Anda di halaman 1dari 15

PENYAMBUNGAN MATERIAL - 02

TUGAS 07

Disusun Oleh:

Nama

: Samuel Christian Giovanni

NPM

: 1206226955

Dosen

: Dr. Ir. Winarto, M.Sc.

DEPARTEMEN TEKNIK METALURGI DAN MATERIAL


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK 2015

WELDING TUGAS 07
PENYAMBUNGAN MATERIAL 02
TUGAS 07

1. Jelaskan definisi kemampulasan dan faktor apa saja yang mempengaruhi sifat
tersebut!
Kemampulasan (weldability) adalah kemampuan suatu material untuk dapat disambung
dengan proses pengelasan sehingga menghasilkan sambungan yang berkualitas. Pada
dasarnya, hampir semua logam dapat disambung dengan cara pengelasan. Namun,
terdapat beberapa jenis logam yang dapat lebih mudah untuk di-las jika dibandingkan
dengan logam lainnya. Kemampulasan suatu material dapat digunakan untuk mengukur
seberapa mudah kita melakukan pengelasan pada material tertentu tanpa menimbulkan
retak (crack) dan membandingkan hasil akhir kualitas dari satu material dengan material
lainnya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi sifat kemampulasan adalah:
a. Proses pengelasaan
Semakin baik proses pengelasaan, maka akan semakin bagus juga weldability.
b. Lingkungan
Lingkungan yang dimaksud adalah pengelasaan di lingkungan yang banyak di
dapatkan unsur hidrogen.
c. Kadar karbon
Semakin banyak kadar karbon, maka semakin mudah terbentuknya martensit yang
bersifat keras dan etas. Hal ini akan menyebabkan weldability menjadi rendah.
d. Perancangan konstruksi
Perncangan konstruksi yang dimaksu adalah bentuk penyambungan yang akan
digunakan.
e. Sifat-sifat material
Sifat-sifat material yang dimaksud adalah temperatur lebur, temperatur uap,
konduktivitas thermal dan listrik, afinitas lasan terhadap O, N, H, dan lapisan tipis
2

film

DEPARTEMEN TEKNIK METALURGI DAN MATERIAL | UNIVERSITAS INDONESIA

WELDING TUGAS 07
2. Jelaskan kemampulasan dari baja karbon. Jenis baja karbon yang mana yang
memiliki kemampulasan terbaik.
Baja karbon berdasarkan kadar karbon yang terkandung di dalamnya terdiri dari low
carbon steel, mild steel, medium carbon steel, dan high carbon steel. Kemampulasan
dari baja karbon sangat terkandung dari kadar karbon yang terkandung di dalamnya.
Untuk dapat menentukan weldability dari baja karbon, kita dapat menggunakan nilai
hasil dari perhitungan Carbon Equivalent (CE) dimana weldability dari baja karbon
akan sangat baik apabila nilai dari CE < 0.4. Nilai CE tersebut dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan:

() = +

( + ) ( + + ) ( + )
+
+
6
5
15

Dibawah ini merupakan klasifikasi dari baja karbon dan keampulasan dari baja karbon,
yaitu:
Tabel 1. Klasifikasi Baja Karbon dan Kemampulasan dari Baja Karbon

Common Name

Carbon

Typical

Content

Hardness

Typical Use

Weldability

(Percent)
Low Carbon

0.15 max

60 HRB

Special plate

Excellent

and shapes,

Steel

sheet, strip,
welding
electrodes
Mild Steel

0.15 0.30

90 HRB

Structural

Good

shapes, plate,
and bar
Medium
Carbon Steel

0.30 0.50

25 HRC

Machine parts

Fair t preheat

and tools

and postheat
normally
required (low

hydrogen
welding process

DEPARTEMEN TEKNIK METALURGI DAN MATERIAL | UNIVERSITAS INDONESIA

WELDING TUGAS 07
recommended)
High Carbon

0.50 1.00

40 HRC

Steel

Springs, dies,

Poor (low

railroad rail

hydrogen
welding process,
preheat, and
postheat
required)

(Sumber: Dr. Ir. Winarto, M.Sc. 2015. Diktat Mata Kuliah Metalurgi Las)

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa low carbon steel memiliki weldability yang
paling baik.
Kemampulasan

dari

baja

karbon

berbanding

lurus

dengan

kemampukerasan

(hardenability) dari baja karbon tersebut. Hal ini dikarenakan adanya pembentukan fasa
martensit selama proses heat treatment. Dengan adanya peningkatan kadar karbon, maka
hardenability akan meningkat dan mengakibatkan weldability menurun. Oleh karena itu,
diperlukan adanya keseimbangan (trade-off) antara kekuatan material dengan weldabilitynya.

