1. Infeksi lokal
2. Diatesis hemoragik
3. Fraktur intra artikuler
4. Osteoporosis juxta-artikuler yang berat
5. Sendi yang tidak stabil
6. Tidak ada indikasi yang tepat
7. Kegagalan suntikan terdahulu
Komplikasi :
1. Infeksi
2. Perdarahan
3. Kerusakan kartilago sendi
4. Ruptur tendo/ligamen.
ARTROSENTESIS
Teknik pengambilan cairan sendi. Teknik aspirasi disesuaikan menurut lokasi, anatomi dan
ukuran sendi.
A. Teknik artrosentesis:
~ Alat dan bahan:
Spuit dan jarum disposable. Ukuran jarum disesuaikan dengan besar sendi yang akan
diaspirasi: jarum nomor 19 atau 21 untuk sendi besar, sendi kecil jarum 23 atau 25.
Anestetik lokal (lidokain, semprotan etilklorida).
Kapas alkohol, kain kasa dan larutan pembersih kulit (misalnya larutan yang mengandung
yodium).
Tabung penampung aspirat 4 buah.
~ Cara kerja :
Steril
Lokasi tepat
Asepsis dan antisepsis
A. TES MAKROSKOPI
~ Warna dan kejernihan :
Pre analitik
Persiapan pasien : tidak dibutuhkan persiapan khusus.
Persiapan sampel : tidak ada persiapan khusus.
Prinsip tes : setiap kelainan memberi warna dan kejernihan yang berbeda.
Alat : tabung yang jernih.
Analitik
Cara kerja : lihat warna dan kejernihan sampel .
Nilai rujukan : tidak berwarna dan jernih.
Pasca analitik
Interpretasi :
Kuning jernih : artritis traumatik, osteoartritis dan artritis rematoid ringan.
Kuning keruh : inflamasi spesifik dan non spesifik, karena bertambahnya lekosit.
Seperti susu (chyloid) : artritis rematoid dengan efusi kronik, pirai dengan efusi akut dan
obstruksi limfatik dengan efusi.
Pasca analitik
Interpretasi :
Viskositas tinggi non inflamatorik
Viskositas menurun (<4 cm) inflamatorik akut dan septik
Viskositas bervariasi hemoragik.
~ Tes mucin
Pre analitik
Persiapan pasien : tidak dibutuhkan persiapan khusus.
Persiapan sampel : tidak ada persiapan khusus.
Prinsip tes : asam asetat dapat membekukan asam hialuronat dan protein.
Alat dan bahan :
tabung reaksi
pengaduk
aquades
asam asetat glacial
asam asetat 7 N
Analitik
Cara kerja : lihat buku
Nilai rujukan :
Mucin baik
Pasca analitik
~ Interpretasi :
Mucin sedang : jika bekuan kurang kuat dan tidak mempunyai batas
tegas dalam
karena infeksi.
B. TES MIKROSKOPI
Jumlah lekosit.
Preanalitik
~ Persiapan pasien : tidak dibutuhkan persiapan khusus.
~ Persiapan sampel : Sampel diencerkan dengan NaCl 0,9% atau metilen biru dalam NaCl
0,9% untuk cairan yang jernih. Jika cairan sendi terlalu kental kemungkinan sulit untuk
dipipet, maka sampel harus diencerkan dengan buffer hialuronidase. Bila cairan sendi banyak
mengandung eritrosit, maka digunakan HCl 0,1% atau saponin 1%, karena cairan ini dapat
melisiskan eritrosit.
~ Prinsip tes : Sampel diencerkan dan dimasukkan ke dalam kamar hitung
(hemositometer); dengan memperhitungkan faktor pengenceran, jumlah lekosit dalam darah
dapat diketahui.
Analitik
~ Cara kerja : lihat buku
~ Nilai rujukan: jumlah lekosit <200/mm3.
Pasca analitik
Interpretasi :
Jumlah lekosit 200-500/mm3
penyakit non inflamatorik (penyakit degeneratif).
Jumlah lekosit 2.000-100.000/mm3 inflamatorik akut.
~ artritis gout akut : jumlah lekosit 750-45.000/mm3, rata-rata 13.500/mm3.
~ faktor rematoid : jumlah lekosit 300-98.000/mm3, rata-rata 17.800/mm3
~ artritis rematoid : jumlah lekosit 300-75.000/mm3, rata-rata 15.500/mm3.
