Anda di halaman 1dari 123

PENGARUH PENGGUNAAN ABU CANGKANG SAWIT SEBAGAI

BAHAN PENGISI TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN ABSORPSI


BETON BUSA (FOAMED CONCRETE)

(Suatu Penelitian Beton Ringan dengan SG 1,2; 1,4; 1,6 dan Faktor Air Semen 0,4)

Suatu Tugas Akhir


Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat
yang Diperlukan untuk Memperoleh
Ijazah Sarjana Teknik

Disusun Oleh:

FAKHRIZAL
NIM

: 1104101010139

Bidang

: Struktur

Jurusan

: Teknik Sipil

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SYIAH KUALA


DARUSSALAM - BANDA ACEH
2015

PRAKATA

Segala puji penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan karuani-Nya sehingga penulisan tugas akhir ini dapat diselesaikan
tepat pada waktunya. Shalawat dan salam penulis hanturkan keharibaan Nabi
besar Muhammad SWA, yang telah menuntun perjalanan kehidupan manusia
menuju alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan.
Tugas akhir ini berjudul Pengaruh Penambahan Abu Cangkang Sawit
terhadap Sifat Mekanis pada Beton Busa (Foamed Concrete) (suatu
Penelitian Beton Ringan dengan SG 1,2; 1,4; 1,6; dan Faktor Air Semen 0,4),
ditulis dalam rangka melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat yang
diperlukan untuk menyelesaikan pendidikan program sarjana (S1) pada jurusan
Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala.
Dalam pelaksanakaan penelitian dan penulisan tugas akhir ini penulis telah
memperoleh bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak terutama Pembimbing
dan Co. Pembimbing. Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih yang amat
tulus kepada Bapak Dr. Ir. Abdullah, M.Sc., sebagai Pembimbing dan Bapak
Dr. Ing. T. Budi Aulia, M.Ing., sebagai Co. Pembimbing.
Selanjutnya, pada kesempatan ini penulis juga menyampaikan terima kasih
kepada:
1. Bapak Dr. Ir. Mirza Irwansyah, MBA., MLA., selaku Dekan Fakultas Teknik
Universitas Syiah Kuala;
2. Bapak Ir. Maimun Rizalihadi, M.Sc.Eng dan Ibu Nurul Malahayati, S.T.,
M.Sc., selaku ketua dan Sekretaris Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Syiah Kuala;
3. Bapak Dr. Ing. T. Budi Aulia, M.Ing dan Bapak Rudiansyah Putra, S.T, M.Si,
selaku Ketua dan Sekretaris Bidang Struktur Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Syiah Kuala;
4. Bapak Khairul Iqbal, S.T, M.T., selaku Pembimbing Akademik serta semua
dosen pada Fakultas Teknik yang telah mendidik, mengajar, dan memberi
dorongan kepada penulis;

iii

5. Dosen pembahas yaitu Ibu Ir. Buraida, M.M., M.T., Bapak Dr. Ir. Muttaqin,
M.T., Bapak Ir. Ali Akoeb, M.Sc., dan Ibu Dr. Eng. Yulia Hayati, S.T.,
M.Eng., yang telah memberikan banyak masukan untuk perbaikan penulisan
ini;
6. Bapak Ketua Laboratorium Konstruksi dan Bahan Bangunan Fakultas Teknik
Dr. Ir. Abdullah, M.Sc. beserta staf dan karyawan Laboratorium Bapak
Anwar, Bapak Razali, Bapak Ridwan, Abang Nesri Hendrifa, S.T, M.T.,
Mahlil, S.T, M.T., dan Muhammad Nasir, A.Md;
7. Yang tercinta Ayahanda Fachruddin Adamy dan Ibunda Cut Elizar serta
adinda tercinta Mutia Rahmi, yang selalu memberikan doa, dorongan dan
pengorbanan untuk keberhasilan penulis;
8. Rekan sepenelitian Delfian Masrura, Nafis dan Adelina Iswanti yang telah
banyak membantu penulis baik materi maupun tenaga dalam menyelesaikan
tugas akhir ini;
9. Sahabat-sahabat Juan Indra, S.T., Nur Fazilla, S.T., Aulia Mirza, A.Md.,
Irwan Ginanjar, serta teman-teman Jurusan Teknik Sipil angkatan 2009, 2010,
dan 2011 yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan tugas
akhir ini;
10. Semua pihak yang tidak tersebut namanya yang telah turut membantu penulis
sehingga mampu menyelesaikan tugas akhir ini.

Semoga Allah SWT memberikan kemuliaan yang setimpal atas jasa-jasa


dari semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan buku tugas
akhir ini. Dengan segala kerendahan hati, penulis mohon maaf atas segala ketidak
sempurnaan dan keterbatasan dalam penyajian buku tugas akhir ini.

Darussalam,

Februari 2015

Penulis,

Fakhrizal
1104101010139

iv

ABSTRAK

Beton busa merupakan salah satu jenis beton ringan dengan bahan penyusun yang
terdiri dari semen, air dan busa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh penggunaan abu cangkang sawit sebagai bahan pengisi terhadap sifat
mekanis dan absorpsi beton busa. Sifat mekanis yang diteliti meliputi kuat tekan,
kuat tarik belah, kuat tarik lentur beton busa dengan Faktor Air Semen (FAS) 0,4.
Benda uji yang digunakan untuk pengujian kuat tekan adalah silinder berdiameter
10 cm; tinggi 20 cm sebanyak 63 buah, untuk pengujian kuat tarik belah adalah
silinder berdiameter 15 cm; tinggi 30 cm sebanyak 21 buah, untuk pengujian kuat
tarik lentur adalah balok berukuran (10 x 10 x 40) cm sebanyak 24 buah, dan
untuk pengujian absorpsi digunakan kubus berukuran (5 x 5 x 5) cm sebanyak 21
buah. Variabel pada penelitian ini meliputi variasi SG (Specific Gravity) yaitu 1,2;
1,4; dan 1,6 dengan persentase abu cangkang sawit sebesar 0%, 10%, dan 20%
untuk SG 1,4; serta persentase 0% dan 20% untuk SG 1,2 dan 1,6. Abu cangkang
sawit yang digunakan berasal dari Pabrik Kelapa Sawit (PKS) PT. Perkebunan
Nusantara I (Persero) Tanjung Seumantoh yang berlokasi di Kabupaten Aceh
Tamiang, dengan berat jenis abu cangkang sawit 1,49 dan berat volume 0,80
kg/ltr. Berdasarkan hasil penelitian, penambahan abu cangkang sawit pada beton
busa dengan persentase tertentu pada SG 1,2; 1,4; dan 1,6 mengalami peningkatan
terhadap sifat mekanis jika dibandingkan dengan beton busa normal. Hasil
pengujian kuat tekan beton busa mengalami peningkatan terbesar pada SG 1,6
sebesar 13,99% (27,09 MPa) dari beton busa normal yaitu 23,77 MPa. Hasil
pengujian kuat tarik belah beton busa mengalami peningkatan terbesar pada SG
1,6 sebesar 10,30% (2,49 MPa) dari beton busa normal yaitu 2,26 MPa. Hasil
pengujian kuat tarik lentur beton busa mengalami peningkatan terbesar pada SG
1,4 sebesar 3,98% (2,30 MPa) dari beton busa normal yaitu 2,22 MPa. Hasil
pengujian absorpsi menunjukkan bahwa semakin tinggi persentase abu cangkang
sawit maka penyerapan air pada beton busa semakin tinggi.
Kata Kunci : Beton Busa, Abu Cangkang Sawit, Sifat Mekanis, Absorpsi

DAFTAR ISI

Nama

Halaman

Lembaran Judul ............................................................................................ i


Pengesahan ................................................................................................... ii
Prakata .......................................................................................................... iii
Abstrak ......................................................................................................... v
Daftar Isi ....................................................................................................... vi
Daftar Lampiran Gambar dan Grafik ............................................................. viii
Daftar Lampiran Tabel .................................................................................. ix
Daftar Lampiran Perhitungan ........................................................................ x

BAB I

PENDAHULUAN ....................................................................... 1

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN...................................................... 4
2.1

Beton Ringan ........................................................................ 4

2.2

Beton Busa ........................................................................... 5

2.3

Abu Cangkang Sawit ........................................................... 6

2.4

Sifat-sifat Fisis Abu Cangkang Sawit .................................... 8


2.4.1 Berat jenis abu cangkang sawit .................................. 8
2.4.2 Berat volume abu cangkang sawit .............................. 9

2.5

Kuat Tekan Beton ................................................................. 9

2.6

Kuat Tarik Belah Beton ........................................................ 11

2.7

Kuat Tarik Lentur Beton ....................................................... 13

2.8

Absorpsi Air pada Beton ....................................................... 14

2.9

Analisis Data ........................................................................ 14

vi

BAB III

METODE PENELITIAN............................................................... 16
3.1

Material ................................................................................ 16

3.2

Peralatan .............................................................................. 17

3.3

Prosedur Pelaksanaan ........................................................... 17


3.3.1 Pekerjaan persiapan ................................................... 17
3.3.2 Pemeriksaan abu cangkang sawit .............................. 18
3.3.3 Perencanaan proporsi campuran beton busa ............... 18
3.3.4 Pembuatan dan perawatan benda uji .......................... 20

3.4

Prosedur Pengujian .............................................................. 22


3.4.1 Pengujian kuat tekan beton busa ............................... 22
3.4.2 Pengujian kuat tarik belah beton busa ....................... 24
3.4.3 Pengujian kuat tarik lentur beton busa ....................... 25
3.4.4 Pengujian absorpsi beton busa ................................... 26

3.5
BAB IV

Analisis Data ........................................................................ 26

HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................... 27


4.1 Pemeriksaan Abu Cangkang Sawit ......................................... 27
4.2 Perencanaan Proporsi Campuran Beton Busa ......................... 28
4.3 Pengecoran Beton Busa ......................................................... 29
4.4 Pengujian Kuat Tekan Beton ................................................. 30
4.4.1 Hubungan tegangan-regangan beton busa ..................... 33
4.5 Pengujian Kuat Tarik Belah Beton Busa ................................ 34
4.6 Pengujian Kuat Tarik Lentur Beton ....................................... 36
4.7 Hubungan Kuat Tekan-Kuat Tarik Belah Beton .................... 37
4.8 Hubungan Kuat Tekan-Kuat Tarik Lentur Beton Busa .......... 39
4.9 Hasil Pengujian Absorpsi Beton Busa ................................... 40
4.10 Seleksi Data ........................................................................... 42
4.11 Pembahasan .......................................................................... 43

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 45

DAFTAR KEPUSTAKAAN .......................................................................... 47


vii

DAFTAR LAMPIRAN GAMBAR DAN GRAFIK

Nama

Halaman

Gambar A.3.1 Bagan Alir Penelitian .............................................................. 49


Gambar A.3.2 Peta Provinsi Aceh .................................................................. 50
Gambar A.3.3 Lokasi Pengambilan Abu Cangkang Sawit .............................. 51
Gambar A.4.1 Grafik Hubungan Tegangan-Regangan Beton Busa dengan
Penambahan Abu Cangkang Sawit .......................................... 52
Gambar A.4.2 Grafik

Hubungan

Berat

Jenis

Beton

Busa

dengan

Penambahan Abu Cangkang Sawit .......................................... 56


Gambar A.4.3 Gambar Peralatan yang Digunakan ......................................... 58
Gambar A.4.4 Gambar Material yang Digunakan........................................... 61
Gambar A.4.5 Gambar Abu Cangkang Sawit yang Digunakan ....................... 62
Gambar A.4.6 Gambar Proses Pengecoran Beton Busa dengan Penambahan
Abu Cangkang Sawit .............................................................. 63
Gambar A.4.7 Gambar Perawatan Benda Uji ................................................. 64
Gambar A.4.8 Gambar Pengujian Kuat Tekan Beton Busa dengan
Penambahan Abu Cangkang sawit .......................................... 65
Gambar A.4.9 Gambar Pengujian Kuat Tarik Belah Beton Busa dengan
Penambahan Abu Cangkang sawit .......................................... 66
Gambar A.4.10 Gambar Pengujian Kuat Tarik Lentur Beton Busa dengan
Penambahan Abu Cangkang sawit .......................................... 67
Gambar A.4.11 Gambar Pengujian Absorpsi Beton Busa dengan Penambahan
Abu Cangkang sawit ............................................................... 68

viii

DAFTAR LAMPIRAN TABEL

Nama

Halaman

Tabel B.4.1 Data Hasil Analisis Kimia Abu Cangkang Sawit ......................... 69
Tabel B.4.2 Data Hasil Pengukuran Flow Test Campuran Beton Busa dengan
Penambahan Abu Cangkang Sawit .............................................. 70
Tabel B.4.3 Data Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton Busa dengan
Penambahan Abu Cangkang Sawit ............................................. 71
Tabel B.4.4 Data Hasil Pengujian Kuat Tarik Belah Beton Busa dengan
Penambahan Abu Cangkang Sawit ............................................. 72
Tabel B.4.5 Data Hasil Pengujian Kuat Tarik Lentur Beton Busa dengan
Penambahan Abu Cangkang Sawit ............................................. 73
Tabel B.4.6 Data Hasil Pengukuran Benda Uji Absorpsi Beton Busa dengan
Penambahan Abu Cangkang Sawit ............................................. 74

ix

DAFTAR LAMPIRAN PERHITUNGAN

Nama

Halaman

Lampiran C.4.1

Hasil Perhitungan Berat Jenis Abu Cangkang Sawit .......... 75

Lampiran C.4.2

Hasil Perhitungan Berat Volume Abu Cangkang Sawit ...... 75

Lampiran C.4.3

Perhitungan Komposisi Campuran Beton Busa dengan


Penambahan Abu Cangkang Sawit .................................... 76

Lampiran C.4.4

Hasil Perhitungan Proporsi Campuran untuk per-m3 Beton


Busa dengan Penambahan Abu Cangkang Sawit ................ 78

Lampiran C.4.5

Hasil Perhitungan Pengujian Kuat Tekan Beton Busa


dengan Penambahan Abu Cangkang Sawit ........................ 79

Lampiran C.4.6

Hasil Perhitungan Pengujian Kuat Tarik Belah Beton Busa


dengan Penambahan Abu Cangkang Sawit ........................ 80

Lampiran C.4.7

Hasil Perhitungan Pengujian Kuat Tarik Lentur Beton


Busa dengan Penambahan Abu Cangkang Sawit ................ 81

Lampiran C.4.8

Hasil

Perhitungan

Absorpsi

Beton

Busa

dengan

Penambahan Abu Cangkang Sawit .................................... 82


Lampiran C.4.9

Hasil Seleksi Statistik Data Pengujian Kuat Tekan Beton


Busa dengan Penambahan Abu Cangkang Sawit ................ 89

Lampiran C.4.10 Hasil Seleksi Statistik Data Pengujian Kuat Tarik Belah
Beton Busa dengan Penambahan Abu Cangkang Sawit ..... 90
Lampiran C.4.11 Hasil Seleksi Statistik Data Pengujian Kuat Tarik Lentur
Beton Busa dengan Penambahan Abu Cangkang Sawit ..... 91
Lampiran C.4.12 Data Hasil Tegangan-Regangan Benda Uji Silinder Beton
Busa dengan Penambahan Abu Cangkang Sawit ................ 92
Lampiran C.4.13 Hasil Perhitungan Modulus Elastisitas Beton Busa dengan
Penambahan Abu Cangkang Sawit .................................... 113

BAB I
PENDAHULUAN

Beton merupakan bahan bangunan yang sangat populer digunakan dalam


dunia jasa konstruksi. Banyak penelitian tentang beton yang sudah dilaksanakan
dan akan terus berlanjut sebagai upaya untuk menjawab tuntutan perkembangan
zaman dan kondisi lingkungan. Diketahui bahwa kekuatan beton banyak
dipengaruhi oleh bahan pembentuknya (air, semen, dan agregat) sehingga kontrol
kualitas dari bahan-bahan tersebut harus diperhatikan dengan seksama agar
diperoleh beton sesuai dengan yang diinginkan. Namun beton memiliki
kekurangan diantaranya adalah perbandingan kekuatan terhadap berat. Untuk
mengurangi berat beton, maka dilakukan suatu penelitian untuk menghasilkan
beton ringan yang memiliki Strength-to-Weight-Ratio yang lebih baik.
Beton ringan merupakan salah satu dari bahan alternatif untuk berbagai
elemen konstruksi pada bangunan gedung, terutama yang non struktural seperti
dinding. Selain itu beton ringan mempunyai karakteristik kekuatan yang cukup
tinggi namun bobot yang dimiliki oleh beton itu sendiri sangat ringan. Banyak
kelebihan dari beton ringan yaitu beban suatu konstruksi menjadi lebih kecil
terutama untuk bangunan gedung bertingkat banyak, mudah dalam hal
pengangkutan dan pemasangan, memiliki tahanan rambatan panas yang baik,
tidak berbahaya terhadap kesehatan, dan ramah lingkungan. Salah satu jenis dari
beton ringan yang diproduksi adalah beton busa yang komposisinya hanya terdiri
dari semen, air, dan busa.
Beton busa merupakan salah satu jenis beton ringan dengan bahan
penyusun yang terdiri dari semen, air dan busa. Penelitian Abdullah (2010)
mengenai sifat mekanis beton busa dengan kepadatan dan kekuatan yang beragam,
yaitu dari spesific gravity (SG) 0,8 1,8 menghasilkan kuat tekan 2 60 MPa.
Penggunaan semen yang relatif banyak merupakan masalah ekonomis
dalam pembuatan beton busa, untuk itu perlu upaya penambahan bahan tertentu

untuk mengurangi pemakaian semen yang merupakan bahan termahal dalam


pembuatan beton.
Perkembangan industri sawit yang terus meningkat berdampak pada
limbah yang dihasilkan. Limbah ini adalah sisa produksi sawit tandan kosong,
sabut dan cangkang sawit. Limbah padat berupa cangkang digunakan sebagai
bahan bakar ketel (boiler) untuk menghasilkan energi mekanik dan panas.
Masalah yang kemudian timbul adalah sisa pembakaran pada ketel berupa abu
cangkang dengan jumlah yang terus meningkat sepanjang tahun yang sampai
sekarang masih kurang termanfaatkan.
Menurut Abdullah (2010), penggunaan bongkahan cangkang sawit dalam
jumlah tertentu memberikan pengaruh positif terhadap pencapaian kuat tekan
beton busa. Umumnya, cangkang sawit segar dimanfaatkan sebagai bahan bakar
boiler. Sisa bakaran ini akan berupa bongkahan karang keras tetapi relatif lebih
ringan dari batuan alami. Bongkahan ini jika dihancurkan akan menjadi butiran
agregat kasar yang lebih keras dibandingkan batu apung.
Pemilihan abu cangkang sawit sebagai campuran semen merupakan salah
satu pengujian yang sangat potensial karena memiliki kadar silika cukup tinggi
yang berfungsi sebagai pengikat antar agregat. Selain itu, pengadaan abu
cangkang sawit yang cukup mudah dan murah sehingga bila ditinjau dari segi
ekonomis akan lebih menguntungkan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan abu
cangkang sawit sebagai bahan pengisi terhadap sifat mekanis dan absorpsi pada
beton busa. Specific Gravity yang digunakan adalah 1,2; 1,4; dan 1,6 dengan
Faktor Air Semen (FAS) 0,4; dengan penambahan konsentrasi abu cangkang
sawit sebanyak 10% dan 20% terhadap berat beton busa. Benda uji yang
digunakan dalam penelitian ini berupa 63 buah benda uji silinder ukuran diameter
10 cm dan tinggi 20 cm untuk pengujian kuat tekan. Benda uji silinder ukuran
diameter 15 cm dan tinggi 30 cm sebanyak 21 buah untuk pengujian kuat tarik
belah. Benda uji balok ukuran 40 cm x 10 cm x 10 cm sebanyak 21 buah untuk
pengujian kuat tarik lentur. Benda uji kubus dengan ukuran 5 cm x 5 cm x 5 cm
sebanyak 21 buah untuk pengujian absorpsi. Abu cangkang sawit yang akan

digunakan pada penelitian ini berasal dari PT. Perkebunan Nusantara I (Persero)
yang berlokasi di Kota Langsa, Kabupaten Aceh Timur. Penelitian ini akan
dilakukan di Laboratorium Konstruksi dan Bahan Bangunan Jurusan Teknik Sipil
Universitas Syiah Kuala.
Hasil pada penelitian ini menunjukkan bahwa penambahan abu cangkang
sawit sebagai bahan pengisi pada beton busa dengan persentase hingga 20% pada
SG 1,2; 1,4 dan 1,6 mengalami peningkatan sifat mekanis beton busa pada kuat
tekan dan kuat tarik lentur dan mengalami peningkatan pada kuat tarik belah jika
dibandingkan dengan beton busa normal. Hasil pengujian kuat tekan beton busa
mengalami peningkatan terbesar pada SG 1,6 sebesar 13,99% (27,09 MPa) dari
beton busa normal yaitu 23,77 MPa. Hasil pengujian kuat tarik belah beton busa
mengalami peningkatan terbesar pada SG 1,6 sebesar 10,30% (2,49 MPa) dari
beton busa normal yaitu 2,26 MPa. Hasil pengujian kuat tarik lentur beton busa
mengalami peningkatan terbesar pada SG 1,4 sebesar 3,98% (2,30 MPa) dari
beton busa normal yaitu 2,22 MPa. Hasil pengujian absorpsi menunjukkan bahwa
semakin tinggi persentase abu cangkang sawit maka penyerapan air pada beton
busa semakin tinggi.

BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN

Pada bab ini akan diuraikan teori yang mendukung penelitian ini. Teori-teori
tersebut dikumpulkan dari berbagai sumber referensi terkait dengan subjek dan tata
cara pengujian dalam penelitian ini.

2.1

Beton Ringan (Lightweight Concrete)

Menurut Nawy (1998 : 32), beton ringan adalah beton yang mempunyai
kekuatan tekan pada umur 28 hari lebih dari 200 psi (1,38 MPa) dan berat volume
kurang dari 115 lb/ft3 (1843 kg/m3). Menurut Murdock dan Brook (1991 : 35), berat
volume sebesar 1850 kg/m3 dapat dianggap sebagai batasan dari beton ringan.
Menurut Neville (1999 : 689), penggolongan kelas beton ringan berdasarkan
berat jenis dan kuat tekan yang harus dipenuhi dapat dibagi tiga yaitu:
a. Beton ringan dengan berat volume rendah (low density concretes) untuk non
struktur dengan berat jenis antara 300 kg/m3 sampai 800 kg/m3 dan kuat tekan
antara 0,35 MPa sampai 7 MPa yang umumnya digunakan seperti untuk
dinding pemisah atau dinding isolasi;
b. Beton ringan dengan kekuatan menengah (moderate strength concretes) untuk
struktur ringan dengan berat jenis 800 kg/m3 sampai 1350 kg/m3 dan kuat tekan
antara 7 MPa sampai 17 MPa yang umumnya digunakan seperti untuk dinding
yang juga memikul beban;
c. Beton ringan struktur (structural lightweight concretes) untuk struktur dengan
berat jenis antara 1350 kg/m3 sampai 1900 kg/m3 dan kuat tekan lebih dari 17
MPa yang dapat digunakan sebagaimana beton normal.

