Anda di halaman 1dari 4

Kadek sri sumadewi jegeg ngolek..

:D

Analisis cairan sendi


Pembahasan
Cairan sendi adalah cairan pelumas yang terdapat pada sendi yang dihasilkan dari
ultrafiltrasi plasma dan mengandung asam hialuronat. Asam hiluronat ini menyebabkan cairan
sendi bersifat kental sehingga cairan sendi dapat berfungsi sebagai pelumas. Cairan synovial
akan memberikan nutrisi bagi tulang rawan sehinga tidak terjadi gesekan dalam pergerakan
sendi. Pemeriksaan cairan sendi dilakukan utuk membantu diagnosis penyebab peradangan,
nyeri, dan pembengkakan pada sendi.cairan sendi diambil menggunakan jarum yang ditusuk
kedalam cairan itu berada diarea antara tulang pada sendi tersebut. Indikasi memeriksa cairan
senid diberikan oleh bertambah banyaknya cairan itu dan pemeriksaan laboratorium membantu
menegakkan diagnosis kelainan.
Sinovium menghasilkan cairan synovial yang berwarna kekuningan, bening, tidak
membeku, dan mengandung leukosit. Asam hialuronidase bertanggung jawab atas viskositas
cairan synovial dan disintesis oleh pembngkus synovial.Cairan synovial berfungsi sebagai
sumber nutrisi bagi rawan sendi.
Pemeriksaan cairan sendi atau pemeriksaan cairan synovial dilakukan untuk membantu
mendiagnosis penyebab peradangan sendi, yeri, dan pembengkakan pada sendi. Cairan sendi
diambil dengan menggunakan jarum yang ditusuk ke dalam cairan itu berada (area diantara
tulang pada sendi tersebut). Cairan synovial menjadi pelumas dalam sendi. Cairan synovial akan
memberikan nutrisi bagi tulang rawan sehingga tidak dapat aus selama penggunaan (gesekan
dalam pergerakan sendi). Dalam melakukan analisis cairan sendi atau analisis cairan synovial
terdapat beberapa parameter pemeriksaan yang perlu dilakukan diantaranya parameter
karakteristik fisik, karakteristik kimia, karakteristik Mikrobiologi untuk dapat menegakkan
diagnosis.
Adapun dalam praktikum yang penulis lakukan, hanya terdapat beberapa jenis dari
parameter-parameter tersebut yang dilakukan diantaranya yaitu parameter fisik yang meliputi
kekentalan (viskositas), warna, volume, dan bekuan (clotting). Dan dari sampel dengan
identitas.. dapat digambarkan yaitu sebagai berikut :
Volume : Umumnya jumlah (volume) dari cairan sendi biasanya sedikit, misalnya pada
sendi lutut biasanya mengandung 4ml cairan sendi. Dalam praktikum ini sampel cairan
sendi memiliki volume yang sedikit. Dari segi volume belum dapat dipastikan bahwa
sampel mengalami kelainan atau tidak dikarenakan masih terdapat beberapa parameter
lain yang perlu untuk di uji.
Viskositas (kekentalan) : untuk melihat viscocity (kekentalan) dari cairan sendi
dilakukan segera setelah pada saat melakukan prosedur arthrocentesis. Dalam keadaan
normal cairan sendi memiliki viskositas yang tinggi dikarenakan kandungan hyaluronan.
Dengan peningkatan level inflamasi yang ditandai dengan kehadiran dari leukosit maka
dapat menyebabkan hyaluronan dicerna dan menyebabkan viskositas berkurang. Sampel
yang peneliti dapatkan berasal dari RSUP sanglah, seharusnya uji viskositas dilakukan
pada saat melakukan prosedur arthrocentesis namun dalam hasil uji yang peneliti
laporkan merupakan uji viskositas yang dilakukan beberapa jam setelah arthrocentesis
dan didapatkan bahwa sampel memiliki viskositas yang rendah (low viscocity) yang
mungkin disebabkan karena adanya inflamasi.
Warna (color dan clarity) : Keadaan cairan sendi yang normal umumnya colorless dan
clear. Penampilan warna yang berbeda mungkin dapat mengindikasikan berbagai macam
kelainan. Adapun dalam praktikum didapatkan bahwa sampel tidak berwarna/sedikit
cloudy yang mungkin menunjukkan bahwa dalam sampel mengandung crystal.
Bekuan (Clotting) : Dari sampel yang dianalisis tidak ditemukan adanya bekuan.
Bekuan dari cairan sendi dapat disebabkan karena adanya fibrinogen yang masuk ke