Pasca analitik
Interpretasi :
kristal monosodium urat (MSU) ditemukan pada artritis gout.
calcium pyrophosphate dihydrate (CPPD) yang ditemukan pada kondro-kalsinosis
(pseudogout).
calcium hydroxyapatite (HA) terdapat pada calcific periarthritis dan tendenitis.
kristal kolesterol ditemukan pada artritis rematoid.
C. TES KIMIA
Tes Glukosa
Pre analitik
Persiapan pasien : pasien harus berpuasa 6-12 jam sebelum pengambilan sampel.
Persiapan sampel : tidak hemolisis, cairan sendi disentrifus terlebih dahulu.
Analitik:
Nilai rujukan: Perbedaan antara glukosa serum dan glukosa cairan sendi
adalah < 10 mg%.
Pasca analitik
Interpretasi :
Kelompok non inflamatorik : perbedaannya <10 mg%.
Kelompok inflamatorik :
~ arthritis gout akut perbedaannya 0 41 mg%, rata-rata 12 mg%.
~ faktor rematoid perbedaannya 6 mg%.
~ artritis rematoid perbedaannya 0 88 mg%, rata-rata 31 mg%.
Kelompok septik :
~ artritis tuberkulosa perbedaannya 0 108 mg%, rata-rata 57 mg%.
~ artritis gonore perbedaannya 0 97 mg%, rata-rata 26 mg%.
~ artritis septik perbedaannya 40 122 mg%, rata-rata 71 mg%.
Kelompok hemoragik perbedaannya < 25 mg%.
E. TES MIKROBIOLOGI
Tes ini dilakukan bila ada dugaan kelainan sendi disebabkan infeksi, misalnya artritis
gonoroika atau artritis tuberkulosa. Tes mikroskopik dilakukan dengan pewarnaan gram atau
dengan pewarnaan asam lainnya. Jika hasilnya positif dilanjutkan dengan tes kultur untuk
konfirmasi.
Pewarnaan Gram
Pre Analitik
Persiapan pasien : tidak diperlukan persiapan khusus.
Persiapan sampel : sampel ditempatkan dalam tabung yang steril tanpa antikoagulan.
Prinsip : bakteri akan menyerap zat warna tertentu yaitu kristal violet.
Analitik
Cara kerja: lihat buku
Hasil : Gram positif (+) : bakteri akan berwarna ungu, bentuknya jelas (batang atau kokus)
Gram negatif (-) : bakteri akan berwarna merah, bentuknya jelas (batang
atau kokus).
Pasca Analitik
Interpretasi : - Artritis tuberkulosa ditemukan bakteri bentuk batang yang berwarna ungu.
- Artritis gonore ditemukan bakteri bentuk kokus berwarna merah.
Pewarnaan Tahan Asam/Acid fast Staining
Pre Analitik
~ Persiapan pasien : Tidak dibutuhkan persiapan khusus
~ Persiapan sampel : Tidak dibutuhkan persiapan khusus
Pasca analitik
Interpretasi :
Pada artritis septik, baik pewarnaan gram atau kultur, hasilnya sering negatif. Pada artritis
gonoroika, hasilnya 50% negatif dengan pewarnaan gram dan 75% negatif dengan kultur.
CAIRAN SENDI
tabung 1
tabung 2
Makroskopik
tabung 3
Mikroskopik
tabung 4
Kimia Imunologi
Bakteriologi
HASIL
Warna
transparan
transp opaq
transp - opaq
Volume
<3,5 ml
sering>3,5 ml sering>3,5 ml
Gumpalan
negatif
negatif
Viskositas
tinggi
tinggi
Mucin
baik
Lekosit
<200
Netrofil
<25%
Glukosa
<10
Kultur
negatif
baik
200 500
<25%
<10
negatif
sering >3,5 ml
dapat +
dapat +
negatif
menurun menurun
cukup-jelek
>50%
<25
negatif
bervariasi
20 rb-200 rb
>75%
<25-60
bervariasi
jelek
2.000 - 100 rb
sering >3,5 ml
200-10.000
>50 %
<10-25
positif
negatif
Normal
Non Infl.
