Untuk sementara yang dapat diterima masuk menjadi anggota Tri Koro Dharmo adalah para
pemuda yang berasal dari Jawa dan Madura. Tujuan organisasi ini sebenarnya untuk
mencapai Jawa raya, dengan memperkokoh rasa persatuan antara pemuda Jawa, Sunda, Madura,
dan Lombok. Namun, mengingat semakin banyak pemuda yang berminat masuk menjadi
anggota, bahkan tidak saja pemuda dari Jawa dan Madura, melainkan juga dari berbagai pulau di
Indonesia ini, maka akhirnya Tri Koro Dharmo membuka kesempatan pemuda-pemuda dari
berbagai pulau. (Sudiyo;2002:46).
Dengan kesempatan yang diberikan oleh Tri Koro Dharmo tersebut, banyak pemuda dari
Sumatera masuk menjadi anggota Tri Koro Dharmo. Pada tanggal 9 Desember 1917, lahirlah
organisasi pemuda dari Sumatera bernama Jong Sumateranen Bond. Diantara pemuda-pemuda
dari Sumatera tersebut, yang lebih dikenal selanjutnya adalah Moh Hatta dan Moh Yamin. Kedua
pemuda ini akhirnya terpilih sebagai pemimpin dalam organisasi pemuda itu. (Sudiyo;2002:47).
Organisasi pemuda itu lebih menitik beratkan semangat kedaerahan. Hal ini untuk
menunjukkan bahwa pergerakan untuk melawan penjajah tidak hanya dilakukan oleh pemuda
Jawa saja, tetapi juga daerah-daerah lain ada rasa tidak senang terhadap pemerintah kolonial
Belanda. Hanya dalam kesepakatan dan pengalaman dalam perjuangan, maka tidak lagi berjuang
secara fisik, melainkan berjuang secara moral, jadi tidak ada perang fisik, melainkan berjuang
melalui semangat persatuan dan kesatuan yang dapat dibina melalui pendidikan. Oleh karena itu,
pemuda-pemuda harus sekolah untuk memperoleh kecerdasan dan menambah wawasan.
(Sudiyo;2002:47).
Dengan berprinsip tersebut diatas, maka pada tanggal 12 Juni 1918, nama Tri Koro
Dharmo, diubah namanya menjadi Jong Java. Selanjutnya diikuti pemuda-pemuda dari daerah
lain, dengan mendirikan organisasi pemuda sesuai dengan asal nama daerahnya. Sehingga
muncul organisasi: Jong Bataks Bond, Jong Celebes, Jong Minahasa, Jong Ambon, Sekar Rukun,
Pemuda Kaum Betawi, Timoresche Jongeren Bond, dan lain-lain. (Sudiyo;2002:47).
Sampai dengan berlangsungnya kongres pemuda pertama pada tanggal 30 April-2
Mei 1926, semangat kedaerahan tersebut masih dipertahankan secara kuat. Dampak dalam
kongres tersebut belum menghasilkan kebulatan pendapat, terutama masalah fusi
(penggabungan) organisasi pemuda menjadi satu wadah dan masalah bahasa persatuan, juga
langkah perjuangannya masih sangat hati-hati dn belum berani melangkah keperjuangan dalam
bidang politik. (Sudiyo;2002:48).
Walaupun pada mulanya masih mempertahankan sifat kedaerahan, namun ternyata
pandangan kedepan cukup luas. Para pemuda dari berbagai organisasi kedaerahan itu, mencoba
untuk menggabungkan berbagai aspirasi dan pendapat, agar segala perbedaan suku, budaya,
(adat), kepercayaan maupun agama tidak menjadi permasalahan, maka dibentuklah
Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI) pada bulan September 1926 di Jakarta di
bawah kepemimpinan Moh.Abdullah Sigit. Pemikiran yang timbul dari PPPI itu, berhasil
mendirikan wadah pemuda dalam satu organisasi yaitu Jong Indonesia, terbentuk pada tanggal
20 Februari 1927 di Bandung, kemudian Jong Indonesia dalam kongresnya pada bulan Desember
1927 bersepakat mengubah nama organisasinya menjadi Pemuda Indonesia. (Sudiyo;
2002:48).