Carbon Content

Hardenability

Weldability

Baja SS austenitik umumnnya memiliki weldability yang paling baik namun mudah
mengalami distorsi karena adanya ekspansi termal sehingga rentan terhadap retak dan
ketahanan terhadap korosi menurun.
3.

Jelaskan hubungan antara komposisi logam yang akan dilas dengan sensitifitas
retak. Ukuran atau parameter apa yang dipakai untuk menentukan sensitifitas
retak lasan. Sebutkan beberapa rumusan yang saudara ketahui.
Hubungan antara komposisi logam yang akan dilas dengan sensifitas retak dapat
dinyatakan dalam grafik karbon ekivalen dengan sensifitas retak seperti yang terlihat
pada gambar di bawah ini:

DEPARTEMEN TEKNIK METALURGI DAN MATERIAL | UNIVERSITAS INDONESIA

WELDING TUGAS 07

Gambar 1. Grafik hubungan antara Carbon Equivalent dengan Sensitifitas Retak


(Sumber: Dr. Ir. Winarto, M.Sc. 2015. Diktat Mata Kuliah Metalurgi Las)

Parameter yang penting yang dapat mempengaruhi sensitifitas retak pada lasan adalah
nilai Carbon Equivalent, seperti yang dapat dilihat pada grafik di atas. Nilai CE dapat
diperoleh melalui persamaan:

+
4
4
Dari persamaan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa komposisi logam akan sangat
() = +

mempengaruhi besarnya nilai karbon ekuivalen, dimana nilai karbon ekuivalen ini
akan mempengaruhi sensitifitas retak pada proses pengelasan. Apabila semakin besar
komposisi dari unsur Karbon, Mangan dan Silikon dalam logam lasan, maka akan
meningkatkan kekerasan baja tersebut sekaligus meningkatkan nilai karbon
ekuivalennya. Semakin besar nilai Carbon Equivalent, maka akan semakin meningkat
juga sensitifitas retak pada pengelasannya.

4. Jelaskan hubungan antara peak temperature dengan cooling rate logam yang
dilas apabila material tsb hasil canai (rolling). Jelaskan juga daerah mana yang
mengalami degradasi properties (kekuatan, impak & keuletan)
5

Peak temperature:

Butir membesar di HAZ

DEPARTEMEN TEKNIK METALURGI DAN MATERIAL | UNIVERSITAS INDONESIA

WELDING TUGAS 07

Pengerasan lokal (impuritis tersegregasi di batas butir) akan menyebabkan


hot-cracks

Material yang dikeraskan sebelum pengelasan akan kehilangan sifat kerasnya


akibat panas

Cooling Rate (kecepatan Pendinginan):

Quenching effect pada HAZ (T 800 - 500C)

Struktur mikro akan bervariasi dari Bainite, Ferrite + Carbide

Pada material hasil pengerolan terjadi work hardening dimana butir membesar di
dekat batas las di HAZ dan akan terjadi rekristalisasi pada daerah HAZ.

Gambar 2. Rekristalisasi daerah HAZ


(Sumber: Dr. Ir. Winarto, M.Sc. 2015. Diktat Mata Kuliah Metalurgi Las)

Untuk baja peak temperature biasanya terjadi pada suhu sekitar 1600oC. Seperti yang
diketahui apabila peak temperature semakin tinggi maka laju pendinginan juga akan
semakin lama ditambah lagi apabila pemanasan terjadi dalam waktu yang cukup lama
maka akan terjadi grain growth. Oleh sebab itu laju pendinginan harus ditahan cukup
cepat agar tidak terjadinya grain growth dyang dapat menurunkan sifat mekanis dari
daerah hasil lasan. Daerah yang paling mudah retak pada daerah HAZ tersebut adalah
dimana saat butir berbentuk coarse.

5. Jelaskan secara skematis weldability baja karbon medium yang dilakukan


6

pengerasan dengan perlakuan panas (heat treatment). Jelaskan juga daerah


mana yang mengalami degradasi properties (kekuatan, impak & keuletan).

DEPARTEMEN TEKNIK METALURGI DAN MATERIAL | UNIVERSITAS INDONESIA

WELDING TUGAS 07
Pengerasan dengan perlakuan panas pada pengelasan baja karbon medium adalah
precipitation hardening (aging) dimana apabila terjadi overaging dapat menyebabkan
pelunakan.