Kadek sri sumadewi jegeg ngolek.. :D

kapsul synovial ketika terjadinya kerusakan ke synovial membrane pada saat melakukan
pengambilan specimen.
Analisis karakteristik kimia dari cairan snedi umumnya dilakukan dengan melakukan
analisis protein,glukosa, asam urat, lactic acid, lactate dehidrogenase, dan rheumatoid factor
(RF) dan ph, namun dalam praktikum yang penulis lakukan hanya dilakukan pemeriksaan pH
saja untuk analisis karakteristik kimia dari cairan sendi dikarenakan pemeriksaan pH
merupakan pemeriksaan yang murah dikarenakan menggunakan stick pH dan dapat
memberikan sedikit tunjangan diagnosis dari kelainan sendi. Umumnya sampel cairan sendi
yang septic arthritis menujukkan pH yang rendah yang dihubungkan dengan adanya
anaerobic metabolism. Dari sampel yang dianalisis didapatkan pH 7 yang mengindikasikan
pH masih dalam keadaan netral dan normal dan bukan merupakan septic arthritis.
Analisis mikroskopis dari sampel cairan sendi umumnya dilakukan dengan melakukan
analisis cell counts, differential cell counts, crystal analysis, dan microbiologic examination.
Analisis cairan sendi secara mikroskopis yang dilakukan dari praktikum ini yaitu analisis adanya
Kristal (crystal analysis), analisis adanya leukosit tetapi tidak melalukan analisis jenis dan
jumlah dari leukosit itu sendiri, dan mengetahui adanya bakteri namun tidak menentukan bakteri
gram negative ataukah gram positif. Analisis mikroskopis dalam pemeriksaan cairan sendi ini
dilakukan dengan menggunakan pewarna giemsa dikarenakan pewarna giemsa dapat
mempermudah pengamatan baik kristal maupun sel darah.
Analisis Crystal : dengan menggunakan pewarna giemsa dalam praktikum ini didapatkan
Kristal asam urat. Adanya Kristal asam urat atau Kristal monosodium urat (MSU) dalam cairan
sendi merupakan hal umum untuk mendiagnosis adanya gout.
Analisis Leukosit : analisis leukosit dalam pemeriksaan ini tidak dilakukan secara spesifik
untuk mengetahui jumalh secara pasti dan jenis dari leukosit itu sendiri, namun dalam
pemeriksaan/praktikum ini hanya dilakukan untuk mengethaui ada tidaknya leukosit dengan
menggunakan pewarna giemsa dimana pewarna ini mampu mewarnai inti dari leukosit dan
mempermudah pengamatan karena akan terlihat kontras warna. Hitung jenis lekosit pada
sendi dapat membedakan inflammatory arthritis, non inflammatory arthritis dan
infectious arthrtis. Dari hasil pengamatan mikroskopis dengan menggunakan pembesaran 40x

didapatkan adanya leukosit dari sampel cairan sendi. Adanya leukosit dalam sampel
menunjukkan adanya inflamsi atau non inflammatory tergantung dari jumlah leukositnya, oleh
karena itu dianjurkan untuk melakukan hitung jumlah leukosit. Dalam keadaan normal
ditemukan <200/mm3 leukosit, pada gout ditemukan 200- >50.000/mm3 leukosit, pada
pseudogout ditemukan 200-50.000/mm3 leukosit, pada bacterial arthritis diemukan 2000>50.000/mm3 leukosit, dan pada hemarthrosis tidak ditemukan adanya leukosit.
Analisis Mikrobiologi : analisis adanya mikroboiologi dalam praktikum/pemeriksaan ini
dilakukan dengan menggunakan pewarna giemsa dengan pembesarna 40 x pada mikroskop. Uji
mikrobiologi dilakukan untuk mengetahui apakan ada agen infeksius pada cairan sendi misalnya
seperti bakteri, fungi, mycobacteria, dan virusn. Pemeriksaan mikrobiologi ini digunakan untuk
mengetahui apakah adanya sepsis. Hasil dari praktikum ini tidak ditemukan adanya jamur
maupun bakteri dan agen mikrobiologi lainnya oleh karena itu diduga bahwa tidak adanya
kelainan yang berupa sepsis.
Analisis cairan sendi dilakukan jika menemukan sesuatu yang mencurigakan di daerah
persendian, berupa :
1.
2.
3.
4.

Nyeri di daerah persendian


Eritema meliputi daerah persendian dan sekitarnya
Inflamasi di daerah persendian
Akumulasi synovial.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengambilan sampel/tahap preanalitik :

Kadek sri sumadewi jegeg ngolek.. :D

1.
2.
3.
4.

Mengetahui apakah pasien mempunyai gangguan hemostasis


Melakukan dengan tehnik yang benar dan berusaha unutk selalu steril
Sampel yang didapatkan sesegera mungkin untuk dibawa kelaboratorium
Jika akan dikerjakan pemeriksaan glukosa cairan sendi maka pasien dipuasakan 6-8 jam
terlebih dahulu
5. Bila dikehendaku antikoagulan yang digunakan adalah heparin
6. Bila akan dilakukan pemeriksaan mikrobiologi wadah untuk menampung cairan sendi
harus steril.
Hal-hal yang diperlukan dalam persiapan pasien :
1. Pasien tidak dibutuhkan persiapan khusus
2. Sampel tidak dibutuhkan persiapan khusus
3. Prinsip test yaitu setiap kelainan member warna dan kejernihan.
Indikasi aspirasi cairan sendi:
1. Memastikan diagnosis.
2. Mengurangi rasa sakit & memperbaiki fungsi gerak persendian
3. DD.
4. Pemberian obat intra artikuler (terapeutik).
Kontra indikasi :
1. Infeksi lokal
2. Diatesis hemoragik
3. Fraktur intra artikuler
4. Osteoporosis juxta-artikuler yang berat
5. Sendi yang tidak stabil
6. Tidak ada indikasi yang tepat
7. Kegagalan suntikan terdahulu
Komplikasi :
1. Infeksi
2. Perdarahan
3. Kerusakan kartilago sendi
4. Ruptur tendo/ligamen.

Sumber-sumber kesalahan dalam pemeriksaan cairan sendi:


1. Kesalahan ketika pengambilan sampel dapat mempengaruhi jumlah eritrosit dalam
pemeriksaan, bila terjadi luka.
2. Terlalu lama penundaan menyebabkan leukosit termakan bakteri sehingga dapat
menimbulkan pengurangan jumlah.
3. Ketrampilan tenaga kesehatan dalam pengamatan memegang pengaruh besar dalam
kesalahan diagnosa cairan sendi

Kadek sri sumadewi jegeg ngolek.. :D

Anda mungkin juga menyukai