Salah satu wujud dari pertumbuhan modern Indonesia yakni organisasi kemerdekaan
(Jong Indonesia) di mana para pemuda yang tergabung di dalamnya memandang perlu
pembaharuan wawasan pada organisasi-organisasi kedaerahan. Mereka memandang perlu adanya
organisasi pemuda lepas dari sifat kedaerahan dan mendasarkan diri pada sifat kebangsaan
dengan kebangsaan sebagai dasar organisasi. Organisasi ini berada yang berumur 15 tahun
keatas. Sebagian besar anggotanya berasal dari pelajar, pada tanggal 27 Februari di kota
Bandung dibawa pimpinan Soekarno dan beranggotakan para pemuda yang berumur 15 tahun
keatas. Sebagian besar anggotanya berasal dari pelajar-pelajar AMS dan mahasiswa RHS dan
pelajar STOVIA.
Sesuai dengan sifat dan asal anggotanya, tujuan Jong Indonesia adalah memperluas
ide kesatuan Nasional Indonesia Sebagai realisasi tujuan itu, Jong Indonesia mendirikan
organisasi perpaduan, mengadakan kerja sama dengan organisasi-organisasi pemuda,
menyelenggarakan rapat, dan sebagainya.
Sebagai organisasi yang bersifat Nasional Jong Indonesia mempunyai anggota yang
cukup besar dikalang Indonesia (Pemuda). Para penerus berhasil membentuk cabang-cabang
yakni Yogyakarta, Solo, dan Jakarta. Organisasi ini merupakan organisasi pemuda yang sangat
aktif mencapai cita-cita memiliki peran penting dan setelah sumpah pemuda organisasi ini tetap
konsekuen melaksanakan keputusan kongres misalnya dengan adanya Fusi menjadi Indonesia
Muda. (Sudiyo; 2002 ; 47).
2. Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI)
Gerakan perhimpunan Indonesia di Indonesia di negeri Belanda berdasarkan non cooperation
dan self-help, yang ada pada masa itu belum ada di indonesia. Pergerakan nasional yang ada di
Indonesia, pertama kali adalah Budi Utomo dari tahun 1908-1926, belum bergerak langsung
dalam bidang politik. Namun, ketika para mahasiswa Indonesia di negeri Belanda telah banyak
menyelesaikan pendidikannya, maka banyak pula anggota-anggota Budi Utomo yang mendapat
pengaruh politik dan ingin segera merubah cara perjuangannya. Hal ini dapat dimengerti, karena
Dr. Soetomo yang termasuk pendiri Budi Utomo, pernah pula menjadi ketua P.I di negeri
Belanda. Dengan demikian usaha untuk mengubah cara perjuangan itu, telah ada kontak dengan
P.I. di negeri Belanda. (Sudiyo; 1989; 112)
Melalui majalah Indonesia Merdeka yang secara sembunyi-sembunyi dikirimkan ke Indonesia,
jelas mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap pemikiran para tokoh pergerakan
kemerdekaan Indonesia Pada tahun 1925, di Indonesia sudah banyak pelajar-pelajar yang duduk
di sekolah lanjutan atas, bahkan di tingkat perguruan tinggi. Ini semua memudahkan cara untuk
menebarluaskan cita-cita P.I. yang mengarah kepada cita-cita kemerdekaan (Sudiyo; 1989; 112)
Pada tahun 1925, di Indonesia telah didirikan perhimpunan pelajar-pelajar Indonesia (PPPI),
tetapi peresmiannya baru tahun 1926. Anggota-anggotanya terdiri dari para pelajar-pelajar
sekolah-sekolah tinggi yang ada di Jakarta dan di Bandung. Para tokoh PPPI antara lain ialah:
Sugondo Djojopuspito, Sigit, Abdul Syukur, Sumito, Samijono, Wilopo, Moammad Yamin, A.K
Gani, dan lain-lain. (Sudiyo; 1989; 113).