Gambar 3. Pengelasan Material yang Dianil


(Sumber: Dr. Ir. Winarto, M.Sc. 2015. Diktat Mata Kuliah Metalurgi Las)

Gambar 4. Pengelasan Material yang Diaging (Overaging)


(Sumber: Dr. Ir. Winarto, M.Sc. 2015. Diktat Mata Kuliah Metalurgi Las)

Dari gambar dapat ditunjukkan hubungan antara struktur dari besar butir di daerah
HAZ dengan kekuatan dari material yang ditunjukkan oleh grafik. Dari grafik yang
7

terdapat pada gambar pengelasan logam yang dianil di atas ditunjukkan bahwa pada
daerah HAZ tersebut terjadi peningkatan kekuatan dan keuletan namun kekuatan dan
keuletan tersebut menurun di daerah fine grain.
DEPARTEMEN TEKNIK METALURGI DAN MATERIAL | UNIVERSITAS INDONESIA

WELDING TUGAS 07

6. Jelaskan hubungan antara besar butir di daerah HAZ dengan kekuatan impak
material yang di las. Daerah mana yang mengalami penurunan nilai impak
khususnya untuk baja karbon.

Gambar 5. Mikrostruktur dari HAZ pada Baja Karbon Rendah


(Sumber: Dr. Ir. Winarto, M.Sc. 2015. Diktat Mata Kuliah Metalurgi Las)

8
Gambar 6. Mikrostruktur dari HAZ pada Baja Karbon Medium
(Sumber: Dr. Ir. Winarto, M.Sc. 2015. Diktat Mata Kuliah Metalurgi Las)

DEPARTEMEN TEKNIK METALURGI DAN MATERIAL | UNIVERSITAS INDONESIA

WELDING TUGAS 07
Dua gambar diatas hubungan antara daerah pengelasan dan mikrostruktur HAZ dari
pengelasan baja karbon baik baja karbon rendah maupun medium. Dari mikrostruktur
tersebut dapat terlihat bahwa daerah B(daerah HAZ) memiliki butir yang paling kecil
dimana menyebabkan daerah B tersebut tidak memiliki ketahanan yang cukup baik
pada saat pemberian tegangan impak.

7. Jelaskan fungsi t-8/5 dalam menentukan struktur mikro daerah HAZ dn


diagram apa yang saudara harus gunakan khususnya untuk baja karbon.
T-8/5 berfungsi dalam menentukan struktur mikro daerah HAZ. Biasanya siklus
temperatur-waktu selama pengelasan ditentukan oleh t-8/5 yang artinya waktu
pendinginan terhitung pada suhu 800o 500oC. Oleh sebab itu apabila cooling time
800-500 besar maka kekerasan dari HAZ akan semakin menurun dan apabila cooling
time 800 500 kecil maka ketangguhan dan ketahanan impak dari HAZ akan
menurun. Berikut ini merupakan diagram yang akan digunakan untuk baja karbon:

Gambar 7. Cooling time t8/5


(Sumber: Dr. Ir. Winarto, M.Sc. 2015. Diktat Mata Kuliah Metalurgi Las)

8. Jelaskan hubungan hardenability dengan weldability untuk baja karbon.


Hardenability adalah kemampuan suatu material untuk dikeraskan dengan perlakuan
panas. Hardenability ini tidak hanya terfokus pada kekerasan saja namun hardenability
ini sangat penting untuk proses pengelasan dimana hardenability ini memiliki suatu
9

hubungan yang proporsional dengan weldability. Hardenability dari baja karbon


adalah fungsi dari kadar karbon yang terkandung dan elemen paduan lainnya serta
besar butir austenite. Hardenability ini sendiri dapat diukur dengan menggunakan
pengujian jominy yang selanjutnya akan diukur kekerasan di sepanjang logam dimana
DEPARTEMEN TEKNIK METALURGI DAN MATERIAL | UNIVERSITAS INDONESIA

WELDING TUGAS 07
semakin jauh jarak permukaan logam dari quench end maka hardness nya akan
semakin menurun.
Hubungan hardenability dan weldability untuk baja karbon adalah apabila
hardenability dari baja karbon semakin tinggi maka weldability dari baja karbon
tersebut semakin menurun. Hal tersebut disebabkan karena apabila hardenability
meningkat maka kemampuan material tersebut untuk menghasilkan fasa martensit
akan semakin tinggi pula dimana fasa martensit tersebut getas sehingga menyebabkan
kemampulasan semakin menurun.
Oleh sebab itu, apabila nilai CE suatu baja karbon < 0,4 maka weldability dari baja
karbon tersebut akan meningkat namun hardenability dari baja karbon tersebut
akan menurun, begitu juga sebaliknya.