2.2

Beton Busa (Foamed Concrete)

Menurut Mulyono (2004 : 307), berdasarkan berat volumenya beton dapat


dibedakan menjadi tiga, yaitu beton ringan, beton berat dan beton normal. Beton
busa merupakan salah satu jenis beton ringan dengan bahan penyusun yang terdiri
dari semen, air dan gelembung-geembung gas. Perbedaan berat volume salah
satunya disebabkan oleh perbedaan persentase kandungan udara, berupa gelembung
udara (busa) yang menjadikan beton tersebut menjadi ringan.
Menurut Neville (1999 : 708), salah satu cara menghasilkan beton busa
adalah dengan membuat gelembung-gelembung gas/udara dalam campuran mortar
sehingga menghasilkan material yang berstruktur sel-sel dan mengandung rongga
udara dengan ukuran antara 0,1 mm s/d 1,0 mm. Busa yang tersebar secara merata
menjadikan sifat beton lebih baik untuk menghambat panas dan lebih kedap suara.
Menurut Neville (1999 : 708), ada dua metode dasar yang dapat ditempuh
untuk menghasilkan gelembung-gelembung udara dalam beton yaitu sebagai
berikut :
a. Gas concrete, dibuat dengan memasukkan suatu reaksi kimia dalam bentuk
gas/udara ke dalam mortar basah, sehingga ketika bercampur menghasilkan
gelembung-gelembung gas/udara dalam jumlah yang banyak. Cara yang sering
digunakan adalah dengan menambahkan bubuk alumunium kira-kira 0,2% dari
berat semen ke dalam campuran;
b. Foamed concrete, dibuat dengan menambahkan foam agent (cairan busa)
kedalam campuran. Foam agent merupakan salah satu bahan pembuat busa
yang biasanya berasal dari bahan berbasis protein hydrolyzed. Bahan
pembentuk foam agent dapat berupa bahan alami dan buatan. Foam agent
dengan bahan alami berupa protein memiliki berat volume 80 gram/liter
sedangkan bahan buatan berupa synthetic memiliki berat volume 40 gram/liter;

2.3

Abu Cangkang Sawit

Abu cangkang kelapa sawit adalah abu yang telah mengalami proses
penggilingan dari kerak pada proses pembakaran cangkang dan serat buah pada
suhu 500-700C pada dapur tungku boiler yang dimanfaatkan untuk Pembangkit
Listrik Tenaga Uap (PLTU). Dari pembakaran tersebut akan menghasilkan 3 5
ton/minggu kerak boiler (Jamizar, 2013 : 66).
Menurut Abdullah (2010), penggunaan bongkahan cangkang sawit dalam
jumlah tertentu memberikan pengaruh positif terhadap pencapaian kuat tekan beton
busa. Umumnya, cangkang sawit segar dimanfaatkan sebagai bahan bakar boiler.
Sisa bakaran ini akan berupa bongkahan karang keras tetapi relatif lebih ringan dari
batuan alami. Bongkahan ini jika dihancurkan akan menjadi butiran agregat kasar
yang lebih keras dibandingkan batu apung.
Menurut Pordinan, (2008 : 16) Abu kerak boiler cangkang kelapa sawit
merupakan biomas dengan kandungan SiO2 yang potensial dimanfaatkan.
Pembakaran cangkang dan serat buah menghasilkan kerak yang keras berwarna
putih keabuan akibat pembakaran dengan suhu yang tinggi dengan kandungan
silika 89,91%.
Berdasarkan data Pabrik Kelapa Sawit (PKS) PT. Inkud Agritama, Kinali,
Pasaman Barat menunjukkan lebih dari 100 ton/minggu cangkang dan serabut buah
sawit yang dimanfaatkan sebagai bahan bakar Pembangkit Listrik Tenaga Uap
(PLTU). (http://id.wikipedia.org/wiki/kabupaten_Pasaman_Barat).
Menurut Jamizar (2013 : 68), kerak boiler kelapa sawit memiliki massa
yang lebih berat dari pada fly ash (abu terbang) yang keluar dari cerobong asap, dan
kerak boiler ini relatif memiliki pori-pori yang banyak. Pada umumnya kerak ini
digunakan oleh pabrik kelapa sawit sebagai pengeras jalan di sekitar pabrik, adapun
komposisi kimia yang telah di teliti di Lembaga Pusat Penelitian Laboratorium Uji
Mutu Sumatera Utara adalah SiO2, Al2O3 dan Fe2O3, yang mana oksida-oksida
tersebut dapat bereaksi dengan kapur bebas yang dilepaskan semen ketika bereaksi
dengan air.

Adapun komposisi kimia dari abu cangkang kelapa sawit yang telah diuji di
Laboratorium Kimia UTP Malaysia dengan alat SEMEDAX pada 20 kV dapat
dilihat pada Tabel 2.1 dan Tabel 2.2:

Tabel 2.1 Komposisi Kimia Arang Cangkang Kelapa Sawit


Unsur Kimia
Persentase (%)
Silikon Dioksida (SiO2)
30,1
Alumunium Oksida (Al2O3)
2,2
Besi Oksida (Fe2O3)
5,08
Kalsium Oksida (CaO)
14,65
Magnesium Oksida (MgO)
4,9
(sumber : Laboratorium Kimia UTP Malaysia)

Tabel 2.2 Komponen Bahan Utama Penyusun Semen Portland


Unsur Kimia
Persentase (%)
Kalsium Oksida (CaO)
60 - 65
Silikon Dioksida (SiO2)
20 - 25
Alumunium Oksida (Al2O3)
7 - 12
Besi Oksida (Fe2O3)
7 12
(sumber : Mulyono ( 2004:31))

Komposisi kimia yang terkandung dalam abu cangkang sawit (Tabel 2.1)
memiliki kandungan SiO2 yang cukup tinggi dibandingkan dengan komposisi kimia
yang terdapat dalam semen portland (Tabel 2.2).
Menurut Nadia (2010), Bahan additive SiO2 merupakan salah satu senyawa
kimia yang memiliki peranan penting di dalam terjadinya proses hidrasi semen,
yang menyebabkan semen dapat mengeras. Ketika bahan-bahan penyusun beton
telah tercampur menjadi suatu adukan beton, maka terjadi proses hidrasi yaitu
reaksi kimiawi antara air dengan semen dan agregat yang berlangsung dari waktu
ke waktu dan menghasilkan produk berupa calcium silicate hydrate (C-S-H). Hal
tersebut menyebabkan kekerasan beton terus bertambah sejalan dengan waktu.
Kandungan SiO2 akan mengurangi penggunaan semen dan menambah kuat
tekan beton. Reaksi pengikatan kapur bebas dalam beton dengan SiO2 secara
sederhana dapat digambarkan sebagai berikut:
Ca(OH)2 + 2SiO2 + H2O
(kapur bebas)

(silika)

(air)

3CaO.2SiO2.3H2O
(C-S-H) Mengeras

Menurut Nugraha (2007 : 30), semen portland memiliki beberapa senyawa


kimia yaitu Trikalsium Silikat (C3S), Dikalsium Silikat (C2S), Trikalsium Aluminat
(C3A), dan Tetrakalsium Aluminoferrit (C4AF). Senyawa kimia di dalam semen
akan bereaksi dengan air dan membentuk komponen baru, yang disebut proses
hidrasi.

2.4

Sifat-sifat Fisis Abu Cangkang Sawit

Pemeriksaan sifat-sifat fisis abu cangkang sawit bertujuan untuk


menentukan bahwa abu cangkang sawit yang akan digunan sebagai material
campuran beton memenuhi persyaratan yang ditetapkan. Adapun pengujian sifat
fisis yang dilakukan adalah berat jenis dan berat volume abu cangkang sawit.

2.4.1 Berat jenis abu cangkang sawit

Menurut Anonim (2004 : 68), berat jenis abu cangkang sawit adalah rasio
kepadatan material terhadap kepadatan air pada suhu yang tetap. Berat jenis
dikelompokkan kedalam dua keadaan yaitu keadaan kering air permukaan dan
keadaan kering oven.
Berat jenis abu cangkang sawit jenuh air kering permukaan (saturated
surface dry) menurut Anonim (2004) dihitung dengan Persamaan 2.1:

Sg( sad)

B
................................................................................... (2.1)
B C

Keterangan:
Sg (sad) = berat jenis abu cangkang sawit jenuh air kering permukaan;
B

= berat abu cangkang sawit jenuh air kering permukaan (gr);

= berat abu cangkang sawit jenuh air kering permukaan dalam air (gr).

Berat jenis abu cangkang sawit kering oven (oven dry) menurut Anonim
(2004) dihitung dengan persamaan 2.2:

Sg(sad)

A
................................................................................... (2.2)
BC

Keterangan:
Sg (sad) = berat jenis abu cangkang sawit jenuh air kering permukaan;
A

= berat abu cangkang sawit jenuh air kering permukaan (gr);

= berat abu cangkang sawit kering oven (gr); dan

= berat abu cangkang sawit jenuh air kering permukaan dalam air (gr).

2.4.2 Berat volume abu cangkang sawit

Berat volume agregat adalah berat dari volume agregat yang termasuk
volume dari setiap partikel dan volume rongga diantara partikel-pertikel tersebut,
dinyatakan kg/m3 (Anonim, 2004 : 1). Rumus yang digunakan untuk menghitung
berat volume menurut Anonim (2004) sesuai Persamaan 2.3:
M

(G T )
....................................................................................... (2.3)
V

Keterangan:
M = berat volume bahan pengisi (kg/m3);

2.5

= berat wadah berisi bahan pengisi hasil pemadata standar (kg);

= berat wadah (kg); dan

= volume wadah (m3).

Kuat Tekan Beton

Kuat tekan beton mengidentifikasikan mutu dari sebuah struktur. Semakin


tinggi tingkat kekuatan struktur yang dikehendaki, semakin tinggi pula mutu beton
yang dihasilkan. Faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan tekan beton adalah
proporsi bahan penyusunnya, metode perancangan, perawatan, dan keadaan pada
saat pengecoran dilaksanakan (Mulyono, 2004 : 139).
Nilai kuat tekan beton didapatkan melalui tata cara pengujian standar,
menggunakan mesin uji dengan cara memberikan beban tekan bertingkat dengan

10

kecepatan peningkatan beban tertentu atas benda uji selinder beton sampai hancur.
Tata cara pengujian umumnya dipakai standar American Society for Testing and
Materials (ASTM) C39. Kuat tekan masing-masing benda uji ditentukan oleh
tegangan tekan tertinggi (fc) yang dicapai benda uji pada umur 28 hari akibat beban
tekan selama percobaan (Dipohusodo, 1999 : 7).
Kuat tekan yang timbul menurut Amri (2005 : 162) dapat dihitung dengan
menggunakan Persamaan 2.4:
f 'c

P
............................................................................................ (2.4)
A

keterangan :
fc = kuat tekan silinder beton (N/mm2);
P

= beban tekan maksimum (N); dan

= luas penampang benda uji (mm2).

Menurut Mulyono (2004 : 137), kekuatan tekan beton akan bertambah


dengan naiknya umur beton. Kekuatan beton akan naik secara cepat sampai umur
28 hari, tetapi setelah itu kenaikannya akan kecil.
Menurut hasil penelitian Saputra (2010 : 34), nilai kuat tekan beton busa
normal dengan FAS 0,4 pada umur 28 hari untuk SG 1,2 adalah 78,74 kg/cm2; untuk
SG 1,4 adalah 115,86 kg/cm2 dan untuk SG 1,6 adalah 176,98 kg/cm2.
Besarnya regangan yang terjadi menurut Gere dan Timoshenko (1997 :11),
dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan 2.5:

L
............................................................................................ (2.5)
L

keterangan :

= regangan;

L = besarnya perpendekan yang terjadi (mm); dan


L

= panjang pengamatan mula-mula (mm).

11

fc
0,15 fc

Tegangan

linear

Ec tan

0,0038

Regangan ()

Gambar 2.1 Kurva Hubungan Tegangan-Regangan Beton Normal


Sumber : Park dan Paulay (1975 : 13)
Pada Gambar 2.1 diperlihatkan kurva hubungan tegangan-regangan beton
normal. Park dan Paulay (1975 : 13) menyatakan bahwa kurva hubungan teganganregangan beton sampai dengan pada saat setengah dari kuat tekan beton maksimum
hampir mendekati garis lurus. Besarnya nilai regangan maksimum dengan nilai
tegangan 0,85 fc dari grafik hubungan tegangan-regangan beton adalah 0,0038.
Menurut Wang dan Salmon (1993 : 14), modulus elastisitas (Ec) dihitung pada saat
tegangan mencapai 25% sampai 50% dari kuat tekan (fc) beton.
Untuk SI, dengan wc dalam kg/m3 dan Ec dan fc dalam MPa,
1,5

Ec 0,043 wc

2.6

f ' c ......................................................................... (2.6)

Kuat Tarik Belah Beton

Menurut Dipohusodo (1999 : 1), nilai kuat tekan beton relatif tinggi
dibandingkan dengan kuat tariknya dan beton merupakan bahan bersifat getas. Nilai
kuat tariknya hanya berkisar 9% - 15% saja dari kuat tekannya. Amri (2005 : 164)
menyatakan pelaksanaan uji tarik secara langsung pada beton sukar untuk

12

dilaksanakan, tidak seperti halnya pada bahan baja. Untuk itu dilakukan pengujian
secara tidak langsung yang dikenal dengan pengujian kuat tarik belah. Dipohusodo
(1999 : 10) menyatakan kuat tarik bahan beton ditentukan melalui pengujian kuat
tarik belah yang umumnya memberikan hasil yang lebih baik dan lebih
mencerminkan kuat tarik yang sebenarnya.
Menurut Anonim C496 (2004 : 283), kekuatan tarik biasanya ditentukan
dengan menggunakan percobaan pembebanan silinder (the split-cylinder) dimana
benda uji silinder beton yang diletakkan pada arah memanjang di atas alat penguji
kemudian beban tekan diberikan merata arah tegak dari atas pada seluruh panjang
silinder. Apabila kuat tarik terlampaui, benda uji terbelah menjadi dua bagian dari
ujung ke ujung.
Kuat tarik belah beton pada umumnya mempunyai kekuatan berkisar antara
1/8 sampai 1/12 kali kekuatan tekan beton. Tegangan tarik yang timbul dapat
dihitung dengan menggunakan Persamaan 2.7 (Dipohusodo, 1999 : 10) :
ft

2.P
....................................................................................... (2.7)
.L.D

keterangan :
ft

= kuat tarik belah (N/mm2);

= beban pada waktu belah (N);

= panjang benda uji silinder (mm);

= diameter benda uji silinder (mm).

Tabel 2.3 Harga Kuat Tarik terhadap Kuat Tekan Beton


Pengujian

Beton Normal

Beton Ringan

Kuat Tarik Langsung (f)

0,25

f 'c

s/d 0,42

f 'c

(MPa)

0,17

f 'c

s/d 0,25

f 'c

(MPa)

Kuat Tarik Belah (ft)

0,50

f 'c

s/d 0,67

f 'c

(MPa)

0,33

f 'c

s/d 0,50

f 'c

(MPa)

Modulus Retak (fr)

0,67

f 'c

s/d 1,02

f 'c

(MPa)

0,50

f 'c

s/d 0,67

f 'c

(MPa)

(sumber: Nilson dan Winter (1986 : 41))

13

2.7

Kuat Tarik Lentur Beton

Menurut Dipohusodo (1999 : 10), kuat lentur beton adalah tegangan tarik
lentur beton yang timbul pada pengujian hancur balok beton polos tanpa tulangan.
Menurut Anonim C78 (2004 : 36), kuat tarik lentur penting di dalam menentukan
retak dan lendutan beton, balok yang diletakkan di atas dua tumpuan dan diberi dua
beban terpusat yang sama besarnya. Beban yang diambil untuk menentukan tarik
lentur balok adalah beban maksimum yang dapat dipikul balok hingga balok runtuh.
Amri (2005 : 166) menyatakan kuat lentur beton biasanya mempunyai nilai
1,5 kali kuat tarik belah beton. kuat tarik lentur beton dapat dihitung dengan
persamaan berikut (Dipohusodo, 1994 : 15) :
fr

M.C
......................................................................................... (2.8)
I

keterangan :
fr = kuat tarik lentur balok (N/mm2);
M = momen yang terjadi (N.mm);
C = jarak serat terluar terhadap garis netral (mm);
I = momen inersia (mm4).

Gambar 2.2 Pembebanan dua titik


Sumber :
Anonim (2004)
untuk pembebanan dua titik seperti pada Gambar 2.2, dimana M = 1/6PL,
C = h/2, dan I = 1/12bh3, maka persamaan kuat tarik lentur menjadi:
fr

P.L
......................................................................................... (2.9)
b.h 2

14

keterangan :
P
L
b
h
2.8

=
=
=
=

beban yang bekerja (N);


panjang bentang balok (mm);
lebar balok (mm);
tinggi balok (mm).

Absorpsi Air pada Beton

Pengujian absorpsi air (water absorption) pada beton merujuk kepada


ASTM C 642, dilakukan dengan menggunakan benda uji beton berbentuk kubus
dengan ukuran panjang, lebar, dan tinggi 5 cm. Tes ini dilakukan saat beton
berumur 28 hari yang dimaksudkan untuk mengetahui nilai absorpsi air pada beton
umur standar. Nilai absopsi air pada beton tersebut dapat dicari dengan
menggunakan Persamaan 2.10.
% water absorption

Vw Vd
100 % .......................................... (2.10)
Vd

keterangan :
Vw = berat sampel basah (gram),
Vd = berat sampel kering (gram).

Menurut Bungey (1989) yang dikutip oleh Ronald dan Marcell (2011), nilai
water absorption beton dapat dikategorikan menjadi tiga, yaitu :
1. Low absorption : < 3%;
2. Average absorption : 3 5%;
3. High absorption : > 5%

2.9

Analisis Data

Anonim (1971 : 39) menguraikan bahwa, mutu pelaksanaan suatu penelitian


dapat dilihat dari penyebaran nilai-nilai hasil pemeriksaan. Baik tidaknya
penyebaran yang diperoleh tersebut dapat dilihat dari simpangan baku (standar
deviasi). Semakin kecil standar deviasi yang timbul, maka akan baik pula mutu

15

pelaksanaan penelitian. Besarnya standar deviasi dihitung dengan menggunakan


Persamaan 2.7.
2

x x
i

i 1

n 1

............................................................................ (2.11)

i 1

....................................................................................... (2.12)

keterangan:
S = standar deviasi dari benda uji;
xi = besarnya data ke-i (N/mm2);

x
n

= nilai rata-rata dari benda uji (N/mm2); dan


= jumlah benda uji
Mulyono (2004 : 262) mengemukakan bahwa, standar deviasi adalah

identifikasi penyimpangan yang terjadi dalam kelompok data. Menurut Troxell


(1968 : 401), Cv adalah koefisien ragam sampel, yang dapat dihitung dengan
menggunakan Persamaan 2.9.
Cv

S
X

100% .............................................................................. (2.13)

keterangan:
Cv = koefisien ragam sampel (%);
S = deviasi standar benda uji (N/mm2); dan

= data rata-rata (N/mm2).


Klasifikasi mutu pelaksanaan untuk pekerjaan penelitian di laboratorium

menurut Troxell (1968 : 402) adalah:

Cv < 5%

sangat baik;

5% < Cv < 7%

baik;

7% < Cv < 10% sedang; dan

Cv > 10%

kurang baik.

16

BAB III
METODE PENELITIAN

Penelitian ini dimulai dengan studi literatur, penyiapan peralatan dan


material, rancangan campuran, pembuatan benda uji, perawatan benda uji,
pengujian benda uji, analisis data. Prosedur penelitian secara lengkap dapat dilihat
pada bagan alir Lampiran A.3.1 halaman 49.

3.1

Material

Material yang akan digunakan pada penelitian ini adalah:


1. Semen portland;
2. Air;
3. Foam agent; dan
4. Abu cangkang sawit.
Semen yang digunakan adalah semen portland tipe I yang diproduksi oleh
PT. Lafarge Semen Indonesia. Untuk pemeriksaan dilakukan secara visual terhadap
kantong pembungkus, dan pemeriksaan kegemburan, kehalusan serta warna semen
portland tersebut. Sedangkan pemeriksaan sifat fisis tidak dilakukan lagi karena
telah memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI) No. 03-2847-2002.
Air yang digunakan pada penelitian ini adalah air yang berasal dari
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Daroy Banda Aceh yang tersedia di
Laboratorium Konstruksi dan Bahan Bangunan Jurusan Teknik Sipil Fakultas
Teknik Universitas Syiah Kuala yang telah memenuhi syarat sebagai air pencampur
beton sesuai dengan SNI No. 03-2847-2002.
Foam agent yang digunakan berasal dari busa sintetik yang telah diolah
dengan menggunakan bahan kimia untuk menghasilkan busa sehingga dapat
digunakan sebagai pengisi campuran beton. Admixture yang digunakan adalah
superplasticizer (SP).

16

17

Abu cangkang sawit yang digunakan pada penelitian ini berasal dari Pabrik
Kelapa Sawit (PKS) PT. Perkebunan Nusantara I (Persero) Tanjung Seumantoh
yang berlokasi di Kabupaten Aceh Tamiang. Abu cangkang sawit yang digunakan
harus dibersihkan terlebih dahulu. Kemudian dilakukan pemeriksaan terhadap sifat
fisis abu cangkang sawit yaitu pengukuran berat jenis dan modulus kehalusan
secara manual di Laboratorium Konstruksi dan Bahan Bangunan Jurusan Teknik
Sipil Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala. Selain itu, diuji sifat kimia abu
cangkang sawit di Laboratorium Pengujian Balai Riset dan Standarisasi Industri di
Banda Aceh.

3.2

Peralatan

Peralatan yang digunakan pada penelitian ini adalah mesin pembebanan


tekan berkapasitas 100 ton, cetakan silinder berdiameter 10 cm dan tinggi 20 cm,
cetakan silinder berdiameter 15 cm dan tinggi 30 cm, cetakan balok ukuran 10 cm
x 10 cm x 40 cm, timbangan dengan berbagai kapasitas, gelas ukur, saringan,
pengaduk beton (molen) berkapasitas 0,3 m3, foam generator, compressor,
compresso meter, portable data logger, alat pengukuran flow test, mesin pemotong
beton, dan peralatan penunjang lainnya.

3.3

Prosedur Pelaksanaan

Prosedur pelaksanaan meliputi pekerjaan persiapan, pemeriksaan sifat-sifat


fisis abu cangkang sawit, perencanaan proporsi campuran beton busa, pembuatan
dan perawatan benda uji.

3.3.1

Pekerjaan persiapan

Pekerjaan persiapan meliputi perencanaan campuran beton busa, pengadaan


material, pemeriksaan material dan pembersihan cetakan benda uji.

18

3.3.2

Pemeriksaan abu cangkang sawit

Abu cangkang sawit yang digunakan pada penelitian ini berasal dari

PKS

PT. Perkebunan Nusantara I (Persero) Tanjung Seumantoh, yang berlokasi di


Kabupaten Aceh Tamiang. Pemeriksaan abu cangkang sawit meliputi pengukuran
specific gravity, bulk density, dan pemeriksaan sifat kimia di Laboratorium Penguji
Balai Riset dan Standarisasi Industri Banda Aceh.
Abu cangkang sawit dibersihkan secara visual terhadap sampah dan
kandungan bahan organik lainnya, kemudian dilakukan pengukuran berat jenis.
Pengukuran berat jenis bertujuan untuk menentukan penggunaan abu cangkang
sawit ke dalam adukan beton busa dan penentuan jumlah/volume busa.

3.3.3

Perencanaan proporsi campuran beton busa


Perencanaan proporsi campuran untuk benda uji pada penelitian ini

didasarkan pada presentase abu cangkang sawit dan target SG beton busa yang
direncanakan yaitu 1,2; 1,4; dan 1,6; dengan FAS 0,4. Variasi dan jumlah benda uji
dapat dilihat pada Tabel 3.1, 3.2, 3.3 dan 3.4 berikut ini :

Tabel 3.1 Variasi dan Jumlah Benda Uji untuk Pengujian Kuat Tarik Belah
Spesific Gravity
(SG)

Umur
(hari)

1,2

28

1,4

28

1,6

28
Jumlah

Persentase Abu cangkang Sawit


(%)
0
B1131
B1132
B1133
B2131
B2132
B2133
B3131
B3132
B3133
9

10

B2231
B2232
B2233

Jumlah

20
B1331
B1332
B1333
B2331
B2332
B2333
B3331
B3332
B3333
9

6
21

19

Tabel 3.2 Variasi dan Jumlah Benda Uji untuk Pengujian Kuat Tekan
Spesific Gravity
(SG)

Umur
(hari)
7

1,2

14

28

1,4

14

28

1,6

14

28
Jumlah

Persentase Abu cangkang Sawit (%)


0
K1111
K1112
K1113
K1121
K1122
K1123
K1131
K1132
K1133
K2111
K2112
K2113
K2121
K2122
K2123
K2131
K2132
K2133
K3111
K3112
K3113
K3121
K3122
K3123
K3131
K3132
K3133
27

10

K2211
K2212
K2213
K2221
K2222
K2223
K2231
K2232
K2233

20
K1311
K1312
K1313
K1321
K1322
K1323
K1331
K1332
K1333
K2311
K2312
K2313
K2321
K2322
K2323
K2331
K2332
K2333
K3311
K3312
K3313
K3321
K3322
K3323
K3331
K3332
K3333
27

Jumlah

6
63

Tabel 3.3 Variasi dan Jumlah Benda Uji untuk Pengujian Kuat Tarik Lentur
Spesific Gravity
(SG)

Umur
(hari)

1,2

28

1,4

28

1,6

28

Jumlah

Persentase Abu cangkang Sawit (%)


0
10
20
L1131
L1331
L1132
L1332
L1133
L1333
L2131
L2231
L2331
L2132
L2232
L2332
L2133
L2233
L2333
L3131
L3331
L3132
L3332
L3133
L3333
9
3
9

Jumlah
6

6
21

20

Tabel 3.4 Variasi dan Jumlah Benda Uji untuk Pengujian Absorpsi
Spesific Gravity
(SG)

Umur
(hari)

1,2

28

1,4

28

1,6

28
Jumlah

Persentase Abu cangkang Sawit (%)


0
A1131
A1132
A1133
A2131
A2132
A2133
A3131
A3132
A3133
9

10

A2231
A2232
A2233

20
A1331
A1332
A1333
A2331
A2332
A2333
A3331
A3332
A3333
9

Jumlah

6
21

Untuk SG 1,4 ditambahkan abu cangkang sawit sebanyak 0%; 10%; dan
20% terhadap berat semen. Sedangkan untuk SG yang lain (1,2 dan 1,6) tidak
dilakukan penambahan 10%, karena jumlah material yang diubah hanya terhadap
persen semen dan mengikuti pola yang sama dengan SG 1,4. Beberapa penelitian
sebelumnya menunjukkan bahwa penambahan bahan pozolanik secara umum telah
digunakan dalam jumlah mulai dari 10 hingga 30% dari berat semen.
Perencanaan porporsi campuran dihitung dengan metode trial and error.
Perhitungan dilakukan dengan merencanakan berat jenis beton busa, FAS, dan
persentase abu cangkang sawit terhadap berat semen. Contoh perhitungan porporsi
campuran dapat dilihat pada Lampiran C.4.3 halaman 76.