PPPI juga dapat menampung berbagai pemuda yang telah mempunyai atau menjadi anggota
perkumpulan pemuda yang bersifat kedaerahan. Pada masa ini cukup besar. Sebaliknya
kehidupan persatuan Nasional semakin subur. Oleh karena itu, akan memudahkan untuk
mencapai kesepakatan dalam menggalang persatuan Nasional. Inilah benih-benih terjadinya Ikrar
pemuda (Sudiyo; 1989; 130)
PPPI juga mempunyai hubungan dengan Perhimpunan Indonesia (PI) di negeri Belanda,
meskipun secara organisasi PPPI tidak ada hubungan secara langsung namun PPPI banyak
mendapat kiriman majalah Indonesia merdeka selundupan dari P.I. oleh karena itu, PPPI
mengetahui persis segala sesuatu yang dilakukan PI dinegeri Belanda. Maka tidak aneh lagi,
apabila PPPI berusaha keras untuk meneruskan cita-cita PI dengan pemberitahuan perkembangan
perjuangan PI dalam forum Internasional. Cita-cita PI dan segala usahanya tersebut disebarkan
dikalangan masyarakat Indonesia. Oleh PPPI juga merupakan pergerakan utama dalam
penyelengaraan kongres pemuda II. PPPI itu memberi pengaruh besar sekali kepada pemudapemuda kebangsaan untuk merealisasi cita-cita persatuan yang sudah beberapa tahun lamanya
yang menghinggapi hati sanubari mereka (Sudiyo; 1989; 131)
Untuk mempersiapkan pelaksanaan kongres Pemuda II, tidak cukup memakan waktu satu
atau dua hari. Melainkan persiapannya memakan waktu cukup lama. Pokok persoalan yang dapat
menjadi bahan bahasan ialah bagaimana caranya mendapatkan bentuk persatuan diantara
pemuda-pemuda indonesia yang sudah lama di cita-citakan itu. Juga akan di bicarakan dalam
kongres Pemuda II tersebut soal-soal pendidikan, pengajaran, kebudayaan, kepanduan,
kewanitaan dan meyakinkan rasa kesadaran nasional dan persatuan Nasional, untuk mencapai
cita-cita kemerdekaan Indonesia (Sudiyo; 1989; 131)
Tentang berbentuk persatuan, PPPI mengusulkan agar semua perkumpulan pemuda besatu
dalam satu perkumpulan yang merupakan badan Fusi. Usul PPPI ini sebenarnya merupakan
ulangan dan usul PPPI yang di ajukan dalam kongres pemuda satu tahun 1926. Karena hal itu
dianggap suatu hal yang penting, maka oleh PPPI di ajukan kembali. Sedangkan dari
perkumpulan pemuda yang lain, yaitu Jong Java tersebut akan diberi namaPemuda Indonesia.
Kedua pendapat ini, sebenarnya telah dibahas dalam Kongres Pemuda I, tetapi belum mendapat
keputusan dari Kongres tersebut. (Sudiyo; 1989; 132)
Namun, setelah terjadi suatu peristiwa yang mengakibatkan banyak korban jiwa maupun
penangkapan secara besar-besaran dan ditahannya para tokoh pergerakan nasional, maka
kebutuhan terbentuknya persatuan sangat mendesak. Peristiwa tersebut adalah pemberontakan
PKI pada bulan November 1926 yang gagal. Kemudian, juga peristiwa berdirinya perserikatan
Nasional Indonesia (PNI), pada tanggal 4 juli 1927, yang selanjutnya atas usaha Ir. Soekarno dan
beberapa orang pendirinya maka Perserikatan diganti menjadi Partai. Dengan demikian
menjadi Partai Nasional Indonesia (disingkat PNI juga). Partai ini langsung bergerak dalam
bidang politik dan berhaluan non-cooperation dan self-help,sebagaimana yang telah
dilakukan oleh Perhimpunan Indonesia di negeri Belanda. PNI dengan tegas bertujuan untuk
mencapai Indonesia merdeka) (Sudiyo; 1989; 132)
Dari peristiwa-peristiwa tersebut diatas, maka usaha untuk pembentukan badan Fusi atau
badan Federasi pemuda semakin dipercepat. Akhirnya secara praktis persiapan kongres
Pemuda II telah terbentuk, sejak bulan Juni 1928. Semenjak terbentuknya pengurus Kongres itu,
maka pengurus terus berusaha keras untuk terlaksananya Kongres Pemuda II. Hampir lima bulan
lamanya, pengurus mempersiapkan kongres tersebut. Dari sejak acara pembukaan sampai dengan
persidangan, telah disiapkan oleh panitia pengurus kongres. (Sudiyo; 1989; 133)
Pada tanggal 28 oktober 1928, maka kongres Pemuda II mengambil keputusan yang
dibacakan oleh ketua kongres(Sugono Djoko Puspito):
Kerapatan pemuda-pemuda Indonesia yang diadakan oleh perkumpulan-perkumpulan
pemuda yang berdasarkan kebangsaan dengan namanya: Jong Java, Jong Sumatranen Bond,
Pemuda Indonesia, Sekar Rukun, Jong Islamieten Bond, Jong Celebes, Jong Ambon, Pemuda
Kaum Betawi, dan PPPI membuka rapat pada tanggal 27 dan 28 Oktober 1928 di Jakarta.
