Anda di halaman 1dari 14

MOBINTA KUSUMA/4001508011/PRODI PEND.

IPA/PASCASARJANA UNNES

LAPORAN PRAKTIKUM
KULTUR JARINGAN
(PENYIAPAN MEDIA KULTUR, STERILISASI,
INISIASI BIJI KACANG PANJANG, INISIASI DAN
INDUKSI TUNAS PADA UMBI TALAS JEPANG)

DOSEN PENGAMPU : DR. ENNI SUWARSI, M.Si

Laporan Praktikum Kultur Jaringan

PEMBUATAN MEDIA, STERILISASI DAN


INISIASI KULTUR JARINGAN DARI BIJI KACANG PANJANG
A. PENDAHULUAN
Dalam 20 tahun terakhir ini, Ratusan juta tanaman diperbanyak melalui
teknik mikropropagasi atau untuk lebih spesifik lagi melalui teknik in vitro
setiap tahun di seluruh dunia. Karena teknik ini dipandang sebagai teknik
yang dapat dibisniskan dan dibandingkan dengan perbanyakan tanaman
secara konvensional. Perbanyakan tanaman melalui mikropropagasi memiliki
banyak kelebihan. Untuk memperbanyak tanaman tertentu yang sulit atau
sangat lambat diperbanyak secara konvensional, perbanyakan tanaman
secara mikropropagasi menawarkan peluang besar untuk menghasilkan
jumlah bibit tanaman yang banyak dalam waktu relatif singkat sehingga
lebih ekonomis. Dalam bidang pertanian sendiri, penggunaan teknik ini
sangat berpengaruh besar dan mengalami banyak kemajuan meliputi hal-hal
sbb :
1. Produksi tanaman bebas patogen
2. Produksi bahan-bahan farmasi
3. Pelestarian plasma nutfah
4. Pemuliaan tanaman dan rekayasa genetika
5. Perbanyakan klonal tanaman dengan cepat.
Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, manfaat utama dari teknik ini
adalah untuk perbanyakan vegetatif tanaman yang permintaanya tinggi
tetapi pasokannya rendah, karena laju perkembangannya dianggap lambat.
Produsen benih dapat memanfaatkan teknik ini untuk memperbanyak
tanaman tertua dari galur murni tertntu dalam jumlah besar, yang nantinya
digunakan untuk memproduksi benih hibrida. Namun perlu diingat bahwa
tanaman yang diperbanyak melalui teknik ini harus true-to- type, artinya
sifat-sifat tanaman baru harus sama dengan tanaman induk atau tanaman
sumber eksplan.Perbanyakan tanaman dengan mikrorpopagasi dilaksanakan
dalam suatu laboratorium yang aseptik. Laboratorium ini berfungsi untuk
mengkondisikan kultur dalam suhu dan pencahayaan terkontrol yang
dilengkapi dengan alat dan bahan untuk pembuatan media, penanaman,
serta pemindahan kultur, yang harus dilakukan dalam keadaan steril.

[2]

Laporan Praktikum Kultur Jaringan


Disamping sebuah laboratorium, juga memerlukan rumah kaca untuk
aklimatisasi planlet dari botol-botol ke lingkungan eksternal.
Hal utama yang harus diperhatikan dalam teknik ini adalah komposisi media
bagi pertumbuhan eksplan. Media tumbuh ini memang sangat berpengaruh
besar dalam terhadap pertumbuhan dan perkambangan eksplan serta bibit
yang yang dihasilkannya. Oleh karena itu, macam-macam media telah
banyak ditemukan sehingga jumlahnya cukup banyak. Selain media tumbuh,
masih

banyak

lagi

faktor-faktor

yang

berpengaruh

dalam

proses

mikropropagasi .
B. TUJUAN PRAKTIKUM
Mengetahui cara pembuatan media kultur jaringan, sterilisasi alat dan bahan
serta proses inisiasi kultur khususnya dari biji kacang panjang.
C. ALAT DAN BAHAN
Alat : Laminar air flow (LAF); Steriliser : autoclave