3.3.4

Pembuatan dan perawatan benda uji

Pekerjaan pengecoran dilakukan berdasarkan proporsi campuran yang telah


direncanakan. Material yang telah disiapkan ditimbang sesuai komposisi campuran
pada perencanaan. Bagian dalam cetakan benda uji diolesi oli agar benda uji
nantinya mudah dilepaskan setelah kering.
Sebelum bahan pembentuk beton busa dimasukkan ke dalam molen, sisi
dalam molen dibasahi terlebih dahulu agar tidak menyerap air pada campuran beton.
kemudian molen dihidupkan sambil memasukkan air, semen dan abu cangkang

21

sawit. Setelah air, semen, dan abu cangkang sawit tercampur secara merata molen
dihentikan sebentar kemudian campuran diambil untuk dilakukan pengukuran flow
test. Nilai flow test yang baik adalah > 20 cm, untuk mendapatkan nilai flow test
tersebut ditambahkan superplasticizer (berkisar 1 sampai 3% dari berat semen yang
diperlukan) ke dalam campuran tersebut. Kemudian dimasukkan busa (foam) yang
telah diukur sesuai dengan kebutuhan berat jenis yang direncanakan. Busa tersebut
berasal dari foam agent yang terlebih dahulu dicampur dengan air pada konsentrasi
1:30. Selanjutnya, menggunakan generator busa (foam generator), cairan foam
agent yang sudah dicampur tersebut dijadikan busa dengan diameter berkisar 0,1
s/d 1 mm. Setelah campuran beton busa tersebut tercampur merata, kemudian
ditimbang berat volume dalam 1 liter sebagai kontrol berat volume dari campuran
beton busa sesuai dengan yang direncanakan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada skema pembuatan beton busa pada Gambar 3.1.

Air

Foam agent

Kompresor

Semen

Air

Generator busa

Busa

Abu Cangkang Sawit

Pasta Semen

Beton Busa dengan Campuran Abu Cangkang Sawit

Gambar 3.1 Proses Pembuatan Beton Busa

Setelah terbentuk beton busa dengan campuran abu cangkang sawit


kemudian campuran diambil untuk diuji workabilitas (kemudahan kerja), dengan
menuangkan campuran ke dalam alat uji flow test. Selanjutnya alat uji diangkat ke

22

atas secara vertikal. Besarnya diameter aliran campuran yang terjadi diukur,
kemudian campuran tersebut disimpan dan ditutup untuk digunakan kembali pada
pengujian berikutnya sampai 60 menit dengan interval waktu tiap 15 menit.
Pembuatan benda uji akan dilakukan dengan mengisi adukan beton busa ke
dalam masing-masing cetakan yang telah disiapkan sebelumnya. Cetakan diisi
campuran sampai penuh dan diketuk dengan palu karet agar padat. Setelah benda
uji berumur 3 jam, permukaan benda uji diratakan dan kemudian dilapisi pasta
semen (capping) dengan FAS 0,29. Cetakan dibuka setelah benda uji berumur 24
jam kemudian diberi nomor/kode sesuai dengan yang direncanakan.
Perawatan beton busa akan dilakukan sesuai dengan SNI 03-3402-1994
tentang Metode Pengujian Berat Isi Beton Ringan Struktural, dengan merendam
selama 6 hari pada temperatur 16C sampai 27C dan kemudian dikeringkan pada
suhu ruangan tanpa terkena cahaya matahari secara langsung.

3.4

Prosedur Pengujian

Prosedur pengujian meliputi pengujian kuat tekan beton busa, pengujian


kuat tarik belah, pengujian kuat tarik lentur dan pengujian absorpsi beton busa.

3.4.1 Pengujian kuat tekan beton busa

Metode yang digunakan untuk pengujian tekan beton adalah metode ASTM
C.39. Pengujian akan dilakukan pada saat benda uji berumur 7 hari, 14 hari dan 28
hari dengan ukuran benda uji silinder diameter 10 cm dan tinggi 20 cm. Pengujian
ini bertujuan untuk mengetahui kuat tekan beton busa. Sebelumnya benda uji
dirawat dengan merendam selama 6 hari dan dikeringkan sehari sebelum dilakukan
pengujian. Sebelum pengujian, benda uji diukur dimensi dan ditimbang beratnya.

23

Compressometer
Benda uji
Data Logger
DATA LOGGER

Gambar 3.2 Set up pengujian kuat tekan

Pengujian dilakukan dengan menggunakan mesin pembebanan tekan.


Benda uji yang telah diletakkan diantara dua plat pembebanan. Pengujian kuat
tekan ini dilakukan dengan memberikan beban arah vertikal atau sejajar dengan
tinggi silinder secara perlahan-lahan hingga benda uji hancur (seperti terlihat pada
Gambar 3.2). Data beban ini kemudian digunakan untuk mengetahui hubungan kuat
tekan benda uji silinder terhadap umur dan berat volume beton busa.
Selama proses pembebanan, lendutan benda uji setiap penambahan beban
sampai benda uji hancur. Untuk medeteksi regangan aksial pada setiap penambahan
beban, pada compresso meter terpasang transducer guna mengukur perpendekan
benda uji. Data lendutan yang timbul dibaca oleh data logger dan diprint untuk
setiap interval 1 ton hingga mencapai beban maksimum (retak atau hancurnya
benda uji). Pembacaan data perpendekan dengan menggunakan transducer
dilakukan secara otomatis oleh mesin pencatat digital. Pembacaan maksimum
dilakukan pada saat turunnya angka pembebanan atau diikuti dengan retak dan
hancurnya benda uji.
Pengujian kuat tekan ini juga dilakukan sesuai dengan SNI 03-1974-1990
tentang Metode Pengujian Kuat Tekan Beton, dengan meletakkan benda uji pada
mesin tekan secara sentris. Kemudian mesin tekan dijalankan dengan pembebanan
konstan (berkisar antara 2 4 kg/cm2 per detik) sampai benda uji hancur dan dicatat

24

beban maksimum yang terjadi. Keadaan benda uji setelah pembebanan dicatat dan
digambarkan jenis pecahnya.

3.4.2 Pengujian Kuat Tarik Belah Beton Busa

Pengujian kuat tarik lentur balok dilakukan untuk mengetahui kapasitas kuat
tarik belah beton busa yang berhubungan dengan retak awal. Pengujian kuat tarik
belah beton dilakukan pada saat benda uji berumur 28 hari dengan ukuran benda uji
silinder berdiameter 15 cm dan tinggi 30 cm. Metode yang digunakan untuk
pengujian kuat tekan beton adalah metode ASTM C.496. Sebelumnya benda uji
dirawat dengan merendam selama 6 hari dan dikeringkan selama 21 hari. Set up
pengujian kuat tarik belah beton pada benda uji silinder diperlihatkan pada Gambar
3.3.

Plywood

Benda uji

Gambar 3.3 Set up pengujian kuat tarik belah

Langkah-langkah pengujian kuat tarik belah adalah sebagai berikut:


a. gambarkan garis diameter pada setiap ujung silinder dengan menggunakan
peralatan bantu yang sesuai sehingga dapat dipastikan bahwa kedua garis
diameter tadi berada pada aksial yang sama;

25

b. lakukan pengukuran benda uji terhadap diameter dan tinggi benda uji;
c. letakkan salah satu bantalan kayu lapis (plywood) di atas pelat bagian bawah
mesin pembebanan dan letakkan benda uji di atas bantalan tepat pada bagian
tengah bantalan;
d. letakkan bantalan lainnya di atas benda uji tepat pada garis diameter yang telah
dibuat;
e. secara perlahan turunkan pelat dari mesin pembebanan hingga menyentuh
bantalan plywood;
f. lakukan pembebanan secara konstan, catat beban kehancuran, tipe kehancuran,
dan tampak dari bidang keretakan beton.

3.4.3 Pengujian Kuat Tarik Lentur Beton Busa

Pengujian kuat tarik lentur balok dilakukan untuk mengetahui kapasitas kuat
tarik lentur beton busa yang berhubungan dengan retak awal. Pengujian kuat tarik
lentur beton dilakukan pada saat benda uji berumur 28 hari dengan benda uji balok
berukuran (10 10 40) cm dengan beban terpusat di atas balok pada dua titik.
Metode yang digunakan untuk pengujian kuat tarik belah beton adalah metode
ASTM C.78. Sebelumnya benda uji dirawat dengan merendam selama 6 hari dan
dikeringkan selama 21 hari. Sebelum pengujian benda uji diukur dimensi dan
ditimbang beratnya.
Bola baja
(rol)
Batang baja (sendi)
Penekan bagian atas
1 in min.

1 in min.

d=L/3

Benda uji

Batang baja (sendi)


Penekan bagian
bawah

Bola baja
(rol)
1/3L

1/3L
L

Gambar 3.4 Set up pengujian kuat tarik. lentur

1/3L

26

Benda uji balok yang telah dipersiapkan diletakkan di atas dua tumpuan
yang berjauhan dengan panjang teoritis 30 cm. Pembebanan dilakukan dengan
memberikan dua beban terpusat sama besar (seperti terlihat pada Gambar 3.4).
Beban diberikan secara perlahan hingga balok runtuh. Pembacaan beban
maksimum dilakukan pada saat turunnya angka pembebanan dan diikuti dengan
terbelahnya benda uji. Hasil pemebebanan tersebut digunakan untuk memperoleh
nilai kuat tarik belah dengan menggunakan Persamaan 2.9, halaman 13.

3.4.4 Pengujian Absorpsi Beton Busa

Pengujian absorpsi dilakukan untuk mengetahui tingkat penyerapan air pada


beton busa. Pengujian absorpsi dilakukan pada saat benda uji berumur 28 hari.
Dimana sebelumnya benda uji dirawat dengan merendam selama 6 hari dan
dikeringkan selama 21 hari. Benda uji dipotong menjadi bentuk kubus dengan
ukuran 5 cm x 5 cm x 5 cm.
Benda uji yang sudah dipotong dimasukkan ke dalam oven selama 24 jam
dengan suhu 105C. kemudian ditimbang beratnya dan diukur dimensinya (panjang,
lebar dan tingginya) untuk mengetahui berat jenisnya. Benda uji yang sudah kering
oven direndam ke dalam air.
Pada pengujian ini, waktu perendaman berubah-ubah. Untuk setiap variabel
waktu, benda uji tersebut diangkat dan permukaannya dilap, lalu ditimbang dan
dicatat beratnya. Kemudian benda uji direndam kembali dengan variabel waktu
selanjutnya sampai berat benda uji konstan. Nilai absorpsi air pada beton tersebut
dicari menggunakan Persamaan 2.10, halaman 14.

3.5

Analisis Data

Data hasil pengujian kuat tekan, kuat tarik belah, dan kuat tarik lentur
dianalisis dengan menggunakan metode seleksi data sesuai dengan yang dijelaskan
pada sub bab 2.9 halaman 14.

27

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini disajikan pengolahan data hasil penelitian serta


pembahasannya. Data yang disajikan meliputi hasil pemeriksaan sifat fisis abu
cangkang sawit, hasil perencanaan proporsi campuran beton busa, hasil
pengecoran beton busa, hasil pengujian kuat tekan beton busa, hasil pengujian
kuat tarik belah beton busa, hasil pengujian kuat tarik lentur beton busa, hasil
pengujian absorpsi beton busa, dan hasil analisis data.

4.1

Pemeriksaan Abu Cangkang Sawit

Abu cangkang sawit yang digunakan pada penelitian ini berasal dari PKS
PT. Perkebunan Nusantara I (Persero) Tanjung Seumantoh yang berlokasi di
Kabupaten Aceh Tamiang. Hasil dari pemeriksaan komposisi kimia dari abu
cangkang sawit yang digunakan dapat diperlihatkan pada Lampiran B.4.1
halaman 69 dan pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Pemeriksaan Komposisi Kimia Abu Cangkang Sawit


Hasil Uji
No
Parameter Uji
Abu Cangkang Sawit
(%)
1
S i O2
34,11
2
Al2O3
3,57
3
Fe2O3
2,06
4
SO3
0,20
Sumber : Laboratorium Penguji Balai Riset dan Standarisasi Industri Banda Aceh,

Pemeriksaan sifat fisis abu cangkang sawit meliputi pemeriksaan specific


gravity, dan bulk density. Hasil pemeriksaan sifat fisis abu cangkang sawit
diperlihatkan pada Tabel 4.2.

27

28

Tabel 4.2 Pemeriksaan Sifat Fisis Abu Cangkang Sawit


Pemeriksaan Sifat Fisis
Hasil Penelitian
Berat Jenis (specific gravity)
1,49
Berat Volume (Bulk Density)
0,80 kg/ltr
Hasil perhitungan berat jenis dan berat volume abu cangkang sawit
diperlihatkan pada Lampiran C.4.1 dan Lampiran C.4.2 halaman 75.

4.2

Perencanaan Proporsi Campuran Beton Busa

Perhitungan proporsi campuran beton diperlihatkan pada Lampiran C.4.3


halaman 76 s/d 77. Hasil perhitungan proporsi campuran beton busa dengan
penambahan abu cangkang sawit untuk 1 m3 beton busa diperlihatkan pada
Tabel 4.3 berikut ini.
Tabel 4.3 Proporsi Campuran untuk 1 m3 Beton Busa dengan Penambahan Abu
Cangkang Sawit
SG

1,2
1,4

1,6

Persentase
(%)
0
20
0
10
20
0
20

Semen
(kg)
857,14
685,71
1000,00
900,00
800,00
1142,86
914,29

Air
(kg)
342,86
274,29
400,00
360,00
320,00
457,14
365,71

Abu
Cangkang
Sawit
(kg)
0,00
240,00
0,00
140,00
280,00
0,00
320,00

Foam
(liter)
385,03
346,95
282,54
260,33
238,11
180,05
129,27

Dari Tabel 4.3 di atas diperlihatkan perbedaan pada komposisi busa,


dimana semakin besar SG maka penggunaan busa semakin sedikit, tetapi jumlah
semen yang digunakan semakin banyak. Semakin besar persentase abu cangkang
sawit, maka semakin sedikit semen yang digunakan.

29

4.3

Pengecoran Beton Busa

Pembuatan benda uji dalam penelitian ini dilaksanakan dalam tujuh kali
pengecoran. Proporsi campuran beton busa dengan penambahan abu cangkang
sawit yang diperlukan untuk sekali pengecoran disesuaikan dengan variasi SG dan
persentase abu cangkang sawit sebesar 10% dan 20% sebagaimana dijelaskan
pada sub bab 3.3.3 halaman 18.
Pada penelitian ini, nilai flow test pasta semen yang dihasilkan secara
keseluruhan < 20 cm karena FAS yang digunakan terlalu kecil, maka untuk
mendapatkan nilai flow test pasta semen > 20 cm perlu ditambahkan
superplasticizer (SP) yaitu jenis Kondensasi Sulfonat Melamine Formaldehyde
(SMF), maksimal 1% - 2% dari berat semen.
Berat volume mortar diperiksa untuk mengontrol berat volume beton busa
yang direncanakan sesuai dengan berat volume yang dihasilkan. Pemeriksaan
berat volume dilakukan menggunakan literan yang telah diukur volumenya yaitu
1000 ml. Hasil pengukuran berat volume pengecoran diperlihatkan pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4 Hasil Pengukuran Berat Volume Pengecoran berdasarkan Persentase


Abu Cangkang Sawit (gr/ltr)
Spesific Gravity
1,2
1,4
1,6

0%
1221
1403
1605

Abu Cangkang Sawit (gr/ltr)


Persentase
10%
1430
-

20%
1225
1465
1630

Dari Tabel 4.4 diperlihatkan bahwa berat volume yang dihasilkan telah
mendekati volume rencana yaitu 1200 gr/ltr, 1400 gr/ltr, dan 1600 gr/ltr.
Pemeriksaan berat volume dilakukan menggunakan literan yang telah diukur
volumenya yaitu 1000 ml.
Untuk melihat nilai kemudahan kerja (workability) perlu dilakukan
pengujian flow test campuran beton busa secara berkala mulai dari selesai
pencampuran sampai 60 menit. Hasil pengujian flow test campuran beton busa
abu cangkang sawit diperlihatkan pada Lampiran B.4.2 halaman 70.

30

Workabilitas (%)

120
SG 1,2; ABCS 0%
SG 1,2; ABCS 20%

100

SG 1,4; ABCS 0%
SG1,4; ABCS 10%
SG 1,4; ABCS 20%

80

SG 1,6; ABCS 0%
SG 1,6; ABCS 20%

60
0

15

30

45

60

Waktu (menit)

Gambar 4.1 Hubungan Penurunan Workabilitas


Pencampuran Abu Cangkang Sawit

Beton

Busa

Setelah

Dari hasil tersebut didapat bahwa semakin besar persentase penambahan


abu cangkang sawit dan SG, maka semakin besar pula penurunan workabilitas.
Namun demikian, ada kecenderungan bahwa semakin banyak kandungan semen
dan persentase abu cangkang sawit, maka penurunan workabilitas relatif lebih
besar.

4.4

Pengujian Kuat Tekan Beton

Pengujian kuat tekan dilakukan pada saat benda uji berumur 7, 14 dan 28
hari. Sebelum dilakukan pengujian masing-masing benda uji ditimbang beratnya.
Metode pengujian kuat tekan beton dilakukan sesuai dengan sub bab 3.4.1
halaman 20. Data yang diperoleh dari hasil pengujian kuat tekan ini diperlihatkan
pada Lampiran B.4.3 halaman 71, sedangkan data perhitungan dari hasil
pengujian kuat tekan diperlihatan pada Lampiran C.4.5 halaman 79. Data hasil
pengujian kuat tekan beton busa dengan penambahan abu cangkang sawit yang
dibandingkan dengan beton busa normal dapat dilihat pada Tabel 4.5 dan Gambar
4.2. berikut.

31

Tabel 4.5 Perbandingan Kuat Tekan Beton Busa dengan Penambahan Abu
Cangkang Sawit dengan Beton Busa Normal
SG

Abu Cangkang
Sawit

Kuat Tekan (fc)


rata-rata

(%)
0
20
0
10
20
0
20

(MPa)
9,01
9,37
15,08
16,07
16,64
23,77
27,09

1,2

1,4
1,6

Persentase perbandingan kuat


tekan (fc) rata-rata terhadap
beton busa normal
(%)
(%)
100,00
103,96
3,96
100,00
106,62
6,62
110,39
10,39
100,00
113,99
13,99

Dari Tabel 4.5 diperlihatkan bahwa beton busa dengan penambahan abu
cangkang sawit untuk seluruh SG mengalami peningkatan kekuatan tekan dari
beton busa normal. Grafik hubungan kuat tekan beton busa dengan variasi
persentase abu cangkang sawit 10% dan 20% untuk SG 1,4 dan 20% saja untuk
SG 1,2 dan 1,6 diperlihatkan pada Gambar 4.2.

Kuat Tekan (MPa)

30
27.09

25

23.77

20
15

15.08

10

9.01

16.64

16.07

SG 1,2
SG 1,4
SG 1,6

9.37

5
0
0

10

20

Abu Cangkang Sawit (%)

Gambar 4.2 Hubungan Kuat Tekan Beton Busa dengan Variasi Persentase
Penambahan Abu Cangkang Sawit

Untuk melihat faktor umur beton busa dengan penambahan abu cangkang
sawit, maka dilakukan pengujian benda uji pada umur 7, 14 dan 28 hari.
Hubungan faktor umur pada beton busa dengan penambahan abu cangkang sawit
dapat dilihat pada Tabel 4.6 berikut.

32

Tabel 4.6 Hubungan Kuat Tekan terhadap Faktor Umur Beton Busa dengan
Penambahan Abu Cangkang Sawit
Specific
Gravity
(SG)

Abu
Cangkang
Sawit
(%)
0

1,2
20

1,4

10

20

0
1,6
20

Kuat
Tekan
Rerata
(N/mm2)

Kuat
Tekan
Rerata
(%)

5,79

14
28
7
14
28

Selisih

Faktor
Umur

(%)

(%)

100,00

64,24

7,86

135,75

35,75

87,20

9,01

155,67

55,67

100,00

6,15

100,00

61,56

7,65

124,37

24,37

76,57

9,99

162,44

62,44

100,00

9,05

100,00

60,12

14

12,04

133,06

33,06

80,00

28

15,05

166,33

66,33

100,00

9,66

100,00

60,08

14

12,86

133,13

33,13

79,99

28

16,07

166,44

66,44

100,00

10,76

100,00

64,63

14

14,40

133,86

33,86

86,51

28

16,64

154,73

54,73

100,00

17,28

100,00

67,91

14

22,27

128,89

28,89

87,53

28

25,45

147,25

47,25

100,00

19,94

100,00

73,60

14

24,45

122,60

22,60

90,24

28

27,09

135,86

35,86

100,00

Umur
(hari)

Dari tabel 4.6 diperlihatkan bahwa Persentase pencapaian kuat tekan beton
busa terhadap umur 28 hari lebih tinggi dibandingkan dengan beton normal. Hal
ini disebabkan oleh besarnya volume semen pada beton busa yang menyebabkan
ikatan semen dan air pada campuran lebih besar, sehingga kuat tekan yang
dihasilkan juga lebih tinggi. Hubungan faktor umur pada beton busa dengan
penambahan abu cangkang sawit juga disajikan dalam bentuk grafik seperti pada
Gambar 4.3 halaman 33.

33

Faktor Umur (%)

100
80

SG 1,2; ABCS 0%
SG 1,2; ABCS 20%

60

SG 1,4; ABCS 0%
SG 1,4; ABCS 10%

40

SG 1,4; ABCS 20%


20

SG 1,6; ABCS 0%
SG 1,6; ABCS 20%

0
0

14

21

28

Umur (Hari)

Gambar 4.3 Grafik Hubungan Peningkatan Kekuatan terhadap Umur

Berdasarkan berat jenis dan hasil kuat tekan beton busa dengan
penambahan abu cangkang sawit dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu
Moderate Strength Concretes dan Structural Lightweight Concretes, seperti yang
diperlihatkan pada Tabel 4.7.

Tabel 4.7 Penggolongan Beton Busa dengan Penambahan Abu Cangkang Sawit
Berdasarkan Berat Jenis dan Kuat Tekan
SG
1,2
1,4
1,6

Abu Cangkang
Sawit
(%)
0
20
0
10
20
0
20

Kuat Tekan (fc)


rata-rata
(MPa)
9,01
9,37
15,08
16,07
16,64
23,77
27,09

Penggolongan Kelas Beton Ringan


Moderate Strength Concretes
Moderate Strength Concretes
Moderate Strength Concretes
Moderate Strength Concretes
Moderate Strength Concretes
Structural Lightweight Concretes
Structural Lightweight Concretes

4.4.1 Hubungan tegangan-regangan beton busa

Berdasarkan data dari hasil pengujian kuat tekan, dibuat grafik hubungan
tegangan-regangan beton busa dengan cara menghitung tegangan dan regangan

34

setiap interval kenaikan beban 1 ton atau disesuaikan dengan pemberian beban
sampai benda uji hancur. Grafik hubungan tegangan-regangan beton busa untuk
berbagai SG diperlihatkan pada Gambar 4.4 berikut.