Sesudahnya menimbang segala isi pidato-pidato dan pembicaraan, maka kerapatan mengambil
keputusan:
Pertama : Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia
Kedua : Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia
Ketiga : Kami Putra dan Putri Indonesia menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
Setelah mendengar putusan ini, kerapatan mengeluarkan keyakinan asas ini wajib dipakai oleh
segala perkumpulan-perkumpulan kebangsaan indonesia, mengeluarkan keyakinan persatuan
indonesia diperkuat dengan memperhatikan dasar persatuannya: Kemauan, sejarah, hukum adat,
pendidikan dan kepaduan. (Sudiyo; 1989; 146)
Keputusan tersebut, pada mulanya merupakanIKRAR PEMUDA, tetapi lama kelamaan
terkenal dengan namaSUMPAH PEMUDA. (Sudiyo; 1989; 147)
B. Sumpah pemuda dan Pengaruhnya Bagi Pergerakan Nasional Lainnya
Kelahiran organisasi pergerakan kebangsaan pertama, walaupun dalam masa selanjutnya di
ambil alih oleh golongan tua, telah mengilhami munculnya gerakan-gerakan pemuda lainnya di
Indonesia untuk masa selanjutnya. Gerakan pemuda itu berkembang sedemikian rupa hingga
mengarah pada suatu kesepakatan nasional dalam bentuk sumpah bersama untuk nusa dan
bangsa, tanah air dan bahasanya yang sama yaitu Indonesia.
Selanjutnya Sumpah Pemuda 1928, di adakan lagi kongres pemuda di Yogyakarta pada tanggal
24-28 Desember 1928.
Sesungguhnya sewaktu Sumpah Pemuda disetujui pada tanggal 28 Oktober tahun 1928,
organisasi-organisasi pemuda pendukung belum menyetujui di adakannya fusi antara organisasi
pemuda tersebut seperti yang diusulkan PPPI karena mencapai kesatuan fikiran.
(Sagimun;1998:74).
Yang ditunggu-tunggu oleh masyarakat pada waktu itu sudah barang tentu keputusan Jong Java
yang bulan Desember 1928 itu( Sesudah Kongres Pemuda II) akan mengadakan kongresnya
yang akan memberi keputusan tentang fusi. Organisasi-organisasi lain menunggu dengan
berdebar-debar keputusan kongres Jong Java pada waktu itu merupakan perkumpulan pemuda
yang tertua dan yang terbesar dan memiliki organisasi yang rapi. Fusi perkumpulan-perkumpulan
pemuda lainnya tanpa Jong Java akan kurang berarti. (Sagimun;1998:75)
Seperti di atas dikemukakan ide persatuan di kalangan Jong Java yang dahulu bernama Tri Koro
Dharmo dalam arti persatuan antara pemuda-pemuda dari seluruh kepulauan telah lama ada
bahkan sudah sejak didirikannya di tahun 1915. Ide persatuan ini lebih nyata dengan adanya
putusan kongres Jong Java yang ke IV tahun 1921 di Bandung yang merubah pasal 3 anggaran
dasar Jong Java demikian rupa sehingga keinginan bersatu dicantumkan dalamanggaran dasar.
Setelah dirubah sesuai putusan kongres tersebut, pasal 3 berbunyi:
Jong Java bertujuan memepersiapkan anggota-anggotanya untuk membantu pembentukan Jawa
raya dan untuk memupuk kesadaran bersatu Rakyat Indonesia sehubungan dengan maksud untuk
mencapai Indonesia merdeka. (Sagimun;1998:75).
