Anda di halaman 1dari 64

Yorry Bernard

Ade Ika
Tri Vena Dian Kartika Sari
2
Cairan Sendi = Cairan Sinovial

Merupakan cairan pelumas yang terdapat pada sendi yang


dihasilkan dari ultrafiltrasi plasma dan mengandung asam
hialuronat.

Asam hialuronat ini menyebabkan cairan sendi bersifat kental


sehingga cairan sendi dapat berfungsi sebagai pelumas.

Cairan synovial akan memberikan nutrisi bagi tulang rawan


sehingga tidak terjadi gesekan dalam pergerakan sendi. 3
Fungsi Cairan Sinovial

1. Melumasi sendi

2. Bertindak sebagai media untuk nutrisi untuk menjaga tulang


rawan.

4
Indikasi aspirasi cairan sendi:

1. Memastikan diagnosis.

2. Mengurangi rasa sakit & memperbaiki fungsi gerak


persendian

3. Pemberian obat intra artikuler (terapeutik).

5
Kontra indikasi :

1. Infeksi lokal

2. Diatesis hemoragik

3. Fraktur intra artikuler

4. Osteoporosis juxta-artikuler yang berat

5. Sendi yang tidak stabil

6. Tidak ada indikasi yang tepat


6
7. Kegagalan suntikan terdahulu
Komplikasi :

1. Infeksi

2. Perdarahan

3. Kerusakan kartilago sendi

4. Ruptur tendo/ligamen

7
Tehnik Pengambilan Sampel

ARTROSENTESIS
Teknik pengambilan cairan sendi. Teknik aspirasi disesuaikan
menurut lokasi, anatomi dan ukuran sendi.

8
Tehnik Pengambilan Sampel

Tabung I (tanpa antikoagulan): tes makroskopi, viskositas dan


tes musin,

Tabung II (dengan antikoagulan EDTA): tes mikroskopi,


hitung jenis dan sel,

Tabung III (tabung harus steril, berisi heparin/EDTA): tes


mikrobiologi

Tabung IV (tanpa antikoagulan): tes kimia dan imunologi. 9


Tes-tes :

1. Tes Makroskopi

2. Tes Mikroskopi

3. Tes Mikrobiologi

4. Tes Kimia

5. Tes Imuno-Serologi
10
1. Tes Makroskopi

a) Warna dan kejernihan

b) Bekuan

c) Viskositas

d) Tes Mucin

11
a) Warna dan kejernihan

Pre analitik :
Persiapan pasien : tidak dibutuhkan persiapan khusus.
Persiapan sampel : tidak ada persiapan khusus.
Prinsip tes : setiap kelainan memberi warna dan kejernihan yang
berbeda.
Alat : tabung yang jernih.
12
a) Warna dan kejernihan

Analitik
Cara kerja : lihat warna dan kejernihan sampel .
Nilai rujukan : tidak berwarna dan jernih.

13
a) Warna dan kejernihan

Pasca analitik
Interpretasi :

Kuning jernih : artritis traumatik, osteoartritis dan artritis


rematoid ringan.

Kuning keruh : inflamasi spesifik dan non spesifik, karena


bertambahnya lekosit.

14
a) Warna dan kejernihan

Seperti susu (chyloid) : artritis rematoid dengan efusi kronik,


pirai dengan efusi akut dan obstruksi limfatik dengan efusi.

Seperti nanah atau purulent : artritis septik yang lanjut.


Seperti darah : pada trauma, hemofilia dan sinovisitis
vilonodularis hemoragik.

15
a) Warna dan kejernihan

Bila darah terjadi karena trauma pada waktu aspirasi maka


warna merahnya akan berkurang bila aspirasi diteruskan,
sedangkan jika bukan oleh trauma maka warna merah akan
menetap.

Kuning kecoklatan : pada perdarahan yang telah lama.

16
b) Bekuan

Pre analitik
Persiapan pasien : tidak dibutuhkan persiapan khusus.
Persiapan sampel : tidak ada persiapan khusus.
Prinsip tes : fibrinogen menyebabkan sampel membeku.
Alat : tabung yang jernih

17
b) Bekuan

Analitik
Cara kerja : biarkan sampel selama 1 jam, kemudian lihat apakah
ada bekuan atau tidak.
Nilai rujukan : tidak membeku.
Pasca analitik
Interpretasi :
bekuan + : ada proses peradangan
18
c) Viskositas

Pre analitik
Persiapan pasien : tidak dibutuhkan persiapan khusus.
Persiapan sampel : tidak ada persiapan khusus.
Prinsip tes: asam hialuronat dalam cairan sendi menentukan
viskositas cairan.
Alat : spoit atau semprit tanpa jarum.
19
c) Viskositas
Analitik
Cara kerja :
Isap sampel ke dalam spoit atau semprit tanpa jarum.
Teteskan sampel ke luar dari spoit tersebut . Ukur panjang tetesan.
Atau ambil sampel dengan jari telunjuk, rentangkan antara jari telunjuk
dan ibu jari. Hitung panjang rentangan.