Tegangan (MPa)

250.0
30,0
200.0

SG 1,2 ABCS 0%
SG 1,2 ABCS 20%
SG 1,4 ABCS 0%
SG 1,4 ABCS 10%
SG 1,4 ABCS 20%

20,0
150.0
100.0
10,0

SG 1,6 ABCS 0%
SG 1,6 ABCS 20%

50.0
0,0
0.0
0.0000

0.0020

0.0040 0.0060 0.0080


Regangan (mm/mm)

0.0100

Gambar 4.4 Hubungan Tegangan-Regangan Beton Busa dengan Variasi


Persentase Penambahan Abu Cangkang Sawit

Sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 4.4 di atas bahwa modulus


elastisitas (Ec) yang dihasilkan dengan menggunakan Persamaan 2.6, halaman 11.
Untuk beton busa pada SG 1,2 dengan persentase ABCS 0% dan 20% mencapai
5364,69 N/mm2 dan 5642,95 N/mm2. Untuk beton busa pada SG 1,4 dengan
persentase ABCS0%, 10% dan 20% mencapai 8736,89 N/mm2 , 9029,87 N/mm2
dan 9187,5 N/mm2. Sedangkan untuk beton busa pada SG 1,6 dengan persentase
ABCS 0% dan 20% mencapai 13864,43 N/mm2 dan 14320,83 N/mm2.
Hasil perhitungan tegangan-regangan untuk masing-masing benda uji
silinder diperlihatkan pada Lampiran C.4.12 halaman 92 dan Hasil perhitungan
Modulus Elastisitas diperlihatkan pada Lampiran C.4.13 halaman 113.

4.5

Pengujian Kuat Tarik Belah Beton Busa

Pengujian kuat tarik belah dilakukan pada saat benda uji berumur 28 hari.
Sebelum dilakukan pengujian dilakukan masing-masing benda uji ditimbang
beratnya. Metode pengujian kuat tarik belah beton dilakukan sesuai dengan sub
bab 3.4.2 halaman 24. Data yang diperoleh dari hasil pengujian kuat tarik belah

35

ini diperlihatkan pada Lampiran B.4.4 halaman 72, sedangkan data perhitungan
diperlihatkan pada Lampiran C.4.6 halaman 80. Data hasil pengujian kuat tarik
belah beton busa dengan penambahan abu cangkang sawit diperlihatkan pada
Tabel 4.8 dan Gambar 4.5 berikut.

Tabel 4.8 Perbandingan Kuat Tarik Belah Beton Busa dengan Penambahan Abu
Cangkang Sawit dengan Beton Busa Normal
Abu cangkang sawit

SG

(%)
0
20
0
10
20
0
20

1,2
1,4
1,6

Kuat tarik belah


(ft)
rata-rata
(MPa)
0,93
0,97
1,48
1,55
1,60
2,26
2,49

Persentase perbandingan kuat


tarik belah (ft) rata-rata
terhadap beton busa normal
(%)
(%)
100,00
104,06
4,06
100,00
104,91
4,91
108,32
8,32
100,00
110,30
10,30

Dari Tabel 4.8 diperlihatkan bahwa pada beton busa dengan penambahan
abu cangkang sawit untuk seluruh SG mengalami peningkatan kekuatan tarik
belah dari beton busa normal. Grafik hubungan kuat tekan beton busa dengan
variasi persentase abu cangkang sawit 10% dan 20% untuk SG 1,4 dan 20% saja
untuk SG 1,2 dan 1,6 diperlihatkan pada Gambar 4.5.

Kuat Tarik Belah (MPa)

3.0
2.5

2.49
2.26

2.0

SG 1,2

1.5

1.48

1.0

0.93

1.60

1.55

0.97

SG 1,4
SG 1,6

0.5
0.0
0

10
Abu Cangkang Sawit (%)

20

Gambar 4.5 Hubungan Kuat Tarik Belah dengan Variasi Persentase


Penambahan Abu Cangkang Sawit

36

4.6

Pengujian Kuat Tarik Lentur Beton Busa

Metode pengujian kuat tarik lentur beton busa dilakukan sesuai dengan
sub bab 3.4.3 halaman 25. Data kuat tarik lentur yang diperoleh diperlihatkan
pada Lampiran B.4.5 halaman 73, sedangkan data perhitungan diperlihatkan pada
Lampiran C.4.7 halaman 81. Data hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 4.9.
Tabel 4.9 Perbandingan Kuat Tarik Lentur Beton Busa dengan Penambahan Abu
Cangkang Sawit dengan Beton Busa Normal
Abu cangkang sawit

SG

(%)
0
20
0
10
20
0
20

1,2
1,4
1,6

Kuat tarik
lentur (fr)
rata-rata
(MPa)
1,86
1,93
2,22
2,27
2,30
3,56
3,68

Persentase perbandingan kuat


tarik lentur (fr) rata-rata
terhadap beton busa normal
(%)
(%)
100,00
3,82
103,82
100,00
2,46
102,46
3,98
103,98
100,00
3,22
103,22

Dari Tabel 4.9 diperlihatkan bahwa pada beton busa dengan penambahan
abu cangkang sawit untuk seluruh SG mengalami peningkatan kekuatan tarik
lentur dari beton busa normal. Grafik hubungan kuat tekan beton busa dengan
variasi persentase abu cangkang sawit 10% dan 20% untuk SG 1,4 dan 20% saja

Kuat Tarik Lentur (MPa)

untuk SG 1,2 dan 1,6 diperlihatkan pada Gambar 4.6


4.00
3.50

3.56

3.68

2.22
1.86

2.30
1.93

3.00
SG 1,2

2.50
2.00

2.27

SG 1,4
SG 1,6

1.50
1.00
0

10
Abu Cangkang Sawit (%)

20

Gambar 4.6 Grafik Perbandingan Kuat Tarik Lentur Beton Busa Penambahan
Abu Cangkang Sawit dengan Beton Busa Normal

37

Sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 4.6 bahwa semakin besar SG


beton busa, maka semakin besar kuat tarik lentur yang dihasilkan. Hal ini
disebabkan oleh semakin besar SG, maka semakin besar pula jumlah semen yang
digunakan dan jumlah busa semakin kecil sehingga kekuatan pasta semen
semakin kuat. Kurva Hubungan Kuat Tekan, Kuat Tarik Belah dan Kuat Tarik
Lentur dengan Penambahan Abu Cangkang Sawit diperlihatkan pada Gambar 4.7.

27.089
23.765

Tegangan (MPa)

30

15.076 16.073 16.642

25

9.011

20
15
10
5
0

1.856

9.368
1.927

2.216

2.270

2.304

3.562

3.676

0.934

0.972

1.478

1.551

1.601

2.260

2.492

SG 1.2
ABCS 0%

SG 1.2
ABCS
20%

SG 1.4
ABCS 0%

SG 1.4
ABCS
10%

SG 1.4
ABCS
20%

SG 1.6
ABCS 0%

SG 1.6
ABCS
20%

Gambar 4.7 Kurva Hubungan


KuatLentur
Tarik Belah
dan Kuat Tarik
Kuat TarikKuat
BelahTekan,
Kuat Tarik
Kuat Tekan
Lentur dengan Penambahan Abu Cangkang Sawit

4.7

Hubungan Kuat Tekan dengan Kuat Tarik Belah Beton Busa

Data hasil kuat tekan dan kuat tarik belah beton busa diperoleh dari
pengujian kuat tekan dengan benda uji silinder dan kuat tarik belah dengan benda
uji silinder. Kuat tekan dan kuat tarik belah beton busa saling berhubungan dan
mempengaruhi satu sama lainnya. Dari data tersebut dibuat grafik hubungan
antara kuat tekan dengan kuat tarik belah beton busa dengan penambahan abu
cangkang sawit. Grafik hubungan kuat tekan dan kuat tarik belah beton busa
dengan penambahan abu cangkang sawit dapat diperlihatkan pada Gambar 4.8
halaman 38.

38

Kuat Tarik Belah (MPa)

3.0
y = 0.0836x + 0.1998
R = 0.9254

2.5
2.0
1.5
1.0
0.5
0.0
0

10

15

20

25

30

35

Kuat Tekan (MPa)

Gambar 4.8 Hubungan kuat tekan terhadap kuat tarik belah beton busa

Berdasarkan grafik di atas, hubungan kuat tekan dengan kuat tarik belah
tersebut dapat disimpulkan bahwa kuat tekan beton busa berbanding lurus dengan
kuat tarik belahnya. Hasil tersebut menunjukkan semakin besar nilai kuat tekan
beton busa dengan penambahan abu cangkang sawit maka semakin besar nilai
kuat tarik belahnya. Berdasarkan Tabel 2.3 pada sub bab 2.6 halaman 12, dapat
dibuat suatu hubungan antara kuat tarik belah terhadap kuat tekan beton busa,
seperti yang diperlihatkan pada Tabel 4.10.

Tabel 4.10 Perbandingan Kuat Tarik Belah berdasarkan Nilson dan Winter
dengan Hasil penelitian
SG

1,2

1,4

1,6

ABCS

(f'c) Hasil
Penelitian

( ft ) berdasarkan koefisien
Nilson dan Winter

f t 0,33 f ' c

ft 0,50 f 'c

( ft ) Hasil
Penelitian

f 't
f 'c

(%)

(MPa)

(MPa)

(MPa)

(MPa)

9,011

1,018

1,525

0,934

0,311

20

9,368

1,038

1,555

0,972

0,318

15,076

1,316

1,972

1,478

0,381

10

16,073

1,359

2,037

1,551

0,387

20

16,642

1,383

2,072

1,601

0,393

23,765

1,653

2,476

2,260

0,464

20

27,089

1,764

2,644

2,492

0,479

39

Dari Tabel 4.10, hasil penelitian rata-rata nilai kuat tarik belah beton busa
dengan penambahan abu cangkang sawit pada penelitian ini berada dalam interval
0,311

f ' c s/d 0,479

f ' c (MPa). Nilai pendekatan tersebut memberikan interval

yang mendekati dari batasan penelitian Nilson dan Winter.

4.8

Hubungan Kuat Tekan dengan Kuat Tarik Lentur Beton Busa

Data hasil kuat tekan dan kuat tarik lentur beton busa diperoleh dari
pengujian kuat tekan dengan benda uji silinder dan kuat tarik lentur dengan benda
uji balok. Kuat tekan dan kuat tarik lentur beton busa dengan penambahan abu
cangkang sawit juga saling berhubungan dan saling mempengaruhi satu sama
lainnya. Dari data tersebut dibuat grafik hubungan antara kuat tekan dengan kuat
tarik lentur beton busa dengan penambahan abu cangkang sawit. Grafik hubungan
kuat tekan dan kuat tarik lentur beton busa dengan penambahan abu cangkang
sawit tersebut diperlihatkan pada Gambar 4.9.

4.0
y = 0.1082x + 0.6368
R = 0.9309

Kuat Tarik Lentur (MPa)

3.5
3.0
2.5
2.0
1.5
1.0
0.5
0.0
0

10

15

20

25

30

35

Kuat Tekan (MPa)

Gambar 4.9 Hubungan kuat tekan terhadap kuat tarik lentur beton busa

Berdasarkan grafik di atas, hubungan kuat tekan dengan kuat tarik belah
tersebut dapat disimpulkan bahwa kuat tekan beton busa berbanding lurus dengan
kuat tarik lenturnya. Hasil tersebut menunjukkan semakin besar nilai kuat tekan

40

beton busa dengan penambahan abu cangkang sawit maka semakin besar nilai
kuat tarik lenturnya. Berdasarkan Tabel 2.3 pada sub bab 2.6 halaman 12, dapat
dibuat suatu hubungan antara kuat tarik lentur terhadap kuat tekan beton busa,
seperti yang diperlihatkan pada Tabel 4.11.
Tabel 4.11 Perbandingan Kuat Tarik Lentur berdasarkan Nilson dan Winter
dengan Hasil penelitian
SG

1,2

1,4

1,6

ABCS

(f'c) Hasil
Penelitian

( fr ) berdasarkan koefisien
Nilson dan Winter

ft 0,50 f 'c

fr 0,67 f 'c

( fr ) Hasil
Penelitian

fr
f 'c

(%)

(MPa)

(MPa)

(MPa)

(MPa)

9,011

1,525

2,035

1,856

0,618

20

9,368

1,555

2,075

1,927

0,630

15,076

1,972

2,632

2,216

0,571

10

16,073

2,037

2,718

2,270

0,566

20

16,642

2,072

2,766

2,304

0,565

23,765

2,476

3,305

3,562

0,731

20

27,089

2,644

3,529

3,676

0,706

Dari Tabel 4.11, hasil penelitian rata-rata nilai kuat tarik lentur beton busa
dengan penambahan abu cangkang sawit pada penelitian ini berada dalam interval
0,565

f ' c s/d 0,731

f ' c (MPa). Nilai pendekatan tersebut memberikan interval

yang lebih rendah dari batasan yang diberikan oleh Nilson dan Winter.

4.9

Hasil Pengujian Absorpsi Air pada Beton Busa

Metode pengujian absorpsi air pada beton dilakukan sesuai dengan sub bab
3.4.4 halaman 24. Data yang diperoleh dari pengukuran benda uji dan hasil
pengujian absorpsi diperlihatkan pada Lampiran B.4.6 halaman 76 dan Lampiran
C.4.8 halaman 82 s/d halaman 88. Hasil pengujian merupakan nilai rata-rata berat
air yang diserap oleh masing-masing benda uji dengan interval waktu yang telah
ditentukan. Hasil pengujian tersebut diperlihatkan pada Gambar 4.10 sampai
Gambar 4.12.

41

Absorpsi Beton Busa ACS SG 1,2


Berat Air yang Diserap (gram)

8.0
7.0
6.0
5.0
4.0
3.0
2.0
1.0
0.0

ABCS 0%
ABCS 20%

20

40

60

80

100

120

140

Waktu Penyerapan (menit)

Gambar 4.10 Grafik perbandingan absorpsi beton busa penambahan abu


cangkang sawit dengan beton busa normal pada SG 1,2
Dari Gambar 4.10 dapat dilihat bahwa absorpsi beton busa dengan
penambahan abu cangkang sawit pada SG 1,2 memiliki nilai yang lebih tinggi
dari pada beton busa normal. Hasil pengujian absorpsi beton busa dengan
penambahan abu cangkang sawit 20% sebesar 24,42%, sedangkan absorpsi beton
busa normal sebesar 20,7%.

Absorpsi Beton Busa ACS SG 1,4


Berat Air yang diserap (gram)

18.0
16.0
14.0
12.0

ABCS 0%

10.0

ABCS 10%

8.0

ABCS 20%

6.0
4.0
2.0
0.0
0

20

40

60
80
100
Waktu Penyerapan (menit)

120

140

Gambar 4.11 Grafik perbandingan absorpsi beton busa penambahan abu


cangkang sawit dengan beton busa normal pada SG 1,4

42

Dari Gambar 4.11 dapat diihat bahwa absorpsi beton busa dengan
penambahan abu cangkang sawit pada SG 1,4 juga memiliki nilai yang lebih
tinggi dari pada beton busa normal. Hasil pengujian absorpsi beton busa dengan
penambahan abu cangkang sawit 10% dan 20% sebesar 20,53% dan 24,69%
sedangkan absorpsi beton busa normal sebesar 17,3%.

Berat Air yang diserap (gram)

Absorpsi Beton Busa ACS SG 1,6


12.0
10.0
8.0

ABCS 0%

6.0
ABCS 20%

4.0
2.0
0.0
0

20

40
60
80
100
Waktu Penyerapan (menit)

120

140

Gambar 4.12 Grafik perbandingan absorpsi beton busa penambahan abu


cangkang sawit dengan beton busa normal pada SG 1,6
Dari Gambar 4.12 dapat dilihat bahwa absorpsi beton busa dengan
penambahan abu cangkang sawit pada SG 1,6 juga memiliki nilai yang lebih
tinggi dari pada beton busa normal. Hasil pengujian absorpsi beton busa dengan
penambahan abu cangkang sawit 20% sebesar 16,99%, sedangkan absorpsi beton
busa normal sebesar 12,56%.

4.10

Seleksi Data

Data hasil pengujian kuat tekan, kuat tarik belah, dan kuat tarik lentur
beton busa terlebih dahulu dilakukan seleksi data secara statistik untuk melihat
data-data yang rusak. Pengolahan data dihitung dengan menggunakan Software
Microsoft Excel. Hasil seleksi data diperlihatkan pada Lampiran C.4.9 s/d C.4.11

43

halaman 89 s/d 91. Dari hasil seleksi data tersebut, maka pada hasil pengujian
kuat tekan digunakan 18 data, pada kuat tarik belah 14 data, dan pada kuat tarik
lentur 16 data.

4.11

Pembahasan

Sifat mekanis beton busa meliputi kuat tekan, kuat tarik belah, dan kuat
tarik lentur. Pembahasan terhadap sifat mekanis dan absorpsi beton busa dengan
penambahan abu cangkang sawit disajikan dalam sub bab berikut ini.

4.10.1 Kuat tekan beton busa

Hasil pengujian kuat tekan beton busa dengan penggunaan abu cangkang
sawit sebagai bahan pengisi menunjukkan terjadinya peningkatan kekuatan
dibandingkan dengan beton busa normal. Namun, persentase peningkatan kuat
tekan semakin kecil dengan meningkatnya persentase penambahan abu cangkang
sawit. Hal ini dimungkinkan karena kandungan senyawa silika (SiO2) yang
terdapat pada abu cangkang sawit sedikit, dimana senyawa SiO2 itu sendiri apabila
bereaksi dengan kapur bebas (Ca(OH)2) dan air akan membentuk material seperti
semen yang menyebabkan rekatan antar material pada beton busa semakin kuat.
Semakin besar SG pada beton busa dengan penambahan abu cangkang
sawit maka sifat mekanis yang diperoleh akan semakin besar. Hal ini disebabkan
oleh semakin besar SG, maka semakin besar pula jumlah semen yang digunakan
dan jumlah busa semakin kecil sehingga kekuatan pasta semen semakin kuat

4.10.2 Kuat tarik belah beton busa

Kuat tarik belah beton busa dengan penambahan abu cangkang sawit
menunjukkan terjadinya peningkatan kekuatan dibandingkan dengan beton busa
normal. Tabel 4.8 diperlihatkan bahwa kuat tarik belah beton busa dengan SG 1,2;
1,4; dan 1,6 pada FAS 0,4 dengan variasi persentase penambahan abu cangkang

44

sawit sampai dengan 20% terjadi peningkatan kekuatan berkisar antara 4,06%
sampai dengan 10,30% jika dibandingkan dengan beton busa normal.
Sebagaimana diperlihatkan pada Tabel 4.10, bahwa perbandingan nilai
koefisien kuat tarik belah beton busa dengan penambahan abu cangkang sawit
dari penelitian ini diperoleh interval yang sama dari batasan penelitian Nilson dan
Winter yaitu 0,311

f ' c s/d 0,479

f ' c (MPa).

4.10.3 Kuat tarik lentur beton busa

Kuat tarik lentur beton busa dengan penambahan abu cangkang sawit
menunjukkan terjadinya peningkatan kekuatan dibandingkan dengan beton busa
normal. Berdasarkan Tabel 4.9 kuat tarik lentur diperlihatkan bahwa beton busa
dengan SG 1,2; 1,4; dan 1,6 pada FAS 0,4 dengan variasi persentase abu
cangkang sawit sampai dengan 20% terjadi peningkatan kekuatan berkisar antara
2,46% sampai dengan 3,98% jika dibandingkan dengan beton busa normal.
Sebagaimana diperlihatkan pada Tabel 4.11 bahwa perbandingan nilai
koefisien kuat tarik lentur beton busa dengan penambahan abu cangkang sawit
dari penelitian ini diperoleh interval yang lebih rendah dari batasan penelitian
Nilson dan Winter yaitu 0,565

f ' c s/d 0,731

f ' c (MPa).

4.10.4 Absorpsi

Nilai absorpsi pada semua benda uji pada penelitian ini ecenderung
konstan dan megalami peningkatan daya serap air yang sangat kecil pada menit
ke-50. Berdasarkan hasil pengujian absorpsi, beton busa dengan penambahan abu
cangkang sawit memiliki nilai absorpsi yang lebih tinggi bila dibandingkan
dengan beton busa normal. Kecepatan penyerapan air juga dipengaruhi oleh
rongga di dalam beton busa, semakin rendah SG maka semakin cepat penyerapan
air pada beton busa.

45

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil pengolahan data dan pembahasan, maka dapat diambil


beberapa kesimpulan sebagai hasil dari penelitian ini. Saran dikemukakan dengan
tujuan agar penelitian ini dapat dikembangkan dan dilanjutkan oleh peneliti
lainnya.

5.1

Kesimpulan

Kesimpulan

yang

dapat diambil dari hasil

penelitian

pengaruh

penambahan abu cangkang sawit terhadap sifat mekanis dan absorpsi beton busa
adalah sebagai berikut:
1. Penambahan abu cangkang sawit pada beton busa dengan persentase abu
cangkang sawit hingga 20% untuk SG 1,2; 1,4 dan 1,6 menyebabkan
terjadinya peningkatan terhadap sifat mekanis beton busa;
2. Hasil pengujian kuat tekan beton busa dengan penambahan abu cangkang
sawit menunjukkan peningkatan sebesar 3,96% s/d 13,99% dari kuat tekan
beton busa normal;
3. Hasil pengujian kuat tarik belah beton busa dengan penambahan abu
cangkang sawit terjadi peningkatan sebesar 4,06% s/d 10,30% dari kuat tarik
belah beton busa normal;
4. Hasil pengujian kuat tarik lentur beton busa dengan penambahan abu
cangkang sawit terjadi peningkatan sebesar 2,46% s/d 3,98% dari kuat tarik
lentur beton busa normal.
5. Berdasarkan berat jenis dan hasil pengujian kuat tekan beton busa dengan
menggunakan abu cangkang sawit dapat digolongkan menjadi dua golongan
yaitu Moderate Strength Concretes dan Structural Lightweight Concretes.

45

46

6. Hasil hubungan antara kuat tarik belah terhadap kuat tekan beton busa dalam
penelitian ini adalah 0,311

f ' c s/d 0,479

terhadap kuat tekan beton busa adalah 0,565

f ' c (MPa) dan kuat tarik lentur


f ' c s/d 0,731

f ' c (MPa);

7. Hasil pengujian absorpsi beton busa dengan penambahan abu cangkang sawit
pada SG 1,2 dengan penambahan abu cangkang sawit 20% sebesar 24,42%
lebih besar dari pada beton busa normal pada SG yang sama yaitu 20,7%; dan
pada SG 1,4 dengan penambahan abu cangkang sawit 10% dan 20% sebesar
20,53% dan 24,69% lebih besar dari pada beton busa normal pada SG yang
sama yaitu 17,3%; serta pada SG 1,6 dengan penambahan abu cangkang
sawit 20% sebesar 16,99% lebih besar dari pada beton busa normal pada SG
yang sama yaitu 12,56%.
8. Semakin besar persentase penggunaan abu cangkang sawit pada beton busa,
maka semakin besar pula absorpsi air pada beton busa tersebut, dan semakin
kecil SG beton busa maka semakin besar pula absorpsi air pada beton busa
tersebut.

5.2

Saran

Hasil Penelitian ini diharapkan dapat berguna secara umum dalam ilmu
bahan bangunan dan teknologi beton, khususnya tentang perkembangan ilmu
beton ringan dan dapat diterapkan secara praktis dilapangan. Penelitian ini juga
diharapkan dapat dilanjutkan oleh peneliti lainnya, dengan memperhatikan
beberapa hal sebagai berikut:
1. Karena abu cangkang sawit bersifat pozollanik sehingga disarankan untuk
menambah faktor umur benda uji lebih dari 28 hari (90 hari) guna melihat
pengaruh diatas 28 hari pada pengujian sifat mekanis;
2. Menambahkan abu cangkang sawit dengan persentase lebih dari 20% untuk
melihat persentase optimal dari kekuatan beton busa.
3. Beton busa dengan penambahan abu cangkang sawit dapat dijadikan suatu
bahan bangunan anternatif pada daerah rawan seperti dinding.