Jong Java kemudian juga melihat didirikannya PPPI sebagai himpunan mahasiswa-mahasiswi
Indonesia yang tidak lagi mengenal kesukuan atau kedaerahan. Proses dalam Jong java sendiri
ditambah dengan pertumbuhan yang nyata dari ide persatuan nasional Indonesia telah
mematangkan jiwa anggota-anggota Jong Java dari jiwa kesukuan menjadi jiwa nasional
Indonesia. (Sagimun;1998:75)
Kongres menghasilkan suatu keputusan yang penting, yakni akan di adakannya fusi atau
gabungan diantara organisasi-organisasi pemuda yang ada. Keputusan itu disetujui oleh Jong
Java Jong Sumatra, dan Jong Celebes,. Untuk merealisasikan keputusan tersebut dibentuklah
komisi yang kemudian di kenal dengan nama komisi besar Indonesia Muda.
Pada tanggal 23 april 1929 atas undangan pedoman Besar Jong Java wakil-wakil pemuda
Indonesia, Pemuda Sumatra dan Jong Java mengadakan rapat yang pertama di gedung IC Kramat
106 Jakarta. Keputusan ialah bahwa mereka menginginkan segera didirikannya perkumpulan
baru yang sejalan dengan kemauan persatuan Indonesia dan berdasarkan kebangsaan Indonesia
dan juga segera membentuk komisi persiapan yaitu yang dinamakan Komisi Besar Indonesia
Muda (KBIM). (Sagimun;1998:77).
Dalam kongresnya di Semarang dari tanggal 23-29 Desember 1929 Jong java membubarkan diri
untuk meleburkan diri ke dalam perkumpulan Indonesia Muda. Keputusan berbunyi sebagai
berikut:
Kerapatan Besar mengambil keputusandengan memperhatikan Statuten perkumpulan Jong Java
dahulu bernama Tri Koro Dharmo, ialah:
Pertam a : Sedjak dari saat ini perkoempoelan Jong Java daholoe bernama Tri Koro Dharmo,
tidak berdiri lagi.
Kedoe a : Sedjak dari saat ini segala tjabang perkoempoelan Jong Java, dahoeloe bernama tri
Koro Dharmo, berdiri di bawah pemandangan Komisi Besar perkoempoelan Indonesia Moeda
dan wadjib bersatoe didalam perkoempoelan ini. (Sagimun;1998:78).
Akhirnya pada tanggal 31 Desember 1930 dalam konfrensi di Solo di tetapkan berdirinya
organisasi Indonesia Muda. Pada saat berdirinya organisasi itu telah memiliki 25 cabang dengan
2400 anggota (Sudiyo;2002:74).
Indonesia Muda telah berdiri, Indonesia Muda berdiri sebagai kenyataan cita-cita Sumpah
Pemuda. Dan sesungguhnya, Indonesia Muda adalah penerus roh Sumpah Pemuda.
(Sagimun;1998:84).
Sejak 1 Januari 1931 Indonesia Muda mulai bergerak dengan semangat kebangsaan yang
menyala-nyala. Dimana-mana di seluruh Indonesia pendirian Indonesia Muda diterima dengan
gembira. (Sagimun;1998:85).
Tujuan Indonesia Muda seperti di tetapkan dalam konsep adalah: Memperkuat rasa persatuan di
kalangan pelajar-pelajar, membangunkan dan mempertahankan keinsyafan, di antaranya bahwa
mereka adalah anak bangsa yang bertanah air satu agar tercapailah Indonesia Raya.
(Sagimun;1998:85).
Untuk mencapai tujuan ini Indonesia Muda berusaha memajukan rasa saling menghargai dan
memelihara persatuan di semua anak Indonesia, bekerja sama dengan lain-lain perkumpulan
pemuda, mengadakan kursus-kursus untuk mempelajari bahasa persatuan dan memberantas buta
huruf, memajukan olahraga dan sebagainya. (Sagimun;1998:85).
Mengenai organisasi-organisasi kepanduan yang semula merupakan bagian dari pada organisasiorganisasi pemuda-pemuda yang telah dilebur itu (JJP, INPO,PPS) perlu ditentukan bahwa
organisasi organisasi tersebut dilebur menjadi satu organisasi kepanduan yang besar dengan
nama kepanduan Bangsa Indonesia (KBI) yang berhaluan kebangsaan seperti Indonesia Muda
dan berkain leher merah-putih sebagai tanda di milikinya jiwa nasional. (Sagimun;1998:85).