RA, AS
Artritis Traumatik
Osteoartritis
SLE
Inflamatorik
TBA
TBA,SC
RF, AGA
SLE,RS
Peny.Sd.Neurogen
Hemoragik
Hemofilia
SVP
GA
SA
Septik
Neoplasma
Art.Traumatik
Neuroartropati
Inf.Jamur
Keterangan :
+ = positif AGA = Artritis gout akut = Pseudogout
G.A = Artritis gonore SA = Artritis septik
SLE = Lupus eritematosus sistemik SVP = Sinovisitis vilomedularis pigmentasi
RA = Artritis Rematoid TBA = Artritis tuberkulosa
RF = Faktor Rematoid
RS = Sindroma Reiter
No.Kunjungan :
Ruangan/Poli : Dokter :
Tanggal : Keterangan Klinik :
Hasil Analisis Cairan Sendi
TES MAKROSKOPIK
Warna :
( tidak berwarna )
Kejernihan :
( jernih )
Nilai rujukan
Mucin :
( bekuan kenyal )
TES MIKROSKOPIK
Hitung lekosit :
( lekosit <200/mm3 )
( <25% )
MN :
Sel-sel lain : ( tidak ada )
Kristal-kristal :
( tidak ada )
3. TES KIMIA
Glukosa darah :
( <200 mg% )
Glukosa c. sendi :
LDH :
( 100-190 U/L )
4. TES SEROLOGI
R.F. :
( < 8 IU/ml)
ANA :
( negatif )
CRP :
( < 6 mg/l )
5. TES MIKROBIOLOGI
Gram :
Kultur :
( negatif )
( negatif )
6. KESIMPULAN :
7. SARAN :
Makassar,
200
Analis,
(............... ....)
NIP
TES CAIRAN SENDI
Prosedur:
Pra Analitik
Persiapan Pasien : tidak ada persiapan khusus.
Persiapan Sampel :
- tidak ada persiapan khusus
- identifikasi sampel: nama, nomor, alamat, umur
- untuk tes mikroskopik: sampel diencerkan dengan NaCl 0,9% dan harus diperiksa paling
lambat 1 jam setelah pengambilan untuk mencegah degenerasi sel yang ada. Sampel dapat
langsung dari cairan aspirasi atau dari sedimen cairan sendi yang telah disentrifus (paling
baik)
Alat dan Bahan:
Tes Makroskopik
- Tabung reaksi yang jernih
- Spoit tanpa jarum
- Pengaduk
- Aqudes
- Asam asetat glasial
- Asam asetat 7N
Tes Kimia
- Pipet mikro 50 l
- Cup sample
- Rak sampel
Tes Mikroskopik:
- Hemositometer set (Kamar Hitung Improved Neubauer, pipet lekosit, selang pengisap)
- Larutan NaCl 0,9%
- Kaca obyek dan kaca penutup
- Mikroskop
- Alat Sentrifus
- Alat pengukur waktu
- Larutan metil alkohol
- Larutan Giemsa/Wright/May-Grunwald Giemsa (MGG)
Analitik
Cara kerja:
Tes Makroskopik:
- Perhatikan warna dan kejernihan
- Biarkan sampel selama 1 jam, lihat apakah ada bekuan atau tidak
- Tes viskositas:
- Isap sampel ke dalam spoit atau semprit tanpa jarum.
- Teteskan sampel ke luar dari spoit tersebut . Ukur panjang tetesan.
- Atau ambil sampel dengan jari telunjuk, rentangkan antara jari telunjuk dan ibu jari.
- Hitung panjang rentangan
- Tes Mucin:
- Buatlah larutan asam asetat 7 N dari 40,8 ml asam asetat glasial dan 100 ml air.
- Ke dalam satu tabung reaksi terlebih dulu dimasukkan 4 ml aquades, kemudian tambahkan
1 ml cairan sendi dan tambahkan lagi 1 tetes larutan asam asetat
- Aduklah kuat-kuat dengan pengaduk yang terbuat dari gelas.
- Bacalah hasil reaksi segera setelah diaduk.
7 N.
3.2.Tes Kimia
Tes Glukosa, dan Laktat Dehidrogenase (LDH) menggunakan alat Cobas Mira
- Masukkan 50 l sampel cairan pleura ke dalam tabung mikro, lalu letakkan dalam rak
sampel sesuai dengan nomor pemeriksaan
- Tempatkan reagen pada rak reagen sesuai program tes (protein, glukosa, LDH)
- Masukkan nomor identitas penderita dan program tes
- Pengukuran akan dilakukan secara otomatis
- Hasil tes akan keluar pada print out
3.3.Tes Mikroskopik/Sedimen
a. Jumlah Lekosit
- Isap sampel ke dalam pipet lekosit sampai tanda 0,5
- Isap NaCl 0,9% sampai tanda 11, kocok isi pipet beberapa menit agar isi pipet bercampur
baik. Setelah itu buanglah 4 5 tetes isi pipet.