47

DAFTAR KEPUSTAKAAN

1. Abdullah, 2010. Beton Busa Ringan Sebagai Bahan Alternatif untuk


Konstruksi Bangunan, Jurnal Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala,
Darussalam Banda Aceh
2. Amri, S., 2005, Teknologi Beton A-Z, Universitas Indonesia, Jakarta.
3. Anonim, 2002, Metode, Spesifikasi dan Tata Cara : SNI 03-3403-1994
Metode Pengujian Berat Isi Beton Ringan Struktural, Departemen
Pemukiman dan Prasarana Wilayah, Badan Penelitian dan Pengembang.
4. Anonim, 2004. Annual Book of ASTM Standard 2004, Section 4, Volume
04.02, Concrete and Aggregates, International Standard-Worlwide.
5. Anonim, 2004. Annual Book of ASTM Standard 2004, Section 4, Volume
04.01, Cement, International Standard-Worlwide.
6. Dipohusodo, I., 1999, Struktur Beton Bertulang Berdasarkan SK SNI T-151991-03, PT. Gamedia Pustaka Utama, Jakarta.
7. Gere, J. M dan S,P. Timoshenko, 1997, Mekanika Bahan, Terjemahan
Bambang Suryoatmono Edisi IV, Penerbit Erlangga, Jakarta.
8. Jamizar, et al, 2013, Pengaruh Pemanfaatan Abu Kerak Boiler Cangkang
Kelapa Sawit Sebagai Bahan Tambahan (admixture) Semen Terhadap Kuat
Tekan Mortar, Jurnal CIVED ISSN 2302-3341 Vol.I, Nomor 1, Maret 2013.
9. Mulyono, T., 2004, Teknologi Beton, Penerbit ANDI, Yogyakarta.
10. Murdock, L J., dan Brooks, K.M., 1991, Bahan dan Praktek Beton,
terjemahan Hindarko, S., Penerbit Erlangga, Jakarta.
11. Nadia, 2010, Pengaruh Kadar Silika (SiO2) Pada Agregat Halus. Jurnal
Konstruksia Volume 1 Nomer 1 April 2010, Jakarta.
12. Nawy, E.G., 1998, Beton Bertulang Suatu Pendekatan Dasar, PT. Refika
Aditama, Bandung.
13. Neville, A.M., and Brooks, J.J., 1993, Concrete Technology, Longman
London.

47

48

14. Nugraha P. dan Antoni, 2007, Teknologi Beton dari Material, Pembuatan, ke
Beton Kinerja Tinggi, Penerbit ANDI, Yogyakarta.
15. Ronald Y., Marchell M. (2011). Pengaruh Penyerapan Air pada Sifat Fisik
Bata

Ringan.

Tugas

Akhir

No.

11011784/SIP/2011.

Unpublished

Undergraduate Thesis. Universitas Kristen Petra. Surabaya


16. Saputra, J., 2010, Pengaruh Penggantian Semen dengan Abu Pozollan Alami
Terhadap Sifat Mekanis Beton Busa (Foamed Concrete). Skripsi, Jurusan
Teknik Sipil Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.
17. Siregar, Pordinan, 2008. Pemanfaatan Abu Kerak Boiler Cangkang Kelapa
Sawit Sebagai Campuran Semen pada Beton, Skripsi, Jurusan Teknik Sipil
Universitas Sumatera Utara.
18. Troxell, G.E., et al, 1968, Composition and Properties of Concrete, Mac
Graw Hill Book Company, London.
19. Wang, C.K. dan Salmon, C.G., 1993, Desain Beton Bertulang, Terjemahan
Binsar Hariandja, Edisi IV, Penerbit Erlangga, Jakarta.
20. www.http:/id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Pasaman_Barat

49

BAGAN ALIR PENELITIAN


MULAI
STUDI LITERATUR
PERSIAPAN DAN PENGADAAN BAHAN
Semen, Air, Foamed Agent, Abu Pozzolan Alami, cetakan silinder, balok

Proporsi Campuran (Mix Design)


Berdasarkan Berat Volume Beton Busa

PEMBUATAN ADUKAN BETON


Penambahan
superplasticizer
PEMERIKSAAN PASTA SEMEN
Uji kekentalan aliran (Flow Test) 20cm

Tidak

Ya

PEMERIKSAAN ADUKAN BETON BUSA


Tidak

Berat Jenis beton busa


Ya

Pembuatan Benda Uji


Kuat Tekan
Silinder 10cm, t 20cm

Pembuatan Benda Uji


Kuat Tarik Belah
Silinder 15cm, t 30cm

Pembuatan Benda Uji


Kuat Tarik Lentur
Balok (10x10x40) cm

Pembuatan Benda
Uji Absorpsi
Kubus (5x5x5) cm

PERAWATAN BENDA UJI


PENGUJIAN BENDA UJI
Kuat Tekan, Kuat Tarik Belah, Kuat Tarik Lentur, Absorpsi

PENGOLAHAN DATA
PEMBAHASAN DAN PERBANDINGAN HASIL PERHITUNGAN
Pengaruh Penambahan Abu Cangkang Sawit terhadap Sifat Mekanis dan Absorpsi Beton Busa

KESIMPULAN
SELESAI

Lampiran A.3.1 Gambar Bagan Alir Penelitian

50

Keterangan:
: lokasi pengambilan abu cangkang sawit

Lampiran A.3.2 : Peta Provinsi Aceh


Sumber
: www.google.com

51

Lampiran A.3.3 : Peta Lokasi Pengambilan Abu Cangkang Sawit


Sumber
: www.google.com

52

SG 1,2 Filler 0% Umur 28hari

Tegangan (N/mm)

10.00
8.00
6.00

K1131
K1132

4.00

K1133

2.00
0.00
0

Grafik A.4.1.1

0.001

0.002
Regangan

0.003

Grafik hubungan tegangan-regangan beton busa untuk


Specific Gravity 1,2 dengan penambahan ABCS 0%

SG 1,2 Filler 20% Umur 28hari


12.00

Tegangan (N/mm)

10.00
8.00

K1331
K1332

6.00

K1333
4.00
2.00
0.00
0.000

Grafik A.4.1.2

0.001

0.002
Regangan

0.003

0.004

Grafik hubungan tegangan-regangan beton busa untuk


Specific Gravity 1,2 dengan penambahan ABCS 20%

Lampiran A.4.1: Grafik Hubungan Tegangan-Regangan Beton Busa dengan


Penambahan Abu Cangkang Sawit (1/4)

53

Tegangan (N/mm)

SG 1,4 Filler 0% Umur 28hari


18.00
16.00
14.00
12.00
10.00
8.00
6.00
4.00
2.00
0.00

K2131
K2132
K2133

0.001

Grafik A.4.1.3

0.002
Regangan

0.003

Grafik hubungan tegangan-regangan beton busa untuk


Specific Gravity 1,4 dengan penambahan ABCS 0%

Tegangan (N/mm)

SG 1,4 Filler 10% Umur 28hari


18.00
16.00
14.00
12.00
10.00
8.00
6.00
4.00
2.00
0.00

K2231
K2232
K2233

Grafik A.4.1.4

0.001

0.002
Regangan

0.003

Grafik hubungan tegangan-regangan beton busa untuk


Specific Gravity 1,4 dengan penambahan ABCS 10%

Lampiran A.4.1: Grafik Hubungan Tegangan-Regangan Beton Busa dengan


Penambahan Abu Cangkang Sawit (2/4)

54

Tegangan (N/mm)

SG 1,4 Filler 20% Umur 28hari


20.00
18.00
16.00
14.00
12.00
10.00
8.00
6.00
4.00
2.00
0.00

K2331
K2332
K2333

Grafik A.4.1.5

0.001

0.002
Regangan

0.003

Grafik hubungan tegangan-regangan beton busa untuk


Specific Gravity 1,4 dengan penambahan ABCS 20%

SG 1,6 Filler 0% Umur 28 hari

Tegangan (N/mm)

35.00
30.00
25.00
K3131

20.00

K3132

15.00

K3133

10.00
5.00
0.00
0

Grafik A.4.1.6

0.001

0.002
Regangan

0.003

Grafik hubungan tegangan-regangan beton busa untuk


Specific Gravity 1,6 dengan penambahan ABCS 0%

Lampiran A.4.1: Grafik Hubungan Tegangan-Regangan Beton Busa dengan


Penambahan Abu Cangkang Sawit (3/4)

55

SG 1,6 Filler 20% Umur 28 hari

Tegangan (N/mm)

30.00
25.00
20.00

K3331

15.00

K3332
K3333

10.00
5.00
0.00
0

Grafik A.4.1.7

0.001

0.002
Regangan

0.003

0.004

Grafik hubungan tegangan-regangan beton busa untuk


Specific Gravity 1,6 dengan penambahan ABCS 20%

Lampiran A.4.1: Grafik Hubungan Tegangan-Regangan Beton Busa dengan


Penambahan Abu Cangkang Sawit (4/4)

56

30

27.09
23.77

Kuat Tekan (MPa)

25
20

16.0716.64
15.08

15
10

9.37

9.01

5
0

0
1.2

1.4

1.6

Specific Gravity
ABCS 0%

ABCS 10%

ABCS 20%

Gambar A.4.2.1 Grafik hubungan kuat tekan dengan berat jenis beton busa dengan
penambahan abu cangkang sawit (data seleksi)

3.0

Kuat Tarik Belah (MPa)

2.49
2.5

2.26

2.0
1.60
1.48 1.55

1.5
1.0

0.97

0.93

0.5
0

0.0
1.2

1.4

1.6

Specific Gravity
ABCS 0%

ABCS 10%

ABCS 20%

Gambar A.4.2.2 Grafik hubungan kuat tarik belah dengan berat jenis beton busa
dengan penambahan abu cangkang sawit (data seleksi)

Lampiran A.4.2: Grafik Hubungan Berat Jenis Beton


Penambahan Abu Cangkang Sawit (1/2)

Busa

dengan

57

Kuat Tarik Lentur (MPa)

4.0

3.68

3.56

3.5
3.0
2.22 2.27 2.30

2.5
2.0

1.93

1.86

1.5
1.0
0.5
0

0.0
1.2

1.4

1.6

Specific Gravity
ABCS 0%

ABCS 10%

ABCS 20%

Gambar A.4.2.3 Grafik hubungan kuat tarik Lentur dengan berat jenis beton busa
dengan penambahan abu cangkang sawit (data seleksi)

30

20.70

Absorpsi (%)

24.69

24.42

25

20.53

20

17.33

15

16.99
12.56

10
5
0

0
1.2

ABCS 0%

1.4
Specific Gravity
ABCS 10%

1.6

ABCS 20%

Gambar A.4.2.3 Grafik hubungan Absorpsi terhadap berat jenis beton busa dengan
penambahan abu cangkang sawit

Lampiran A.4.2: Grafik Hubungan Berat Jenis Beton


Penambahan Abu Cangkang Sawit (2/2)

Busa

dengan

58

Alat Uji Volume

Alat Uji Flow Test

Oven

Mesin Pemotong Benda Uji

Timbangan
Lampiran A.4.3 : Peralatan yang Digunakan (1/3)

59

Concrete Mixer (Molen)

Foam Generator dan Compressor

Kereta Sorong

Oli

Cetakan Benda Uji


Lampiran A.4.3 : Peralatan yang Digunakan (2/3)

60

Compressometer

Data Logger

Mesin Pengujian Kuat Tekan & Tarik Belah

Mesin Pengujian Kuat Tarik Lentur

Lampiran A.4.3 : Peralatan yang Digunakan (3/3)

61

Semen

Air

Foam

Abu Cangkang Sawit

Lampiran A.4.4 : Material yang Digunakan

62

Abu Cangkang Sawit (ABCS)

Pencucian ABCS

Pengeringan ABCS

ABCS yang Digunakan

Lampiran A.4.5 : Abu Cangkang Sawit yang Digunakan

63

Pengisian Air kedalam

Pengisian Semen kedalam

Pengisian Foam kedalam

Pengisian ABCS kedalam Molen

Pengujian Volume Campuran

Pengujian Flow Test Campuran

Pencetakan Benda Uji

Pencetakan Benda Uji

Lampiran A.4.6 : Proses Pengecoran Beton Busa

64

Perawatan Benda Uji pada Bak Perendaman

Perawatan Benda Uji setelah Perendaman

Lampiran A.4.7 : Perawatan Benda Uji

65

Peletakan Benda Uji

Pembebanan Benda Uji

Setelah Pembebanan

Lampiran A.4.8 : Pengujian Kuat Tekan

66

Sebelum Pengujian

Setelah Pengujian

Lampiran A.4.9 : Pengujian Kuat Tarik Belah

67

Benda Uji Sebelum Dibebani

Pembebanan Benda Uji

Benda Uji Setelah Pembebanan

Lampiran A.4.10 : Pengujian Kuat Tarik Lentur

68

Pemotongan Benda Uji Absorpsi

Pemotongan Benda Uji Absorpsi

Perendaman Benda Uji Absorpsi

Lampiran A.4.11 : Pengujian Absorpsi

69

Lampiran B.4.1 Data Hasil Analisis Kimia Abu Cangkang Sawit

70

Lampiran B.4.2 Data Hasil Pengujian Flow Test Beton busa dengan
Penambahan Abu Cangkang Sawit

SG

Abu Cangkang
Sawit

Jenis Benda
Uji

Waktu

Flow Test

(%)

(buah)

(menit)

(cm)

0
15
30
45
60
0
15
30
45
60
0
15
30
45
60
0
15
30
45
60
0
15
30
45
60
0
15
30
45
60
0
15
30
45
60

22,5
21,0
21,0
20,5
20,0
22,0
21,0
20,0
19,0
18,0
25,0
23,0
21,5
21,0
20,5
21,0
20,0
19,0
18,0
17,5
23,0
21,0
19,0
18,5
18,0
24,0
23,0
22,0
21,5
21,0
22,0
21,0
20,0
19,0
18,5

20

10

20

20

1,2

1,4

1,6

71

Lampiran B.4.3 Data Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton Busa dengan
Penambahan Abu Cangkang Sawit

SG

Abu
Cangkang
Sawit

Umur

(%)

(hari)

28

Jumlah
Benda
Uji

1,4

10

20

28

28

28

28

28

1,6
20

28

Dimensi Benda Uji

Beban
(P)

Diameter

Tinggi

(cm)

(cm)

K1131

10,10

20,10

7000

K1132

10,15

20,05

7500

K1133

10,00

20,10

7500

K1331

10,00

20,05

7000

K1332

10,00

20,00

9000

K1333

10,00

20,00

8000

K2131

10,00

20,10

12000

K2132

10,05

20,10

12500

K2133

10,10

20,10

12000

K2231

10,05

20,05

13000

K2232

10,00

20,10

12500

K2233

10,10

20,05

13500

K2331

10,05

20,15

14000

K2332

10,05

20,10

13500

K2333

10,10

20,10

13000

K3131

10,10

20,04

20500

K3132

10,20

20,03

24000

K3133

10,15

20,05

18500

K3331

10,05

20,05

21000

K3332

10,00

20,10

21500

K3333

10,05

20,10

23000

(buah)

1,2
20

Nama
Benda
Uji

(kg)

72

Lampiran B.4.4 Data Hasil Pengujian Kuat Tarik Belah Beton Busa
dengan Penambahan Abu Cangkang Sawit

SG

Abu
Cangkang
Sawit

Umur

(%)

(hari)

28

Jumlah
Benda
Uji

1,4

10

20

28

28

28

28

28

1,6
20

28

Dimensi Benda Uji

Beban
(P)

Diameter

Tinggi

(cm)

(cm)

(kg)

B1131

15,00

30,00

6500

B1132

15,00

30,05

7500

B1133

15,00

30,15

7000

B1331

15,00

30,30

7500

B1332

14,95

30,05

7000

B1333

15,00

30,00

7000

B2131

15,00

30,15

10000

B2132

15,05

30,25

10500

B2133

15,00

30,20

11000

B2231

15,05

30,15

11000

B2232

15,00

30,15

11500

B2233

14,95

29,85

10500

B2331

15,00

29,70

11500

B2332

15,00

30,10

11500

B2333

15,00

30,05

11000

B3131

15,10

29,90

16500

B3132

15,15

30,10

16000

B3133

15,10

30,20

17000

B3331

15,00

29,80

20000

B3332

14,90

29,85

17000

B3333

14,95

29,75

18500

(buah)

1,2
20

Nama
Benda
Uji

73

Lampiran B.4.5 Data Hasil Pengujian Kuat Tarik Lentur Beton Busa
dengan Penambahan Abu Cangkang Sawit

SG

Abu
Cangkang
Sawit

Umur

(%)

(hari)

28

Jumlah
Benda
Uji

1,4

10

20

28

28

28

28

28

1,6
20

28

Dimensi Benda Uji

Beban
(P)

Panjang

Lebar

Tinggi

(cm)

(cm)

(cm)

L1131

40,20

10,40

10,10

655

L1132

40,40

10,20

10,20

455

L1133

40,40

10,20

10,10

670

L1331

40,50

10,20

10,30

670

L1332

40,20

10,25

10,20

680

L1333

40,20

10,20

10,25

720

L2131

39,80

10,30

10,20

780

L2132

39,70

10,10

9,90

770

L2133

49,50

10,10

11,00

800

L2231

40,20

10,30

10,20

810

L2232

40,30

10,20

10,20

790

L2233

40,00

9,80

10,30

830

L2331

39,90

10,20

10,50

860

L2332

39,80

10,20

10,10

840

L2333

49,80

10,10

10,10

800

L3131

39,80

10,20

10,20

1245

L3132

40,20

10,10

10,10

1285

L3133

49,80

10,00

10,10

1135

L3331

39,90

10,35

10,30

1365

L3332

40,00

10,20

10,30

1390

L3333

50,10

10,30

10,25

1320

(buah)

1,2
20

Nama
Benda
Uji

(kg)

74

Lampiran B.4.6 Data Hasil Pengukuran Benda Uji Absorpsi Beton Busa
dengan Penambahan Abu Cangkang Sawit

SG

Filler
ABCS

Jumlah
Benda Uji

(%)

(buah)

1,2
20

1,4

10

20

1,6
20

Nama
Benda Uji

Dimensi Benda Uji


b

Berat
Benda Uji

A1131

(cm)
5,10

(cm)
5,00

(cm)
5,05

(gram)
137,90

A1132

5,15

5,10

5,10

145,70

A1133

5,00

5,10

5,10

141,60

A1331

4,90

4,90

5,10

133,30

A1332

5,00

5,10

5,10

136,30

A1333

5,05

5,10

5,05

125,50

A2131

5,30

5,10

5,20

154,40

A2132

5,20

5,00

5,00

147,00

A2133

5,20

5,20

5,30

153,50

A2231

4,95

5,00

5,10

158,60

A2232

5,10

5,10

5,10

156,50

A2233

5,10

5,10

5,20

167,50

A2331

5,20

5,20

5,10

146,90

A2332

5,00

4,90

5,10

145,30

A2333

5,05

5,10

5,20

154,10

A3131

5,10

5,30

5,20

202,50

A3132

5,10

5,00

5,20

195,20

A3133

5,10

5,30

5,10

199,60

A3331

5,10

5,00

4,95

199,50

A3332

5,00

5,00

5,10

186,00

A3333

5,10

5,00

5,10

185,30

75

Lampiran C.4.1 Hasil Perhitungan Berat Jenis Abu Cangkang Sawit


Volume Kenaikan
No
Sampling No Berat Sampel
Berat Jenis
Air
(gr)
(ml)
(gr/ml)
1,47
1
A
50
34
1,47
2
B
50
34
1,50
3
C
30
20
1,50
4
D
30
20
1,49
Rata - rata

Lampiran C.4.2 Hasil Perhitungan Berat Volume Abu Cangkang Sawit


Weight
No

1
2
3

Sampling
No

A
B
C

Volume of Bulk
Container
Container Density
Container
+
Aggregate
Aggregate
(kg)

(kg)

(kg)

(l)

(kg/l)

8,39
8,39
8,39

9,64
9,57
9,61
Average

1,25
1,18
1,22

1,53
1,53
1,53

0,82
0,77
0,80
0,80

76

Lampiran C.4.3 Contoh Perhitungan Mix Design Beton Busa dengan


Penambahan Abu Cangkang Sawit
Data Perencanaan Campuran :
a) Berat Jenis (Specific Gravity) Rencana
b) Berat Jenis Semen
c) Berat Jenis Air
d) Berat Jenis Abu Cangkang Sawit (ABCS)
e) Faktor Air Semen (FAS) Rencana
f) Volume Benda Uji Silinder (d = 10 cm, t = 20 cm & d = 15 cm, t = 30 cm)
g) Volume Benda Uji Balok (10 cm x 10 cm x 40 cm)

Langkah Perhitungan Campuran :


1. Data:
Berat Jenis (SG) = 1400

SG semen = 3,15

FAS

= 0,4

SG air

ABCS

= 10%

SG ABCS = 1,49

=1

2. Asumsi : Berat busa (foam) = 0


Beton Busa = Semen + Air + Busa + ABCS
BB

+ 0,4S +

+ 0,1BB

0,9 BB =

1,4 S

1260

1,4 S S = 1260/1,4 = 900

3. Menentukan jumlah semen dalam 1 m3 beton busa


Semen = S = 900 kg
4. Menentukan jumlah air dalam 1 m3 beton busa
Air = 0,4S = 0,4 900 = 360 kg
5. Menentukan jumlah abu cangkang sawit dalam 1 m3 beton busa
Abu cangkang sawit = 0,1BB = 0,1 1400 = 140 kg

Kontrol : semen + abu cangkang sawit + air = Berat volume rencana


900 kg + 360 kg + 140 kg

= 1400 kg ......... (OK!)

