
Keenam langkah P-D-C-A yang terdapat dalam gambar 3 di atas dapat dijelaskan sebagai
berikut :
a.
Penetapan tujuan dan sasaran dengan tepat belum tentu akan berhasil dicapai tanpa
disertai metode yang tepat untuk mencapainya. Metode yang ditetapkan harus rasional,
berlaku
untuk
semua
karyawan
dan
tidak
menyulitkan
karyawan
untuk
menggunakannya. Oleh karena itu dalam menetapkan metode yang kan digunakan perlu
pula diikuti dengan penetapan standar kerja yang dapat diterima dan dimengerti oleh
semua karyawan.
44
c.
Dalam pelaksanaan pekerjaan, selalu terkait dengan kondisi yang dihadapi dan standar
kerja mungkin tidak dapat mengikuti kondisi yang selalu dapat berubah. Oleh karena itu,
ketrampilan dan pengalaman para karyawan dapat dijadikan modal dasar untuk
mengatasi masalah yang timbul dalam pelaksanaan pekerjaan karena ketidaksempurnaan
standar kerja yang telah ditetapkan.
e.
Jika segala sesuatu telah sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan dan
mengikuti standar kerja, tidak berarti pemeriksaan dapat diabaikan. Hal yang harus
disampaikan kepada karyawan adalah atas dasar apa pemeriksaan itu dilakukan. Agar
dapat dibedakan manakah penyimpangan dan manakah yang bukan penyimpangan, maka
kebijakan dasar, tujuan, metode (standar kerja) dan pendidikan harus dipahami dengan
jelas baik oleh karyawan maupun oleh manajer. Untuk mengetahui penyimpangan, dapat
dilihat dari akibat yang timbul dari pelaksanaan pekerjaan dan setelah itu dapat dilihat
dari penyebabnya.
f.
melalui
akibat
yang
ditimbulkan
bertujuan
untuk
menemukan
penyimpangan harus ditemukan untuk mengambil tindakan yang tepat agar tidak
terulang lagi penyimpangan.
menolak cara berfikir dan berbuat yang semata-mata bersifat pragmatis. Dalam sikap
kesungguhan tersebut yang dipentingkan bukan hanya sasaran yang akan dicapai, melainkan
juga cara bertindak seseorang untuk mencapai sasaran tersebut.
Partisipasi semua pihak dalam pengendalian kualitas pelayanan mencakup semua
jenis kelompok karyawan yang secara bersama-sama merasa bertanggung jawab atas kualitas
pelayanan dalam kelompoknya. Partisipasi semua proses dalam pengendalian kualitas
pelayanan dimaksudkan adalah pengendalian tidak hanya terhadap output, tetapi terhadap
hasil setiap proses. Proses pelayanan akan menghasilkan suatu pelayanan berkualitas tinggi,
hanya mungkin dapat dicapai jikalau terdapat pengendalian kualitas dalam setiap tahapan dari
proses. Dimana dalam setiap tahapan proses dapat dijamin adanya keterpaduan, kerjasama
yang baik antara kelompok karyawan dengan manajemen, sebagai tanggung jawab bersama
untuk menghasilkan kualitas hasil kerja dari kelompok, sebagai mata rantai dari suatu proses.
46
Lampiran 1
SENSUS HARIAN
PEMANTAUAN INDIKATOR MUTU PELAYANAN
GAWAT DARURAT
Ruangan
Bulan
No.
Besaran /Variabel
1.
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
No.
Besaran /Variabel
1.
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
Total
Jumlah
seluruh
pasien
true
emergency dalam bulan tersebut.
52
47
2.
Kota ....., .
Yang melaporkan :
Kepala Ruangan
: .. Tanda Tangan : ..
53
48
Lampiran 2
SENSUS HARIAN
PEMANTAUAN INDIKATOR MUTU PELAYANAN
RAWAT JALAN
Ruangan
Bulan
Besaran /Variabel
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
2.
No.
1.
Besaran /Variabel
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
Total
54
49
2.
Kota ....., .
Yang melaporkan :
Kepala Ruangan
: .. Tanda Tangan : ..
55
50
Lampiran 3
SENSUS HARIAN
PEMANTAUAN INDIKATOR MUTU PELAYANAN
RAWAT INAP
Ruangan
Bulan
Besaran /Variabel
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
2.
3.
4.
56
51
Bulan
Jumlah Pasien Tirah Baring Pada
Bulan Tersebut
5.
6.
7.
8.
9.
52
10.
57
No.
1.
Besaran /Variabel
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
Total
2.
3.
4.
53
6.
7.
8.
9.
10
59
Kota ....., .
Yang melaporkan :
Kepala Ruangan
: .. Tanda Tangan : ..
55
Lampiran 4
60
SENSUS HARIAN
PEMANTAUAN INDIKATOR MUTU PELAYANAN
Ruangan
DI KAMAR OPERASI
Bulan
No.
1.
Besaran /Variabel
10
11
12 13 14
15 16 17
18 19
20
2.
3.
56
61
No.
1.
Besaran /Variabel
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
Total
2.
3.
57
4.
62
Kota ....., .
Yang melaporkan :
Kepala Ruangan
: .. Tanda Tangan : ..