atau pressure cooker,

oven; Rak kultur ; Almari es; Alat-alat gelas : gelas ukur, gelas beker, erlen
meyer, tabung reaksi, botol kultur, pengaduk; Alat tanam (spatula, skalper,
pinset); pH-meter; Neraca; Panci; Stirer
Bahan: Desinfektan; Aquades steril; Hara Mikro (Fe,Zn,Cu,B,Zo,Co ) ,Hara
Makro (Na,P,K,Mg,S); Sukrosa; Vitamin : B1,B2,C,B6; Bahan Organik : asam
amino ( glutamine,aspartat,glisin ),gula alohol, kasein ,pepton; Bahan
suplemen alami : Jus jeruk,air kelapa , ekstrak ragi; Zat pengatur tumbuh :
sitokini (BA ) ,auksin ( IBA ); Bahan Pemadat media ( agar , gelrite ); Pengatur
PH ( HCL , NaOH )
D. CARA KERJA
i.
Pembuatan Media Kultur
1) Pembuatan Larutan StokMS sebanyak 1 L.
a. stok larutan A (50 x) NH4NO3 82.5 gL-1
Menimbang 82.5 gram NH4NO3 kemudian melarutkannya dalam

beaker glass 100 ml yang telah dibilas dengan aquades.


Memasukkan larutan tersebut dalam labu takar 1 L yang telah

dibilas dengan aquades.


Sedikit demi sedikit dilarutkan dalam beaker glass sampai volume

dalam labu takar sampai batasnya.


Membolak- balikkan labu takar
Memindahkan larutan stok ke dalam botol reagen 1000 ml yang
bersih dan kering lalu ditutup. Dan diberi label.
[3]

Laporan Praktikum Kultur Jaringan


b. Stok larutan B (50 x) KNO3 95 g L-1
Sama dengan a.i s.d a.v
c. Stok C (200 x) H3BO3 1.24 g L-1

KH2PO4 34 g L-1
KI 0.166 g L-1
Na2MoO4.2H2O 0.05 g L-1
COCl2.6H2O 0.005 g L-1
Menimbang masing-masing komponen larutan secara terpisah,
mencapurkan semua komponen dalam beaker glass dengan
aquades sampai larut secukupnya. Selanjutnya sama dengan a.ii
s.d a.v
d. Stok D (200 x) CaCl2.2H2O 88 g L-1
Sama dengan a.i s.d a.v
e. Stok E (200 x) MgSO4 74 g L-1
MnSO4.H2O 3.38 g L-1
ZnSO4.7H2O 1.72 g L-1
CuSO4.5H2O 0.005 g L-1
Sama dengan pembuatan larutan stok C.
f. Stok F (10 x) FeEDTA 4.3 mg/ 100 ml
Menimbang FeEDTA 4.3 gram kemudian dilarutan dalam 100 ml
Aquades dalam labu takar 100 ml. kemudian disimpan dalam
botol reagen 100 ml.
g. Stok Myoinositol 10 g L-1
menimbang 1 gram myoinositol dan menuangkan dalan beaker

glass 50ml.
menuangkan dalam beaker glass 50 ml dan larutkan dengan

aquades secukupnya.
memindahkannya ke dalam labu takar 100 ml kemudian

menambahkan aquades sehingga volumenya menjadi 100 ml.


Menuangkan ke dalam botol reagen dan beri label.
h. Stok Vitamin Thiamin HCl 10 mg L-1
Pyridoxin HCl 50 mg L-1
Niacin 50 mg L-1

Glycin 200 mg L-1


Menimbang thiamin 1 mg, pyridoxine 5 mg, niacin 5 mg dan

glycin 20 mg secara terpisah.


Menuangkannya dalam beaker glass 50 ml dan menambahkan

aquades secukupnya sampai larut.


Menuangkan ke dalam labu takar 100 ml kemudian
menambahkan aquades sampai volumenya tepat menjadi 100
ml.

[4]

Laporan Praktikum Kultur Jaringan

Memindahkan ke dalam botol reagen dan memberi

label.
i. Stok hormone: 100 mg L-1
Menimbang BAP, NAA sebanyak 10 mg secara terpisah.
Melarutkan NAA dengan sedikit KOH 1N dan melarutkan BAP

dengan sedikit HCl 1 N.


