Jadilah Laporan
Jadilah Laporan
IPA/PASCASARJANA UNNES
LAPORAN PRAKTIKUM
KULTUR JARINGAN
(PENYIAPAN MEDIA KULTUR, STERILISASI,
INISIASI BIJI KACANG PANJANG, INISIASI DAN
INDUKSI TUNAS PADA UMBI TALAS JEPANG)
[2]
banyak
lagi
faktor-faktor
yang
berpengaruh
dalam
proses
mikropropagasi .
B. TUJUAN PRAKTIKUM
Mengetahui cara pembuatan media kultur jaringan, sterilisasi alat dan bahan
serta proses inisiasi kultur khususnya dari biji kacang panjang.
C. ALAT DAN BAHAN
Alat : Laminar air flow (LAF); Steriliser : autoclave
oven; Rak kultur ; Almari es; Alat-alat gelas : gelas ukur, gelas beker, erlen
meyer, tabung reaksi, botol kultur, pengaduk; Alat tanam (spatula, skalper,
pinset); pH-meter; Neraca; Panci; Stirer
Bahan: Desinfektan; Aquades steril; Hara Mikro (Fe,Zn,Cu,B,Zo,Co ) ,Hara
Makro (Na,P,K,Mg,S); Sukrosa; Vitamin : B1,B2,C,B6; Bahan Organik : asam
amino ( glutamine,aspartat,glisin ),gula alohol, kasein ,pepton; Bahan
suplemen alami : Jus jeruk,air kelapa , ekstrak ragi; Zat pengatur tumbuh :
sitokini (BA ) ,auksin ( IBA ); Bahan Pemadat media ( agar , gelrite ); Pengatur
PH ( HCL , NaOH )
D. CARA KERJA
i.
Pembuatan Media Kultur
1) Pembuatan Larutan StokMS sebanyak 1 L.
a. stok larutan A (50 x) NH4NO3 82.5 gL-1
Menimbang 82.5 gram NH4NO3 kemudian melarutkannya dalam
KH2PO4 34 g L-1
KI 0.166 g L-1
Na2MoO4.2H2O 0.05 g L-1
COCl2.6H2O 0.005 g L-1
Menimbang masing-masing komponen larutan secara terpisah,
mencapurkan semua komponen dalam beaker glass dengan
aquades sampai larut secukupnya. Selanjutnya sama dengan a.ii
s.d a.v
d. Stok D (200 x) CaCl2.2H2O 88 g L-1
Sama dengan a.i s.d a.v
e. Stok E (200 x) MgSO4 74 g L-1
MnSO4.H2O 3.38 g L-1
ZnSO4.7H2O 1.72 g L-1
CuSO4.5H2O 0.005 g L-1
Sama dengan pembuatan larutan stok C.
f. Stok F (10 x) FeEDTA 4.3 mg/ 100 ml
Menimbang FeEDTA 4.3 gram kemudian dilarutan dalam 100 ml
Aquades dalam labu takar 100 ml. kemudian disimpan dalam
botol reagen 100 ml.
g. Stok Myoinositol 10 g L-1
menimbang 1 gram myoinositol dan menuangkan dalan beaker
glass 50ml.
menuangkan dalam beaker glass 50 ml dan larutkan dengan
aquades secukupnya.
memindahkannya ke dalam labu takar 100 ml kemudian
[4]
label.
i. Stok hormone: 100 mg L-1
Menimbang BAP, NAA sebanyak 10 mg secara terpisah.
Melarutkan NAA dengan sedikit KOH 1N dan melarutkan BAP
ml secara terpisah
Menambahkan aquades setiap labu takr hingga volumenya tepat
100 ml
Menyimpan hormon tersebut dalam reagen 100 ml, menutup
rapat dan memberi label menyimpan semua stok hormone dalam
almari es
2) Pembuatan media kultur.
Stok Bahan Konsentrasi stok ml stok/L medium
Larutan A (NH4NO3 82.500 20); Larutan B (KNO3 95.000 20);
Larutan C (H3BO3 34.000; KH2PO4 1240; KI 0.166; Na2MoO4.2H2O
0.05; COCl2.6H2O 0.005 5); Larutan D (CaCl2.2H2O 88.000 5);
Larutan E (MgSO4 74.000; MnSO4.H2O ZnSO4.7H2O 3.380;
CuSO4.5H2O 1.72 0.005 5); Larutan F (FeEDTA 43 43); Myinositol
10.000 10; Vitamin Thiamin HCl; Pyridoxine HCl ; Niacin 0.01;
Glycin 0.2 10; Gula 30 g/l; Agar 7 g/l
Cara Pembuatan media kultur:
a. Menyiapkan larutan stok garam mineral MS: A, B, C, D, E, F,
Myoinositol, vitamin, NAA, BAP.
b. Menyiapkan labu takar 1000 ml, pipet berskala 5 ml, 10 ml, dan 25
ml, botol-botol kecil volume 10 ml, gelas piala 2000 ml, Ph meter,
batang pengaduk, dan kertas pembersih.
c. Menuangkan aquades sebanyak 250 ml ke dalam labu takar.
d. Menuangkan larutan A ke dalam gelas piala kurang lebih sebanyak
22 ml. pipet stok A dari gelas piala dan kemudian menuangkan ke
dalam labu takar. Sisa larutan stok A yang berada dalam gelas piala
tidak boleh dikembalikan ke dalam botol stok A.
e. Poin (d) diulangi untuk pemipetan stok larutan B sampai seterusnya
dan secara berurutan.
f. Menambahkan larutan zat pengatur tumbuh sesuai kebutuhan.