- Siapkan kamar hitung dengan kaca penutup di atasnya
- Teteskan isi pipet pelahan-lahan ke dalam kamar hitung
- Hitung jumlah lekosit yang tampak dalam 4 kotak lekosit dengan menggunakan lensa 10 x.
hasilnya dikali 50.
b. Morfologi dan hitung jenis
Pewarnaan MGG
- Ambil cairan sendi yang telah disentrifus, apuskan di atas kaca objek, biarkan mengering
- Fiksasi apusan tersebut dengan metil alkohol selama 5 menit lalu dibilas dengan air
mengalir
- Tetesi sediaan apus dengan larutan May Grunwald 1 2 menit
- Tambahkan larutan buffer pH 6,4, diamkan selama 3 menit .
- Warnai dengan larutan Giemsa yang sudah diencerkan dengan buffer pH 6,4 dan dibiarkan 5
10 menit, cuci dengan air mengalir lalu keringkan
- Baca apusan di bawah mikroskop dengan pembesaran 100 x menggunakan minyak emersi
c. Kristal-kristal
1-2 tetes cairan sendi yang telah disentrifus ditaruh diatas kaca objek dan segera tutup
dengan kaca penutup. Periksalah segera dengan mikroskop biasa atau lebih baik dengan
mikroskop polarisasi
Nilai rujukan:
Warna
- Kuning jernih : pada artritis traumatik, osteoartritis dan artritis rematoid ringan
- Kuning keruh : pada inflamasi spesifik dan non spesifik, karena bertambahnya lekosit.
- Seperti susu (chyloid) : artritis rematoid dengan efusi kronik, pirai dengan efusi akut dan
obstruksi limfatik dengan efusi.
- Seperti nanah atau purulent : pada artritis septik yang lanjut.
- Seperti darah : pada trauma, hemofilia dan sinovisitis vilonodularis hemoragik.Bila darah
terjadi karena trauma pada waktu aspirasi maka warna merahnya akan berkurang bila aspirasi
diteruskan, sedangkan jika bukan oleh trauma maka warna merah akan menetap.
- Kuning kecoklatan : pada perdarahan yang telah lama.
Bekuan : Bekuan ( + ) : ada proses peradangan
Makin besar bekuan, makin besar peradangan.
Visikositas : Viskositas tinggi non inflamatorik
Viskositas menurun (<4 cm) inflamatorik akut dan septik
Viskositas bervariasi hemoragik.
Glukosa :
- Kelompok non inflamatorik : perbedaannya <10 mg%.
- Kelompok inflamatorik :
- Kelompok septik :
~ artritis tuberkulosa perbedaannya 0 108 mg%, rata-rata 57 mg%.
~ artritis gonore perbedaannya 0 97 mg%, rata-rata 26 mg%.
~ artritis septik perbedaannya 40 122 mg%, rata-rata 71 mg%.
- Kelompok hemoragik perbedaannya < 25 mg%.
LDL : meningkat pada RA, gout dan artritis karena infeksi, tetapi tetap normal pada
penyakit sendi generatif
Lekosit:
- jumlah lekosit 200-500/mm3 pada penyakit non inflamatorik (penyakit degeneratif).
- jumlah lekosit 2.000-100.000/mm3 kelompok inflamatorik akut.
~ artritis gout akut : jumlah lekosit 750-45.000/mm3, rata-rata 13.500/mm3.
~ faktor rematoid : jumlah lekosit 300-98.000/mm3, rata-rata 17.800/mm3
~ artritis rematoid : jumlah lekosit 300-75.000/mm3, rata-rata 15.500/mm3.
- jumlah lekosit 20.000-200.000/mm3 kelompok septik (infeksi).
~ artritis TB : jumlah lekosit 2.500-105.000/mm3, rata-rata 23.500/mm3.
~ atritis gonore : jumlah lekosit 1.500-108.000/mm3, rata-rata 14.000/mm3.
~ atritis septik : jumlah lekosit 15.600-213.000/mm3, rata-rata 65.400/mm3.
- jumlah lekosit 200-10.000/mm3 kelompok hemoragik.