Memindahkan masing-masing hormone ke dalam labu takar 100

ml secara terpisah
Menambahkan aquades setiap labu takr hingga volumenya tepat

100 ml
Menyimpan hormon tersebut dalam reagen 100 ml, menutup
rapat dan memberi label menyimpan semua stok hormone dalam

almari es
2) Pembuatan media kultur.
Stok Bahan Konsentrasi stok ml stok/L medium
Larutan A (NH4NO3 82.500 20); Larutan B (KNO3 95.000 20);
Larutan C (H3BO3 34.000; KH2PO4 1240; KI 0.166; Na2MoO4.2H2O
0.05; COCl2.6H2O 0.005 5); Larutan D (CaCl2.2H2O 88.000 5);
Larutan E (MgSO4 74.000; MnSO4.H2O ZnSO4.7H2O 3.380;
CuSO4.5H2O 1.72 0.005 5); Larutan F (FeEDTA 43 43); Myinositol
10.000 10; Vitamin Thiamin HCl; Pyridoxine HCl ; Niacin 0.01;
Glycin 0.2 10; Gula 30 g/l; Agar 7 g/l
Cara Pembuatan media kultur:
a. Menyiapkan larutan stok garam mineral MS: A, B, C, D, E, F,
Myoinositol, vitamin, NAA, BAP.
b. Menyiapkan labu takar 1000 ml, pipet berskala 5 ml, 10 ml, dan 25
ml, botol-botol kecil volume 10 ml, gelas piala 2000 ml, Ph meter,
batang pengaduk, dan kertas pembersih.
c. Menuangkan aquades sebanyak 250 ml ke dalam labu takar.
d. Menuangkan larutan A ke dalam gelas piala kurang lebih sebanyak
22 ml. pipet stok A dari gelas piala dan kemudian menuangkan ke
dalam labu takar. Sisa larutan stok A yang berada dalam gelas piala
tidak boleh dikembalikan ke dalam botol stok A.
e. Poin (d) diulangi untuk pemipetan stok larutan B sampai seterusnya
dan secara berurutan.
f. Menambahkan larutan zat pengatur tumbuh sesuai kebutuhan.

[5]

Laporan Praktikum Kultur Jaringan


g. Menimbang gula sebanyak 30 gram, melarutkannya dalam aquades.
Membiarkannya sebentar supaya mengendap. Menyaring larutan
gula dan filtratnya dituangkan ke dalam labu takar.
h. Menambahkan aquades hingga volumenya tepat 1000 ml.
i. Menuangkan larutan dalam gelas piala 2000 ml kemudian diaduk
rata.
j. Mengatur Ph larutan stok hingga Ph 6 dengan menambah KOH 1N
atau HCl 1 N.
k. Menimbang agar sebanyak 7 gram. Dipotong kecil-kecil dan
dimasukkan ke dalam gelas piala yang berisi larutan media
beberapa saat sampai diperkirakan semua agar sudah mengikat air.
l. Panaskan media diatas kompor gas sambil diaduk terus menerus
sampai homogen (tidak sampai mendidih).
m. Setelah hmogen larutan stok media dibagikan ke dalam botol-botol
kultur. Jumlah media yang dituangkan sangat tergantung pada
volume botol.
n. Botol ditutup dengan aluminium foil atau plastic dengan karet.
ii.

Sterilisasi
Sterilisasi medium dan alat ini menggunakan autoklaf.
Menyiapkan media, aquades, botol, dan alat seksi yang semuanya

telah ditutup rapat.


Membuka tutup autoklaf dan mengambil dandang dan siring

kemudian dibersihkan.
Memasukkan air 600 ml dalam autoklaf kemudian memasukkan

siring lalu dandang.


Memasukkan bahan dan alat yang telah dibungkus rapat dan akan

di sterilisasi.
Menutup autoklaf dengan tepat dan rapat.
Memanaskan autoklaf sampai barometer menunjukkan angka 10

kemudian mengecilkan kompor sampai angka barometer 0.


Kemudian menaikkan kompor sampai barometer menunjukkan
angka 15.

Mematikan kompor dan menunggu barometer sampai angka 0.