[5]
Sterilisasi
Sterilisasi medium dan alat ini menggunakan autoklaf.
Menyiapkan media, aquades, botol, dan alat seksi yang semuanya
kemudian dibersihkan.
Memasukkan air 600 ml dalam autoklaf kemudian memasukkan
di sterilisasi.
Menutup autoklaf dengan tepat dan rapat.
Memanaskan autoklaf sampai barometer menunjukkan angka 10
telah disterilkan.
Alat yang telah disterilkan dapat disimpan dalam inkubasi. Dan
E. HASIL PRAKTIKUM
F. PEMBAHASAN
Tujuan utama dari propagasi secara in-vitro tahap inisiasi adalah pembuatan
kultur dari eksplan yang bebas mikroorganisme serta inisiasi pertumbuhan
baru. Ditambahkan pula bahwa pada tahap ini mengusahakan kultur yang
aseptik atau aksenik. Aseptik berarti bebas dari mikroorganisme, sedangkan
aksenik berarti bebas dari mikroorganisme yang tidak diinginkan. Dalam
tahap ini juga diharapkan bahwa eksplan yang dikulturkan akan menginisiasi
pertumbuhan baru, sehingga akan memungkinkan dilakukannya pemilihan
bagian
tanaman
(multiplikasi)
yang
pada
tumbuhnya
kultur
tahap
paling
kuat,untuk
selanjutnya
perbanyakan
(http://www.kultur-
jaringan.blogspot.com).
Untuk mendapatkan kultur yang bebas dari kontaminasi, eksplan harus
disterilisasi. Sterilisasi merupakan upaya untuk menghilangkan kontaminan
mikroorganisme yang menempel di permukaan eksplan, beberapa bahan
kimia yang dapat digunakan untuk mensterilkan permukaan eksplan adalah
NaOCl, CaOCl2, etanol, dan HgCl2.
Pada inisiasi kultur biji kacang panjang yang diamati telah mengalami
pertumbuhan dalam kondisi in vitro setelah 1 minggu perlakuan, namun saat
[7]
yang
kurang
sempurna,
lingkungan
kerja
dan
setelah
penanaman
dan
ketika
diletakkan
di
ruang
kultur
(http://www.eshaflora.com/).
G. SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
1. Tahap inisiasi adalah pembuatan kultur dari eksplan yang bebas
mikroorganisme serta inisiasi pertumbuhan baru
2. Pada inisiasi kultur biji kacang panjang yang diamati telah mengalami
pertumbuhan dalam kondisi in vitro setelah 1 minggu perlakuan, namun
saat akan diaklimatisasi terdapat kontaminasi yang disebabkan oleh
jamur, hal ini dapat disebabkan oleh kurang sterilnya eksplan.
Saran
Untuk mendapatkan kultur yang bebas dari kontaminasi, eksplan harus
disterilisasi. Sterilisasi merupakan upaya untuk menghilangkan kontaminan
mikroorganisme yang menempel di permukaan eksplan, beberapa bahan
kimia yang dapat digunakan untuk mensterilkan permukaan eksplan adalah
NaOCl, CaOCl2, etanol, dan HgCl2.
H. RUJUKAN
http://www.eshaflora.com/
http://www.kultur-jaringan.blogspot.com
A. PENDAHULUAN
Awal keberadaan Talas Jepang Satoimo di Indonesia adalah pada masa
pendudukan Jepang. Talas Jepang dikenal oleh masyarakat di Toraja dengan
nama TALAS BITHEK, dan di Buleleng Bali dikenal dengan KELADI SALAK
karena rangkaian umbinya seperti buah salak (www.lipi.go.id). Konsorsium
Satoimo Indonesia-Jepang bekerjasama dengan KADIN Indonesia, telah mulai
melakukan Pengembangan Budidaya Satoimo di Indonesia sejak tahun 2003.
Hingga akhirnya pada 16 Februari 2006 hingga saat ini satoimo dari
Indonesia
telah
diekspor
ke
Jepang.
POTENSI PASAR
50 % penduduk Jepang yang berjumlah 120 juta orang, mengkonsumsi
Talas Jepang sebagai makanan pokok selain beras. Sehingga saat ini
kebutuhan Jepang mencapai 360.000 ton pertahun (Otsubo,1996),
sedangkan kapasitas produksi di Jepang terus menurun hingga 250.000 ton
pertahun,
karena
keterbatasan
lahan
dan
faktor
iklim
yang
tidak
dan
penderita
[9]
diabetes,
dll.
