Anda di halaman 1dari 2

Chocky, C. (2011, Februari 17). Alat itu Guzheng?

Diperoleh pada Mac 8, 2014 daripada


http://apamengapadanbagaimana.blogspot.com/2011/02/apa-itu-guzheng.html

Apa itu Guzheng?

Alat petik yang dipopulerkan semasa dinasti Qing menguasai China. Memiliki dua tangga
sekaligus, pentatonik dan diatonik. Gu-zheng sesungguhnya tidak berbeda dengan kecapi
tradisional yang ada di beberapa negara, misalnya di Jepang disebut dengan Koto, Vietnam
Daen-Tranh, dan di Indonesia Siter (Jawa) atau Kecapi (Sunda) dan lain-lain. Namun, Guzheng memiliki ciri khusus karena, baik bentuk, cara memainkan maupun tangga nada yang
digunakan sama sekali berbeda dengan kecapi tradisional umumnya. Panjangnya 2,2 meter,
memiliki 22 dawai dan bisa memainkan dua tangga nada sekaligus: pentatonis dan diatonis.
Hal ini tentunya juga berbeda dengan kecapi tradisional China yang hanya memiliki 13 dawai,
panjangny tidak lebih dari 1 meter, dan tangga nada yang dipakai hanya menggunakan
pentatonik murni, atau sama dengan kunci D (2#) dalam nada diatonis. Maka, berdasarkan
perbedaan ini, Gu-zheng atau Kecapi Kupu-Kupu kemudian dikenal sebagai instrumen kecapi
China generasi terbaru.
Kendati instrumen ini telah mengalami perkembangan hingga menjadi alat musik modern,
ternyata alat musik ini menyimpan sejarah yang cukup panjang. Gu-zheng tak terlepasdari
kisah semasa dinasti Qing menjadi penguasa China. Dinasti yang juga melahirkan maha
karya great wall ini pada masa pemerintahannya menolak kebudayaan: agama, teknologi,
budaya, pendidikan, dan lain-lain, tak terkecuali kesenian. Namun, manakala ia melihat
kedua anaknya bernama Gu berebut sebuah instrumen kuno, raja pun menjadi marah dan
menamai instrumen tersebut sebagai Zheng yang artinya berebut. Maka, ketika digabungkan
dengan nama anaknya yang bernama Gu, instrumen yang menjadi identitas negeri tirai
bambu ini pun kemudian dikenal dengan nama Gu-zheng.

Alat petik ini merupakan salah satu musik tertua di negeri China. Telah ada sejak dinasti Chin
(221-206 SM). Namun, dari sejumlah dokumen, terlihat bahwa kecapi ini pernah berjaya di
era dinasti Thang (618-907 M). Sejak dinasti Selatan Utara, selain tersebar di dalam negeri
juga tersebar ke timur hingga Korea Kuno, Jepang Selatan, sampai Vietnam Utara mencapai
Mongol. Meski seni kecapi China sudah berusia 2000 tahun lamanya, tapi sebagian besar
perjalanan waktunya dipelihara dengan cara pewarisan ilmiah. Artinya, terbentuknya aliran
seni (kecapi) di berbagai daerah, khususnya era dinasti Ming (1286-1644) dan Ching (16441911), pengembangannya adalah dari masyarakat sendiri. Yaitu, dilakukan secara komunal
atau bersama-sama, dan untuk menghibur diri sendiri.
Seiring perjalanan waktu, eksistensi kecapi yang awalnya tidak diperhatikan itu sekarang
sudah go-international. Ditandai dengan mulai dipakainya instrumen ini di beberapa negara
baik Amerika, Eropa, Australia, Asia, tak terkecuali di Indonesia. Hal ini tentunya tidak lepas
dari perkembangan Gu-zheng yang cukup fleksibel, bisa dimainkan untuk berbagai jenis
musik, khususnya musik tradisi barat. Sehingga kecapi yang awalnya hanya memiliki 5
dawai, kemudian berkembang menjadi 12 dan 13 dawai ini bisa dimainkan oleh setiap orang.
Sesungguhnya, selain menggunakan 13 dawai ada juga Gu-zheng yang menggunakan 23
dan 25 dawai. Dan hal ini sudah dikembangkan sejak tahun 1970. Namun, karena
(kemungkinan) agak sulit dimainkan, maka instrumen Gu-zheng 23 dan 25 dawai ini jarang
dimainkan.

Anda mungkin juga menyukai