Membuka tutup autoklaf, dan mengeluarkan bahan dan alat yang

telah disterilkan.
Alat yang telah disterilkan dapat disimpan dalam inkubasi. Dan

bahan yang telah disterilkan dapat disimpan di almari.


Medium yang telah disterilkan dapat digunakan setelah 3 hari setelah
sterilisasi.
[6]

Laporan Praktikum Kultur Jaringan


iii.

Inisiasi kultur dari biji kacang panjang


1. Pencucian biji dengan deterjen, aduk hingga 15 menit, bilas dengan
aquadest steril 3x.
2. Pencucian biji dengan tweens, aduk hingga 5 menit, bilas dengan
aquadest steril 3x
3. Biji siap diinisiasi ke dalam media kultur melalui LAF.

E. HASIL PRAKTIKUM

F. PEMBAHASAN
Tujuan utama dari propagasi secara in-vitro tahap inisiasi adalah pembuatan
kultur dari eksplan yang bebas mikroorganisme serta inisiasi pertumbuhan
baru. Ditambahkan pula bahwa pada tahap ini mengusahakan kultur yang
aseptik atau aksenik. Aseptik berarti bebas dari mikroorganisme, sedangkan
aksenik berarti bebas dari mikroorganisme yang tidak diinginkan. Dalam
tahap ini juga diharapkan bahwa eksplan yang dikulturkan akan menginisiasi
pertumbuhan baru, sehingga akan memungkinkan dilakukannya pemilihan
bagian

tanaman

(multiplikasi)

yang

pada

tumbuhnya

kultur

tahap

paling

kuat,untuk

selanjutnya

perbanyakan

(http://www.kultur-

jaringan.blogspot.com).
Untuk mendapatkan kultur yang bebas dari kontaminasi, eksplan harus
disterilisasi. Sterilisasi merupakan upaya untuk menghilangkan kontaminan
mikroorganisme yang menempel di permukaan eksplan, beberapa bahan
kimia yang dapat digunakan untuk mensterilkan permukaan eksplan adalah
NaOCl, CaOCl2, etanol, dan HgCl2.
Pada inisiasi kultur biji kacang panjang yang diamati telah mengalami
pertumbuhan dalam kondisi in vitro setelah 1 minggu perlakuan, namun saat
[7]

Laporan Praktikum Kultur Jaringan


akan diaklimatisasi terdapat kontaminasi yang disebabkan oleh jamur.
Kontaminasi
sterilisasi

dapat berasal dari beberapa penyebab sebagai berikut:


media

yang

kurang

sempurna,

lingkungan

kerja

dan

pelaksanaan/cara kerja saat penanaman, eksplan, molekul-molekul atau


benda-benda asing berukuran kecil yang jatuh atau masuk ke dalam botol
kultur

setelah

penanaman

dan

ketika

diletakkan

di

ruang

kultur

(http://www.eshaflora.com/).
G. SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
1. Tahap inisiasi adalah pembuatan kultur dari eksplan yang bebas
mikroorganisme serta inisiasi pertumbuhan baru
2. Pada inisiasi kultur biji kacang panjang yang diamati telah mengalami
pertumbuhan dalam kondisi in vitro setelah 1 minggu perlakuan, namun
saat akan diaklimatisasi terdapat kontaminasi yang disebabkan oleh
jamur, hal ini dapat disebabkan oleh kurang sterilnya eksplan.
Saran
Untuk mendapatkan kultur yang bebas dari kontaminasi, eksplan harus
disterilisasi. Sterilisasi merupakan upaya untuk menghilangkan kontaminan
mikroorganisme yang menempel di permukaan eksplan, beberapa bahan
kimia yang dapat digunakan untuk mensterilkan permukaan eksplan adalah
NaOCl, CaOCl2, etanol, dan HgCl2.
H. RUJUKAN
http://www.eshaflora.com/
http://www.kultur-jaringan.blogspot.com

INISIASI DAN INDUKSI TUNAS


PADA UMBI TALAS JEPANG/ SATOIMO (Colocasia esculenta)
[8]

Laporan Praktikum Kultur Jaringan

A. PENDAHULUAN
Awal keberadaan Talas Jepang Satoimo di Indonesia adalah pada masa
pendudukan Jepang. Talas Jepang dikenal oleh masyarakat di Toraja dengan
nama TALAS BITHEK, dan di Buleleng Bali dikenal dengan KELADI SALAK
karena rangkaian umbinya seperti buah salak (www.lipi.go.id). Konsorsium
Satoimo Indonesia-Jepang bekerjasama dengan KADIN Indonesia, telah mulai
melakukan Pengembangan Budidaya Satoimo di Indonesia sejak tahun 2003.
Hingga akhirnya pada 16 Februari 2006 hingga saat ini satoimo dari
Indonesia

telah

diekspor

ke

Jepang.

