Anda di halaman 1dari 2

Nama : M.

Hariri Mustofa
NIM

: 1407350

Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS)


Salah satu penelitian yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan adalah
TIMSS yang dilakukan setiap empat tahun sekali 1995, 1999, 2003, 2007, dan terakhir 2011
oleh IEA (The International Association for the Evaluation of Educational Achievement)
yang berkedudukan di Amsterdam Belanda. TIMSS adalah studi internasional tentang
prestasi matematika dan sains siswa sekolah lanjutan tingkat pertama yang berada di grade 4
dan 8, serta mengumpulkan berbagai informasi berkaitan dengan sekolah, kurikulum, dan
pembelajaran.
Soal-soal TIMSS terdiri dari domain kontent (domain fisika, kimia, biologi,
kebumian) dan domain kognitif (domain pengetahuan, aplikasi, penalaran). Soal dalam
domain kognitif meminta siswa untuk memperlihatkan pengetahuan tentang alat, metode dan
kemampuan ber IPA (knowing), Menerapkan pengetahuan untuk melakukan penyelidikan
ilmiah (aplying), Menggunakan pengertian ilmiah untuk memberikan penjelasan berdasarkan
bukti (reasoning).
Rata-rata capaian IPA siswa indonesia pada TIMSS tahun 1999 (42,27%), tahun 2003
(33,19%), tahun 2007 (30,64%), Sedangkan rata-rata capaian siswa internasional tahun 1999
(51,25%), tahun 2003 (44,70%) dan tahun 2007 (37,93%). Rata-rata pencapaian TIMSS
dalam sains Indonesia memang sangat rendah bila dibandingkan dengan negara lainnya.
Rendahnya mutu hasil belajar sains siswa menunjukkan bahwa proses pembelajaran sains di
sekolah-sekolah Indonesia telah mengabaikan perolehan kepemilikian literasi siswa. Kondisi
ini menuntut adanya pembenahan dan pembaharuan dengan segera dalam rangka
meningkatkan

kualitas

pembelajaran

sains,

khususnya

tingkat

pendidikan

dasar.

Pembenahanan tersebut harus difokuskan pada kualitas sekolah, kurikulum dan kualitas
pengajaran.
Oleh karena itu, menurut Rustaman (2009) yang harus dilakukan agar prestasi
indonesia meningkat adalah sebagai berikut :
1. Kurikulum sains hendaknya menekankan pembelajaran sains yang seimbang antara
konsep, proses dan aplikasinya.
2. Pembelajaran sains hendaknya dapat menumbuhkan kepercayaan diri peserta didik bahwa
mereka mampu mempelajari sains dan bahwa sains bukanlah pelajaran yang harus
ditakuti.

3. Sistem penilaian (asesmen) hendaknya direncanakan secara matang untuk mengukur

pengetahuan dan konsep keterampilan proses sains (KPS), dan penalaran tingkat tinggi
(berfikir kritis, logis, kreatif).

Anda mungkin juga menyukai