Nilai rujukan : panjangnya tanpa putus 4-6 cm disebut viskositas tinggi.


20
c) Viskositas

Pasca analitik
Interpretasi :
Viskositas tinggi  non inflamatorik
Viskositas menurun (<4 cm)  inflamatorik akut dan septik
Viskositas bervariasi  hemoragik.

21
d) Tes Mucin

Pre analitik
Persiapan pasien : tidak dibutuhkan persiapan khusus.
Persiapan sampel : tidak ada persiapan khusus.
Prinsip tes : asam asetat dapat membekukan asam hialuronat
dan protein.
Alat dan bahan :
tabung reaksi, pengaduk, aquades, asam asetat glacial, asam
22

asetat 7 N
d) Tes Mucin

Analitik
• Cara kerja : lihat buku

• Nilai rujukan :
Mucin baik : normal  terlihat satu bekuan kenyal dalam
cairan jernih.
23
d) Tes Mucin

Pasca analitik
~ Interpretasi :
Mucin sedang : jika bekuan kurang kuat dan tidak mempunyai
batas tegas dalam cairan jernih. Misalnya pada RA.
Mucin jelek : jika bekuan yang terjadi berkeping-keping dalam
cairan keruh, misalnya karena infeksi.
24
2. Tes Mikroskopi

a) Jumlah lekosit.

b) Mofologi dan Hitung Jenis

c) Kristal-kristal

25
a) Jumlah lekosit.

Preanalitik
~ Persiapan pasien : tidak dibutuhkan persiapan khusus.
~ Persiapan sampel : Sampel diencerkan dengan NaCl 0,9% atau
metilen biru dalam NaCl 0,9% untuk cairan yang jernih. Jika
cairan sendi terlalu kental kemungkinan sulit untuk dipipet,
maka sampel harus diencerkan dengan buffer hialuronidase.

Lanjut ...
26
a) Jumlah lekosit.

Bila cairan sendi banyak mengandung eritrosit, maka digunakan


HCl 0,1% atau saponin 1%, karena cairan ini dapat melisiskan
eritrosit.
~ Prinsip tes : Sampel diencerkan dan dimasukkan ke dalam
kamar hitung (hemositometer); dengan memperhitungkan faktor
pengenceran, jumlah lekosit dalam darah dapat diketahui.
27
a) Jumlah lekosit.

Analitik
~ Cara kerja : lihat buku
~ Nilai rujukan: jumlah lekosit <200/mm3.

28
a) Jumlah lekosit.

Pasca analitik
Interpretasi :
Jumlah lekosit 200-500/mm3  penyakit non inflamatorik
(penyakit degeneratif).
Jumlah lekosit 2.000-100.000/mm3  inflamatorik akut.
~ artritis gout akut : jumlah lekosit 750-45.000/mm3, rata-rata
13.500/mm3.
29
a) Jumlah lekosit.

~ artritis rematoid : jumlah lekosit 300-75.000/mm3, rata-rata


15.500/mm3.
Jumlah lekosit 20.000-200.000/mm3  septik (infeksi).
~ artritis TB : jumlah lekosit 2.500-105.000/mm3, rata-rata
23.500/mm3.
~ atritis gonore : jumlah lekosit 1.500-108.000/mm3, rata-rata
14.000/mm3.
30
a) Jumlah lekosit.

~ atritis septik : jumlah lekosit 15.600-213.000/mm3, rata-rata


65.400/mm3.
Jumlah lekosit 200-10.000/mm3  hemoragik.

31
b) Mofologi dan Hitung Jenis

Preanalitik
~ Persiapan pasien : tdk dibutuhkan persiapan khusus.
~ Persiapan sampel : sampel harus diperiksa < 1 jam setelah
pengambilan. Sampel dapat langsung dari cairan aspirasi atau
dari sedimen cairan sendi yang telah disentrifus (paling baik).
~ Prinsip tes : cairan sendi diapuskan di atas kaca objek
kemudian diwarnai.
32
b) Mofologi dan Hitung Jenis

Analitik
~ Cara kerja pewarnaan MGG : lihat buku
~ Nilai rujukan : jumlah netrofil < 25 %.