POTENSI PASAR
50 % penduduk Jepang yang berjumlah 120 juta orang, mengkonsumsi
Talas Jepang sebagai makanan pokok selain beras. Sehingga saat ini
kebutuhan Jepang mencapai 360.000 ton pertahun (Otsubo,1996),
sedangkan kapasitas produksi di Jepang terus menurun hingga 250.000 ton
pertahun,

karena

keterbatasan

lahan

dan

faktor

iklim

yang

tidak

memungkinkan untuk bertani sepanjang tahun (JETRO, 1994).


Kekurangan pasokan satoimo sebagaian besar diimpor Jepang dari China,
yaitu mencapai 55.000 ton s/d 60.000 ton (JAPAN IMPORTS/EXPORTS). Oleh
karena itu Jepang masih kekurangan pasokan satoimo sebesar 40.000 ton
s/d 45.000 ton pertahun. Indonesia berpotensi untuk memenuhi kekurangan
pasokan satoimo ke Jepang, karena merupakan negara agraris dengan dua
musim yang dapat mendukung kegiatan pertanian sepanjang tahun.
MANFAAT
UMBI SEGAR: Sumber Calsium dan Kalori yang tinggi, tetapi kandungan
karbonhidratnya rendah sehingga dapat dikonsumsi sebagai makanan DIET
juga baik untuk penderita DIABETES.
PATI/POWDER: sebagai bahan produksi makanan/minuman sehat; seperti
pengental (starch), bubur bayi makanan orang tua, bahan baku kue dan roti,
pencampur tepung terigu sebagai pengganti kentang. Farmasi/obat-obatan:
sebagai pengisi kapsul dan tablet.
SERAT/FIBRE : Sebagai bahan campuran pembuatan JELLY, Ice Cream biscuit
filling, preparat sup, minuman berserat, pudding, makanan dan minuman
diet

dan

penderita

[9]

diabetes,

dll.

Laporan Praktikum Kultur Jaringan

PEMBIBITAN
Secara konvensional bibit tanaman Satoimo adalah berasal dari umbi .
Selama ini, umbi untuk bibit tersebut diimpor dari Negara China, dengan
resiko yang ditanggung:
1. Kadang2 umbi yang sudah diterima sudah busuk hinggga 25%
2. Membawa hama penyakit dari China yang berbahaya
3. Umbi gagal disemai
4. Kualitas Umbi beragam, baik ukuran maupun umur
6. Karena hasil impor, harga Umbi lebih mahal.
Lab kultur jaringan SEAMEO BIOTROP Sejak tahun 2006 mulai memproduksi
bibit Talas Jepang melalui teknik kultur jaringan, sehingga diharapkan dapat
memenuhi kebutuhan Petani akan bibit Talas Jepang /Satoimo berkualitas,
bebas penyakit dengan harga terjangkau (
http://atanitokyo.blogspot.com/2008/04/talas-jepang-satoimo.html).
KLASIFIKASI
Colocasia esculenta
Kingdom: Plantae
(unranked): Angiosperms
(unranked): Monocots
Order: Alismatales
Family: Araceae
Subfamily: Aroideae
Tribe: Colocasieae
Genus: Colocasia
Species: C. esculenta
Binomial name Colocasia esculenta
(L.) Schott

Untuk itulah pada kegiatan praktikum kultur jaringan kali ini, diperkenalkan
tentang teknik inisiasi dan induksi tunas pada umbi talas jepang/satoimo.
B. TUJUAN PRAKTIKUM
Mengetahui proses serta cara inisiasi dan induksi tunas pada umbi talas
jepang/Satoimo (Colocasia esculenta)
C. ALAT DAN BAHAN
Alat : Laminar air flow (LAF); Steriliser : autoclave

atau pressure cooker,

oven; Rak kultur ; Almari es; Alat-alat gelas : gelas ukur, gelas beker, erlen

[10]

