Oleh:
Maybi Prabowo
1406518755
Umbrella Perspective
Perubahan teknologi dari analog ke digital pada praktiknya
membawa perubahan-perubahan yang cukup mendasar dan kompleks.
Kita akan mencoba menggunakan umbrella perspective seperti diuraikan
oleh August E Grantii untuk menelaah masalah ini. Umbrella perspective
melihat teknologi komunikasi seperti bentuk sebuah payung. Tudung
melengkung merupakan gambaran besar teknologi komunikasi. Lapisan
tudung paling bawah merupakan faktor teknologi perangkat keras dan
lunak. Di atasnya adalah faktor pengelolaan infrastruktur yang berkaitan
dengan pengelolaan produksi dan distribusi teknologi, kemudian di
tingkat paling atas adalah faktor sistem politik, ekonomi dan media.
Karena payung selalu mempunyai pegangan, maka pada bagian
Frekuensi
Frekuensi adalah banyaknya sesuatu yang terjadi setiap detiknya.
Dalam kajian getaran, frekuensi dapat diartikan sebagai banyaknya
getaran yang terjadi dalam satu detik. Sedangkan dalam kajian
gelombang, frekuensi dapat diartikan sebagai banyaknya gelombang
yang terjadi setiap satu detik. Satuan yang digunakan untuk mengukur
frekuensi adalah 1/s yang disebut juga Hertz disingkat Hz, yang diambil
dari nama fisikawan Jerman Heinrich Rudolf Hertz (1857-1894). Satuan
frekuensi sering juga dituliskan dengan cps (cycle per second).iii
Frekuensi berada di udara secara tak kasat mata. Ia berfungsi
sebagai media penghantar sinyal atau pesan. Masyarakat menggunakan
frekuensi untuk keperluan berbagai bidang, mulai dari siaran televisi dan
radio, sambungan telepon, penerbangan, militer, hingga satelit. iv Karena
berada di ruang terbuka (udara), maka frekuensi diklaim sebagai milik
publik. Secara internasional, penggunaan frekuensi diatur oleh sebuah
lembaga di bawah PBB bernama International Telecommunication Union
(ITU). Lembaga ini yang membagi-bagi jatah alokasi frekuensi bagi setiap
negara. Di Indonesia pengaturannya di bawah Kementerian Komunikasi
dan Informatika (Kominfo).
Nama Band
(Jalur)
Tremendously
low frequency
Extremely Low
Frequency
Super Low
Frequency
Ultra Low
Frequency
Singkatan Frekuensi
Panjang
Gelombang
Penggunaan
TLF
< 3Hz
>100.000 km
Natural Electromagnetic
Noise
ELF
3 30 Hz
SLF
30 300 Hz
ULF
300 3.000
Hz
100 1.000 km
Very Low
Frequency
VLF
3 30 kHz
10 100 km
Low Frequency
LF
30300 kHz
1 10 km
Medium
frequency
MF
300 3.000
kHz
100 1.000 m
High Frequency HF
3 30 MHz
10 100 m
Very High
Frequency
VHF
30 300 MHz 1 10 m
Ultra High
Frequency
UHF
300 3.000
MHz
10 100 cm
Super High
Frequency
SHF
3 30 GHz
1 10 cm
10.000
100.000 km
1.000 10.000
km
Extremely High
EHF
Frequency
30 300 GHz 1 10 mm
Tremendously
THF
High Frequency
300 3.000
GHz
0.1 1 mm
Submarines
Submarines
Submarines, mines
Navigation, time signal,
Submarines, heart rate
monitor
Navigation, time signal,
Radio AM (long wave), RFID
Radio AM (medium wave)
Short wave Broadcast,
RFID, radar, Marine and
Mobile radio telephony
Radio FM, Television,
Mobile Communication,
Weather Radio
Television, Microwave
device / communications,
mobile phones, wireless
LAN, Bluetooth, GPS,
FRS/GMRS
Microwave device /
communications, wireless
LAN, radars, Satellites, DBS
High Frequency Microwave,
Radio relay, Microwave
remote sensing
Terahertz Imagin, Molecular
dynamics, spectroscopy,
computing/communication
s, sub-mm remote sensing.