77

6. Menentukan jumlah busa (foam) dalam 1 m3 beton busa terlebih dahulu


dikonversikan jumlah semen dan jumlah air ke dalam liter dengan cara
dibagi dengan berat jenisnya (berat foam dalam satuan liter).
a) Semen

Berat semen / m 3 kg
Berat jenis semen kg / l

b) Air

Berat air / m 3 kg
Berat jenis air kg / l

c) Abu cangkang sawit

Berat serat / m 3 kg
Berat jenis ABCS kg / l

Jadi, jumlah foam yang dibutuhkan untuk 1 m3 beton busa:


B = {1000 (Semen + Air + ABCS)} liter

900 360 140


B = 1000

1
1,49
3,15

B = 260,33 liter
7. Menentukan volume dan jumlah benda uji:
Vsilinder kecil

= 0,12 0,2 3 = 0,0047

Vsilinder besar

= 0,15 2 0,3 3 = 0,016

Vbalok

= 0,1 0,1 0,4 4

Vtotal

= 0,016 +
= 0,0367

8. Berat komposisi campuran yang dibutuhkan:


Semen =

900

0,0367 = 33,03 kg

Air

400

0,0367 = 13,21 kg

ABCS =

100

0,0367 =

Busa

= 239,77 0,0367 =

5,14 kg
8,79 liter

78

Lampiran C.4.4 Hasil Perhitungan Proporsi Campuran untuk per-m3


Beton Busa dengan Penambahan Abu Cangkang Sawit
Abu
SG Persentase
Semen
Air
Cangkang
Foam
Sawit
(%)
(kg)
(kg)
(kg)
(liter)
0
857,14
342,86
0,00
385,03
1,2
20
685,71
274,29
240,00
346,95
0
1000,00
400,00
0,00
282,54
1,4
10
900,00
360,00
140,00
260,33
20
800,00
320,00
280,00
238,11
0
1142,86
457,14
0,00
180,05
1,6
20
914,29
365,71
320,00
129,27

79

Lampiran C.4.5 Hasil Perhitungan Pengujian Kuat Tekan Beton Busa


dengan Penambahan Abu Cangkang Sawit (Umur 28 hari)

SG

ABCS
(%)
0

Benda
Uji

1,4

10

20

1,6
20

Dimensi

Beban

Beban

Kuat
tekan

(P)

(P)

(f'c)

(mm)

(mm)

(kg)

(N)

(N/mm2)

K1131

101,0

201,0

7000

68670

8,57

K1132

101,5

200,5

7500

73575

9,09

K1133

100,0

201,0

7500

73575

9,37

K1331

100,0

200,5

7000

68670

8,74

K1332

100,0

200,0

9000

88290

11,24

K1333

100,0

200,0

8000

78480

9,99

K2131

100,0

201,0

12000 117720

14,99

K2132

100,5

201,0

12500 122625

15,46

K2133

101,0

201,0

12000 117720

14,69

K2231

100,5

200,5

13000 127530

16,08

K2232

100,0

201,0

12500 122625

15,61

K2233

101,0

200,5

13500 132435

16,53

K2331

100,5

201,5

14000 137340

17,31

K2332

100,5

201,0

13500 132435

16,69

K2333

101,0

201,0

13000 127530

15,92

K3131

101,0

200,4

20500 201105

25,10

K3132

102,0

200,3

24000 235440

28,81

K3133

101,5

200,5

18500 181485

22,43

K3331

100,5

200,5

21000 206010

25,97

K3332

100,0

201,0

21500 210915

26,85

K3333

100,5

201,0

23000 225630

28,44

(buah)

1,2
20

Nama
Benda
Uji

f'c
rata-rata
(N/mm2 )
9,01

9,99

15,05

16,07

16,64

25,45

27,09

80

Lampiran C.4.6 Hasil Perhitungan Pengujian Kuat Tarik Belah Beton Busa
dengan Penambahan Abu Cangkang Sawit

SG

ABCS

(%)
0

Benda
Uji

1,4

10

20

1,6
20

Dimensi
Benda Uji

Beban
(P)

Beban
(P)

Kuat
tarik
belah
(f't)

(mm)

(mm)

(kg)

(N)

(N/mm2 )

B1131

150,0

300,0

6500

63765

0,90

B1132

150,0

300,5

7500

73575

1,04

B1133

150,0

301,5

7000

68670

0,97

B1331

150,0

303,0

7500

73575

1,03

B1332

149,5

300,5

7000

68670

0,97

B1333

150,0

300,0

7000

68670

0,97

B2131

150,0

301,5

10000

98100

1,38

B2132

150,5

302,5

10500

103005

1,44

B2133

150,0

302,0

11000

107910

1,52

B2231

150,5

301,5

11000

107910

1,51

B2232

150,0

301,5

11500

112815

1,59

B2233

149,5

298,5

10500

103005

1,47

B2331

150,0

297,0

11500

112815

1,61

B2332

150,0

301,0

11500

112815

1,59

B2333

150,0

300,5

11000

107910

1,52

B3131

151,0

299,0

16500

161865

2,28

B3132

151,5

301,0

16000

156960

2,19

B3133

151,0

302,0

17000

166770

2,33

B3331

150,0

298,0

20000

196200

2,79

B3332

149,0

298,5

17000

166770

2,39

B3333

149,5

297,5

18500

181485

2,60

(buah)

1,2
20

Nama
Benda
Uji

f't
ratarata
(N/mm2)
0,97

0,99

1,45

1,52

1,58

2,27

2,59

81

Lampiran C.4.7 Hasil Perhitungan Pengujian Kuat Tarik Lentur Beton


Busa dengan Penambahan Abu Cangkang Sawit

SG

ABCS

Jumlah
Benda
Uji

(%)

(buah)

1,2
20

1,4

10

20

1,6
20

Nama
Benda
Uji

Dimensi Benda Uji

Beban

Beban

Kuat
tarik
lentur

f'r

(P)

(P)

(f'r)

ratarata

(mm)

(mm)

(mm)

(kg)

(N)

(N/mm2)

(N/mm2)

L1131

402,0

104,0

101,0

655

6425,55

1,817

L1132

404,0

102,0

102,0

455

4463,55

1,262

L1133

404,0

102,0

101,0

670

6572,70

1,895

L1331

405,0

102,0

103,0

670

6572,70

1,822

L1332

402,0

102,5

102,0

680

6670,80

1,877

L1333

402,0

102,0

102,5

720

7063,20

1,977

L2131

398,0

103,0

102,0

780

7651,80

2,142

L2132

397,0

101,0

99,0

770

7553,70

2,289

L2133

395,0

101,0

110,0

800

7848,00

1,927

L2231

402,0

103,0

102,0

810

7946,10

2,225

L2232

403,0

102,0

102,0

790

7749,90

2,191

L2233

400,0

98,0

103,0

830

8142,30

2,349

L2331

399,0

102,0

105,0

860

8436,60

2,251

L2332

398,0

102,0

101,0

840

8240,40

2,376

L2333

398,0

101,0

101,0

800

7848,00

2,285

L3131

398,0

102,0

102,0

1245

12213,45

3,453

L3132

402,0

101,0

101,0

1285

12605,85

3,671

L3133

398,0

100,0

101,0

1135

11134,35

3,274

L3331

399,0

103,5

103,0

1365

13390,65

3,659

L3332

400,0

102,0

103,0

1390

13635,90

3,780

L3333

400,0

103,0

102,5

1320

12949,20

3,590

1,658

1,892

2,119

2,255

2,304

3,466

3,624

82

Lampiran C.4.8 Data Hasil Pengujian Absorpsi Beton Busa dengan


Penambahan Abu Cangkang Sawit (1/7)
Specific Gravity

: 1,2

Persentase ABCS : 0%

waktu

A1131

A1132

A1133

A1131

A1132

A1133

Rata-rata

(menit)

(gram)

(gram)

(gram)

(gram)

(gram)

(gram)

(gram)

0
5

137,9
146,8

145,7
155,1

141,6
150,9

0,0
8,9

0,0
9,4

0,0
9,3

0,0
9,2

10

150,7

159,0

155,2

3,9

3,9

4,3

4,0

15

153,1

162,2

158,2

2,4

3,2

3,0

2,9

20

155,1

164,4

160,3

2,0

2,2

2,1

2,1

25

156,2

166,2

162,0

1,1

1,8

1,7

1,5

30

157,1

167,6

163,3

0,9

1,4

1,3

1,2

40

158,5

169,6

165,0

1,4

2,0

1,7

1,7

50

159,4

170,9

166,1

0,9

1,3

1,1

1,1

60

160,0

172,0

167,1

0,6

1,1

1,0

0,9

75

161,0

173,2

168,3

1,0

1,2

1,2

1,1

90

161,3

173,7

168,6

0,3

0,5

0,3

0,4

105

161,7

174,3

169,1

0,4

0,6

0,5

0,5

120

161,9

174,6

169,4

0,2

0,3

0,3

0,3

135

162,2

174,9

169,7

0,3

0,3

0,3

0,3

155

162,4

175,2

169,8

0,2

0,3

0,1

0,2

1440

164,2

177,2

171,8

1,8

2,0

2,0

1,9

Berat sampel kering: Vd

137,9 145,7 141,6


141,7 gram
3

Berat sampel basah: Vw

164,2 177,2 171,8


171,7 gram
3

Water Absorption

171,7 141,7
100% 20,7 %
141,7

83

Lampiran C.4.8 Lanjutan (2/7)

Specific Gravity

: 1,2

Persentase ABCS : 20%

waktu

A1331

A1332

A1333

A1331

A1332

A1333

Rata-rata

(menit)

(gram)

(gram)

(gram)

(gram)

(gram)

(gram)

(gram)

133,3

136,3

125,5

0,0

0,0

0,0

0,0

142,4

145,6

134,0

9,1

9,3

8,5

9,0

10

146,6

150,0

137,8

4,2

4,4

3,8

4,1

15

149,8

153,2

141,0

3,2

3,2

3,2

3,2

20

152,0

155,4

143,0

2,2

2,2

2,0

2,1

25

153,6

157,0

144,6

1,6

1,6

1,6

1,6

30

155,0

158,3

145,9

1,4

1,3

1,3

1,3

40

157,3

160,4

147,9

2,3

2,1

2,0

2,1

50

158,8

161,6

149,3

1,5

1,2

1,4

1,4

60

160,1

162,8

150,7

1,3

1,2

1,4

1,3

75

161,5

163,8

151,9

1,4

1,0

1,2

1,2

90

162,4

164,5

152,8

0,9

0,7

0,9

0,8

105

163,1

165,1

153,4

0,7

0,6

0,6

0,6

120

163,7

165,5

154,0

0,6

0,4

0,6

0,5

135

164,1

165,9

154,3

0,4

0,4

0,3

0,4

155

164,3

166,0

154,5

0,2

0,1

0,2

0,2

1440

166,7

168,2

156,7

2,4

2,2

2,2

2,3

Berat sampel kering: Vd

133,3 136,3 125,5


131,7 gram
3

Berat sampel basah: Vw

166,7 168,2 156,7


163,9 gram
3

Water Absorption

163,9 131,7
100% 24,42 %
131,7

84

Lampiran C.4.8 Lanjutan (3/7)

Specific Gravity

: 1,4

Persentase ABCS : 0%

waktu

A2131

A2132

A2133

A2131

A2132

A2133

Rata-rata

(menit)

(gram)

(gram)

(gram)

(gram)

(gram)

(gram)

(gram)

154,4

147,4

153,5

0,0

0,0

0,0

0,0

161,3

153,6

159,9

6,9

6,2

6,4

6,5

10

164,4

156,5

162,8

3,1

2,9

2,9

3,0

15

166,4

158,7

165,1

2,0

2,2

2,3

2,2

20

168,2

160,3

166,6

1,8

1,6

1,5

1,6

25

169,6

161,3

168,1

1,4

1,0

1,5

1,3

30

170,4

162,8

169,7

0,8

1,5

1,6

1,3

40

172,2

164,2

171,3

1,8

1,4

1,6

1,6

50

173,5

165,4

172,7

1,3

1,2

1,4

1,3

60

174,5

166,4

173,8

1,0

1,0

1,1

1,0

75

175,5

167,5

175,2

1,0

1,1

1,4

1,2

90

176,2

168,3

176,1

0,7

0,8

0,9

0,8

105

176,9

169,1

177,0

0,7

0,8

0,9

0,8

120

177,2

169,4

177,4

0,3

0,3

0,4

0,3

135

177,5

169,7

177,8

0,3

0,3

0,4

0,3

155

177,9

170,0

178,1

0,4

0,3

0,3

0,3

1440

180,6

172,7

180,9

2,7

2,7

2,8

2,7

Berat sampel kering: Vd

154,4 147,4 153,5


151,8 gram
3

Berat sampel basah: Vw

180,6 172,7 180,9


178,1 gram
3

Water Absorption

178,1 151,8
100% 17,3 %
151,8

85

Lampiran C.4.8 Lanjutan (4/7)

Specific Gravity

: 1,4

Persentase ABCS : 10%

waktu

A2231

A2232

A2233

A2231

A2232

A2233

Rata-rata

(menit)

(gram)

(gram)

(gram)

(gram)

(gram)

(gram)

(gram)

158,6

156,5

167,5

0,0

0,0

0,0

0,0

172,3

169,5

179,6

13,7

13,0

12,1

12,6

10

178,9

175,2

184,4

6,6

5,7

4,8

5,7

15

182,8

178,8

186,8

3,9

3,6

2,4

3,3

20

185,6

181,3

188,5

2,8

2,5

1,7

2,3

25

187,9

182,8

189,6

2,3

1,5

1,1

1,6

30

188,8

184,3

190,5

0,9

1,5

0,9

1,1

40

190,4

185,9

191,6

1,6

1,6

1,1

1,4

50

191,4

186,8

192,2

1,0

0,9

0,6

0,8

60

191,9

187,4

192,7

0,5

0,6

0,5

0,5

75

192,3

187,9

193,4

0,4

0,5

0,7

0,5

90

192,4

188,1

193,5

0,1

0,2

0,1

0,1

105

192,7

188,4

193,9

0,3

0,3

0,4

0,3

120

192,7

188,5

194,0

0,0

0,1

0,1

0,1

135

192,8

188,7

194,2

0,1

0,2

0,2

0,2

155

192,8

188,8

194,3

0,0

0,1

0,1

0,1

1440

194,5

190,7

196,5

1,7

1,9

2,2

2,0

Berat sampel kering: Vd

158,6 156,5 167,5


160,9 gram
3

Berat sampel basah: Vw

194,5 190,7 196,5


193,9 gram
3

Water Absorption

193,9 160,9
100% 20,53%
160,9

86

Lampiran C.4.8 Lanjutan (5/7)

Specific Gravity

: 1,4

Persentase ABCS : 20%

waktu

A2331

A2332

A2333

A2331

A2332

A2333

Rata-rata

(menit)

(gram)

(gram)

(gram)

(gram)

(gram)

(gram)

(gram)

146,9

145,3

154,1

0,0

0,0

0,0

0,0

163,3

162,5

171,2

16,4

17,2

17,1

16,9

10

170,9

170,0

178,7

7,6

7,5

7,5

7,5

15

175,3

174,1

183,2

4,4

4,1

4,5

4,3

20

178,5

177,4

186,3

3,2

3,3

3,1

3,2

25

180,6

179,7

188,8

2,1

2,3

2,5

2,3

30

181,3

180,3

189,5

0,7

0,6

0,7

0,7

40

182,1

181,3

190,5

0,8

1,0

1,0

0,9

50

182,2

181,4

190,6

0,1

0,1

0,1

0,1

60

182,2

181,5

190,7

0,0

0,1

0,1

0,1

75

182,2

181,5

190,7

0,0

0,0

0,0

0,0

90

182,3

181,6

190,7

0,1

0,1

0,0

0,1

105

182,4

181,6

190,7

0,1

0,0

0,0

0,0

120

182,4

181,6

190,7

0,0

0,0

0,0

0,0

135

182,4

181,6

190,7

0,0

0,0

0,0

0,0

1440

182,9

182,2

191,4

0,5

0,6

0,7

0,6

Berat sampel kering: Vd

146,9 145,3 154,1


148,8 gram
3

Berat sampel basah: Vw

182,9 182,2 191,4


185,5 gram
3

Water Absorption

185,5 148,8
100% 24,69 %
148,8

87

Lampiran C.4.8 Lanjutan (6/7)

Specific Gravity

: 1,6

Persentase ABCS : 0%

waktu

A3131

A3132

A3133

A3131

A3132

A3133

Rata-rata

(menit)

(gram)

(gram)

(gram)

(gram)

(gram)

(gram)

(gram)

202,5

195,2

199,6

0,0

0,0

0,0

0,0

215,0

207,2

211,6

12,5

12,0

12,0

12,2

10

218,5

210,4

214,4

3,5

3,2

2,8

3,2

15

220,0

212,1

216,0

1,5

1,7

1,6

1,6

20

221,3

213,4

217,2

1,3

1,3

1,2

1,3

25

221,9

214,0

217,9

0,6

0,6

0,7

0,6

30

222,7

214,6

218,9

0,8

0,6

1,0

0,8

40

223,4

215,5

219,1

0,7

0,9

0,2

0,6

50

224,1

216,2

219,6

0,7

0,7

0,5

0,6

60

224,7

216,7

220,3

0,6

0,5

0,7

0,6

75

225,2

217,2

220,7

0,5

0,5

0,4

0,5

90

225,7

217,7

221,2

0,5

0,5

0,5

0,5

105

226,0

218,0

221,5

0,3

0,3

0,3

0,3

120

226,2

218,2

221,7

0,2

0,2

0,2

0,2

135

226,4

218,4

221,9

0,2

0,2

0,2

0,2

155

226,6

218,5

222,1

0,2

0,1

0,2

0,2

1440

228,4

220,0

223,9

1,8

1,5

1,8

1,7

Berat sampel kering: Vd

202,5 195,2 199,6


199,1 gram
3

Berat sampel basah: Vw

228,4 220,0 222,1


224,1 gram
3

Water Absorption

224,1 199,1
100% 12,56 %
199,1

88

Lampiran C.4.8 Lanjutan (7/7)

Specific Gravity

: 1,6

Persentase ABCS : 20%

waktu

A3331

A3332

A3333

A3331

A3332

A3333

Rata-rata

(menit)

(gram)

(gram)

(gram)

(gram)

(gram)

(gram)

(gram)

199,5

186,0

185,3

0,0

0,0

0,0

0,0

218,9

204,3

204,1

19,4

18,3

18,8

18,8

10

224,0

209,8

209,0

5,1

5,5

4,9

5,2

15

226,3

212,6

212,0

2,3

2,8

3,0

2,7

20

227,7

213,7

213,5

1,4

1,1

1,5

1,3

25

228,4

214,2

213,9

0,7

0,5

0,4

0,5

30

228,9

214,9

214,6

0,5

0,7

0,7

0,6

40

229,7

215,7

215,6

0,8

0,8

1,0

0,9

50

230,1

215,9

215,7

0,4

0,2

0,1

0,2

60

230,4

216,1

215,9

0,3

0,2

0,2

0,2

75

230,7

216,4

216,2

0,3

0,3

0,3

0,3

90

230,9

216,6

216,4

0,2

0,2

0,2

0,2

105

231,2

216,9

216,7

0,3

0,3

0,3

0,3

120

231,2

216,9

216,7

0,0

0,0

0,0

0,0

135

231,2

216,9

216,7

0,0

0,0

0,0

0,0

1440

232,2

217,9

217,7

1,0

1,0

1,0

1,0

Berat sampel kering: Vd

199,5 186,0 185,3


190,3 gram
3

Berat sampel basah: Vw

232,2 217,9 217,7


222,6 gram
3

Water Absorption

222,6 190,3
100% 16,99 %
190,3

89

Lampiran C.4.9 Seleksi Statistik Data Pengujian Kuat Tekan Beton Busa dengan
Penambahan Abu Cangkang Sawit

SG

ABCS

Kuat
Tekan
(f'c )

(%)
0
1,2
20

1,4

10

20

0
1,6
20

(MPa)
8,57
9,09
9,37
8,74
11,24
9,99
14,99
15,46
14,69
16,08
15,61
16,53
17,31
16,69
15,92
25,10
28,81
22,43
25,97
26,85
28,44

f'c
yang
digunakan
(MPa)
8,57
9,09
9,37
8,74

f'c ratarata

9,01

9,37

15,08

16,07

16,64

23,77
22,43
25,97
26,85
28,44

(xi-x)2

(MPa)

9,99
15,46
14,69
16,08
15,61
16,53
17,31
16,69
15,92
25,10

(xi-x)

27,09

Cv

Klasifikasi

(%)
-0,440
0,193
0,082
0,007
0,357
0,128
-0,625
0,390
-9,368 87,757
0,625
0,390
-15,076 227,276
0,382
0,146
-0,382
0,146
0,003
0,000
-0,460
0,212
0,457
0,209
0,671
0,451
0,053
0,003
-0,724
0,524
1,336
1,784
-23,765 564,785
-1,336
1,784
-1,119
1,253
-0,235
0,055
1,354
1,833

0,405

4,492

Sangat
Baik

0,883

9,428

Sedang

0,541

3,588

Sangat
Baik

0,458

2,852

Sangat
Baik

0,699

4,202

Sangat
Baik

1,889

7,949

Sedang

1,253

4,626

Sangat
Baik

90

Lampiran C.4.10 Seleksi Statistik Data Pengujian Kuat Tarik Belah Beton Busa
dengan Penambahan Abu Cangkang Sawit

SG

ABCS
(%)
0

1,2
20

1,4

10

20

0
1,6
20

Kuat
tarik
belah
(f't)
(MPa)
0,90
1,04
0,97
1,03
0,97
0,97
1,38
1,44
1,52
1,51
1,59
1,47
1,61
1,59
1,52
2,28
2,19
2,33
2,79
2,39
2,60

f't
yang
digunakan
(MPa)
0,90

f't ratarata

(xi-x)2

-0,032
-0,934
0,032
-0,972
0,001
-0,001
-1,478
-0,038
0,038
-0,037
0,037
-1,551
0,011
-0,011
-1,601
-2,260
-0,068
0,068
-2,492
-0,105
0,105

0,001
0,873
0,001
0,945
0,000
0,000
2,186
0,001
0,001
0,001
0,001
2,406
0,000
0,000
2,565
5,106
0,005
0,005
6,212
0,011
0,011

(MPa)
0,93

0,97
0,97
0,97

0,97

1,44
1,52
1,51
1,59

1,48

1,61
1,59

(xi-x)

1,55

1,60

2,19
2,33

2,26

2,39
2,60

2,49

Cv

Klasifikasi

(%)
0,046

4,886

Sangat
Baik

0,001

0,118

Sangat
Baik

0,054

3,641

Sangat
Baik

0,052

3,378

Sangat
Baik

0,015

0,946

Sangat
Baik

0,097

4,285

Sangat
Baik

0,149

5,976

Baik

91

Lampiran C.4.11 Seleksi Statistik Data Pengujian Kuat Tarik lentur Beton Busa
dengan Penambahan Abu Cangkang Sawit

SG

ABCS
(%)
0

1,2
20

1,4

10

20

0
1,6
20

Kuat
tarik
lentur
(f'r)
(MPa)
1,82
1,26
1,90
1,82
1,88
1,98
2,14
2,29
1,93
2,22
2,19
2,35
2,25
2,38
2,29
3,45
3,67
3,27
3,66
3,78
3,59

f'r yang
digunakan

f'r ratarata

(MPa)
1,82

(MPa)
1,86

1,90
1,88
1,98
2,14
2,29

1,93

2,19
2,35
2,25
2,38
2,29
3,45
3,67

2,27

3,66
3,78
3,59

2,22

2,30

3,56

3,68

(xi-x)

(xi-x)2

-0,039
-1,856
0,039
-1,927
-0,050
0,050
-0,074
0,074
-2,216
-2,270
-0,079
0,079
-0,053
0,072
-0,019
-0,109
0,109
-3,562
-0,018
0,104
-0,086

0,002
3,445
0,002
3,713
0,003
0,003
0,005
0,005
4,909
5,154
0,006
0,006
0,003
0,005
0,000
0,012
0,012
12,685
0,000
0,011
0,007

Cv

Klasifikasi

(%)
0,055

2,974

Sangat
Baik

0,071

3,695

Sangat
Baik

0,104

4,694

Sangat
Baik

0,112

4,940

Sangat
Baik

0,065

2,808

Sangat
Baik

0,154

4,325

Sangat
Baik

0,096

2,624

Sangat
Baik

92

Lampiran C.4.12 Data Hasil Tegangan-Regangan Benda Uji Silinder Beton


Busa dengan Penambahan Abu Cangkang Sawit (1/21)
Perhitungan C.4.12.1

Nama Benda Uji


Mutu Beton
L0
Diameter Selinder
Luas Penampang
P max

Beban
(P)
(kg)
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
4000
4500
5000
5500
6000
6500
7000

Tegangan-regangan SG = 1,2 dengan persentase ABCS


0%, Umur 28 hari, benda uji K1131
=
=
=
=
=
=

Pembacaan Lab
Dial 1
(mm)
0,025
0,028
0,037
0,046
0,063
0,069
0,079
0,095
0,114
0,137
0,157
0,178
0,189
0,206
0,249

Dial 2
(mm)
0,024
0,031
0,047
0,063
0,078
0,111
0,131
0,162
0,198
0,239
0,271
0,294
0,337
0,360
0,384

K1131
8,57
100
101
8012
68670

MPa
mm
mm
mm
N

Pembacaan
Aktual
Dial 1
Dial 2
(mm)
(mm)
0,000
0,000
0,003
0,007
0,012
0,023
0,021
0,039
0,038
0,054
0,044
0,087
0,054
0,107
0,070
0,138
0,089
0,174
0,112
0,215
0,132
0,247
0,153
0,270
0,164
0,313
0,181
0,336
0,224
0,360

Ratarata

Tegangan

(mm)
0,0000
0,0050
0,0175
0,0300
0,0460
0,0655
0,0805
0,1040
0,1315
0,1635
0,1895
0,2115
0,2385
0,2585
0,2920

(N/mm)
0,00
0,61
1,22
1,84
2,45
3,06
3,67
4,29
4,90
5,51
6,12
6,73
7,35
7,96
8,57

Regangan
0,0000
0,0001
0,0002
0,0003
0,0005
0,0007
0,0008
0,0010
0,0013
0,0016
0,0019
0,0021
0,0024
0,0026
0,0029

93

Lampiran C.4.12 Lanjutan (2/21)


Perhitungan C.4.12.2

Nama Benda Uji


Mutu Beton
L0
Diameter Selinder
Luas Penampang
P max

Tegangan-regangan SG = 1,2 dengan persentase ABCS


0%, Umur 28 hari, benda uji K1132
=
=
=
=
=
=

Pembacaan Lab

K1132
9,09
100
101,5
8091
73575

MPa
mm
mm
mm
N

Pembacaan Aktual

Beban
(P)

Dial 1

Dial 2

Dial 1

Dial 2

(kg)

(mm)

(mm)

(mm)

0,025

0,010

Rata-rata

Tegangan

(mm)

(mm)

(N/mm)