Carbon Content

Hardenability

Weldability

9. Pemanasan awal (preheating) dan pemanasan akhir (PWHT) merupakan suatu


keharusan pada pengelasan baja karbon tinggi untuk mencegah terjadinya retak
las. a. Jelaskan secara prinsip, tujuan utama ke dua treatment tersebut dalam
mencegah terjadinya retak las. b. Sebutkan parameter apa saja yang digunakan
dalam menentukan besar kecilnya pemanasan tersebut baik secara metalurgi
maupun aturan kode pengelasan.
a. Pre heating dan PWHT (Post Weld Heat Treatment)

Pre heating

Berdasarkan AWS Standard Welding Terms and Definition, proses preheating


adalah ketika terdapat panas yang diberikan ke base metal atau substrat untuk
mencapai dan mempertahankan temperatur preheat. Temperatur preheat merupakan
temperatur di sekeliling base metal sebelum pengelasan dimulai. Preheating dapat
dilakukan dengan menggunakan gas burners, oxy-gas flames, electric blankets,
induction heating atau dengan pemanasan dapur. Untuk hasil yang sangat baik harus
10

diperhatikan untuk pemanasan yang seragam di daerah penyambungan. Karena


pemanasan yang tidak seragam daat menyebabkan peningkatan tegangan sisa, distorsi,
atau perubahan secara metalurgi yang tidak diinginkan.

DEPARTEMEN TEKNIK METALURGI DAN MATERIAL | UNIVERSITAS INDONESIA

WELDING TUGAS 07
Tujuan dari proses preheating ini adalah:

Memperkecil kecepatan pendinginan pada logam induk dan logam lasan,


sehingga membuat lebih ulet dan tahan terhadap keretakan.

Memperkecil kecepatan pendinginan untuk memberi kesempatan hydrogen


keluar, sehingga memperkecil keretakan.

Memperkecil tegangan sisa akibat penyusutan pada logam lasan yang berbatasan
dengan logam induk.

Meningkatkan ketahanan terhadap kegetasan yang terjadi pada fabrikasi.

Gambar 8. Pengaruh Pre heating terhadap daerah HAZ


(Sumber: Dr. Ir. Winarto, M.Sc. 2015. Diktat Mata Kuliah Metalurgi Las)

PWHT (Post Weld Heat Treatment)

PWHT adalah bagian dari process heat treatment yang bertujuan untuk
menghilangkan tegangan sisa yang terbentuk setelah proses weldingan selesai.
Material terutama carbon steel akan mengalami perubahan struktur dan grain
karena effect dari pemanasan dan pendinginan. Struktur yang tidak homogen
ini menyimpan banyak tegangan sisa yang membuat material tersebut memiliki
sifat yang lebih keras namun ketangguhannya lebih rendah.
11

Untuk mengembalikan kembali kepada sifat yang diinginkan terutama dalam


ketangguhan maka struktur yang berubah tadi dikembalikan lagi ke struktur

DEPARTEMEN TEKNIK METALURGI DAN MATERIAL | UNIVERSITAS INDONESIA

WELDING TUGAS 07
semula melalui pemanasan pada waktu tertentu dan dalam jangka waktu
tertentu pula. Tergantung dari jenis material dan ketebalan material.
Tujuan dari proses PWHT ini adalah:

Mereduksi stress yang disebabkan karena proses manufaktur

Meningkatkan ketahanan terhadap Brittle Fracture

Meminimalkan potensial hydrogen induced cracking (HIC).