PEMBIBITAN
Secara konvensional bibit tanaman Satoimo adalah berasal dari umbi .
Selama ini, umbi untuk bibit tersebut diimpor dari Negara China, dengan
resiko yang ditanggung:
1. Kadang2 umbi yang sudah diterima sudah busuk hinggga 25%
2. Membawa hama penyakit dari China yang berbahaya
3. Umbi gagal disemai
4. Kualitas Umbi beragam, baik ukuran maupun umur
6. Karena hasil impor, harga Umbi lebih mahal.
Lab kultur jaringan SEAMEO BIOTROP Sejak tahun 2006 mulai memproduksi
bibit Talas Jepang melalui teknik kultur jaringan, sehingga diharapkan dapat
memenuhi kebutuhan Petani akan bibit Talas Jepang /Satoimo berkualitas,
bebas penyakit dengan harga terjangkau (
http://atanitokyo.blogspot.com/2008/04/talas-jepang-satoimo.html).
KLASIFIKASI
Colocasia esculenta
Kingdom: Plantae
(unranked): Angiosperms
(unranked): Monocots
Order: Alismatales
Family: Araceae
Subfamily: Aroideae
Tribe: Colocasieae
Genus: Colocasia
Species: C. esculenta
Binomial name Colocasia esculenta
(L.) Schott
Untuk itulah pada kegiatan praktikum kultur jaringan kali ini, diperkenalkan
tentang teknik inisiasi dan induksi tunas pada umbi talas jepang/satoimo.
B. TUJUAN PRAKTIKUM
Mengetahui proses serta cara inisiasi dan induksi tunas pada umbi talas
jepang/Satoimo (Colocasia esculenta)
C. ALAT DAN BAHAN
Alat : Laminar air flow (LAF); Steriliser : autoclave
oven; Rak kultur ; Almari es; Alat-alat gelas : gelas ukur, gelas beker, erlen
[10]
Gb 2. Hasil Induksi
[11]
Kontaminasi
jamur
pertanian
sepanjang
tahun
(http://atanitokyo.blogspot.com/2008/04/talas-jepang-satoimo.html).
Secara konvensional bibit tanaman Satoimo adalah berasal dari umbi .
Selama ini, umbi untuk bibit tersebut diimpor dari Negara China, dengan
resiko yang ditanggung:
1. Kadang2 umbi yang sudah diterima sudah busuk hinggga 25%
2. Membawa hama penyakit dari China yang berbahaya
3. Umbi gagal disemai
4. Kualitas Umbi beragam, baik ukuran maupun umur
5. Karena hasil impor, harga Umbi lebih mahal.
Untuk mengendalikan resiko tersebut, maka budidaya talas jepang dilakukan
dengan teknik kultur jaringan. Lab kultur jaringan SEAMEO BIOTROP Sejak
tahun 2006 mulai memproduksi bibit Talas Jepang melalui teknik kultur
jaringan, sehingga diharapkan dapat memenuhi kebutuhan Petani akan bibit
Talas Jepang /Satoimo berkualitas, bebas penyakit dengan harga terjangkau (
http://atanitokyo.blogspot.com/2008/04/talas-jepang-satoimo.html).
Salah satu teknik kultur jaringan yang digunakan untuk budidaya talas
jepang adalah kultur mata tunas. Kultur mata tunas ini merupakan salah satu
[12]
invitro
merangsang
yang
digunakan
munculnya
untuk
tunas-tunas
perbanyakan
aksilar
dari
tanaman
mata
dengan
tunas
yang
dalam
tiap-tiap
botol
kultur.
berkembangnya
tunas-tunas
aksilar
http://www.kultur-
jaringan.blogspot.com.
Pada praktikum kultur jaringan umbi talas jepang, setelah inisiasi dan induksi
eksplan selama 1 pekan ternyata mengalami kontaminasi oleh jamur.
Kontaminasi
sterilisasi
yang
kurang
sempurna,
lingkungan
kerja
dan
setelah
penanaman
dan
ketika
diletakkan
di
ruang
kultur
(http://www.eshaflora.com/).
Kesesuaian bagian tanaman untuk dijadikan eksplan, dipengaruhi oleh
banyak faktor. Tanaman yang memiliki hubungan kekerabatan dekat pun,
belum tentu menunjukkan respon in-vitro yang sama. Penggunaan eksplan
yan tepat merupakan hal penting yang juga harus diperhatikan pada tahap
ini. Umur fisiologis dan ontogenetik tanaman induk, serta ukuran eksplan
bagian tanaman yang digunakan sebagai eksplan, merupakan faktor penting
dalam tahap ini. Bagi kebanyakan tanaman, eksplan yang sering digunakan
adalah tunas pucuk (tunas apikal) atau mata tunas lateral pada potongan
batang berbuku. Umur fisiologis dan umur ontogenetik jaringan tanaman
[13]
[14]