0,000

0,000

0,0000

0,00

0,0000

Regangan

500

0,030

0,018

0,005

0,008

0,0065

0,61

0,0001

1000

0,071

0,030

0,046

0,020

0,0330

1,21

0,0003

1500

0,099

0,037

0,074

0,027

0,0505

1,82

0,0005

2000

0,117

0,041

0,092

0,031

0,0615

2,42

0,0006

2500

0,138

0,047

0,113

0,037

0,0750

3,03

0,0008

3000

0,157

0,052

0,132

0,042

0,0870

3,64

0,0009

3500

0,181

0,058

0,156

0,048

0,1020

4,24

0,0010

4000

0,204

0,065

0,179

0,055

0,1170

4,85

0,0012

4500

0,227

0,072

0,202

0,062

0,1320

5,46

0,0013

5000

0,248

0,080

0,223

0,070

0,1465

6,06

0,0015

5500

0,273

0,088

0,248

0,078

0,1630

6,67

0,0016

6000

0,299

0,098

0,274

0,088

0,1810

7,27

0,0018

6500

0,333

0,109

0,308

0,099

0,2035

7,88

0,0020

7000

0,381

0,129

0,356

0,119

0,2375

8,49

0,0024

7500

0,443

0,171

0,418

0,161

0,2895

9,09

0,0029

94

Lampiran C.4.12 Lanjutan (3/21)


Perhitungan C.4.12.3

Nama Benda Uji


Mutu Beton
L0
Diameter Selinder
Luas Penampang
P max
Beban
(P)
(kg)
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
4000
4500
5000
5500
6000
6500
7000
7500

Tegangan-regangan SG = 1,2 dengan persentase ABCS


0%, Umur 28 hari, benda uji K1133
=
=
=
=
=
=

Pembacaan Lab
Dial 1
Dial 2
(mm)
(mm)
0,000
0,000
0,011
0,021
0,016
0,034
0,024
0,051
0,036
0,075
0,053
0,105
0,062
0,120
0,072
0,137
0,081
0,150
0,093
0,166
0,103
0,179
0,118
0,197
0,139
0,211
0,160
0,245
0,199
0,289
0,274
0,302

K1133
9,37
100
100
7854
73575

MPa
mm
mm
mm
N

Pembacaan Aktual
Dial 1
Dial 2
(mm)
(mm)
0,000
0,000
0,011
0,021
0,016
0,034
0,024
0,051
0,036
0,075
0,053
0,105
0,062
0,120
0,072
0,137
0,081
0,150
0,093
0,166
0,103
0,179
0,118
0,197
0,139
0,211
0,160
0,245
0,199
0,289
0,274
0,302

Rata-rata

Tegangan

(mm)
0,0000
0,0160
0,0250
0,0375
0,0555
0,0790
0,0910
0,1045
0,1155
0,1295
0,1410
0,1575
0,1750
0,2025
0,2440
0,2880

(N/mm)
0,00
0,62
1,25
1,87
2,50
3,12
3,75
4,37
5,00
5,62
6,25
6,87
7,49
8,12
8,74
9,37

Regangan
0,0000
0,0002
0,0003
0,0004
0,0006
0,0008
0,0009
0,0010
0,0012
0,0013
0,0014
0,0016
0,0018
0,0020
0,0024
0,0029

95

Lampiran C.4.12 Lanjutan (4/21)


Perhitungan C.4.12.4

Nama Benda Uji


Mutu Beton
L0
Diameter Selinder
Luas Penampang
P max
Beban
(P)
(kg)
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
4000
4500
5000
5500
6000
6500
7000

Tegangan-regangan SG = 1,2 dengan persentase ABCS


20%, Umur 28 hari, benda uji K1331
=
=
=
=
=
=

Pembacaan Lab
Dial 1
Dial 2
(mm)
(mm)
-0,016
-0,012
-0,014
-0,010
-0,008
-0,006
-0,004
-0,002
0,002
0,004
0,000
0,018
0,006
0,032
0,016
0,052
0,030
0,074
0,046
0,092
0,060
0,110
0,082
0,128
0,104
0,146
0,146
0,170
0,192
0,186

K1331
8,74
100
100
7854
68670

MPa
mm
mm
mm
N

Pembacaan Aktual
Dial 1
Dial 2
(mm)
(mm)
0,000
0,000
0,002
0,002
0,008
0,006
0,012
0,010
0,018
0,016
0,016
0,030
0,022
0,044
0,032
0,064
0,046
0,086
0,062
0,104
0,076
0,122
0,098
0,140
0,120
0,158
0,162
0,182
0,208
0,198

Rata-rata

Tegangan

(mm)
0,0000
0,0020
0,0070
0,0110
0,0170
0,0230
0,0330
0,0480
0,0660
0,0830
0,0990
0,1190
0,1390
0,1720
0,2030

(N/mm)
0,00
0,62
1,25
1,87
2,50
3,12
3,75
4,37
5,00
5,62
6,25
6,87
7,49
8,12
8,74

Regangan
0,0000
0,0000
0,0001
0,0001
0,0002
0,0002
0,0003
0,0005
0,0007
0,0008
0,0010
0,0012
0,0014
0,0017
0,0020

96

Lampiran C.4.12 Lanjutan (5/21)


Perhitungan C.4.12.5

Nama Benda Uji


Mutu Beton
L0
Diameter Selinder
Luas Penampang
P max
Beban
(P)
(kg)
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
4000
4500
5000
5500
6000
6500
7000
7500
8000
8500
9000

Tegangan-regangan SG = 1,2 dengan persentase ABCS


20%, Umur 28 hari, benda uji K1332
=
=
=
=
=
=

Pembacaan Lab
Dial 1
Dial 2
(mm)
(mm)
0,000
0,000
0,007
0,002
0,021
0,008
0,032
0,014
0,045
0,022
0,061
0,031
0,072
0,038
0,086
0,045
0,104
0,055
0,119
0,065
0,137
0,078
0,154
0,091
0,171
0,104
0,186
0,116
0,209
0,135
0,233
0,156
0,261
0,182
0,293
0,212
0,353
0,300

K1332
11,24
100
100
7854
88290

MPa
mm
mm
mm
N

Pembacaan Aktual
Dial 1
Dial 2
(mm)
(mm)
0,000
0,000
0,007
0,002
0,021
0,008
0,032
0,014
0,045
0,022
0,061
0,031
0,072
0,038
0,086
0,045
0,104
0,055
0,119
0,065
0,137
0,078
0,154
0,091
0,171
0,104
0,186
0,116
0,209
0,135
0,233
0,156
0,261
0,182
0,293
0,212
0,353
0,300

Rata-rata

Tegangan

(mm)
0,0000
0,0045
0,0145
0,0230
0,0335
0,0460
0,0550
0,0655
0,0795
0,0920
0,1075
0,1225
0,1375
0,1510
0,1720
0,1945
0,2215
0,2525
0,3265

(N/mm)
0,00
0,62
1,25
1,87
2,50
3,12
3,75
4,37
5,00
5,62
6,25
6,87
7,49
8,12
8,74
9,37
9,99
10,62
11,24

Regangan
0,0000
0,0000
0,0001
0,0002
0,0003
0,0005
0,0006
0,0007
0,0008
0,0009
0,0011
0,0012
0,0014
0,0015
0,0017
0,0019
0,0022
0,0025
0,0033

97

Lampiran C.4.12 Lanjutan (6/21)


Perhitungan C.4.12.6

Nama Benda Uji


Mutu Beton
L0
Diameter Selinder
Luas Penampang
P max
Beban
(P)
(kg)
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
4000
4500
5000
5500
6000
6500
7000
7500
8000

Tegangan-regangan SG = 1,2 dengan persentase ABCS


20%, Umur 28 hari, benda uji K1333
=
=
=
=
=
=

Pembacaan Lab
Dial 1
Dial 2
(mm)
(mm)
0,016
0,000
0,027
0,003
0,036
0,004
0,061
0,006
0,081
0,011
0,100
0,019
0,117
0,022
0,138
0,029
0,157
0,037
0,178
0,050
0,196
0,061
0,216
0,078
0,237
0,096
0,256
0,113
0,283
0,136
0,312
0,160
0,351
0,195

K1333
9,99
100
100
7854
78480

MPa
mm
mm
mm
N

Pembacaan Aktual
Dial 1
Dial 2
(mm)
(mm)
0,000
0,000
0,011
0,003
0,020
0,004
0,045
0,006
0,065
0,011
0,084
0,019
0,101
0,022
0,122
0,029
0,141
0,037
0,162
0,050
0,180
0,061
0,200
0,078
0,221
0,096
0,240
0,113
0,267
0,136
0,296
0,160
0,335
0,195

Rata-rata

Tegangan

(mm)
0,0000
0,0070
0,0120
0,0255
0,0380
0,0515
0,0615
0,0755
0,0890
0,1060
0,1205
0,1390
0,1585
0,1765
0,2015
0,2280
0,2650

(N/mm)
0,00
0,62
1,25
1,87
2,50
3,12
3,75
4,37
5,00
5,62
6,25
6,87
7,49
8,12
8,74
9,37
9,99

Regangan
0,0000
0,0001
0,0001
0,0003
0,0004
0,0005
0,0006
0,0008
0,0009
0,0011
0,0012
0,0014
0,0016
0,0018
0,0020
0,0023
0,0026

98

Lampiran C.4.12 Lanjutan (7/21)


Perhitungan C.4.12.7

Nama Benda Uji


Mutu Beton
L0
Diameter Selinder
Luas Penampang
P max
Beban
(P)
(kg)
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
4000
4500
5000
5500
6000
6500
7000
7500
8000
8500
9000
9500
10000
10500
11000
11500
12000

Tegangan-regangan SG = 1,4 dengan persentase ABCS


0%, Umur 28 hari, benda uji K2131
=
=
=
=
=
=

Pembacaan Lab
Dial 1
Dial 2
(mm)
(mm)
0,000
0,000
0,003
0,005
0,008
0,016
0,013
0,023
0,019
0,030
0,024
0,038
0,030
0,045
0,037
0,053
0,044
0,059
0,053
0,067
0,064
0,075
0,073
0,083
0,082
0,090
0,090
0,097
0,100
0,105
0,110
0,117
0,122
0,128
0,131
0,139
0,143
0,152
0,154
0,160
0,163
0,184
0,196
0,190
0,237
0,190
0,277
0,187
0,326
0,229

K2131
14,99
100
100
7854
117720

MPa
mm
mm
mm
N

Pembacaan Aktual
Dial 1
Dial 2
(mm)
(mm)
0,000
0,000
0,003
0,005
0,008
0,016
0,013
0,023
0,019
0,030
0,024
0,038
0,030
0,045
0,037
0,053
0,044
0,059
0,053
0,067
0,064
0,075
0,073
0,083
0,082
0,090
0,090
0,097
0,100
0,105
0,110
0,117
0,122
0,128
0,131
0,139
0,143
0,152
0,154
0,160
0,163
0,184
0,196
0,190
0,237
0,190
0,277
0,187
0,326
0,229

Rata-rata

Tegangan

(mm)
0,0000
0,0040
0,0120
0,0180
0,0245
0,0310
0,0375
0,0450
0,0515
0,0600
0,0695
0,0780
0,0860
0,0935
0,1025
0,1135
0,1250
0,1350
0,1475
0,1570
0,1735
0,1930
0,2135
0,2320
0,2775

(N/mm)
0,00
0,62
1,25
1,87
2,50
3,12
3,75
4,37
5,00
5,62
6,25
6,87
7,49
8,12
8,74
9,37
9,99
10,62
11,24
11,87
12,49
13,12
13,74
14,36
14,99

Regangan
0,0000
0,0000
0,0001
0,0002
0,0002
0,0003
0,0004
0,0005
0,0005
0,0006
0,0007
0,0008
0,0009
0,0009
0,0010
0,0011
0,0013
0,0014
0,0015
0,0016
0,0017
0,0019
0,0021
0,0023
0,0028

99

Lampiran C.4.12 Lanjutan (8/21)


Perhitungan C.4.12.8

Tegangan-regangan SG = 1,4 dengan persentase ABCS


0%, Umur 28 hari, benda uji K2132

=
=
=
L0
=
Diameter Selinder
=
Luas Penampang
=
P max
Pembacaan Lab
Beban
(P)
Dial 1
Dial 2
(kg)
(mm)
(mm)
0
0,000
0,000
500
0,006
0,002
1000
0,020
0,001
1500
0,034
0,002
2000
0,044
0,004
2500
0,056
0,007
3000
0,068
0,010
3500
0,081
0,014
4000
0,091
0,018
4500
0,101
0,022
5000
0,115
0,026
5500
0,126
0,031
6000
0,139
0,035
6500
0,151
0,039
7000
0,164
0,044
7500
0,177
0,049
8000
0,192
0,056
8500
0,205
0,062
9000
0,221
0,070
9500
0,245
0,083
10000
0,260
0,090
10500
0,286
0,106
11000
0,316
0,125
11500
0,336
0,139
12000
0,384
0,172
12500
0,431
0,207
Nama Benda Uji
Mutu Beton

K2132
15,46 MPa
100 mm
100,5 mm
7933 mm
122625 N
Pembacaan Aktual
Dial 1
Dial 2
(mm)
(mm)
0,000
0,000
0,006
0,002
0,020
0,001
0,034
0,002
0,044
0,004
0,056
0,007
0,068
0,010
0,081
0,014
0,091
0,018
0,101
0,022
0,115
0,026
0,126
0,031
0,139
0,035
0,151
0,039
0,164
0,044
0,177
0,049
0,192
0,056
0,205
0,062
0,221
0,070
0,245
0,083
0,260
0,090
0,286
0,106
0,316
0,125
0,336
0,139
0,384
0,172
0,431
0,207

Rata-rata

Tegangan

(mm)
0,0000
0,0040
0,0105
0,0180
0,0240
0,0315
0,0390
0,0475
0,0545
0,0615
0,0705
0,0785
0,0870
0,0950
0,1040
0,1130
0,1240
0,1335
0,1455
0,1640
0,1750
0,1960
0,2205
0,2375
0,2780
0,3190

(N/mm)
0,00
0,62
1,24
1,85
2,47
3,09
3,71
4,33
4,95
5,56
6,18
6,80
7,42
8,04
8,66
9,27
9,89
10,51
11,13
11,75
12,37
12,98
13,60
14,22
14,84
15,46

Regangan
0,0000
0,0000
0,0001
0,0002
0,0002
0,0003
0,0004
0,0005
0,0005
0,0006
0,0007
0,0008
0,0009
0,0010
0,0010
0,0011
0,0012
0,0013
0,0015
0,0016
0,0018
0,0020
0,0022
0,0024
0,0028
0,0032

100

Lampiran C.4.12 Lanjutan (9/21)


Perhitungan C.4.12.9

Nama Benda Uji


Mutu Beton
L0
Diameter Selinder
Luas Penampang
P max
Beban
(P)
(kg)
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
4000
4500
5000
5500
6000
6500
7000
7500
8000
8500
9000
9500
10000
10500
11000
11500
12000
12500

Tegangan-regangan SG = 1,4 dengan persentase ABCS


0%, Umur 28 hari, benda uji K2133
=
=
=
=
=
=

Pembacaan Lab
Dial 1
Dial 2
(mm)
(mm)
0,000
0,000
0,001
0,002
0,008
0,011
0,012
0,015
0,019
0,022
0,026
0,030
0,030
0,036
0,034
0,042
0,039
0,051
0,045
0,060
0,050
0,069
0,056
0,079
0,063
0,089
0,070
0,098
0,080
0,110
0,088
0,118
0,095
0,126
0,105
0,136
0,112
0,146
0,121
0,155
0,130
0,164
0,147
0,174
0,162
0,196
0,186
0,221
0,229
0,259
0,291
0,325

K2133
15,46
100
101
8012
122625

MPa
mm
mm
mm
N

Pembacaan Aktual
Dial 1
Dial 2
(mm)
(mm)
0,000
0,000
0,001
0,002
0,008
0,011
0,012
0,015
0,019
0,022
0,026
0,030
0,030
0,036
0,034
0,042
0,039
0,051
0,045
0,060
0,050
0,069
0,056
0,079
0,063
0,089
0,070
0,098
0,080
0,110
0,088
0,118
0,095
0,126
0,105
0,136
0,112
0,146
0,121
0,155
0,130
0,164
0,147
0,174
0,162
0,196
0,186
0,221
0,229
0,259
0,291
0,325

Rata-rata

Tegangan

(mm)
0,0000
0,0015
0,0095
0,0135
0,0205
0,0280
0,0330
0,0380
0,0450
0,0525
0,0595
0,0675
0,0760
0,0840
0,0950
0,1030
0,1105
0,1205
0,1290
0,1380
0,1470
0,1605
0,1790
0,2035
0,2440
0,3080

(N/mm)
0,00
0,62
1,24
1,85
2,47
3,09
3,71
4,33
4,95
5,56
6,18
6,80
7,42
8,04
8,66
9,27
9,89
10,51
11,13
11,75
12,37
12,98
13,60
14,22
14,84
15,46

Regangan
0,0000
0,0000
0,0001
0,0001
0,0002
0,0003
0,0003
0,0004
0,0005
0,0005
0,0006
0,0007
0,0008
0,0008
0,0010
0,0010
0,0011
0,0012
0,0013
0,0014
0,0015
0,0016
0,0018
0,0020
0,0024
0,0031

101

Lampiran C.4.12 Lanjutan (10/21)


Perhitungan C.4.12.10

Nama Benda Uji


Mutu Beton
L0
Diameter Selinder
Luas Penampang
P max
Beban
(P)
(kg)
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
4000
4500
5000
5500
6000
6500
7000
7500
8000
8500
9000
9500
10000
10500
11500
12000
12500

Tegangan-regangan SG = 1,4 dengan persentase


ABCS1 10%, Umur 28 hari, benda uji K2231
=
=
=
=
=
=

Pembacaan Lab
Dial 1
Dial 2
(mm)
(mm)
0,000
0,000
0,005
0,011
0,013
0,021
0,022
0,035
0,029
0,045
0,035
0,062
0,039
0,079
0,044
0,101
0,048
0,122
0,054
0,144
0,059
0,156
0,066
0,174
0,075
0,193
0,081
0,205
0,085
0,215
0,094
0,230
0,099
0,238
0,104
0,247
0,114
0,263
0,119
0,273
0,129
0,285
0,134
0,293
0,159
0,331
0,185
0,353
0,213
0,385

K2231
15,46
100
100,5
7933
122625

MPa
mm
mm
mm
N

Pembacaan Aktual
Dial 1
Dial 2
(mm)
(mm)
0,000
0,000
0,005
0,011
0,013
0,021
0,022
0,035
0,029
0,045
0,035
0,062
0,039
0,079
0,044
0,101
0,048
0,122
0,054
0,144
0,059
0,156
0,066
0,174
0,075
0,193
0,081
0,205
0,085
0,215
0,094
0,230
0,099
0,238
0,104
0,247
0,114
0,263
0,119
0,273
0,129
0,285
0,134
0,293
0,159
0,331
0,185
0,353
0,213
0,385

Rata-rata

Tegangan

(mm)
0,0000
0,0080
0,0170
0,0285
0,0370
0,0485
0,0590
0,0725
0,0850
0,0990
0,1075
0,1200
0,1340
0,1430
0,1500
0,1620
0,1685
0,1755
0,1885
0,1960
0,2070
0,2135
0,2450
0,2690
0,2990

(N/mm)
0,00
0,62
1,24
1,85
2,47
3,09
3,71
4,33
4,95
5,56
6,18
6,80
7,42
8,04
8,66
9,27
9,89
10,51
11,13
11,75
12,37
12,98
14,22
14,84
15,46

Regangan
0,0000
0,0001
0,0002
0,0003
0,0004
0,0005
0,0006
0,0007
0,0009
0,0010
0,0011
0,0012
0,0013
0,0014
0,0015
0,0016
0,0017
0,0018
0,0019
0,0020
0,0021
0,0021
0,0025
0,0027
0,0030

102

Lampiran C.4.12 Lanjutan (11/21)


Perhitungan C.4.12.11

Nama Benda Uji


Mutu Beton
L0
Diameter Selinder
Luas Penampang
P max
Beban
(P)
(kg)
0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
7000
8000
9000
10000
11000
12000
12500

Tegangan-regangan SG = 1,4 dengan persentase ABCS


10%, Umur 28 hari, benda uji K2232
=
=
=
=
=
=

Pembacaan Lab
Dial 1
Dial 2
(mm)
(mm)
0,015
0,003
0,034
0,007
0,053
0,011
0,073
0,014
0,097
0,016
0,121
0,018
0,144
0,020
0,169
0,024
0,189
0,030
0,207
0,045
0,218
0,070
0,245
0,084
0,260
0,131
0,298
0,199

K2232
15,61
100
100
7854
122625

MPa
mm
mm
mm
N

Pembacaan Aktual
Dial 1
Dial 2
(mm)
(mm)
0,000
0,000
0,019
0,004
0,038
0,008
0,058
0,011
0,082
0,013
0,106
0,015
0,129
0,017
0,154
0,021
0,174
0,027
0,192
0,042
0,203
0,067
0,230
0,081
0,245
0,128
0,283
0,196

Rata-rata

Tegangan

(mm)
0,0000
0,0115
0,0230
0,0345
0,0475
0,0605
0,0730
0,0875
0,1005
0,1170
0,1350
0,1555
0,1865
0,2395

(N/mm)
0,00
1,25
2,50
3,75
5,00
6,25
7,49
8,74
9,99
11,24
12,49
13,74
14,99
15,61

Regangan
0,0000
0,0001
0,0002
0,0003
0,0005
0,0006
0,0007
0,0009
0,0010
0,0012
0,0014
0,0016
0,0019
0,0024

103

Lampiran C.4.12 Lanjutan (12/21)


Perhitungan C.4.12.12

Nama Benda Uji


Mutu Beton
L0
Diameter Selinder
Luas Penampang
P max
Beban
(P)
(kg)
0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
7000
8000
9000
10000
11000
12000
13000
13500

Tegangan-regangan SG = 1,4 dengan persentase ABCS


10%, Umur 28 hari, benda uji K2233
=
=
=
=
=
=

Pembacaan Lab
Dial 1
Dial 2
(mm)
(mm)
0,000
0,000
0,007
0,004
0,027
0,010
0,042
0,014
0,060
0,021
0,077
0,031
0,094
0,043
0,113
0,050
0,133
0,064
0,177
0,070
0,204
0,078
0,232
0,090
0,263
0,106
0,285
0,134
0,318
0,181

K2233
16,53
100
101
8012
132435

MPa
mm
mm
mm
N

Pembacaan Aktual
Dial 1
Dial 2
(mm)
(mm)
0,000
0,000
0,007
0,004
0,027
0,010
0,042
0,014
0,060
0,021
0,077
0,031
0,094
0,043
0,113
0,050
0,133
0,064
0,177
0,070
0,204
0,078
0,232
0,090
0,263
0,106
0,285
0,134
0,318
0,181

Rata-rata

Tegangan

(mm)
0,0000
0,0055
0,0185
0,0280
0,0405
0,0540
0,0685
0,0815
0,0985
0,1235
0,1410
0,1610
0,1845
0,2095
0,2495

(N/mm)
0,00
1,22
2,45
3,67
4,90
6,12
7,35
8,57
9,80
11,02
12,24
13,47
14,69
15,92
16,53

Regangan
0,0000
0,0001
0,0002
0,0003
0,0004
0,0005
0,0007
0,0008
0,0010
0,0012
0,0014
0,0016
0,0018
0,0021
0,0025

104

Lampiran C.4.12 Lanjutan (13/21)


Perhitungan C.4.12.13

Nama Benda Uji


Mutu Beton
L0
Diameter Selinder
Luas Penampang
P max
Beban
(P)
(kg)
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
4000
4500
5000
5500
6000
6500
7000
7500
8000
8500
9000
9500
10000
10500
11000
11500
12000
12500
13000
13500
14000
14500

Tegangan-regangan SG = 1,4 dengan persentase ABCS


20%, Umur 28 hari, benda uji K2331
=
=
=
=
=
=

Pembacaan Lab
Dial 1
Dial 2
(mm)
(mm)
0,000
0,000
0,003
0,003
0,010
0,016
0,013
0,031
0,018
0,043
0,025
0,052
0,034
0,060
0,044
0,067
0,053
0,072
0,065
0,080
0,078
0,089
0,090
0,096
0,101
0,102
0,113
0,107
0,130
0,108
0,153
0,110
0,173
0,113
0,182
0,117
0,195
0,125
0,207
0,132
0,219
0,141
0,235
0,151
0,268
0,160
0,278
0,183
0,299
0,199
0,312
0,209
0,325
0,218
0,341
0,232
0,362
0,246
0,395
0,258