33
b) Mofologi dan Hitung Jenis

Pasca analitik
Interpretasi :
jumlah netrofil <25%  normal atau non inflamatorik
jumlah netrofil pada kelompok akut inflamatorik :
~ artritis gout akut : jumlah netrofil 48 – 94%, rata-rata 83%.
~ faktor rematoid : jumlah netrofil 8 – 89%, rata-rata 46%
~ artritis rematoid : jumlah netrofil 5 – 96%, rata-rata 65%.
34
b) Mofologi dan Hitung Jenis

jumlah netrofil pada kelompok septik (infeksi) :


~ artritis tuberkulosa : jumlah netrofil 29 – 96%, rata-rata 67%.
~ artritis gonore : jumlah netrofil 2 - 96% , rata-rata 64%.
~ artritis septik : jumlah netrofil 75 – 100%, rata-rata 95%.
jumlah netrofil pada kelompok hemoragik : <50%. (1,5,9)

35
c) Kristal-kristal

Pre analitik

~ persiapan pasien : tidak diperlukan persiapan khusus.


~ persiapan sampel : sampel disentrifus terlebih dahulu
~ prinsip tes : jenis kristal tergantung jenis kelainan.

36
c) Kristal-kristal

Analitik
Cara kerja :
Satu sampai dua tetes cairan sendi yang telah disentrifus ditaruh
diatas kaca objek dan segera tutup dengan kaca penutup.
Periksalah segera dengan mikroskop biasa atau lebih baik
dengan mikroskop polarisasi.
Nilai rujukan : tidak ditemukan kristal dalam cairan sendi.
37
c) Kristal-kristal

Pasca analitik
Interpretasi :

kristal monosodium urat (MSU)  artritis gout.

Ca. pyrophosphate dihydrate (CPPD)  kondro-kalsinosis


(pseudogout).

Ca. hydroxyapatite (HA)  calcific periarthritis & tendenitis.

kristal kolesterol  artritis rematoid. 38


3. Tes Mikrobiologi

Tes ini dilakukan bila ada dugaan kelainan sendi disebabkan


infeksi, misalnya artritis gonoroika atau artritis tuberkulosa. Tes
mikroskopik dilakukan dengan pewarnaan gram atau dengan
pewarnaan asam lainnya. Jika hasilnya positif dilanjutkan
dengan tes kultur untuk konfirmasi.

a) Pewarnaan Gram

b) Pewarnaan Tahan Asam/Acid fast Staining 39


a) Pewarnaan Gram

Pre Analitik
Persiapan pasien : tidak diperlukan persiapan khusus.
Persiapan sampel : sampel ditempatkan dalam tabung yang steril
tanpa antikoagulan.
Prinsip : bakteri akan menyerap zat warna tertentu yaitu kristal
violet.
40
a) Pewarnaan Gram

Analitik
Cara kerja: lihat buku
Hasil : Gram positif (+) : bakteri akan berwarna ungu,
bentuknya jelas (batang atau kokus)
Gram negatif (-) : bakteri akan berwarna merah, bentuknya jelas
(batang atau kokus).
41
a) Pewarnaan Gram

Pasca Analitik
Interpretasi :

- Artritis tuberkulosa  ditemukan bakteri bentuk batang yang


berwarna ungu.
- Artritis gonore  ditemukan bakteri bentuk kokus berwarna
merah. 42
b) Pewarnaan Tahan Asam/Acid fast Staining

Pre Analitik

~ Persiapan pasien : Tidak dibutuhkan persiapan khusus


~ Persiapan sampel : Tidak dibutuhkan persiapan khusus
~ Prinsip tes : kuman akan mengambil warna sesuai sifatnya

43
b) Pewarnaan Tahan Asam/Acid fast Staining

Analitik
Nilai rujukan:

Basil tahan asam (positif) : Basil terlihat bewarna merah.


Basil tidak tahan asam : Badan basil akan berwarna biru.

44
b) Pewarnaan Tahan Asam/Acid fast Staining

Pasca analitik
Interpretasi :
Pada artritis septik, baik pewarnaan gram atau kultur, hasilnya
sering negatif. Pada artritis gonoroika, hasilnya 50% negatif
dengan pewarnaan gram dan 75% negatif dengan kultur.

45
4. Tes Kimia

a) Tes Glukosa

b) Tes Laktat dehidrogenase (LDH)

46
a) Tes Glukosa

Pre analitik
Persiapan pasien : pasien harus berpuasa 6-12 jam sebelum
pengambilan sampel.
Persiapan sampel : tidak hemolisis, cairan sendi disentrifus
terlebih dahulu.

47
a) Tes Glukosa

Analitik:
Nilai rujukan: Perbedaan antara glukosa serum dan glukosa
cairan sendi adalah < 10 mg%.

48
a) Tes Glukosa
Pasca analitik
Interpretasi :
Kelompok non inflamatorik : perbedaannya <10 mg%.
Kelompok inflamatorik :
~ arthritis gout akut  perbedaannya 0 – 41 mg%, rata-rata 12 mg%.
~ faktor rematoid  perbedaannya 6 mg%.