Contoh dari proses PWHT ini adalah pada baja karbon dimana hasil lasan baja
karbon tersebut dipanaskan pada temperatur 600 650oC dan ditahan selama 1
jam/25mm tebal lasan.
b. Parameter Pemanasan
Untuk Pre heating dapat ditentukan berdasarkan nilai Carbon Equivalent nya
dalam persamaan:
() = +

( + ) ( + + ) ( + )
+
+
6
5
15

Setelah mengetahui nilai CE nya, kemudian dicocokan dengan tabel di bawah ini
untuk memperoleh nilai temperature pre heating yang dibutuhkan.
Tabel 2. Nilai Temperatur Pre-heating berdasarkan Carbon Equivalent

Preheating Requirement Based on CE


Carbon Equivalent (%)

Preheating Required

Up to 0.45

Preheat optional

0.45 to 0.60

Preheat to 93 205o C

Over 0.60

Preheat to 205 to 370o C

(Sumber: Dr. Ir. Winarto, M.Sc. 2015. Diktat Mata Kuliah Metalurgi Las)

Untuk PWHT, hasil dari pengelasan dipanaskan pada temperature 600-650o C dan
ditahan selama 1jam/25 mm tebal lasan.
12

10.

Suatu baja konstruksi (carbon steel) dengan tipe A515 grade 70 untuk bejana
tekan (pressure vessel) memiliki komposisi kimia 0.35% C, 1.2% Mn, 0.4%
Si, 0.25%Cr, 0.1%Ni, 0.2%Cu, 0.1%V. Hitunglah karbon ekivalen (CE)

DEPARTEMEN TEKNIK METALURGI DAN MATERIAL | UNIVERSITAS INDONESIA

WELDING TUGAS 07
menurut IIW dan jelaskan kemampulasan dari baja tersebut serta treatment
apa saja yang menurut saudara harus dilakukan pada pengelasan material
tersebut.
Gunakan data tabel dibawah untuk analisa saudara.
Preheating Requirement Based on CE
CE (%)

Preheating Required

Up to 0.45

Preheat optional

0.45 to 0.60

Preheat to 93 205 deg C

Over 0.60

Preheat to 205 to 370 deg C

Diketahui:
Komposisi kimia dari carbon steel A515 grade 70 untuk bejana tekan:
- C = 0,35%
- Mn = 1,2%
- Si = 0,4%
- Cr = 0,25%
- Ni = 0,1%
- Cu = 0,2%
- V = 0,1%

Ditanya: Karbon Ekivalen carbon steel A515 grade 70?

Untuk menentukan karbon ekuivalen suatu material kita dapat menggunakan


rumus:
( + ) ( + + ) ( + )
+
+
6
5
15
(1.2 + 0.4) (0.25 + 0 + 0.1) (0.1 + 0.2)
() = 0.35 +
+
+
6
5
15
() = +

() = 0.35 + 0.26 + 0.07 + 0.02


() = 0.7
13

Kemampulasan (weldability) dari material A515 grade 70 untuk bejana tekan ini
bisa dibilang buruk karena nilai CE-nya yang cukup tinggi. Semakin besar nilai
CE, maka kekerasan yang akan dihasilkan pada material hasil las akan semakin
DEPARTEMEN TEKNIK METALURGI DAN MATERIAL | UNIVERSITAS INDONESIA

WELDING TUGAS 07
besar. Dengan adanya nilai kekerasan yang tinggi, maka weldability atau
kemampulasan material tersebut juga akan semakin rendah karena rentan terjadi
retak pada hasil lasan. Hal ini dapat juga dapat dilihat pada penjelasan gambar soal
nomor 3 (hubungan karbon ekivalen dengan sensitifitas retak). Untuk mencegah
terjadinya retak pada lasan, langkah yang harus dilakukan adalah melakukan tahap
Pre-Heat.

Tujuan pre-heat antara lain:

Memperkecil kecepatan pendinginan pada logam induk dan logam lasan,


sehingga membuat lebih ulet dan tahan retak.

Memperkecil kecepatan pendinginan untuk memberi kesempatan hidrogen


keluar, sehingga memperkecil keretakan.

Memperkecil tegangan sisa akibat penyusutan pada logam lasan yang


berbatasan dengan logam induk.

Meningkatkan ketahanan terhadap kegetasan yang terjadi pada fabrikasi.

Dengan nilai CE sebesar 0.7, maka suhu pre-heat yang disarankan dilakukan
terhadap material tersebut berkisar antara 205 370o C.

14

Referensi
Dr. Ir. Winarto, M.Sc. 2015. Diktat Mata Kuliah Metalurgi Las. Depok: Departemen
Teknik Metalurgi dan Material Fakultas Teknik Universitas Indonesia.
DEPARTEMEN TEKNIK METALURGI DAN MATERIAL | UNIVERSITAS INDONESIA

WELDING TUGAS 07

15

DEPARTEMEN TEKNIK METALURGI DAN MATERIAL | UNIVERSITAS INDONESIA

Anda mungkin juga menyukai