K2331
17,93
100
100,5
7933
142245

MPa
mm
mm
mm
N

Pembacaan Aktual
Dial 1
Dial 2
(mm)
(mm)
0,000
0,000
0,003
0,003
0,010
0,016
0,013
0,031
0,018
0,043
0,025
0,052
0,034
0,060
0,044
0,067
0,053
0,072
0,065
0,080
0,078
0,089
0,090
0,096
0,101
0,102
0,113
0,107
0,130
0,108
0,153
0,110
0,173
0,113
0,182
0,117
0,195
0,125
0,207
0,132
0,219
0,141
0,235
0,151
0,268
0,160
0,278
0,183
0,299
0,199
0,312
0,209
0,325
0,218
0,341
0,232
0,362
0,246
0,395
0,258

Rata-rata

Tegangan

(mm)
0,0000
0,0030
0,0130
0,0220
0,0305
0,0385
0,0470
0,0555
0,0625
0,0725
0,0835
0,0930
0,1015
0,1100
0,1190
0,1315
0,1430
0,1495
0,1600
0,1695
0,1800
0,1930
0,2140
0,2305
0,2490
0,2605
0,2715
0,2865
0,3040
0,3265

(N/mm)
0,00
0,62
1,24
1,85
2,47
3,09
3,71
4,33
4,95
5,56
6,18
6,80
7,42
8,04
8,66
9,27
9,89
10,51
11,13
11,75
12,37
12,98
13,60
14,22
14,84
15,46
16,08
16,69
17,31
17,93

Regangan
0,0000
0,0000
0,0001
0,0002
0,0003
0,0004
0,0005
0,0006
0,0006
0,0007
0,0008
0,0009
0,0010
0,0011
0,0012
0,0013
0,0014
0,0015
0,0016
0,0017
0,0018
0,0019
0,0021
0,0023
0,0025
0,0026
0,0027
0,0029
0,0030
0,0033

105

Lampiran C.4.12 Lanjutan (14/21)


Perhitungan C.4.12.14

Tegangan-regangan SG = 1,4 dengan persentase ABCS


20%, Umur 28 hari, benda uji K2332

Nama Benda Uji


Mutu Beton

=
=
=
=
=
=

L0
Diameter Selinder
Luas Penampang
P max
Beban
(P)
(kg)
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
4000
4500
5000
5500
6000
6500
7000
7500
8000
8500
9000
9500
10000
11000
12000
13500

Pembacaan Lab
Dial 1
Dial 2
(mm)
(mm)
0,011
0,003
0,025
0,000
0,040
0,004
0,050
0,007
0,063
0,013
0,074
0,018
0,084
0,023
0,097
0,028
0,109
0,034
0,124
0,040
0,137
0,047
0,147
0,053
0,158
0,059
0,169
0,067
0,178
0,075
0,192
0,090
0,205
0,100
0,219
0,110
0,233
0,119
0,262
0,133
0,278
0,139
0,432
0,033
0,507
0,012
0,526
0,113

K2332
16,69
100
100,5
7933
132435

MPa
mm
mm
mm
N

Pembacaan Aktual
Dial 1
Dial 2
(mm)
(mm)
0,000
0,000
0,014
-0,003
0,029
0,001
0,039
0,004
0,052
0,010
0,063
0,015
0,073
0,020
0,086
0,025
0,098
0,031
0,113
0,037
0,126
0,044
0,136
0,050
0,147
0,056
0,158
0,064
0,167
0,072
0,181
0,087
0,194
0,097
0,208
0,107
0,222
0,116
0,251
0,130
0,267
0,136
0,421
0,030
0,496
0,009
0,515
0,110

Rata-rata

Tegangan

(mm)
0,0000
0,0055
0,0150
0,0215
0,0310
0,0390
0,0465
0,0555
0,0645
0,0750
0,0850
0,0930
0,1015
0,1110
0,1195
0,1340
0,1455
0,1575
0,1690
0,1905
0,2015
0,2255
0,2525
0,3125

(N/mm)
0,00
0,62
1,24
1,85
2,47
3,09
3,71
4,33
4,95
5,56
6,18
6,80
7,42
8,04
8,66
9,27
9,89
10,51
11,13
11,75
12,37
13,60
14,84
16,69

Regangan
0,0000
0,0001
0,0002
0,0002
0,0003
0,0004
0,0005
0,0006
0,0006
0,0008
0,0009
0,0009
0,0010
0,0011
0,0012
0,0013
0,0015
0,0016
0,0017
0,0019
0,0020
0,0023
0,0025
0,0031

106

Lampiran C.4.12 Lanjutan (15/21)


Perhitungan C.4.12.15

Tegangan-regangan SG = 1,4 dengan persentase ABCS


20%, Umur 28 hari, benda uji K2333

=
=
=
L0
=
Diameter Selinder
=
Luas Penampang
=
P max
Pembacaan Lab
Beban
(P)
Dial 1
Dial 2
(kg)
(mm)
(mm)
0
0,000
0,004
500
0,001
0,005
1000
0,001
0,017
1500
0,003
0,033
2000
0,006
0,046
2500
0,008
0,054
3000
0,011
0,065
3500
0,015
0,074
4000
0,022
0,086
4500
0,029
0,098
5000
0,034
0,110
5500
0,044
0,117
6000
0,056
0,121
6500
0,062
0,123
7000
0,073
0,127
7500
0,081
0,131
8000
0,097
0,140
8500
0,124
0,147
9000
0,137
0,149
9500
0,141
0,152
10000
0,159
0,160
10500
0,189
0,169
11000
0,200
0,179
11500
0,221
0,192
12000
0,260
0,201
12500
0,283
0,211
13000
0,311
0,223
Nama Benda Uji
Mutu Beton

K2333
15,92 MPa
100 mm
101 mm
8012 mm
127530 N
Pembacaan Aktual
Dial 1
Dial 2
(mm)
(mm)
0,000
0,000
0,001
0,001
0,001
0,013
0,003
0,029
0,006
0,042
0,008
0,050
0,011
0,061
0,015
0,070
0,022
0,082
0,029
0,094
0,034
0,106
0,044
0,113
0,056
0,117
0,062
0,119
0,073
0,123
0,081
0,127
0,097
0,136
0,124
0,143
0,137
0,145
0,141
0,148
0,159
0,156
0,189
0,165
0,200
0,175
0,221
0,188
0,260
0,197
0,283
0,207
0,311
0,219

Rata-rata

Tegangan

(mm)
0,0000
0,0010
0,0070
0,0160
0,0240
0,0290
0,0360
0,0425
0,0520
0,0615
0,0700
0,0785
0,0865
0,0905
0,0980
0,1040
0,1165
0,1335
0,1410
0,1445
0,1575
0,1770
0,1875
0,2045
0,2285
0,2450
0,2650

(N/mm)
0,00
0,61
1,22
1,84
2,45
3,06
3,67
4,29
4,90
5,51
6,12
6,73
7,35
7,96
8,57
9,18
9,80
10,41
11,02
11,63
12,24
12,86
13,47
14,08
14,69
15,31
15,92

Regangan
0,0000
0,0000
0,0001
0,0002
0,0002
0,0003
0,0004
0,0004
0,0005
0,0006
0,0007
0,0008
0,0009
0,0009
0,0010
0,0010
0,0012
0,0013
0,0014
0,0014
0,0016
0,0018
0,0019
0,0020
0,0023
0,0025
0,0027

107

Lampiran C.4.12 Lanjutan (16/21)


Perhitungan C.4.12.16

Tegangan-regangan SG = 1,6 dengan persentase ABCS


0%, Umur 28 hari, benda uji K3131

Nama Benda Uji


Mutu Beton

=
=

L0
Diameter Selinder
Luas Penampang
P max

=
=
=
=

Beban
(P)
(kg)
0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
7000
8000
9000
10000
11000
12000
13000
14000
15000
16000
17000
18000
19000
20500

Pembacaan Lab
Dial 1
Dial 2
(mm)
(mm)
0,000
0,000
0,024
0,008
0,042
0,018
0,056
0,026
0,099
0,005
0,117
0,010
0,172
0,001
0,199
0,000
0,227
0,002
0,254
0,003
0,280
0,002
0,304
0,001
0,328
0,005
0,355
0,011
0,382
0,017
0,408
0,022
0,438
0,027
0,470
0,032
0,504
0,038
0,521
0,042
0,561
0,047

K3131
25,10
100
101
8012
201105

MPa
mm
mm
mm
N

Pembacaan Aktual
Dial 1
Dial 2
(mm)
(mm)
0,000
0,000
0,024
0,008
0,042
0,018
0,056
0,026
0,099
0,005
0,117
0,010
0,172
0,001
0,199
0,000
0,227
0,002
0,254
0,003
0,280
0,002
0,304
0,001
0,328
0,005
0,355
0,011
0,382
0,017
0,408
0,022
0,438
0,027
0,470
0,032
0,504
0,038
0,521
0,042
0,561
0,047

Rata-rata

Tegangan

(mm)
0,0000
0,0160
0,0300
0,0410
0,0520
0,0635
0,0865
0,0995
0,1145
0,1285
0,1410
0,1525
0,1665
0,1830
0,1995
0,2150
0,2325
0,2510
0,2710
0,2815
0,3040

(N/mm)
0,00
1,22
2,45
3,67
4,90
6,12
7,35
8,57
9,80
11,02
12,24
13,47
14,69
15,92
17,14
18,37
19,59
20,82
22,04
23,26
25,10

Regangan
0,0000
0,0002
0,0003
0,0004
0,0005
0,0006
0,0009
0,0010
0,0011
0,0013
0,0014
0,0015
0,0017
0,0018
0,0020
0,0022
0,0023
0,0025
0,0027
0,0028
0,0030

108

Lampiran C.4.12 Lanjutan (17/21)


Perhitungan C.4.12.17

Tegangan-regangan SG = 1,6 dengan persentase ABCS


0%, Umur 28 hari, benda uji K3132

=
=
=
L0
=
Diameter Selinder
=
Luas Penampang
=
P max
Pembacaan Lab
Beban
(P)
Dial 1
Dial 2
(kg)
(mm)
(mm)
0
0,000
0,000
1000
0,011
0,007
2000
0,023
0,013
3000
0,033
0,018
4000
0,045
0,025
5000
0,055
0,031
6000
0,071
0,042
7000
0,080
0,051
8000
0,090
0,061
9000
0,100
0,071
10000
0,111
0,080
11000
0,123
0,089
12000
0,134
0,098
13000
0,147
0,108
14000
0,160
0,119
15000
0,174
0,129
16000
0,188
0,140
17000
0,202
0,152
18000
0,216
0,168
18500
0,221
0,177
19000
0,220
0,187
20000
0,227
0,206
21000
0,237
0,224
22000
0,242
0,249
23000
0,256
0,283
24000
0,295
0,316
Nama Benda Uji
Mutu Beton

K3132
28,81 MPa
100 mm
102 mm
8171 mm
235440 N
Pembacaan Aktual
Dial 1
Dial 2
(mm)
(mm)
0,000
0,000
0,011
0,007
0,023
0,013
0,033
0,018
0,045
0,025
0,055
0,031
0,071
0,042
0,080
0,051
0,090
0,061
0,100
0,071
0,111
0,080
0,123
0,089
0,134
0,098
0,147
0,108
0,160
0,119
0,174
0,129
0,188
0,140
0,202
0,152
0,216
0,168
0,221
0,177
0,220
0,187
0,227
0,206
0,237
0,224
0,242
0,249
0,256
0,283
0,295
0,316

Rata-rata

Tegangan

(mm)
0,0000
0,0090
0,0178
0,0255
0,0350
0,0430
0,0565
0,0655
0,0753
0,0853
0,0953
0,1058
0,1158
0,1275
0,1393
0,1515
0,1640
0,1770
0,1920
0,1988
0,2035
0,2165
0,2305
0,2453
0,2693
0,3055

(N/mm)
0,00
1,20
2,40
3,60
4,80
6,00
7,20
8,40
9,60
10,80
12,01
13,21
14,41
15,61
16,81
18,01
19,21
20,41
21,61
22,21
22,81
24,01
25,21
26,41
27,61
28,81

Regangan
0,0000
0,0001
0,0002
0,0003
0,0004
0,0004
0,0006
0,0007
0,0008
0,0009
0,0010
0,0011
0,0012
0,0013
0,0014
0,0015
0,0016
0,0018
0,0019
0,0020
0,0020
0,0022
0,0023
0,0025
0,0027
0,0031

109

Lampiran C.4.12 Lanjutan (18/21)


Perhitungan C.4.12.18

Nama Benda Uji


Mutu Beton
L0
Diameter Selinder
Luas Penampang
P max
Beban
(P)
(kg)
0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
7000
8000
9000
10000
11000
12000
13000
14000
15000
16000
17000
18000
18500

Tegangan-regangan SG = 1,6 dengan persentase ABCS


0%, Umur 28 hari, benda uji K3133
=
=
=
=
=
=

Pembacaan Lab
Dial 1
Dial 2
(mm)
(mm)
0,009
0,014
0,019
0,023
0,034
0,045
0,048
0,058
0,060
0,071
0,077
0,079
0,092
0,091
0,108
0,103
0,124
0,115
0,140
0,125
0,157
0,135
0,174
0,148
0,189
0,160
0,206
0,174
0,221
0,190
0,237
0,209
0,252
0,230
0,266
0,254
0,280
0,283
0,308
0,317

K3133
22,43
100
101,5
8091
181485

MPa
mm
mm
mm
N

Pembacaan Aktual
Dial 1
Dial 2
(mm)
(mm)
0,000
0,000
0,010
0,009
0,025
0,031
0,039
0,044
0,051
0,057
0,068
0,065
0,083
0,077
0,099
0,089
0,115
0,101
0,131
0,111
0,148
0,121
0,165
0,134
0,180
0,146
0,197
0,160
0,212
0,176
0,228
0,195
0,243
0,216
0,257
0,240
0,271
0,269
0,299
0,303

Rata-rata

Tegangan

(mm)
0,0000
0,0095
0,0280
0,0415
0,0540
0,0665
0,0800
0,0940
0,1080
0,1210
0,1345
0,1495
0,1630
0,1785
0,1940
0,2115
0,2295
0,2485
0,2700
0,3010

(N/mm)
0,00
1,21
2,42
3,64
4,85
6,06
7,27
8,49
9,70
10,91
12,12
13,34
14,55
15,76
16,97
18,19
19,40
20,61
21,82
22,43

Regangan
0,0000
0,0001
0,0003
0,0004
0,0005
0,0007
0,0008
0,0009
0,0011
0,0012
0,0013
0,0015
0,0016
0,0018
0,0019
0,0021
0,0023
0,0025
0,0027
0,0030

110

Lampiran C.4.12 Lanjutan (19/21)


Perhitungan C.4.12.19

Nama Benda Uji


Mutu Beton
L0
Diameter Selinder
Luas Penampang
P max
Beban
(P)
(kg)
0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
7000
8000
9000
10000
11000
12000
13000
14000
15000
16000
17000
18000
19000
20000
20500
21000

Tegangan-regangan SG = 1,6 dengan persentase ABCS


20%, Umur 28 hari, benda uji K3331
=
=
=
=
=
=

Pembacaan Lab
Dial 1
Dial 2
(mm)
(mm)
0,000
0,000
0,009
0,008
0,021
0,017
0,035
0,026
0,045
0,034
0,060
0,047
0,073
0,058
0,087
0,069
0,100
0,078
0,116
0,089
0,134
0,101
0,178
0,083
0,203
0,086
0,226
0,094
0,247
0,102
0,270
0,112
0,298
0,123
0,332
0,135
0,352
0,151
0,389
0,179
0,426
0,197
0,453
0,209
0,493
0,223

K3331
25,97
100
100,5
7933
206010

MPa
mm
mm
mm
N

Pembacaan Aktual
Dial 1
Dial 2
(mm)
(mm)
0,000
0,000
0,009
0,008
0,021
0,017
0,035
0,026
0,045
0,034
0,060
0,047
0,073
0,058
0,087
0,069
0,100
0,078
0,116
0,089
0,134
0,101
0,178
0,083
0,203
0,086
0,226
0,094
0,247
0,102
0,270
0,112
0,298
0,123
0,332
0,135
0,352
0,151
0,389
0,179
0,426
0,197
0,453
0,209
0,493
0,223

Rata-rata
(mm)
0,0000
0,0085
0,0190
0,0305
0,0395
0,0535
0,0655
0,0780
0,0890
0,1025
0,1175
0,1305
0,1445
0,1600
0,1745
0,1910
0,2105
0,2335
0,2515
0,2840
0,3115
0,3310
0,3580

Regangan
0,0000
0,0001
0,0002
0,0003
0,0004
0,0005
0,0007
0,0008
0,0009
0,0010
0,0012
0,0013
0,0014
0,0016
0,0017
0,0019
0,0021
0,0023
0,0025
0,0028
0,0031
0,0033
0,0036

Tegangan
(N/mm)
0,00
1,24
2,47
3,71
4,95
6,18
7,42
8,66
9,89
11,13
12,37
13,60
14,84
16,08
17,31
18,55
19,79
21,02
22,26
23,50
24,73
25,35
25,97

111

Lampiran C.4.12 Lanjutan (20/21)


Perhitungan C.4.12.20

Nama Benda Uji


Mutu Beton
L0
Diameter Selinder
Luas Penampang
P max
Beban
(P)
(kg)
0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
7000
8000
9000
10000
11000
12000
13000
14000
15000
16000
17000
17500
18500
19500
20000
20500
21000
21500

Tegangan-regangan SG = 1,6 dengan persentase ABCS


20%, Umur 28 hari, benda uji K3332
=
=
=
=
=
=

Pembacaan Lab
Dial 1
Dial 2
(mm)
(mm)
-0,006
0,000
-0,004
0,017
-0,003
0,038
0,001
0,057
0,005
0,072
0,015
0,085
0,032
0,070
0,015
0,105
0,028
0,143
0,032
0,168
0,032
0,189
0,029
0,210
0,022
0,229
0,012
0,250
0,000
0,270
0,015
0,291
0,031
0,310
0,048
0,329
0,058
0,340
0,078
0,360
0,101
0,384
0,111
0,397
0,127
0,412
0,154
0,424
0,354
0,362

K3332
26,85
100
100
7854
210915

MPa
mm
mm
mm
N

Pembacaan Aktual
Dial 1
Dial 2
(mm)
(mm)
0,000
0,000
0,002
0,017
0,003
0,038
0,007
0,057
0,011
0,072
0,021
0,085
0,038
0,070
0,021
0,105
0,034
0,143
0,038
0,168
0,038
0,189
0,035
0,210
0,028
0,229
0,018
0,250
0,006
0,270
0,021
0,291
0,037
0,310
0,054
0,329
0,064
0,340
0,084
0,360
0,107
0,384
0,117
0,397
0,133
0,412
0,160
0,424
0,360
0,362

Rata-rata
(mm)
0,0000
0,0095
0,0205
0,0320
0,0415
0,0530
0,0540
0,0630
0,0885
0,1030
0,1135
0,1225
0,1285
0,1340
0,1380
0,1560
0,1735
0,1915
0,2020
0,2220
0,2455
0,2570
0,2725
0,2920
0,3610

Regangan
0,0000
0,0001
0,0002
0,0003
0,0004
0,0005
0,0005
0,0006
0,0009
0,0010
0,0011
0,0012
0,0013
0,0013
0,0014
0,0016
0,0017
0,0019
0,0020
0,0022
0,0025
0,0026
0,0027
0,0029
0,0036

Tegangan
(N/mm)
0,00
1,25
2,50
3,75
5,00
6,25
7,49
8,74
9,99
11,24
12,49
13,74
14,99
16,24
17,49
18,74
19,98
21,23
21,86
23,11
24,36
24,98
25,61
26,23
26,85

112

Lampiran C.4.12 Lanjutan (21/21)


Perhitungan C.4.12.21

Tegangan-regangan SG = 1,6 dengan persentase ABCS


20%, Umur 28 hari, benda uji K3333

Nama Benda Uji


Mutu Beton

=
=

L0
Diameter Selinder
Luas Penampang
P max

=
=
=
=

Beban
(P)
(kg)
0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
7000
8000
9000
10000
11000
12000
13000
14000
15000
16000
17000
20000
21000
22000
22500
23000

Pembacaan Lab
Dial 1
Dial 2
(mm)
(mm)
0,000
0,000
0,008
0,020
0,015
0,035
0,025
0,050
0,037
0,063
0,050
0,073
0,065
0,085
0,081
0,096
0,098
0,107
0,114
0,118
0,132
0,131
0,148
0,144
0,167
0,158
0,186
0,173
0,206
0,191
0,224
0,207
0,245
0,226
0,266
0,245
0,338
0,311
0,370
0,341
0,399
0,369
0,412
0,382
0,433
0,405

K3333
28,44
100
100,5
7933
225630

MPa
mm
mm
mm
N

Pembacaan Aktual
Dial 1
Dial 2
(mm)
(mm)
0,000
0,000
0,008
0,020
0,015
0,035
0,025
0,050
0,037
0,063
0,050
0,073
0,065
0,085
0,081
0,096
0,098
0,107
0,114
0,118
0,132
0,131
0,148
0,144
0,167
0,158
0,186
0,173
0,206
0,191
0,224
0,207
0,245
0,226
0,266
0,245
0,338
0,311
0,370
0,341
0,399
0,369
0,412
0,382
0,433
0,405

Rata-rata
(mm)
0,0000
0,0140
0,0250
0,0375
0,0500
0,0615
0,0750
0,0885
0,1025
0,1160
0,1315
0,1460
0,1625
0,1795
0,1985
0,2155
0,2355
0,2555
0,3245
0,3555
0,3840
0,3970
0,4190

Regangan
0,0000
0,0001
0,0003
0,0004
0,0005
0,0006
0,0008
0,0009
0,0010
0,0012
0,0013
0,0015
0,0016
0,0018
0,0020
0,0022
0,0024
0,0026
0,0032
0,0036
0,0038
0,0040
0,0042

Tegangan
(N/mm)
0,00
1,24
2,47
3,71
4,95
6,18
7,42
8,66
9,89
11,13
12,37
13,60
14,84
16,08
17,31
18,55
19,79
21,02
24,73
25,97
27,21
27,82
28,44

113

Lampiran C.4.13 Hasil Perhitungan Modulus Elastisitas (Ec) Beton Busa


dengan Penambahan Abu Cangkang Sawit

SG

ABCS

Nama
Benda
Uji

1,2
20

1,4

10

20

0
1,6
20

25%

Ec

25%

(f'c)
(N/mm2 )

(%)

Kuat
tekan

Hasil
(N/mm2)

Ec (Rumus)***
Rerata

(N/mm2)

Dipohusodo

(N/mm2)

K1131

8,57

K1132

9,09

2,27

0,00049

4663,09

K1133

9,37

2,34

0,00051

4592,09

K1331

8,74

2,19

0,00041

5331,30

K1332

11,24

2,81

0,00040

7070,08

K1333

9,99

2,50

0,00038

6573,94

5650,34

K2131

14,99

3,75

0,00038

9992,38

8720,49

K2132

15,46

3,86

0,00041

9397,04

K2133

14,69

3,67

0,00040

9183,28

K2231

16,08

4,02

0,00043

9346,78

K2232

15,61

3,90

0,00039

9976,42

K2233

16,53

4,13

0,00043

9680,76

9157,89

K2331

17,31

4,33

0,00056

7798,70

9372,34

K2332

16,69

4,17

0,00053

7837,93

K2333

15,92

3,98

0,00049

8080,04

K3131

25,10

6,28

0,00058

10819,38

K3132

28,81

7,20

0,00057

12749,16

K3133

22,43

5,61

0,00051

10941,20

13033,40

K3331

25,97

6,49

0,00057

11440,38

14024,31

K3332

26,85

6,71 0,00058 11600,23 11534,26

14261,24

K3333

28,44

7,11

14676,95

2,14

0,00038

0,00062

5638,85

11562,18

Rerata

5233,08
4964,68

5390,07

5364,69

5470,92
5285,41
6325,11

9524,23

5993,09

8856,03

5642,95

8736,89

8634,14
9031,41
9667,99

7905,55

8900,31

9203,46

9029,87

9187,50

8986,70
13787,75
11503,25

14772,14

13864,43

14320,83

Anda mungkin juga menyukai