Laporan Praktikum Kultur Jaringan


meyer, tabung reaksi, botol kultur, pengaduk; Alat tanam (spatula, skalper,
pinset); pH-meter; Neraca; Panci; Stirer
Bahan: Desinfektan; Aquades steril; Hara Mikro (Fe,Zn,Cu,B,Zo,Co ) ,Hara
Makro (Na,P,K,Mg,S); Sukrosa; Vitamin : B1,B2,C,B6; Bahan Organik : asam
amino ( glutamine,aspartat,glisin ),gula alohol, kasein ,pepton; Bahan
suplemen alami : Jus jeruk,air kelapa , ekstrak ragi; Zat pengatur tumbuh :
sitokini (BA ) ,auksin ( IBA ); Bahan Pemadat media ( agar , gelrite ); Pengatur
PH ( HCL , NaOH )
D. CARA KERJA
Sterilisasi eksplan umbi talas jepang/ Satoimo
1. Direndam betadine 10 menit, bilas dengan aquadest steril 3x
2. Direndam dengan larutan fungisida + 5 tetes tweens selama 60 menit,
bilas dengan aquades 3x
3. Direndam dengan larutan bakterisida+ 5 tetes tweens selama 60 menit,
bilas aquadest 3x
Di dalam LAF
1. Rendam dengan clorox 40% selama 15 menit, kemudian dibilas aquades
steril 3x
2. Rendam dengan alkohol 96 % selama 10 menit kemudian bilas dengan
aquades steril 3x
Dikupas menjadi lebih kecil, kemudian ditanam dalam media.
E. HASIL PENGAMATAN

Gb 1. Hasil Inisiasi eksplan

Gb 2. Hasil Induksi

[11]

Kontaminasi
jamur

Laporan Praktikum Kultur Jaringan

Gb 3. Pertumbuhan eksplan tunas pada umbi talas jepang (Colocasia


esculenta)
F. PEMBAHASAN
Umbi talas jepang / satoimo (Colocasia esculenta) merupakan makanan
pokok orang jepang selain beras.

Sehingga saat ini kebutuhan Jepang

mencapai 360.000 ton pertahun (Otsubo,1996), sedangkan kapasitas


produksi di Jepang terus menurun hingga 250.000 ton pertahun, karena
keterbatasan lahan dan faktor iklim yang tidak memungkinkan untuk bertani
sepanjang tahun (JETRO, 1994). Kekurangan pasokan satoimo sebagaian
besar diimpor Jepang dari China, yaitu mencapai 55.000 ton s/d 60.000 ton
(JAPAN IMPORTS/EXPORTS). Oleh karena itu Jepang masih kekurangan
pasokan satoimo sebesar 40.000 ton s/d 45.000 ton pertahun. Indonesia
berpotensi untuk memenuhi kekurangan pasokan satoimo ke Jepang, karena
merupakan negara agraris dengan dua musim yang dapat mendukung
kegiatan

pertanian

sepanjang

tahun

(http://atanitokyo.blogspot.com/2008/04/talas-jepang-satoimo.html).
Secara konvensional bibit tanaman Satoimo adalah berasal dari umbi .
Selama ini, umbi untuk bibit tersebut diimpor dari Negara China, dengan
resiko yang ditanggung:
1. Kadang2 umbi yang sudah diterima sudah busuk hinggga 25%
2. Membawa hama penyakit dari China yang berbahaya
3. Umbi gagal disemai
4. Kualitas Umbi beragam, baik ukuran maupun umur
5. Karena hasil impor, harga Umbi lebih mahal.
Untuk mengendalikan resiko tersebut, maka budidaya talas jepang dilakukan
dengan teknik kultur jaringan. Lab kultur jaringan SEAMEO BIOTROP Sejak
tahun 2006 mulai memproduksi bibit Talas Jepang melalui teknik kultur
jaringan, sehingga diharapkan dapat memenuhi kebutuhan Petani akan bibit
Talas Jepang /Satoimo berkualitas, bebas penyakit dengan harga terjangkau (
http://atanitokyo.blogspot.com/2008/04/talas-jepang-satoimo.html).
Salah satu teknik kultur jaringan yang digunakan untuk budidaya talas
jepang adalah kultur mata tunas. Kultur mata tunas ini merupakan salah satu
[12]