58
63
Lampiran 5
SENSUS HARIAN
PEMANTAUAN INDIKATOR MUTU PELAYANAN
PERSALINAN DAN PERINATOLOGI
Ruangan
Bulan
Besaran /Variabel
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
2.
3.
59
64
6.
No.
1.
Besaran /Variabel
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
Total
2.
4.
5.
6.
Kota ....., .
Yang melaporkan :
61
Kepala Ruangan
: .. Tanda Tangan : ..
66
Lampiran 6
SENSUS HARIAN
PEMANTAUAN INDIKATOR MUTU PELAYANAN
INTENSIF
Ruangan
Bulan
Besaran /Variabel
14
15
16
17
18
19
20
2.
67
62
No.
1.
Besaran /Variabel
21
22
23
29
30
31
Total
2.
Kota ....., .
Yang melaporkan :
Kepala Ruangan
: .. Tanda Tangan :
68
63
Lampiran 7
SENSUS HARIAN
PEMANTAUAN INDIKATOR MUTU PELAYANAN
RADIOLOGI
Ruangan
Bulan
Besaran /Variabel
1.
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
3.
69
64
4.
No.
1.
Besaran /Variabel
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
Total
2.
3.
4.
70
65
Kota ....., .
Yang melaporkan :
Kepala Ruangan
: .. Tanda Tangan : ..
71
66
Lampiran 8
SENSUS HARIAN
Ruangan
Bulan
Besaran /Variabel
1.
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
3.
72
67
No.
Besaran /Variabel
1.
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
Total
3.
Kota ....., .
Yang melaporkan :
Kepala Ruangan
: .. Tanda Tangan : ..
73
68
Lampiran 9
SENSUS HARIAN
PEMANTAUAN INDIKATOR MUTU PELAYANAN
REHABILITASI MEDIS
Ruangan
Bulan
Besaran /Variabel
1.
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
3.
74
69
No.
Besaran /Variabel
1.
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
Total
3.
Kota ....., .
Yang melaporkan :
Kepala Ruangan
75
70
Lampiran 10
SENSUS HARIAN
PEMANTAUAN INDIKATOR MUTU PELAYANAN
FARMASI
Ruangan
Bulan
Besaran /Variabel
1.
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
3.
76
71
No.
1.
Besaran /Variabel
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
Total
2.
3.
Kota ....., .
Yang melaporkan :
Kepala Ruangan
: .. Tanda Tangan : ..
77
72
Lampiran 11
SENSUS HARIAN
PEMANTAUAN INDIKATOR MUTU PELAYANAN
GIZI
Ruangan
Bulan
Besaran /Variabel
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
2.
78
73
No.
1.
Besaran /Variabel
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
Total
2.
Kota ....., .
Yang melaporkan :
Kepala Ruangan
: .. Tanda Tangan : ..
79
74
Lampiran 12
SENSUS HARIAN
PEMANTAUAN INDIKATOR MUTU PELAYANAN
REKAM MEDIS
RS RS SEHAT KOTA .....
No.
1.
Besaran /Variabel
Ruangan
Bulan
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
2.
3.
80
75
No.
1.
Besaran /Variabel
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
Total
2.
3.
Kota ....., .
Yang melaporkan :
Kepala Ruangan
: .. Tanda Tangan :
81
76
Lampiran 13
SENSUS HARIAN
PEMANTAUAN INDIKATOR MUTU PELAYANAN
PENGOLAHAN LIMBAH
RS RS SEHAT KOTA .....
No.
1.
Besaran /Variabel
Ruangan
Bulan
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
2.
No.
Besaran /Variabel
1.
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
Total
82
77
Kota ....., .
Yang melaporkan :
Kepala Ruangan
: .. Tanda Tangan : .
83
78
Lampiran 14
SENSUS HARIAN
PEMANTAUAN INDIKATOR MUTU PELAYANAN
ADMINISTRASI DAN MANAJEMEN
Ruangan
Bulan
Besaran /Variabel
1.
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
3.
4.
84
79
No.
Besaran /Variabel
1.
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
Total
3.
4.
Kota ....., .
Yang melaporkan :
Kepala Ruangan
: .. Tanda Tangan : .
85
80
Lampiran 15
SENSUS HARIAN
Ruangan
Bulan
PEMELIHARAAN SARANA
RS RS SEHAT KOTA .....
No.
1.
Besaran /Variabel
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
No.
1.
Besaran /Variabel
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
Total
Kota ....., .
Yang melaporkan :
Kepala Ruangan
: .. Tanda Tangan : .
Lampiran 16
86
81
SENSUS HARIAN
PEMANTAUAN INDIKATOR MUTU PELAYANAN
LINEN
Ruangan
Bulan
No.
1.
Besaran /Variabel
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
2.
No.
Besaran /Variabel
1.
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
Total
82
2.
Kota ....., .
Yang melaporkan :
Kepala Ruangan
: .. Tanda Tangan : .
Lampiran 17
88
83
SENSUS HARIAN
PEMANTAUAN INDIKATOR MUTU PELAYANAN
SASARAN PATIEN SAFETY
Ruangan
Bulan
No.
Besaran /Variabel
1.
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
3.
4.
89
6.
7.
No.
1.
Besaran /Variabel
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
Total
2.
90
85
5.
6.
7.
91
86
Kota ....., .
Yang melaporkan :
Kepala Ruangan
: .. Tanda Tangan : .
92
87