Spektrum Televisi
Karakteristik spectrum frekuensi UHF untuk televisi (470-890MHz)
di antaranya adalah sangat mudah untuk menembus gedung-gedung,
tembok-tembok, dan pepohonan jauh lebih baik daripada sinyal telepon
seluler atau wi-f (yang menggunakan frekuensi 2.4 GHz). Spektrum
televisi mampu menembus jarak lebih dari 10 km tanpa penguatan sama
sekali. Ini artinya jumlah tiang pemancar dan penguat lebih sedikit
dibandingkan dengan teknologi pengiriman data lain untuk mencakup
suatu daerah yang sama luasnya. Sehingga, spectrum televisi sangat
cocok untuk dipergunakan di pelosok daerah dan juga di dalam kota.
Selain untuk siaran televisi, penggunaan yang ideal untuk spektrum ini
misalnya untuk sistem darurat, sistem transportasi intelijen, dan
Internet.vii
Perwakilan dari International Telecommunication Union (ITU) Suvi
Linden mengungkapkan pentingnya proses harmonisasi frekuensi 700
MHz yang dapat membuka akses komunikasi untuk warga miskin di
daerah pedesaan yang belum terjangkau peralatan seluler. viii Harmonisasi
frekuensi itu adalah pemanfaatan frekuensi dari 698 MHz hingga 806 MHz
di wilayah Asia Pasifik. Keuntungan yang diperoleh dari pemanfaatan
frekuensi itu yaitu mengurangi gangguan sinyal di daerah-daerah yang
berbatasan dengan negara lain, menghemat biaya peralatan karena
spesifikasi teknis peralatan yang dipakai sama dengan negara lain di
kawasan, serta membuka potensi bisnis baru dan lapangan pekerjaan
baru.
Contoh penerapan spectrum televisi untuk keperluan ini adalah di
Cape Town, Afrika Selatan. Penerapan Spektrum televisi untuk keperluan
internet bagi warga kebanyakan di wilayah tersebut tercatat membawa
beberapa dampak positif :
1. Sebelum diterapkannya spektrum televisi di Cape Town,
kebanyakan sekolah dengan 800 sampai 1300 pelajar hanya bisa
menggunakan sebuah jalur internet berkecepatan 2 Mbps yang
dipakai bersamaan. Jalur internet ini pelan sekali sehingga hanya
bisa digunakan untuk mengirimkan email. Setelah UHF ini
diterapkan, layanan video youtube dan video conferencing seperti
Skype bisa dijalankan secara langsung dengan bandwidth yang
tersedia
2. Biaya pemasangan spektrum televisi ini hanya sepersepuluh dari
biaya yang dikeluarkan seandainya menggunakan jaringan telepon
seluler 3G.
Dikutip dari artikel berita tanggal 10 Maret 2015 berjudul Digitalisasi Televisi Terancam
Molor di harian Koran Tempo dan diunggah di
http://koran.tempo.co/konten/2015/03/10/367198/Digitalisasi-Televisi-Terancam-Molor
ii
lihatGrant, August. E and Jennifer H. Meadows. 2008. Communication Technology Update and
Fundamentals. 11th edition. USA: Focal Press.
iii
Dikutip dari artikel yang diunggah tanggal 24 Oktober 2014 berjudul Apa Hak Saya atas
Penggunaan Frekuensi oleh Industri TV? dimuat di http://frekuensimilikpublik.org/content.php?
id=1&title=Apa.Hak.Saya.atas.Penggunaan.Frekuensi.oleh.Industri.TV?
vi
ibid
vii
lihatKermeliotis, Teo, 23 Desember 2013, Microsoft beams Internet into Africa -- using TV
'white spaces', artikel berita dimuat di
http://edition.cnn.com/2013/09/23/tech/innovation/microsoft-beams-internet-intoafrica/index.html
viii
ix
lihat Murph, Darren, 19 Agustus 2013, Connecting Cape Town: Inside South Africa's TV
white spaces experiment, artikel berita dimuat di
http://www.engadget.com/2013/08/19/connecting-cape-town-inside-south-africa-tv-whitespaces/
lihatTjahyono, Bambang Heru. 2006. Sistem Jaringan Penyiaran Radio dan Televisi Dimasa
Mendatang. Kajian Teknologi Informasi Komunikasi. Jakarta : Badan Pengkajian dan Penerapan
Teknologi.
xi
Dikutip dari artikel berita tanggal 10 Maret 2015 berjudul Digitalisasi Televisi Terancam
Molor op. cit.
xii
lihatPurwantono, Iwan, 22 Januari 2014, TV Lokal Terancam Digital, artikel berita diunggah di
http://ekonomi.inilah.com/read/detail/2066980/tv-lokal-terancam-digital
xiii
xiv