~ artritis rematoid  perbedaannya 0 – 88 mg%, rata-rata 31 mg%.

49
a) Tes Glukosa

Kelompok septik :
~ artritis tuberkulosa  perbedaannya 0 – 108 mg%, rata-rata 57 mg%.
~ artritis gonore  perbedaannya 0 – 97 mg%, rata-rata 26 mg%.
~ artritis septik  perbedaannya 40 – 122 mg%, rata-rata 71 mg%.

Kelompok hemoragik  perbedaannya < 25 mg%.

50
b) TesLaktat dehidrogenase (LDH)

Pre analitik
Persiapan pasien : tidak ada persiapan khusus.
Persiapan sample : tidak ada persiapan khusus

Analitik: Nilai rujukan : 100-190 U/L

51
b) TesLaktat dehidrogenase (LDH)

Pasca analitik
Interpretasi : LDH meningkat pada RA, gout dan artritis karena
infeksi, tetapi tetap normal pada penyakit sendi generatif.

52
5. Tes Imuno-Serologi.

a) Tes Faktor Rematoid (RF)

b) Tes C- Reactive Protein (CRP)

c) Tes Antinuclear Antibodies (ANA)

53
a) Tes Faktor Rematoid (RF)

Pre analitik
Persiapan pasien : tidak ada persiapan khusus
Persiapan sampel : gunakan sampel segar yang telah disentrifus
terlebih dahulu.
Prinsip tes : faktor rematoid dapat dideteksi dengan
menggunakan suspensi granul plastik yang dilapisi gamma
globulin manusia dan akan beraglutinasi jika ada faktor
54

rematoid.
a) Tes Faktor Rematoid (RF)

Analitik
Cara kerja (metode kualitatif) : lihat buku
Nilai rujukan :

Aglutinasi + : kadar RF > 8 IU/ml


Aglutinasi - : kadar RF < 8 IU/ml

55
a) Tes Faktor Rematoid (RF)

Pasca analitik
Interpretasi :

RF + : sekitar >60% ditemukan dalam cairan sendi atau serum


penderita AR.

Hasil positif palsu dapat ditemukan pada penyakit lain


seperti SLE, hepatitis, sirosis, limfoma, skleroderma dan
penyakit karena infeksi. 56
b) Tes C- Reactive Protein (CRP)

Pre analitik
~ Persiapan pasien : tidak ada persiapan khusus
~ Persiapan sampel : gunakan sampel segar yang telah
disentrifus terlebih dahulu.
~ Prinsip tes : reaksi aglutinasi terjadi akibat adanya inflamasi
atau nekrosis jaringan.
57
b) Tes C- Reactive Protein (CRP)

~ Cara kerja (metode kualitatif): lihat buku


~ Nilai rujukan :
Aglutinasi + : kadar CRP 6 mg/l
Aglutinasi - : kadar CRP < 6 mg/l

58
b) Tes C- Reactive Protein (CRP)

Pasca analitik
~Interpretasi :
Aglutinasi +/kadarnya meningkat pada RA aktif (pada 70-80%
penderita), demam rematik, keganasan, infeksi virus,
tuberkulosis, kerusakan jaringan, inflamasi.

59
c) Tes Antinuclear Antibodies (ANA)

Pre analitik:
Persiapan pasien : tidak diperlukan persiapan khusus
Persiapan sampel : Larutkan semua sampel, kalibrator, kontrol
positif dan kontrol negatif 1:40 yaitu dengan menambah 10 ul
sampel dengan 400 ul larutan pengencer.

60
c) Tes Antinuclear Antibodies (ANA)
Prinsip tes : Antigen murni terdapat pada microwells. Jika ada antibodi
ANAs dalam sampel, maka akan terikat pada microwells . Pencucian
microwells akan melepaskan antibodi yang tidak terikat. Horseradish
peroksidase conjugated anti-human IgG akan berikatan dengan antibodi
yang telah terikat tadi membentuk enzyme conjugate – antibody – antigen
sandwich. Pencucian microwells melepaskan conjugated yang tidak
terikat. Conjugated akan menghidrolisa larutan substrat yang telah
ditambahkan dan akan membentuk warna biru.
61
c) Tes Antinuclear Antibodies (ANA)

Analitik
~ Cara kerja : (lihat buku)
~ Nilai rujukan : Jumlah ANA < 1 : negatif
Jumlah ANA > 1 : positif

62
c) Tes Antinuclear Antibodies (ANA)

Pasca analitik
Interpretasi :
Jumlah ANA >1 : >70% ditemukan dalam cairan sendi penderita
SLE dan > 20% pada penderita RA.

63
64

Anda mungkin juga menyukai