Morfologi dan hirung jenis:
- jumlah netrofil <25% normal atau non inflamatorik
- jumlah netrofil pada kelompok akut inflamatorik :
~ artritis gout akut : jumlah netrofil 48 94%, rata-rata 83%.
~ faktor rematoid : jumlah netrofil 8 89%, rata-rata 46%
~ artritis rematoid : jumlah netrofil 5 96%, rata-rata 65%.
- jumlah netrofil pada kelompok septik (infeksi) :
~ artritis tuberkulosa : jumlah netrofil 29 96%, rata-rata 67%.
~ artritis gonore : jumlah netrofil 2 - 96% , rata-rata 64%.
Sel lupus erythematosus (Sel LE = LE Cell Faktor) merupakan salah satu Antinuclear
autoantibodies. Auto-antibodi ini dapat dijumpai pada penyakit/gangguan autoimmun seperti
sistemik lupus eritematosus (SLE), Syorgen syndrome, artritis rematoid (AR), hepatitis
kronik, tiroiditis dan anemia pernisiosa.
SLE adalah suatu penyakit autoimmun kronik, dapat menyerang berbagai sistem dalam tubuh
dan etiologinya tidak diketahui. SLE terutama menyerang wanita usia subur dengan
perbandingan wanita dan pria 7 : 1 sampai 9 : 1.
Diagnosis SLE menurut kriteria ARA (American Rheumatism Association) 1982:
1. Ruam malar
2. Ruam diskoid
3. Fotosensitifitas
4. Ulserasi di mulut atau nasofaring
5. Artritis
6. Serositis, yaitu pleuritis atau perikarditis
7. Kelainan ginjal, yaitu proteinuria persisten > 0.5 gr/hari, atau adalah silinder sel
8. Kelainan neurologik, yaitu kejang-kejang atau psikosis
9. Kelainan hematologik, yaitu anemia hemolitik, atau lekopenia atau limfopenia atau
trombositopenia
10. Kelainan imunologik, yaitu sel LE positif atau Anti DNA positif, atau Anti Sm positif atau
tes serologik untuk sifilis yang positif palsu.
11. Antibodi antinuklear (ANA) positif
Diagnosis SLE ditegakkan bila didapatkan 4 dari 11 kriteria di atas.
Sel LE adalah suatu sel fagosit (biasanya netrofil, jarang sel eosinofil) yang memfagosit
materi-materi yang rusak dan menjadi substansi yang homogen berwarna merah ungu dalam
sitoplasmanya.
Sel LE dapat dilihat in vitro saja, sel ini dibentuk dengan merusak beberapa sel lekosit
penderita SLE sehingga mengeluarkan nukleoproteinnya dan bereaksi dengan Iq G dan
kompleks ini difagosit oleh sel PMN normal yang masih ada.
Pada pemeriksaan sel LE dapat digunakan whole blood dan darah beku penderita.
II. METODE
A. PRE-ANALITIK
Persiapan Penderita
- Sebaiknya sebelum pemeriksaan Sel LE dilakukan, penderita tidak mendapatkan
kortikosteroid 1 minggu sebelum pemeriksaan.
B. TAHAP ANALITIK
Cara Pemeriksaan: Cara Magath dan Winkie (Modifikasi dari Zimmer dan Hargraves)
C. POST-ANALITIK
Interpretasi
Dalam sediaan apus sel LE dapat dilihat
1. Sel PMN yang didalam sitoplasmanya terdapat massa homogen (=LE Body) berbentuk
sferik dan berwarna ungu pucat. Walaupun LE Body pada dasarnya adalah inti, namun
struktur inti sama sekali tidak terlihat.
2. Inti dari netrofil pemfagosit terdesak ke salah satu sisi, lobi inti tampak terperangkap di
sekitar LE Body.
3. Hasil positif (+) jika beberapa sel LE ditemukan.
Hasil negatif (-) jika sel LE tidak ditemukan.
INTERPRETASI
Sel LE positif: menunjang diagnosis SLE, terutama bila didapatkan bersama gejala klinik
khas SLE (kriteria diagnosis ARA). Sel LE positif ditemukan pada 75 % penderita SLE.
Tidak ditemukannya sel LE bukan berarti tidak adanya SLE. Apabila sel LE positif
dilanjutkan dengan tes ANA
Hasil negatif palsu dapat ditemukan pada penderita yang mendapat pengobatan
kortikosteroid.