Laporan Praktikum Kultur Jaringan


teknik

invitro

merangsang

yang

digunakan

munculnya

untuk

tunas-tunas

perbanyakan
aksilar

dari

tanaman
mata

dengan

tunas

yang

dikulturkan. Seperti halnya kultur pucuk, eksplan yang digunakan dalam


kultur mata tunas dapat berasal dari tunas lateral, tunas samping atau
bagian dari batang yang mengandung satu atau lebih mata tunas
(mengandung satu atau lebih buku). Dikenal dua teknik kultur mata tunas
yaitu eksplan yang mengandung mata tunas lebih dari satu ditanam secara
horisontal di atas medium padat (teknik invitro layering) atau (2) tiap buku
yang mengandung satu mata tunas dipotong-potong dan ditanam secara
terpisah

dalam

tiap-tiap

botol

kultur.

Seperti halnya teknik kultur pucuk, pertumbuhan tunas-tunas aksilar juga


berdasarkan pada prinsip pematahan dominasi apikal. Oleh karena itu,
pertumbuhan tunas-tunas aksilar ini terjadi jika eksplan (mata tunas)
ditanam pada media yang mengandung sitokinin dalam konsentrasi cukup
tinggi sehingga sitokinin ini dapat menghentikan dominasi pucuk apikal dan
menyebabkan

berkembangnya

tunas-tunas

aksilar

http://www.kultur-

jaringan.blogspot.com.
Pada praktikum kultur jaringan umbi talas jepang, setelah inisiasi dan induksi
eksplan selama 1 pekan ternyata mengalami kontaminasi oleh jamur.
Kontaminasi
sterilisasi

dapat berasal dari beberapa penyebab sebagai berikut:


media

yang

kurang

sempurna,

lingkungan

kerja

dan

pelaksanaan/cara kerja saat penanaman, eksplan, molekul-molekul atau


benda-benda asing berukuran kecil yang jatuh atau masuk ke dalam botol
kultur

setelah

penanaman

dan

ketika

diletakkan

di

ruang

kultur

(http://www.eshaflora.com/).
Kesesuaian bagian tanaman untuk dijadikan eksplan, dipengaruhi oleh
banyak faktor. Tanaman yang memiliki hubungan kekerabatan dekat pun,
belum tentu menunjukkan respon in-vitro yang sama. Penggunaan eksplan
yan tepat merupakan hal penting yang juga harus diperhatikan pada tahap
ini. Umur fisiologis dan ontogenetik tanaman induk, serta ukuran eksplan
bagian tanaman yang digunakan sebagai eksplan, merupakan faktor penting
dalam tahap ini. Bagi kebanyakan tanaman, eksplan yang sering digunakan
adalah tunas pucuk (tunas apikal) atau mata tunas lateral pada potongan
batang berbuku. Umur fisiologis dan umur ontogenetik jaringan tanaman
[13]

Laporan Praktikum Kultur Jaringan


yang dijadikan eksplan juga berpengaruh terhadap potensi morfogenetiknya.
Umumnya, eksplan yang berasal dari tanaman juvenile mempunyai daya
regenerasi tinggi untuk membentuk tunas lebih cepat dibandingakan dengan
eksplan yang berasal dari tanaman yang sudah dewasa.
G. SIMPULAN DAN SARAN
Kultur tunas pada umbi talas jepang pada tahap inisiasi dan induksi setelah 1
pekan mengalami kontaminasi yang disebabkan oleh jamur hal ini dapat
terjadi karena sterilisasi yang dilakukan kurang sempurna.
H. RUJUKAN
http://www.kultur-jaringan.blogspot.com
http://atanitokyo.blogspot.com/2008/04/talas-jepang-satoimo.html
http://www.lipi.go.id

[14]

Anda mungkin juga menyukai