Tulisan Hukum Kewenangan Yayasan Membentuk Badan Usaha
Tulisan Hukum Kewenangan Yayasan Membentuk Badan Usaha
tadzimussunnah.wordpress.com
I.
PENDAHULUAN
Badan hukum adalah segala sesuatu yang dapat mempunyai hak dan kewajiban,
dapat
melakukan
perbuatan
hukum,
dapat
menjadi
subyek
hukum,
dapat
pokoknya
adalah
suatu
R.
Subekti,
badan
hukum
pada
Berbeda dengan tujuan pendirian dari Perseroan Terbatas (PT), tujuan filosofis
pendirian Yayasan tidak bersifat komersial atau tidak mencari keuntungan (nir laba atau
non-profit). Oleh karenanya tujuan pendirian dari Yayasan diidentikkan dengan kegiatan
bidang sosial, keagamaan, pendidikan, kemanusian dan banyak lagi.
Di Indonesia, apabila diperhatikan anggaran dasarnya, hampir semua Yayasan
didirikan untuk tujuan nir laba. Namun demikian, hal itu tidak berarti bahwa dalam
praktek Yayasan-Yayasan tersebut tidak menjalankan kegiatan yang bersifat komersial.
Di bidang pendidikan kritik kerap ditujukan pada institusi penyelenggara pendidikan
dimana badan hukum yang digunakan adalah Yayasan. Harus diakui bahwa pengelolaan
Yayasan yang bergerak di bidang pendidikan tidak sedikit yang menjurus pada pencarian
keuntungan. Demikian pula Yayasan yang mengelola rumah-rumah sakit mewah
dianggap sebagai tidak sejalan dengan tujuan dari Yayasan yang bersifat nir laba.
Banyak contoh Yayasan yang digunakan sebagaimana layaknya PT. Yayasan
demikian didirikan dengan maksud sebenarnya untuk mencari keuntungan baik langsung
maupun tidak langsung. Banyak contoh untuk hal ini. Yayasan didirikan untuk memiliki
saham, untuk mengelola gedung secara komersial, dan lainnya.
II. PERMASALAHAN
Berdasarkan hal-hal tersebut, maka terdapat beberapa masalah hukum, yaitu:
1.
2.
3.
Bolehkah Organ Yayasan menjadi pemegang saham atau karyawan badan usaha
yang didirikan Yayasan?
III. PEMBAHASAN
1.
2)
3)
4)
5)
Yayasan
tahun
yang lampau
sebagai
dasar pertimbangan
bagi
seorang ketua;
2)
3)
seorang bendahara.
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Yayasan,
kegiatan
Pengurus
Yayasan.
dapat
Ketentuan
mengangkat
mengenai
dan
syarat
memberhentikan
dan
tata
cara
Pasal 28 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan.
Pasal 29 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan.
Pasal 30 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan.
Pasal 31 ayat (1) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan.
Pasal 35 ayat (1) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan.
Pasal 31 ayat (3) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan.
Pasal 32 ayat (1) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 16
Tahun 2001 tentang Yayasan.
Pasal 32 ayat (3) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 16
Tahun 2001 tentang Yayasan.
Pasal 32 ayat (5) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 16
Tahun 2001 tentang Yayasan.
Pengurus
bertanggung
jawab
penuh
secara
pribadi
apabila
yang
2)
3)
c. Pengawas
Pengawas adalah organ Yayasan yang bertugas melakukan pengawasan serta
memberi nasihat kepada Pengurus dalam menjalankan kegiatan Yayasan. Yayasan
memiliki
Pengawas
sekurang-kurangnya
(satu)
orang
Pengawas
yang
12
13
14
15
16
17
18
Pasal 35 ayat (3) dan (4) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan.
Pasal 35 ayat (5) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan.
Pasal 39 ayat (1) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan.
Pasal 37 ayat (1) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan.
Pasal 40 ayat (1), (2) dan (4) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan.
Pasal 47 ayat (1) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan.
Pasal 6 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan.
Kekayaan Yayasan berasal dari sejumlah kekayaan yang dipisahkan dalam bentuk
uang atau barang. Kekayaan Yayasan dapat diperoleh dari 19:
a. sumbangan atau bantuan yang tidak mengikat;
b. wakaf;
c. hibah;
d. hibah wasiat; dan
e. perolehan lain yang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar Yayasan dan/atau
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Selain itu, dalam hal-hal tertentu Negara dapat memberikan bantuan kepada
Yayasan 20.
Berdasarkan ketentuan Pasal 3 ayat (1) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001
tentang Yayasan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun
2004, disebutkan bahwa Yayasan dapat melakukan kegiatan usaha untuk menunjang
pencapaian maksud dan tujuannya dengan cara mendirikan badan usaha dan/atau
ikut serta dalam suatu badan usaha. Mengenai kewenangan Yayasan membuat
badan usaha diatur juga dalam Pasal 7 dan 8 Undang-Undang ini yang menyatakan:
-
Pasal 7 :
(1) Yayasan dapat mendirikan badan usaha yang kegiatannya sesuai dengan
maksud dan tujuan Yayasan.
(2) Yayasan dapat melakukan penyertaan dalam berbagai bentuk usaha yang
bersifat prospektif dengan ketentuan seluruh penyertaan tersebut paling
banyak 25% (dua puluh lima persen) dari seluruh nilai kekayaan Yayasan.
(3) Anggota Pembina, Pengurus, dan Pengawas Yayasan dilarang merangkap
sebagai Anggota Direksi atau Pengurus dan Anggota Dewan Komisaris atau
Pengawas dari badan usaha sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan
ayat (2).
3.
19
20
Pasal 26 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan.
Pasal 27 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan.
Anggota Dewan Komisaris atau Pengawas dari badan usaha yang dibentuk oleh
Yayasan bersangkutan.
Terkait hal tersebut, marak terjadi bahwa Organ Yayasan (Pembina, Pengurus
ataupun
Pengawas)
tidak
menjabat
sebagai
Direksi/Pengurus/Dewan
Nomor
13
Tahun
2003
tentang
Ketenagakerjaan
dan
peraturan-peraturan
21
honorarium, atau bentuk lain yang dapat dinilai dengan uang kepada Pembina, Pengurus
dan Pengawas 22.
Namun demikian, berdasarkan bunyi ketentuan Pasal 7 ayat (3) tersebut di atas
secara
eksplisit
hanya
melarang
Organ
Yayasan
merangkap
sebagai
Pedoman
Pendirian
Perguruan
Tinggi).
Demikian
pula
dengan
sektor
kesehatan yang mensyaratkan rumah sakit didirikan dalam bentuk yang sama
(Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit dan Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 147/MENKES/PER/I/2010 Tahun 2010 tentang Perizinan Rumah
Sakit). Bagi mereka yang ingin mendirikan lembaga pendidikan atau rumah sakit
untuk tujuan komersial tentunya tidak mempunyai pilihan lain selain menggunakan
Yayasan sebagaimana dipersyaratkan oleh peraturan perundang-undangan. Akibatnya
adalah Yayasan didirikan untuk sekedar memenuhi persyaratan peraturan perundangundangan. Padahal Yayasan tersebut dikelola sebagaimana layaknya sebuah PT yang
merupakan badan hukum yang mencari keuntungan.
22
23
Pasal 5 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001
tentang Yayasan.
http://pascasarjana.esaunggul.ac.id.
Masuk
dalam
katagori
ini
adalah
perusahaan-perusahaan
yang
sarana
pengumpulan uang dari Negara untuk kepentingan Organ Yayasan, money laundry
maupun korupsi. Di masa lalu, seringkali hasil keuntungan badan usaha maupun
kekayaan milik Yayasan menjadi obyek sengketa karena para pengurusnya cenderung
memanfaatkan hasil usaha Yayasan itu untuk kepentingan pribadi. Menurut Panggabean
(2002), di masa lalu bahkan akta pendirian Yayasan seringkali dijadikan alasan untuk
mengalihkan harta kekayaan Yayasan kepada para Pengurus (dan anak keturunannya).
Sebagai contoh adalah kasus dugaan korupsi Soeharto menyangkut penggunaan uang
negara oleh 7 (tujuh) Yayasan yang diketuainya, yaitu Yayasan Dana Sejahtera Mandiri,
Yayasan Supersemar, Yayasan Dharma Bhakti Sosial (Dharmais), Yayasan Dana Abadi
Karya Bhakti (Dakab), Yayasan Amal Bhakti Muslim Pancasila, Yayasan Dana Gotong
Royong Kemanusiaan, dan Yayasan Trikora.
Daftar Pustaka:
Peraturan PerUndang-Undangan
1.
2.
3.
4.
Buku/Literatur
Susanto, A.B., dkk, 2002, Reformasi Yayasan, Perspektif Hukum dan Manajemen.
Yogyakarta : Penerbit Andi Yogyakarta.
Internet
1.
2.
3.
10